• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Konservasi dan Preservasi

Kata konservasi dan preservasi yang biasa diterjemahkan dengan kata pelestarian berasal dari bahasa Inggris yaitu “conservation” dan “preservation”. Menurut Echols dan Shadly (2000 : 140, 445) kedua kata ini mempunyai pengertian yang hampir sama. Konservasi berarti perlindungan, pengawetan. Sedangkan preservasi berarti pemeliharaan, penjagaan dan pengawetan.

Sedangkan menurut buku “Dasar-dasar Pelestarian Bahan Pustaka, yang diterbitkan oleh perpustakaan Nasional RI (1995 : 1-2) usaha–usaha untuk menyelamatkan bahan pustaka dari kehancuran meliputi :

a. Konservasi (Pengawetan) : merupakan kebijaksanaan dan cara tertentu yang dipakai untuk melindungi bahan pustaka dan arsip dari kerusakan dan kehancuran, termasuk metode dan teknik yang diterapkan oleh petugas teknis. b. Preservasi (Pelestarian) : mencakup unsur-unsur pengelolaan keuangan,

termasuk cara menyimpan dan alat-alat bantunya, taraf kerja yang diperlukan, kebijaksanaan, teknik dan metode yang diterapkan untuk melestarikan bahan-bahan pustaka dan arsip serta informasi yang dikandungnya.

Dari uraian-uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kata konservasi dan preservasi masih rancu. Namun demikian penulis menganggap kedua kata ini mempunyai arti yang sama yaitu pelestarian, selanjutnya pelestarian itu mencakup kegiatan pemeliharaan, perawatan, pengawetan, perbaikan dan reproduksi.

Maka pemeliharaan bahan pustaka perlu di lakukan demi generasi mendatang. Namun untuk melakukan pemeliharaan itu bukanlah tugas yang mudah, diperlukan pengetahuan tentang penyebab kerusakan, proses terjadinya kerusakan, cara mencegah dan memperbaiki kerusakan serta melestarikan bahan pustaka tersebut.

(2)

2.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan pelestarian menurut Martoatmodjo (1993 : 5-6) adalah mengusahakan agar bahan pustaka tidak cepat mengalami kerusakan. Bahan pustaka yang mahal, diusahakan agar awet, bisa dipakai lebih lama dan bisa menjangkau lebih banyak pembaca perpustakaan. Koleksi yang dirawat dimaksudkan bisa menimbulkan daya tarik, sehingga orang yang tadinya segan membaca atau enggan memakai buku perpustakaan menjadi rajin mempergunakan jasa perpustakaan.

Sedangkan tujuan pelestarian bahan pustaka ini dapat dikatakan sebagai berikut:

1. menyelamatkan nilai informasi dokumen. 2. menyelamatkan fisik dokumen.

3. mengatasi kendala kekurangan ruang.

4. mempercepat perolehan informasi : dokumen yang tersimpan dalam CD (Compact Disc) sangat mudah untuk diakses, baik dari jarak dekat maupun jarak jauh. Sehingga pemakaian dokumen atau bahan pustaka menjadi lebih optimal.

Hal lain yang perlu diketahui tentang kegiatan konservasi dan preservasi bahan pustaka adalah tentang kebijakan-kebijakan yang diperlukan dalam pelestarian bahan pustaka. Namun demikian, karena pelestarian bahan pustaka penulis tafsirkan secara luas yang meliputi kegiatan pemeliharaan, perawatan, pengawetan, perbaikan dan reproduksi, maka setiap perpustakaan minimal melaksanakan pemeliharaan dan perbaikan sesederhana mungkin agar bahan pustakanya selalu tersedia dalam keadaan baik dan menarik untuk dibaca, karena bahan pustaka yang rusak kurang menyenangkan bagi pemakainya dan dapat menimbulkan kurang gairah untuk membaca bahan pustaka tersebut.

Dengan pelestarian yang baik, diharapkan bahan pustaka dapat berumur lebih panjang, sehingga perpustakaan tidak perlu membeli bahan yang sama, yang dapat membebani pemesanan, pengolahan kembali, penempelan kartu-kartu, yang kesemuannya itu memerlukan uang. Dengan bahan pustaka yang lestari dan terawat dengan baik, pustakawan dapat memperoleh kebanggaan dan peningkatan kinerja.

(3)

Lingkungan yang sehat, ruang kerja yang baik, rapi dan menarik, membuat kehidupan pustakawan menjadi lebih berarti dan menyenangkan.

2.3 Fungsi Pelestarian

Fungsi pelestarian ialah menjaga agar koleksi perpustakaan tidak diganggu oleh tangan-tangan jahil, serangga yang iseng, atau jamur yang merajalela pada buku-buku yang ditempatkan di ruang yang lembab. Menurut Martoatmodjo (1993 : 6-7) pelestarian memiliki beberapa fungsi sebagai berikut :

1. Fungsi Melindungi

Bahan pustaka dilindungi dari serangan serangga, manusia, jamur, panas matahari, air dan sebagainya. Dengan pelestarian yang baik serangga dan binatang kecil tidak akan dapat menyentuh dokumen. Manusia tidak akan salah dalam menangani dan memakai bahan pustaka. Jamur tidak akan sempat tumbuh, dan sinar matahari serta kelembaban udara diperpustakaan akan mudah dikontrol. 2. Fungsi Pengawetan

Dengan dirawat baik-baik, bahan pustaka menjadi awet, bisa lebih lama dipakai, dan diharapkan lebih banyak pembaca dapat mempergunakan bahan pustaka tersebut.

3. Fungsi Kesehatan

Dengan pelestarian yang baik, bahan pustaka menjadi bersih, bebas dari debu, jamur, binatang perusak, sumber dan sarang dari berbagai penyakit, sehingga pemakai maupun pustakawan menjadi tetap sehat. Pembaca lebih bergairah membaca dan mengunjungi perpustakaan.

4. Fungsi Pendidikan

Pemakai perpustakaan dan pustakawan sendiri harus belajar bagaimana cara memakai dan merawat dokumen. Mereka harus menjaga disiplin, tidak membawa makanan dan minuman ke dalam perpustakaan, tidak mengotori bahan pustaka maupun ruangan perpustakaan. Mendidik pemakai serta pustakawan sendiri untuk berdisiplin tinggi dan menghargai kebersihan.

(4)

5. Fungsi Kesabaran

Merawat bahan pustaka ibarat merawat bayi atau orang tua, jadi harus sabar. Bagaimana kita bisa menambal buku berlubang, membersihkan kotoran binatang kecil dan tahi kutu buku dengan baik kalau kita tidak sabar. Menghilangkan noda dari bahan pustaka memerlukan tingkat kesabaran yang tinggi.

6. Fungsi Sosial

Pelestarian tidak bisa dikerjakan oleh seorang diri. Pustakawan harus mengikut sertakan pembaca perpustakaan untuk tetap merawat bahan pustaka dan perpustakaan. Rasa pengorbanan yang tinggi harus diberikan oleh setiap orang, demi kepentingan dan keawetan bahan pustaka.

7. Fungsi Ekonomi

Dengan pelestarian yang baik, bahan pustaka menjadi lebih awet. Keuangan dapat dihemat. Banyak aspek ekonomi lain yang berhubungan dengan pelestarian bahan pustaka

8. Fungsi Keindahan

Dengan pelestarian yang baik, penataan bahan pustaka yang rapi, perpustakaan tampak menjadi lebih indah, sehingga menambah daya tarik kepada pembacanya. Coba betapa jeleknya bahan pustaka apabila tidak dirawat, penuh dengan binatang perusak, pengap, bau busuk mengembara pada setiap sudut perpustakaan.

2.4 Unsur-unsur Pelestarian

Berbagai unsur penting yang perlu diperhatikan dalam pelestarian bahan pustaka adalah :

1. Manajemennya, perlu diperhatikan siapa yang bertanggung jawab dalam pekerjaan ini. Bagaimana prosedur pelestarian yang harus diikuti. Bahan pustaka yang akan diperbaiki harus dicatat dengan baik, apa saja kerusakannya, apa saja alat dan bahan kimia yang diperlukan dan sebagainya.

2. Tenaga yang merawat bahan pustaka dengan keahlian yang mereka miliki. Mereka yang mengerjakan pelestarian ini hendaknya mereka yang telah memiliki

(5)

ilmu atau keahlian/keterampilan dalam bidang ini. Paling tidak mereka sudah pernah mengikuti penataran dalam bidang pelestarian dokumen.

3. Laboratorium, suatu ruang pelestarian dengan berbagai peralatan yang diperlukan, misalnya alat penjilidan, lem, alat laminasi, alat untuk fumigasi, berbagai sikat untuk membersihkan debu “Vacum Cleaner” dan sebagainya. Sebaiknya setiap perpustakaan memiliki ruang laboratorium sebagai “bengkel” atau gudang buat bahan pustaka yang perlu dirawat atau diperbaiki.

4. Dana untuk keperluan kegiatan ini harus diusahakan dan dimonitor dengan baik, sehingga pekerjaan pelestarian tidak akan mengalami gangguan. Pendanaan ini tentu tergantung dari lembaga tempat perpustakaan ini bernaung. Kalau tidak mungkin menyelenggarakan bagian pelestarian sendiri, dianjurkan diadakan kerja sama dengan perpustakaan lain. Ini dapat menghemat biaya yang besar.

2.5 Faktor Penyebab Kerusakan Bahan Pustaka

Pemeliharaan bahan pustaka bukanlah hal baru bagi pustakawan, namun tugas pelestarian bukanlah tugas yang mudah. Para pustakawan, terutama di negara tropis seperti Indonesia ini dihadapkan pada berbagai musuh dalam menjaga kelestarian bahan pustaka. Musuh bahan pustaka antara lain manusia, tikus, serangga, mikroorganisme, serta berbagai bencana alam.

Bahan pustaka yang terbuat dari kertas merupakan bahan yang mudah terbakar, mudah sobek, mudah terkena noda dan sebagainya. Cepat atau lambatnya proses kerusakan kertas tergantung pada mutu kertas dan iklim daerah, serta perawatannya. Jenis perusak bahan pustaka tersebut sangat tergantung pada keadaan iklim dan alam setempat, serta lingkungannya.

Jenis perusak bahan pustaka di daerah yang beriklim sedang atau tropis berbeda dengan perusak bahan pustaka dari daerah yang beriklim dingin. Begitu pula cara penanggulangannya. Di daerah yang beriklim tropis memiliki perusak bahan pustaka yang lebih banyak dan lebih ganas dari daerah yang beriklim dingin.

(6)

Menurut Martoatmodjo (1993 : 36-47) kerusakan bahan pustaka itu secara garis besar dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :

a. faktor biologi, misalnya serangga (rayap, kecoa, kutu buku), binatang pengerat, jamur.

b. faktor fisika, misalnya cahaya, udara/debu, suhu dan kelembaban. c. faktor kimia, misalnya zat-zat kimia, keasaman, oksidasi.

d. faktor-faktor lain, misalnya banjir, gempa bumi, api, manusia.

2.5.1 Faktor Biologi

Bahan pustaka terdiri dari atas selulosa, perekat dan protein yang merupakan sumber makanan bagi mahluk hidup seperti jamur, serangga, binatang pengerat dan lain-lain. Mahluk tersebut dapat hidup dengan kondisi lingkungan yang kelembaban dan suhunya tinggi. Bila ruang tempat menyimpan bahan pustaka

lembab dan dibiarkan berlarut-larut maka akan banyak dijumpai bahan pustaka yang rusak berat.

1. Binatang pengerat

Tikus merupakan perusak bahan pustaka yang agak sukar diberantas. Jenis-jenis tikus dapat digolongkan sebagai berikut :

a. Tikus hitam

b. Tikus cokelat atau tikus rumah c. Tikus kelabu atau tikus sawah d. Tikus kesturi

e. Tikus putih

Kertas dan buku sering menjadi sasaran untuk dijadikan sarang. Air kencing tikus rumah dapat membahayakan kesehatan manusia. Air kencing dapat menyebabkan penyakit Leptospiral, sejenis penyakit kuning. Isolasi listrik yang terdapat di dalam rumah/gedung juga menjadi sasaran serangan tikus rumah. Hal ini dapat menimbulkan kebakaran. Tikus parit membuat sarangnya dibawah fondasi bangunan.

(7)

Untuk mengatasi serangan tikus itu perlu diadakan pencegahan. Tindakan pencegahan untuk melindungi serangan tikus adalah tempat penyimpanan harus selalu bersih dan kering. Lubang-lubang yang memungkinkan tikus masuk harus ditutup rapat. Jika gedung sudah terserang tikus, pembasmian tikus dapat di lakukan dengan bahan kimia atau racun. Dewasa ini berbagai jenis bahan kimiawi pembasmi tikus banyak diproduksi orang.

2. Serangga

Jenis serangga cukup banyak. Serangga merupakan masalah yang pelik di negara tropik. Makanan yang digemarinya adalah lem atau perekat yang terbuat dari tepung kanji. Siklus kehidupan serangga ini terdiri atas beberapa fase (tahap) yaitu telur, larva, kepompong dewasa. Kerusakan yang terbesar terjadi ketika serangga hidup pada fase larva. Lingkungan yang lembab, gelap, sirkulasi udara kurang merupakan tempat yang ideal bagi serangga. Jenis-jenis serangga dapat digolongkan sebagai berikut :

a. Rayap

Sebutan lain untuk rayap adalah semut putih, walaupun sebetulnya rayap itu bukan semut dan warnanya pun tidak putih. Makanan utama rayap adalah kayu, kertas, foto, gambar, rumput, dan lain-lain. Rayap mampu memusnahkan setumpuk bahan pustaka dalam waktu singkat. Rayap sangat terkenal dengan organisasinya yang rapi. Selain itu rayap juga bersifat kanibalistik, suka memakan kawan-kawannya yang sudah mati. Berdasarkan tempat tinggalnya, rayap dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu rayap bumi dan rayap kayu.

b. Kecoa

Kecoa adalah jenis serangga bersayap dan mempunyai tanduk yang panjang. Jenisnya bermacam-macam. Jenis-jenis kecoa yang dikenal adalah sebagai berikut :

a. Kecoa Timur (Blatta orientalis)

(8)

c. Kecoa Jerman (Blatta germanica) d. Kecoa Australia (Periplaneta australia)

Kecoa merupakan salah satu penyebab penyakit pes, lepra, kolera, tifus dan lumpuh anak-anak. Kotoran kecoa yang berupa cairan dapat merusak keutuhan bahan pustaka. Kecoa senang bermukim di tempat-tempat yang gelap, di sudut-sudut ruangan, dan lain-lain. Makanan kegemarannya ialah sisa-sisa makanan, makanan yang busuk, serangga-serangga yang mati, kanji, perekat, sampul buku, serta kain pada punggung buku.

c. Ikan Perak (Silver Fish)

Ikan perak mempunyai banyak nama, antara lain : silver moth, sugar

fish, slicker, fish moth dan sugar louse. Serangga ini berbadan ramping, tidak

bersayap, dan berwarna abu-abu. Serangga ini lebih aktif di malam hari. Telurnya diletakkan di tempat-tempat yang gelap. Setelah dua minggu apabila kondisi lingkungan mendukung maka telur akan menetas.

Jenis serangga ini hidup di tempat-tempat yang gelap seperti di belakang buku-buku, rak-rak dan lemari. Makanan yang menjadi sasaran utamanya ialah perekat yang terbuat dari tepung kanji. Bagian buku yang paling cepat dirusak ialah punggung buku, kulit buku, label buku, gambar dan lain-lain. Serangga ini diperkirakan mempunyai seratus jenis yang tersebar di seluruh dunia. Jenis-jenis ikan perak yang dikenal ialah sebagai berikut :

(a) Lepisma sacharina, (b) Thermogia domestica, (c) Cteno lepisma urbana, (d) Cteno lepisma longi caudata.

d. Kutu Buku (Book Lice)

Bentuk jenis serangga ini sangat kecil sehingga sering disebut kutu buku. Bagian buku yang diserang adalah punggung dan pinggirnya. Serangga ini memang sangat rakus terhadap kertas. Permukaan kertas selalu dikikisnya sehingga huruf-hurufnya hilang. Di samping itu, kutu buku menghancurkan

(9)

selulosa. Perusakan kertas di lakukan oleh larva-nya. Jenis serangga ini paling sukar diberantas. Jenis-jenis kutu buku yang dikenal ialah sebagai berikut :

(a) Lipocelis divinatorium, (b) Trogium pulsatorum, (c) Pesoceoptropus macrops, (d) Pesyllopsocus, (e) Dorypetrix, (f) Lachessilla, (g) Lepinotus, (h) Ectopsocus, (i) Archipsocus. e. Ngengat Pakaian

Jenis serangga ini memiliki badan yang tipis dan berwarna coklat. Umurnya tidak lama. Meskipun serangga ini dinamakan ngengat pakaian, namun ini juga menyerang kulit dan kertas. Ngengat ini lebih senang hidup di tempat-tempat yang gelap. Jenisnya bermacam-macam, tetapi yang paling banyak dikenal ialah :

(a) Tincola polioella, (b) Tincola biselliela humm, (c) Tri chorpaga tapetzella.

f. Kumbang

Jenis kumbang yang berbahaya untuk perpustakaan ialah sebagai berikut :

(a) Kumbang kulit (Dermestidac),

(b) Kumbang bubuk (Anoobiidae lyctidae, Bostridae), (c) Kumbang bertanduk panjang (Carabycidae),

(d) Kumbang laba-laba (Ptinidae). Larva kumbang bubuk suka sekali makan selulose bahan-bahan pustaka.

(10)

3. Jamur

Jamur (Fungi) merupakan mikroorganisme yang tidak berklorofil. Untuk memperoleh makanan harus mengambil dari sumber kehidupan lain (parasit) ataupun dari benda mati (sapropit). Jamur berkembang biak dengan spora, dapat menyebar di udara dan apabila menemukan lingkungan yang cocok maka spora tersebut akan berkembang biak. Kertas merupakan tempat yang ideal bagi berkembangnya spora, terutama di lingkungan yang mempunyai kelembaban tinggi.

Jamur yang bisa merusak bahan pustaka ini bukanlah jenis jamur yang bisa dibuat soup dan kita makan, tetapi jenis jamur yang beracun yang lazim kita lihat pada pakaian, kertas atau benda-benda lain. Jamur jenis ini akan bisa membiak dengan leluasa jika benda tersebut kena kotoran, debu, serta tingkat kelembaban yang tinggi yaitu 80% ke atas, dengan temperatur di atas 210C. Jamur tersebut memproduksi beberapa macam bahan organik seperti : asam oksalat, asam formiat, dan asam sitrat yang menyebabkan kertas menjadi asam, lembut dan rapuh. Jamur ini juga merusak perekat-perekat yang ada pada kertas sehingga merusak daya rekatnya, dan merusak tinta yang menyebabkan tulisan tidak terbaca. Jamur yang menempel pada bahan pustaka bisa membuat bahan pustaka lengket satu sama lain sehingga kertas sobek jika dibuka. Kita bisa lihat, misalnya : mula-mula kertas berwarna putih, kemudian warna itu berubah menjadi biru, dan akhirnya warna biru itu berubah menjadi hitam. Pada tingkat demikian, kertas sukar diperbaiki, jamur sukar dihilangkan.

Jika punggung buku kena air atau lembab, tumbuh jamur dengan warna putih. Jamur ini bisa dibersihkan dengan alkohol, dan tidak akan tumbuh lagi. Selain faktor biologi, seperti : serangga, mikroorganisme, tikus dan lain sebagainya, ada lagi perusak bahan pustaka yang hebat, yaitu yang disebut faktor fisik, misalnya : debu, cahaya, suhu dan kelembaban. Jenis perusak bahan pustaka ini tidak boleh diabaikan, karena benar-benar membawa kerusakan yang besar.

(11)

2.5.2 Faktor Fisika a. Debu

Debu dapat masuk secara mudah ke dalam ruang perpustakaan melalui pintu, jendela atau lubang-lubang angin perpustakaan. Apabila debu melekat pada kertas, maka akan terjadi reaksi kimia yang meninggikan tingkat keasaman pada kertas. Akibatnya kertas menjadi rapuh dan cepat rusak. Di samping itu, apabila keadaan ruang perpustakaan lembab, debu yang bercampur dengan air yang lembab itu akan menimbulkan jamur pada buku. Debu dari jalan yang mengandung belerang atau debu dari knalpot kendaraan mempunyai daya rusak yang paling tinggi. Debu tersebut sangat mudah bersenyawa dengan kertas, apalagi pada ruangan yang lembab. Untuk menghindari kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh debu, perpustakaan hendaknya selalu bebas dari debu. Caranya ialah dengan selalu membersihkan ruangan perpustakaan. Alat pembersih yang paling bagus untuk bahan pustaka ialah vacuum cleaner.

b. Suhu dan kelembaban

Kerusakan kertas yang disebabkan oleh suhu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan perekat pada jilidan buku menjadi kering, sedangkan jilidannya sendiri menjadi longgar. Di samping itu, suhu yang tinggi itu dapat menyebabkan kertas menjadi rapuh, warna kertas menjadi kuning. Sebaliknya, apabila lembab nisbi terlalu tinggi, buku akan menjadi lembab. Sebagai akibatnya, buku mudah diserang jamur, rayap, kecoa, kutu buku dan ikan perak.

Suhu yang tidak terlalu ekstrim seperti di Indonesia, tidak begitu berpengaruh pada kekuatan kertas. Masalah baru timbul karena di Indonesia mempunyai kelembaban udara relatif tinggi. Jika udara lembab, maka kandungan air dalam kertas akan meningkat. Hubungan suhu dan kelembaban sangat erat. Jika suhu naik, kelembaban turun dan kandungan air dalam kertas akan berkurang sehingga kertas menyusut. Serat selulosa saling tarik menarik pada proses penyusutan ini.

Ruangan dengan kelembaban tinggi bisa menimbulkan kerusakan pada bahan pustaka. Jamur bisa tumbuh dengan subur dalam kondisi yang lembab ini. Di

(12)

samping itu kertas yang lembab ini akan terjadi reaksi kimia antara zat yang tersisa dalam pembuatan kertas dengan air. Kalau ini terjadi, kertas akan menjadi rapuh, mudah robek.

Udara lembab yang dibarengi dengan suhu udara yang cukup tinggi menyebabkan asam yang ada pada kertas akan terhidroksi, bereaksi dengan partikel logam dan memutuskan rantai ikatan kimia selulosa. Karena itu hindarilah sumber kelembaban tersebut. Jika kelembaban tersebut disebabkan air hujan atau banjir, keringkanlah tempat-tempat tersebut. Kertas yang basah lembab tidak boleh dijemur, tetapi harus dianginkan pelan-pelan menurut tingkat kebasahannya. Kertas yang sangat basah tidak boleh dihembus keras-keras. Pengembusan angin yang cukup keras hanya boleh diberikan pada kertas yang sudah agak kering. Buku yang tercelup air harus dibuka jilidannya, kemudian dikeringkan lembar per lembar agar tidak lengket antara lembar yang satu dengan lembar yang lainnya. Setelah kering kemudian dijilid kembali.

c. Cahaya

Kertas yang kepanasan akan rusak berubah warna menjadi kuning dan rapuh akhirnya rusak. Hindarilah sinar ultraviolet (sinar matahari) yang masuk langsung ke perpustakaan. Kerusakan yang terjadi karena pengaruh sinar ultra adalah memudarnya tulisan, sampul buku dan bahan cetak. Selain itu kertas juga akan menjadi rapuh.

Proses perusakan akan dipercepat dengan adanya uap air dan oksigen dalam udara, sehingga menimbulkan perubahan warna. Buku menjadi kuning kecoklatan dan kadar kekuatan serat pada kertas menurun. Tidak hanya buku, bahan audiovisual lainnya seperti : piringan hitam, kaset audio maupun video akan rusak jika kepanasan.

Demikian pula disket komputer. Untuk menghindarinya hendaknya diusahakan kain gorden sehingga panas atau sinar yang masuk ke perpustakaan bisa diatur. Sinar alami cukup bagus, tetapi tidak bisa dikontrol dengan mudah. Karena itu di negara naju, penerangan perpustakaan menggantungkan pada sinar listrik karena

(13)

mudah dikontrol. Lampu pada ruang rak buku hanya dinyalakan pada saat diperlukan. Jika tidak, ruang rak tersebut gelap. Hal ini juga bisa menghemat listrik. Tetapi AC selalu dihidupkan, sehingga kebersihan, kelembaban dan temperatur bisa terkontrol terus.

2.5.3 Faktor Kimia

Terjadinya reaksi oksidasi dan hidrolisis menyebabkan susunan kertas yang terdiri atas senyawa-senyawa kimia itu akan terurai. Oksidasi pada kertas yang terjadi karena adanya oksigen dari udara menyebabkan jumlah gugusan karbonat dan korboksil bertambah dan diikuti dengan memudarnya warna kertas.

Hidrolisis adalah reaksi yang terjadi karena adanya air (H2O). Reaksi hidrolisis pada kertas mengakibatkan putusnya rantai polimer serat selulosa sehingga mengurangi kekuatan serat. Akibatnya, kekuatan kertas berkurang dan kertas menjadi rapuh. Kandungan asam dalam kertas akan mempercepat kerusakan kertas karena asam akan mempercepat reaksi hidrolisis. Tinta merupakan salah satu sumber terbentuknya asam pada kertas, karena tinta dibuat dengan mencampurkan asam tanat dan garam besi serta ditambah dengan asam sulfat atau asam hidroklorida agar tetesan dapat melekat dengan baik. Selain itu, sumber keasaman dapat juga berasal dari udara karena sifat kertas yang mudah menyerap gas-gas seperti ; sulfur dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2) karbondioksida (CO2) dan gas-gas lain seperti ozon.

2.5.4 Faktor Lain a. Manusia

Manusia dapat bertindak sebagai penyayang buku, tetapi juga bisa menjadi perusak buku yang hebat. Berdasarkan kenyataan yang ada, kerusakan buku terjadi karena ulah manusia. Misalnya, pembaca di perpustakaan secara sengaja merobek bagian-bagian tertentu dari sebuah buku, misalnya diambil gambarnya, tabel-tabel statistiknya.

(14)

Kadang-kadang pengguna perpustakaan sengaja atau tidak sengaja, membuat lipatan sebagai tanda batas baca atau melipat buku ke belakang. Sebagai akibatnya, perekat yang mengelem punggung buku untuk memperkokoh penjilidan dapat terlepas sehingga lembaran-lembaran buku akan terpisah dari jilidnya. Kecerobohan manusia lain misalnya, habis makan tidak membersihkan tangan dahulu sehingga menyebabkan buku menjadi kotor. Apabila buku dipegang dengan tangan kotor atau berminyak, buku akan bernoda. Kotoran yang melekat pada tangan akan berpindah ke buku. Penempatan buku yang terlalu padat di rak akan menyebabkan punggung dan kulitnya rusak. Hal itu harus diperhatikan oleh pustakawan.

Sering terjadi kerusakan justru disebabkan oleh pustakawan itu sendiri yang sehari-hari bergelimang dengan buku. Petugas perpustakaan yang tidak memiliki rasa sayang kepada buku, dan tidak pernah belajar bagaimana melestarikan merawat buku bisa membuat kesalahan yang sangat fatal, seperti contoh di atas kita harus tahu bagaimana menempatkan buku di rak. Mengambil buku dari rak, atau menempatkan buku kembali ke dalam rak. Rak hendaknya jangan diisi terlalu penuh, cukup sekitar 80% saja. Kemudian juga sewaktu menempatkan buku di rak pengangkut pun tidak boleh sembarangan, misalnya ditumpuk begitu saja tanpa memperhatikan kalau ada buku yang tertindih dalam keadaan terlipat. Kalau petugas perpustakaan melihat sebuah buku mengalami kerusakan ia harus segera mengambil tindakan.

Begitu pula pembaca perpustakaan harus diajari bagaimana membuka halaman dengan tidak menggunakan ludah. Tidak mengotori buku, tidak membawa makanan dan minuman ke dalam perpustakaan. Kotoran makanan yang jatuh di lantai perpustakaan bisa mengundang tikus atau binatang lain untuk datang ke perpustakaan dan merusak buku. Diberikan kesadaran untuk tidak mencuri atau merobek buku. Perpustakaan memberikan fasilitas ruang baca atau fotocopy yang cukup untuk para pembaca. Jika mereka meminjam buku hendaknya disertai dengan tanggung jawab yang tinggi, tidak merusak, mengotori ataupun tidak menghilangkan buku tersebut. Jika terpaksa hilang mereka harus bertanggung-jawab untuk menggantinya dengan

(15)

buku yang sama atau sejenis. Tidak sedikit pembaca yang tidak bertanggung-jawab dan mencuri koleksi perpustakaan.

b. Bencana alam

Bencana alam seperti kebakaran atau banjir, dapat mengakibatkan kerusakan koleksi bahan pustaka dalam jumlah besar dan dalam waktu yang relatif singkat. Oleh karena itu pustakawan diharapkan mampu menekan sekecil mungkin akibat dari bencana alam tersebut. Untuk menanggulangi bahaya api maka faktor yang perlu diperhatikan antara lain :

1. Alat-alat di dalam gedung digunakan yang tahan api 2. Perlu dipersiapkan alat pemadam kebakaran

3. Dilarang merokok di dalam ruangan perpustakaan 4. Pemakaian peralatan listrik harus hati-hati.

Bahaya banjir merupakan musibah yang sering melanda beberapa tempat di Indonesia. Bahan pustaka yang rusak oleh air harus diperbaiki dengan cara dikeringkan atau dianginkan.

2.6 Perawatan Bahan Pustaka

2.6.1 Perbaikan kerusakan bahan pustaka

Sebagai pustakawan kita harus dapat memperbaiki dokumen yang rusak, baik itu kerusakan kecil maupun kerusakan yang berat. Perpustakaan sebaiknya memiliki ruangan khusus untuk melakukan pekerjaan ini. Menambal buku berlubang oleh larva kutu buku atau sebab lainnya, menyambung kertas yang robek, atau menambal halaman buku yang koyak adalah pekerjaan yang mesti dapat dikerjakan. Mengganti sampul buku yang rusak total, menjilid kembali, atau mengencangkan penjilidan yang kendur adalah pekerjaan yang harus dikuasai oleh restaurator. Berbagai macam kerusakan yang lain yang mungkin terjadi, tidak boleh ditolak oleh bagian pelestarian ini. Bahan-bahan yang diperlukan, serta cara mengerjakan perbaikan ini akan dijelaskan.

(16)

1. Menambal kertas

Larva kutu buku sering membuat lubang pada buku, dari halaman depan sampai belakang. Kecoa atau ikan perak juga sering memakan kertas, sehingga kertas tersebut menjadi berlubang atau robek. Kerusakan dapat pula terjadi pada bahan pustaka yang sering dipakai. Karena sering dipakai, bahan pustaka menjadi tipis pada bagian lipatan. Kerusakan tersebut dapat diperbaiki dengan menambalnya. Ada 2 jenis penambalan bahan pustaka yang selama ini dikenal, yaitu penambalan karena kertas berlubang dan penambalan karena kertas robek memanjang.

Kertas yang berlubang disebabkan oleh larva kutu buku. Jika tidak terlalu parah, dapat ditutup dengan bubur kertas tanpa mengganggu isi buku. Rendam kertas yang baik dan bersih dengan air suling pada pH 5,5 sampai 8,5. kemudian diblender sampai menjadi bubur kertas yang halus. Kertas yang akan ditambal diletakkan di atas kertas penyerap. Tutup lubang secukupnya, ratakan, olesi lem kanji, tutup dengan kertas penyerap, kemudian dipres dan dikeringkan. Setelah kering lubang kertas sudah tertutup.

Penambalan kertas yang robek memanjang dapat di lakukan dengan 2 cara, yaitu :

a. Penambalan dengan kertas Jepang (sejenis kertas untuk laminasi) b. Penambalan dengan kertas tisue

Menambal dengan kertas Jepang dikerjakan bila ada halaman buku yang robek, baik robeknya lurus maupun tidak lurus. Penambalan ini dapat di lakukan jika robeknya hanya sepanjang 3 cm sampai dengan di atas 10 cm. Kerusakan itu harus segera diperbaiki, kalau tidak robeknya akan merambat dan mengakibatkan separuh halaman hilang. Kerusakan menjadi parah. Untuk menghindari keadaan semacam ini, buku yang halamannya robek hendaknya ditarik dari peredaran, dan dikirim ke bagian perbaikan (preservasi).

2. Memutihkan kertas.

Kertas yang terkena debu atau lumpur akan berwarna kecoklatan. Ini dapat diputihkan dengan menggunakan berbagai zat kimia, seperti :

(17)

1. Chloromine T

Chloromine T 2,5% dilarutkan ke dalam air, kertas yang akan diputihkan

diletakkan di atas kertas penyerap, kemudian diolesi dengan larutan di atas. Cara ini dapat diulang sampai noda atau warna putih yang dikehendaki tercapai. Keuntungan penggunaan zat ini adalah tidak meninggalkan residu yang berbahaya pada kertas.

2. Gas Chlorodioksida

Penggunaan gas untuk memutihkan bahan cetakan cukup baik. Seperti pada

Chloromine T, gas ini dilarutkan di dalam air dengan cara mengalirkannya. Kertas

yang akan diputihkan dicelupkan ke dalam larutan selama 5 menit kemudian diangkat. Agar kertas tidak robek, dapat dibantu penyangga kaca. Kemudian dimasukkan ke air bersih untuk membilas larutan gas Chlorodioksida yang masih menempel di kertas. Tes dahulu apakah tintanya luntur atau tidak. Kalau kertasnya luntur, hanya pada titik noda saja yang diputihkan dengan kuas.

3. Natrium Chlorida

Cara membuatnya ialah dengan mengambil 20 gram NaCl dan dimasukkan ke dalam 3 liter air pada suatu bejana. Kemudian tambahkan 75 ml formaldehida 40%. Rendam kertas yang akan diputihkan sampai noda hilang atau tingkat keputihan yang dikehendaki dicapai. Dengan bantuan kaca, ambil lembaran kertas tadi dan bilas dalam air bersih, agar residu zat pemutihnya hilang.

4. Potasium Permanganate

Bahan yang dipergunakan adalah KMnO4 0,5-5% dilarutkan ke dalam air. Lembaran yang akan diputihkan direndam di dalamnya selama 5 menit. Kemudian dimasukkan pada bak kedua yang telah diisi air dengan larutan

natrium tiosulfat 5% untuk menghilangkan warna coklat larutan KMnO4. selanjutnya kertas dimasukkan ke dalam air bersih untuk menghilangkan residunya.

(18)

Bahan ini bereaksi sangat lambat, karena itu baik untuk kertas. Tetapi kita harus selalu memperhatikan pH yaitu 11. Untuk mendapatkan pH yang dikehendaki perlu dipakai larutan penyangga. Tanpa larutan penyangga, pH akan menurun (kadarnya naik). Pakailah larutan penyangga sehingga pH tidak turun melampaui angka 7.

6. Hidrogen Peroksida

Bahan ini bereaksi cepat, biasanya disimpan dalam konsentrasi 30 % di dalam botol atau dalam kaleng tertutup. Bahan ini tidak tahan terhadap sinar matahari. Kadarnya akan turun jika terkena sinar matahari, karena itu harus disimpan di tempat yang gelap. Sebaiknya kertas yang akan diputihkan sudah diturunkan kadar keasamannya. Hidrogen peroksida 30% dibuat H2O2 5-10% dengan ditambah amoniak sampai pH-nya antara 9,5-10,5. Masukkan kertas yang akan diputihkan ke dalam larutan tersebut sampai tingkat keputihan yang dikehendaki tercapai. Setelah cukup, angkat kertas tersebut dan bersihkan dengan air bersih dengan merendamnya selama 30 menit. Kemudian dianginkan sampai kering.

Pemutihan kertas ini lebih bersifat sekedar menghilangkan noda pada kertas daripada memutihkan lembaran buku yang sudah ditulisi, baik tulisan cetak, maupun tulisan tangan. Tetapi kalau memang dianggap sangat perlu, dapat juga seluruh halaman dari suatu buku diputihkan.

3. Mengganti halaman yang robek

Halaman yang robek dan robekannya tak dapat diperbaiki dengan menambalnya, atau sudah hilang, harus diganti dengan membuatkan foto kopinya. Foto kopi tersebut dipotong sesuai dengan luas halaman buku. Kemudian disisipkan dan ditempelkan dengan lem secara hati-hati pada bagian yang hilang. Karena penyisipan di lakukan pada buku yang terjilid, ada kemungkinan terjadi kelebihan lebar halaman tambahan tersebut.

Untuk itu kelebihan perlu dipotong. Agar tidak perlu memotong pada akhir pekerjaan, sebaiknya kertas yang akan disisipkan dikurangi lebarnya pada bagian yang akan ditempelkan. Sedangkan waktu menyisipkannya pinggiran kertas

(19)

diratakan dengan kertas halaman buku yang ada. Ini lebih mudah dan hasil akhir bisa rata, karena sudah disesuaikan dengan ukurannya.

4. Mengencangkan benang jilidan yang kendur

Kalau masih belum terlalu parah, kita cukup mengencangkan benang yang menjadi longgar dengan menariknya. Dengan jarum benang kita jahit dan matikan benag yang longgar tadi. Kalau sudah terlalu parah bukalah kertas pelindung dan sampul buku sekaligus. Lihat benangnya. Kencangkan yang longgar, sambung yang putus, atau ganti benang dengan menjilidnya lagi. Setelah itu,pasanglah lembar pelindung dan smpulnya lagi. Kalau ada yang rusak waktu dibongkar tadi, maka gantilah dengan lembar pelindung yang baru.

5. Memperbaiki punggung buku, engsel, atau sampul buku yang rusak.

Dengan alat-alat penjilidan yang sederhana, berbagai kerusakan di atas dapat diperbaiki. Seperti pada perbaikan benang jilidan diatas, maka kerusakan punggung buku, engsel buku dan sampul buku harus di lakukan dengan membongkar buku yang rusak itu, kemudian perbaiki atau menggantinya dengan yang baru.

2.6.2 Pencegahan kerusakan bahan pustaka

1. Pencegahan kerusakan bahan pustaka terutama bertujuan agar :

a. Kerusakan yang lebih hebat dapat dihindarkan. Koleksi yang dimakan oleh serangga atau dirusak binatang mengerat dapat diselamatkan;

b. Koleksi yang terkena penyakit, misalnya terkena jamur dapat diobati, yang terkena kerusakan kecil dapat diperbaiki;

c. Koleksi yang masih baik dan dapat terhindar dari penyakit maupun kerusakan lainnya;

d. Kelestarian fisik bahan pustaka terjaga;

e. Kelestarian informasi yang terkandung dalam bahan pustaka tersebut dapat terjaga;

f. Pustakawan atau pegawai yang bekerja di perpustakaan sadar bahwa bahan pustaka bersifat rawan kerusakan;

(20)

g. Para pemakai terdidik untuk berhati-hati dalam menggunakan buku, serta ikut menjaga keselamatannya;

h. Semua pihak baik petugas perpustakaan maupun pemakai perpustakaan selalu menjaga kebersihan lingkungan;

2. Berbagai usaha pencegahan kerusakan bahan pustaka

Usaha melakukan pencegahan kerusakan bahan pustaka yang di lakukan sejak dini merupakan tindakan yang lebih baik dan lebih tepat daripada melakukan perbaikan bahan pustaka yang telah parah keadaannya. Usaha melakukan pencegahan kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh beberapa faktor dapat di lakukan dengan cara-cara berikut :

a. Mencegah kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh manusia b. Kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh tikus

c. Kerusakan yang disebabkan oleh serangga

d. Mencegah kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh jamur e. Kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh banjir

f. Kerusakan yang disebabkan oleh kebakaran

g. Kerusakan bahan pustaka yang disebabkan oleh debu h. Mencegah kerusakan sampul buku

i. Mencegah kerusakan pada punggung buku j. Mencegah kerusakan pada engsel buku k. Mencegah kerusakan pada jilidan buku

l. Mencegah kerusakan bahan pustaka karena lembaran yang terlepas m. Mencegah kerusakan bahan pustaka karena coretan tinta

n. Mencegah kerusakan bahan pustaka karena penyobekan halaman atau pengambilan gambar

o. Mencegah kerusakan bahan pustaka karena penempelan selotip

p. Mencegah kerusakan bahan pustaka karena noda makanan dan minuman q. Mencegah kerusakan bahan pustaka karena pemudaran kertas

(21)

r. Mencegah kerusakan bahan pustaka karena bercak noda merah kecoklatan (foxing)

s. Mencegah kerusakan bahan pustaka karena noda air dan kebocoran t. Mencegah kerusakan bahan pustaka karena kerapuhan

u. Mencegah kerusakan bahan pustaka karena rendahnya mutu bahan

2.7 Penyiangan

Penyiangan (weeding) adalah kegiatan pemilahan terhadap koleksi bahan pustaka yang ada di perpustakaan. Kegiatan penyiangan ini di lakukan agar bahan pustaka yang tidak sesuai lagi diganti dengan bahan pustaka yang baru. Bahan pustaka yang perlu disiangi biasanya bahan pustaka yang isinya tidak relevan lagi, sudah usang, isinya tidak lengkap, bahan pustaka yang sudah ada edisi terbarunya dan bahan pustaka yang fisiknya sudah sangat rusak. Tujuan kegiatan penyiangan ini antara lain :

1. Membina dan memperbaiki nilai pelayanan informasi oleh perpustakaan 2. Memperbaiki kinerja perpustakaan

3. Meningkatkan daya guna dan hasil guna ruang dan koleksi 4. Mengetahui mutu, lingkup, dan kedalaman koleksi

5. Menyesuaikan koleksi dengan tujuan dan program perguruan tinggi 6. Mengetahui kekuatan dan kelemahan koleksi

7. Menyesuaikan kebijakan penyiangan koleksi 8. Meningkatkan nilai informasi

Prosedur penyiangan di lakukan dengan langkah sebagai berikut : 1. Menentukan bahan perpustakaan yang perlu disiangi

2. Menyisihkan bahan perpustakaan yang masih dapat diperbaiki

3. Menyisihkan bahan perpustakaan yang masih bermanfaat untuk perpustakaan lain

4. Membutuhkan stempel atau tanda ditarik/dikeluarkan dari perpustakaan universitas tanpa nama pada setiap bahan perpustakaan yang dikeluarkan

(22)

5. Mencabut dan menyisihkan kartu katalog bahan perpustakaan yang disiangi 6. Menghapus bahan perpustakaan dari inventaris, buku induk, komputer atau

pangkalan data

7. Menghapus data-data bahan pustaka dari inventarisasi, buku induk dan pangkalan data dari komputer.

2.8 Stock Opname

Stock Opname ialah suatu kegiatan pengumpulan jumlah koleksi bahan pustaka menurut subjek yang sesuai dengan subjek yang dicakup oleh suatu perpustakaan.

Kegiatan stock opname bertujuan untuk :

a. Mengetahui dengan tepat profil koleksi bahan pustaka yang ada di suatu perpustakaan.

b. Mengetahui jumlah buku (judul/eksemplar) koleksi bahan pustaka menurut golongan klasifikasi dengan tepat.

c. Menyediakan jajaran katalog yang tersusun rapi yang mencerminkan kondisi koleksi bahan pustaka.

d. Mengetahui dengan tepat bahan pustaka yang tidak ada katalognya. e. Mengetahui dengan tepat bahan pustaka yang dinyatakan hilang.

f. Mengetahui dengan tepat kondisi bahan pustaka, apakah dalam keadaan rusak atau tidak lengkap.

Keuntungan diadakannya stock opname :

a. Dapat disusun daftar bahan pustaka yang disiangi karena sudah tidak sesuai lagi baik subjek, tahun, kondisi bahan pustakanya serta mendaftar susunan bahan pustaka secara mutahir.

b. Mengetahui bahan pustaka yang paling banyak diminati pengguna. Hal ini digunakan sebagai petunjuk pemilihan bahan pustaka.

(23)

d. Dapat diperolehnya susunan bahan pustaka yang rapi di dalam rak. e. Membersihkan bahan pustaka dari debu dan kotoran lain.

Kerugian diadakannya stock opname :

a. Mengurangi kenyamanan bagi pengguna, karena selama kegiatan stock opname, semua bahan pustaka yang sedang dipinjam ditagih kembali.

b. Selama kegiatan stock opname, perpustakaan tidak memberikan pelayanan kepada pengguna. Hal ini kurang diinginkan pengguna. Untuk mengatasinya seringkali stock opname di lakukan pada saat-saat pengguna sedikit (misalnya : waktu libur).

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai bentuk penghormatan bawahan terhadap atasan, dan kesungkanan Nakayama terhadap Kawakami, Nakayama menggunakan percakapan bahasa sopan dan hormat atau disebut dengan

1) Pengumpulan zakat dilakukan oleh badan amil zakat yang dibentuk oleh pemerintah dan lembaga amil zakat yang dibentuk oleh masyarakat dan dikukuhkan oleh pemerintah.

Buku ilmiah populer Etnobotani Tumbuhan Leucosyke capitellata di Kawasan Hutan Bukit Tamiang Kabupaten Tanah Laut mempunyai nilai 92,71% dengan kriteria sangat valid yang

Kebijakan puritanisme oleh sultan Aurangzeb dan pengislaman orang-orang Hindu secara paksa demi menjadikan tanah India sebagai negara Islam, dengan menyerang berbagai praktek

International Services Pacific Cross atau mereka yang mendapat kuasa olehnya, segala catatan/keterangan mengenai diri dan keadaan/kesehatan Tertanggung baik selama Tertanggung

Dinas Perumahan, Kawasan Permukiman dan Cipta Karya melalui Bidang Permukiman berupaya untuk selalu mereview dan memperbaharui status dari Database infrastruktur,

Dengan demikian pada level tiga tersebut akan diperoleh sejumlah angka indeks konsistensi yang banyaknya sama dengan unsur-unsur dalam level dua. Langkah selanjutnya adalah

Jika salah satu kumparan dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik, fluks bolak-balik timbul di dalam inti besi yang dihubungkan dengan kumparan yang lain menyebabkan