TUGAS AKHIR – RC09 -1380
PERENCANAAN PERKUATAN TANAH DASAR DI BAWAH
KONSTRUKSI TANGGUL WADUK JABUNG, LAMONGAN
S. FAISAL RACHMAN
NRP 3106 100 008
Dosen Pembimbing :
Ir. Suwarno, M.Eng
Musta’in Arif, ST.MT
JURUSAN TEKNIK SIPIL
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 2011
PERENCANAAN PERKUATAN TANAH DASAR DI BAWAH KONSTRUKSI TANGGUL WADUK JABUNG, LAMONGAN
Nama Mahasiswa : S Faisal Rachman
NRP : 3106 100 008
Jurusan : Teknik Sipil FTSP - ITS
Dosen Konsultasi : Ir. Suwarno, M.Eng Musta’in Arif, ST.MT
Abstrak
Perencanaan Konstruksi Tanggul terletak di Desa Jabung Kecamatan Laren, Lamongan. Terdapat tiga perencanaan Konstruksi Tanggul yaitu Tanggul Inlet, Connecting Channel I dan II. Berada diatas tanah dasar yang lembek dan memiliki muka air tanah yang tinggi. Berdasarkan data tanah yang ada, terdapat lapisan tanah lempung lembek setebal ±9 meter dibawah konstruksi tanggul. Jadi ada kemungkinan terjadi pemampatan dari lapisan tanah dasar di bawah konstruksi Tanggul yang dapat menyebabkan retakan pada badan dan kelongsoran (keruntuhan puncture ) terhadap Konstruksi Tanggul.
Tanah dasar dilokasi perencanaan ternyata tidak dapat menerima beban sebesar tinggi timbunan yang direncanakan, jadi perlu diketahui besarnya tinggi timbunan kritis (SF =1) yang mampu dipikul oleh masing-masing lapisan tanah dasar terhadap beban timbunan yang ada diatasnya.
Dari hasil analisa didapatkan nilai keamanan (SF) dari masing-masing konstruksi tanggul kurang aman. Oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan tanah dengan pemberian perkuatan pada tanah dasar. Perkuatan pada tanah dasar dilakukan dengan penggunaan Cerucuk, Minipile dan Stone Column.
Pemasangan perkuatan di bawah Konstruksi Tanggul dilakukan pada jarak tiap 1 meter dengan kedalaman yang didapat dari hasil analisa yaitu pada kedalaman 5 meter dan 12 meter. Setelah dilakukan percobaan perkuatan dengan cerucuk, minipile dan stone column. Dapat disimpulkan bahwa perkuatan pemasangan minipile sedalam 12 meter pada tanah dasar di bawah konstruksi tanggul memberikan nilai keamanan yang diingiinkan (SF > 1.5).
Kata kunci : Lempung Lembek, perkuatan tanah dasar, cerucuk, minipile dan stone
Lokasi Perencaan Perkuatan Tanah
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Konstruksi Tanggul biasanya digunakan sebagai penahan air disekitar waduk ataupun kolam-kolam penampungan yang berfungsi sebagai penampung air atau pengendali banjir. Dengan adanya Konstruksi Tanggul sebagai penahan dan pembatas disekitar waduk dapat dimanfaatkan oleh masyarakat air yang tertampung didalamnya baik untuk kebutuhan sehari-hari (mencuci, kebutuhan air bersih) dan pertanian (irigasi).
Secara geografis Desa Jabung Kecamatan Laren, Lamongan memiliki kontur yang rendah sehingga apabila musim hujan tiba terjadi banjir yang disebabkan oleh meluapnya debit aliran air yang melewati Sungai Bengawan Solo di Kecamatan Laren, Lamongan Jawa Timur . Akibat yang ditimbulkan dari meluapnya air (banjir) tersebut seperti tergenangnya puluhan bahkan ratusan rumah, terputusnya akses jalan transportasi darat, dan kesulitan mencari air bersih .
Untuk mengatasi berbagai permasalahan yang ditimbulkan oleh luapan Sungai Bengawan Solo, dibutuhkan Konstruksi Tanggul sebagai penahan air disekitar Waduk Jabung, Lamongan. Jadi sewaktu terjadi debit aliran air berlebihan masuk di Sungai Bengawan Solo dan diprediksi kemungkinan meluap (menyebabkan banjir), akan diarahkan masuk kedalam waduk yang berfungsi sebagai penampung air dan pengendali banjir dengan Tanggul sebagai konstruksi penahan air disekitar waduk tersebut .
Berdasarkan data tanah yang ada, Konstruksi Tanggul yang akan dibangun berada diatas tanah lembek. Dengan kondisi seperti ini, Perencanaan Konstruksi Tanggul akan menghadapi kendala diantaranya sebagai berikut :
• Tingginya muka air tanah
• Daya dukung tanah dasar yang rendah • Pemampatan tanah dasar yang relatif
besar dan berlangsung lama
Karena tingginya muka air tanah dilokasi perencanaan tanggul menyebabkan pemampatan yang relatif sangat besar terhadap konstruksi tanggul yang dapat mengakibatkan kelongsoran dan retak pada badan tanggul. Untuk itu kondisi tanah dasar dibawah konstruksi tanggul harus tidak terjadi penurunan sehingga kelongsoran, retak, dan perbedaan penurunan tanah tidak akan terjadi.
Dengan demikian sangat diperlukan adanya perbaikan tanah dasar dibawah konstruksi tanggul, yang sesuai dengan kondisi tanah dilokasi perencanaan. Perbaikan tanah yang dipilih adalah
penggunaan cerucuk dan stone column (karena perbaikan tanah dengan penggunaan cerucuk dan stone column dirasa paling sesuai dan efektif mengatasi penyelesaian permasalahan yang terjadi dalam Tugas Akhir).
1.2 Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan diselesaikan dalam Tugas Akhir ini yang terdiri dari : • Permasalahan Pokok :
Jenis perkuatan tanah dasar seperti apakah yang sesuai untuk perencanaan perkuatan tanah dasar di bawah Konstruksi Tanggul Waduk Jabung Lamongan ?
• Permasalahan Rinci :
1. Bagaimana kondisi tanah dasar dilokasi perencanaan tanggul yang akan dibangun ? 2. Berapa pemampatan yang terjadi akibat beban
yang bekerja diatas tanah dasar (konstruksi tanggul dan beban luar) ?
3. Apakah daya dukung tanah dasar yang ada mampu menerima beban yang direncanakan dan tidak menyebabkan keruntuhan konstruksi badan tanggul ?
4. Bagaimana jenis alternatif perkuatan tanah dasar yang paling sesuai sehingga konstruksi tanggul tidak mengalami keruntuhan dan tetap kuat ?
1.3 Tujuan Tugas Akhir
Dapat menentukan jenis perkuatan tanah dasar yang sesuai untuk perencanaan perkuatan tanah dasar di bawah Konstruksi Tanggul Waduk Jabung Lamongan agar dapat memikul beban konstruksi tanggul dan beban luar yang ada sehingga konstruksi tanggul tidak mengalami keruntuhan dan tetap kuat
1.4 Batasan Masalah
1. Aspek hidrologi tidak dibahas (sesuai perencanaan yang ada)
2. Metode Pelaksanaan dan Analisa biaya tidak dibahas
3. Konstruksi tanggul sesuai perencanaan yang ada.
1.5 Lokasi Perencanaan
Lokasi perencanaan Konstruksi Tanggul berada didesa Jabung Kecamatan Lareng, Lamongan.
METODOLOGI
Gambar 3.1 Flowchart Prosedur pengerjaan Tugas
Akhir Gambar 3.2 Flowchart Prosedur pengerjaan Tugas Akhir Dengan Perkuatan Tanah Dasar)
Pemilihan Alternatif Perkuatan Pemakaian Cerucuk Pemakaian Stone Column
Penentuan Jenis Alternatif Perkuatan didasarkan pada :
• Nilai keamanan yang diinginkan • Kemudahan dalam proses
pelaksanaan pekerjaan perkuatan tanah dasar
• Kemudahan dalam memperoleh material perkuatan tanah dasar
A
A
'
Pemakaian Minipile Mulai Studi Literatur Pengumpulan Data : 1. Data Timbunan 2. Data Tanah Dasar3. Spesifikasi Material Perkuatan
Ya Cek Daya Dukung Perhitungan Beban Cek Pemampatan Kesimpulan Perencanaan Selesai Ya A A' Tidak
N = 2
Sandy, clay Very soft N = 5 Sand, Loose N = 16 Clay, Stiff 0 9 17 20
Depth
γsat γd γ' cu
E
Deskripsi
(meter)
(t/m3) (t/m3) (t/m3) (t/m2)
(t/m2)
Tanah
0.00 - 9.00 2 1.44 0.7 0.44 0.1 10 2.86 138 0.2 0.47 0.09 Sandy, Clay
9.00 - 17.00 5 1.27 0.3 0.27 0 26 1.53 1,235 0.22 - - Sand
17.00 - 20.00 16 1.6 0.95 0.6 2 33 1.83 1,200 0.2 1.79 0.36 Lempung
N
(Blows)
φ° e
υ
Cc Cs
BAB IV
DATA DAN ANALISA
4.1 Tanah Timbunan
Material timbunan yang digunakan
sebagai bahan timbunan, berasal dari material
pilihan yang berasal dari sekitar lokasi
perencanaan konstruksi tanggul. Dimana
material timbunan yang memenuhi kriteria
akan digunakan sebagai material dari
konstruksi tanggul, namun apabila material
timbunan yang ada tidak mencukupi
kapasitasnya digunakan untuk konstruksi
tanggul akan diambil dari daerah lain yang
sesuai dengan ketentuan yang telah
diisyaratkan.
Proyek : Pekerjan Tanggul Jabung Ring Dike
Lokasi : Tanggul Jabung
Quary : 1. Desa Plangwot, Kec. Laren, Kab.
Lamongan
2. Desa Mlanci, Kab. Tuban
Tabel 4.1 Hasil Pengujian Material Timbunan
Satua n
Hasil Pengujian Material Inlet Channel Connectin g Connecting Channel I Chanel II Gs 2.596 2.725 2.610 Wc % 22.85 23.75 24.50 γsat t/m3 2.23 2.31 2.25 γt t/m3 1.87 1.91 1.83 γdry t/m3 1.52 1.54 1.47 n 0.41 0.43 0.44 C t/m3 10.24 8.08 10.93 φ ...˚ 10.83 14.25 7.28
4.2
Tanah Dasar
Seperti yang telah dijelaskan pada Bab
Pendahuluan bahwa kondisi tanah dilokasi
perencanaan terdapat lapisan tanah lempung
lembek setebal ±9 meter pada kedalaman 0 – 9
meter.
Gambar 4.1 Profil tanah dasar
Tabel 4.2 Data Tanah Dasar
BAB V
PERENCANAAN PERKUATAN
DIBAWAH KONSTRUKSI
TANGGUL
5.1
Perhitungan Beban
Seteleh design perkerasan didapatkan,
maka semua beban yang akan diterima oleh
tanah dasar diperhitungkan. Beban yang berada
diatas tanah dasar meliputi :
1. Beban timbunan
2. Beban perkerasan
3. Beban traffic
Untuk beban traffic, dalam perencanaan
Tugas Akhir ini menggunakan asumsi bahwa
qtraffic
berkorelasi dengan tinggi timbunan yang
direncanakan (Japan Road Association, 1986,
Gambar 2.4). didapatkan q
traffic= 1 t/m
2. Maka
perhitungan untuk semua beban adalah:
1. Konstruksi Tanggul Inlet Channel (lihat lampiran 2.1)
• qtimb = 6 x 1.87= 11.22 t/m
2• qperkerasan = (0.05x1.45)+(0.1x1.6) = 0.23
t/m
2• qtraffic
• qtotal = 12.45 t/m2
= 1 t/m
2+
2. Konstruksi Tanggul Connenting Channel I (lihat lampiran 2.2)
• qtimb
= 6 x 1.91 = 11.46 t/m
2• qperkerasan
= (0.05x1.45)+(0.1x1.6 =0.23 t/m
2 • qtraffic • qtotal = 12.69 t/m2 = 1 t/m2 +3. Konstruksi Tanggul Connecting Channel II (lihat lampiran 2.3)
• qtimb = 6 x 1.83= 10.98 t/m
2• qperkerasan =(0.05x1.45)+(0.1x1.6)=0.23 t/m
2• qtraffic
• qtotal = 12.21 t/m2= 1 t/m
2+
5.2.1 Pemampatan di Bawah Konstruksi
Tangul
Untuk mengetahui besar pemampatan
yang terjadi, terlebih dahulu dilakukan
perhitungan terhadap beban yang terjadi diatas
tanah dasar. Beban yang berada diatas tanah
dasar telah diperoleh dari perhitungan
sebelumnya (5.1 Perhitungan Beban).
Prakiraan besar pemampatan lapisan
tanah lempung menggunakan Persamaan 2.4.
Hasil prakiraan pemampatan lapisan tanah
lempung kedalaman 1 - 9 meter (very soft).
1. Akibat Beban Konstruksi Tanggul Inlet Channel
Pemampatan yang terjadi sebesar = 1.145 meter
2. Akibat Beban Konstruksi Tanggul Connecting Channel I
Pemampatan yang terjadi sebesar = 0.748 meter
3.
Akibat Beban Konstruksi Tanggul Connecting Channel IIPemampatan yang terjadi sebesar = 1.159 meter
5.2.2 Perhitungan Waktu Penyelesaian
Pemampatan
Dengan mengetahui besarnya settlement
di setiap lapisan tanah dasar (tanah lempung),
maka perlu juga mengetahui lama
pemampatan-pemampatan tersebut berakhir.
Besarnya pemampatan tanah lempung saat
dibebani tanpa metode perbaikan tanah, hanya
mengandalkan Cv saja. Hal ini karena tidak
adanya drainase vertikal (vertical drains) yang
berfungsi memperpendek panjang aliran
(drainage path) dari air pori. Jadi perhitungan
sebagai berikut :
Untuk lapisan tanah dasar, berapa lama
pemampatan tanah tersebut saat mencapai
derajat konsolidasi 90 % (U90).
Contoh perhitungannya sebagai berikut :
Cv gab = 0.0001 cm
2/s
= 0.31536 m
2/tahun
Hdr = 4.5 m
Untuk konsolidasi 90%
t = T ( Hdr )2 / Cv
=
Penentuan H
initialtimbunan dihitung
dengan menghitung pemampatan terlebih
dahulu. Berbeda dengan perhitungan
pemampatan sebelumnya, dalam penentuan
pemampatan disini menggunakan beban
0.848 . (4.5
2)
0.31536
= 54.45 tahun
Jadi waktu yang diperlukan untuk
menghabiskan settlement yang terjadi pada
lapisan tanah dasar tanpa bantuan penggunaan
vertical drains diperlukan wakttu 54.45 tahun.
5.3
Metode Perbaikan Tanah
(Pemberian Beban Pemisalan)
permisalan konstan yaitu 3 t/m
2, 5 t/m
2, 7 t/m
2, 9 t/m
2dan 11 t/m
2.
Perhitungan pemampatan pada tanah
dasar konsep perhitungan sama dengan
perhitungan pemampatan sebelumnya. Dengan
besar pemampatan diketahui maka dapat
dihitung Hinitial sesuai dengan Hfinal
yang
direncanakan. ini :
1. Konstruksi Tanggul Inlet
Table 5.1 Perhitungan Hubungan Antara Sc, Hinitial dan Hfinal
2. Konstruksi Tanggul Connecting Channel I Table 5.2 Perhitungan Hubungan Antara Sc,
Hinitial dan Hfinal
3. Konstruksi Tanggul Connecting Channel II Table 5.3 Perhitungan Hubungan Antara Sc, Hinitial dan Hfinal
No
q
Settelmen
t
Hinisial
Hfinal
(t/m²)
(m2)
(m)
(m)
1
3
0.264
1.654
1.390
2
5
0.528
2.784
2.255
3
7
0.742
3.898
3.156
4
9
0.919
5.001
4.082
5
11
0.992
6.071
5.079
Setelah didapatkan Tinggiinitial, Tinggifinal,
dan Sc lalu dibuat grafik hubungan antara Tinggiinitial Vs Tinggifinal serta Tinggiinitial Vs Sc(i)
yang disajikan dalam Grafik sebagai berikut :
1. Grafik 5.1 dan Grafik 5.2 (Konstruksi Tanggul Inlet).
Grafik 5.2 Hubungan Antara Tinggi Final Dengan Settlement
2. Grafik 5.3 dan Grafik 5.4 (Konstruksi Tanggul Connecting Chanel I).
Grafik 5.3 Hubungan Antara Tinggi Final Dengan
No
q
Settlement Hinisial Hfinal
(m²)
(t/m²)
(m)
(m)
1
3
0.291
1.704
1.413
2
5
0.564
2.867
2.303
3
7
0.771
4.007
3.236
4
9
0.951
5.138
4.188
5
11
1.105
6.260
5.156
No
q
Settelment Hinisial Hfinal
(t/m²
)
(m)
(m)
(m)
1
3
0.202
1.703
1.502
2
5
0.367
2.849
2.481
3
7
0.497
3.983
3.486
4
9
0.597
5.107
4.510
5
11
0.685
6.228
5.543
h
N
c
q
q
u c×
×
=
=
γ
maxSF
h
×
×
=
87
.
1
85
.
5
1
1
Tinggi InitialGrafik 5.4 Hubungan Antara Tinggi Final Dengan Settlement
3. Grafik 5.5 dan Grafik 5.6 (Konstruksi Yanggul Connecting Channel II).
Grafik 5.5 Hubungan Antara Tinggi Final Dengan Tinggi Initial
Grafik 5.6 Hubungan Antara Tinggi Final Dengan Settlement
Dari kedua hubungan grafik tersebut, selanjutnya digunakan untuk mencari tinggi timbunan yang harus diletakkan di lapangan (Tinggiinitial) agar
didapat tinggi final timbunan yang direncanakan.
Sesuai dengan perencanaannya,
konstruksi tanggul akan dibangun dengan
tinggi final 6 meter (untuk semua konstruksi
tanggul seperti konstruksi tanggul inlet,
connecting channel I dan II).
Dengan melihat kedua hubungan grafik
tersebut diatas, akan didapatkan Tinggiinitial dan
Sc (settlement) untuk setiap jenis konstruksi
tanggul.
1. Konstruksi Tanggul Inlet Tinggifinal = 6 meter
Tinggiinitial = 7.202 meter
Settlement = 1.202 meter
2. Konstruksi Tanggul Connecting Channel I Tinggifinal = 6 meter
Tinggiinitial = 6.739 meter
Settlement = 0.739 meter
3. Konstruksi Tanggul Connecting Channel II Tinggifinal = 6 meter
Tinggiinitial = 7.014 meter
Settlement = 1.014 meter
5.4
Analisa Stabilitas Lereng
5.4.1 Analisa Stabilitas Lereng Terhadap
Puncture
Suatu konstruksi lereng apabila
dibangun tidak hanya akan mengalami
keruntuhan berbentuk lingkaran tetapi juga
akan mengalami runtuh poinconement
(puncture, lihat gambar 2.6) .
Untuk itu perlu dicari tinggi timbunan
kritis (dengan Sf = 1) yang mampu diterima
atau dipikul oleh tanah dasar akibat tinggi
timbunan yang diberikan diatasnya.
Berikut ini adalah tinggi timbunan kritis
untuk konstruksi tanggul, yaitu :
1. Konstruksi Tanggul Inlet
Diketahui bila lebar timbunan (B) jauh lebih besar daripada tinggi lapisan tanah lunak (H) maka faktor keamanan (SF) adalah:
Jadi tinggi timbunan kritis (SF=1) yang mampu diterima oleh tanah dasar untuk
h = 3.13 meter
B/h = 28/9 = 3.11
NC = 5.85
h
N
c
q
q
u c×
×
=
=
γ
maxSF
h
×
×
=
91
.
1
26
.
5
1
1
h
N
c
q
q
u c×
×
=
=
γ
maxSF
h
×
×
=
83
.
1
43
.
5
1
1
Konstruksi Tanggul Inlet adalah sebesar 3.13 meter.
2. Konstruksi Tanggul Connecting Channel I
Diketahui bila lebar timbunan (B) jauh lebih besar daripada tinggi lapisan tanah lunak (H) maka faktor keamanan (SF) adalah:
Jadi tinggi timbunan kritis (SF=1) yang mampu diterima oleh tanah dasar untuk Konstruksi Tanggul Connecting Channel I adalah sebesar 2.75 meter.
3. Konstruksi Tanggul Connecting Channel II
Diketahui bila lebar timbunan (B) jauh lebih besar daripada tinggi lapisan tanah lunak (H) maka faktor keamanan (SF) adalah:
Jadi tinggi timbunan kritis
(SF=1) yang mampu diterima oleh tanah dasar
untuk Konstruksi Connecting Channel II adalah
sebesar 2.96 meter
5.4.2 Analisa Atabilitas Dengan Program
Bantu Plaxis (Tanpa Adanya Perkuatan)
Salah satu program yang dapat menganalisa stabilitas talud adalah program PLAXIS. Pada program ini dilakukan analisa dengan tipe keruntuhan Mohr-Coulomb.
Sebelum membuat permodelan konstruksi Tanggul (lampiran 2b,c dan d) didalam program plaxis terlebih dahulu mencari parameter apa saja yang dibutuhkan (Tabel 4.1 dan 4.2).
Selanjutnya permodelan dibuat dan
memasukkan material kedalam program
plaxis, berikut ini tahapan yang akan dilakukan
antara lain:
1. Tahapan pada Plaxis Input ( Generate mesh dan initial conditions).
- Mengaktifkan standard fixities
sebelum generate mesh.
- Mengaktifkan Mesh generation
setup.
- Masuk pada initial condition dan
mengaktifkan posisi muka air di
dalam tanah.
2. Tahapan pada plaxis calculation - Phase 1 (Staged Construction)
Phase 1 diaktifkan untuk mendapatkan harga Sf (Safety
Factor)
3. Pemilihan titik Pengaman
Setelah dilakukan input per-tahapan maka ditentukan letak titik pengaman lalu tahap kalkulasi dapat dimulai.
4. Kalkulasi dan Penentuan Nilai Safety Factor
Setelah langkah 1 – 3 dilaksanakan maka tahap kalkulasi dapat dijalankan. Dari hasil (output) kalkulasi dapat dilihat gaya-gaya pada timbunan serta nilai safety factor yang diperoleh.
Contoh Analisa Safety Factor Dengan Program Bantu Plaxis (Tanpa Adanya Perkuatan atau Kondisi Asli) ;
1.
Konstruksi Tanggul InletGambar 5.1 Pemodelan Konstruksi Tanggul Inlet
Gamabr 5.2 Pemodelan Muka Air Tanah
h = 2.75 meter
B/h = 17/9 = 1.89
NC = 5.26
h = 2.96 meter
B/h = 20.5/9 = 2.28
NC = 5.43
Gambar 5.3 Arah pergerakan tanah (displacement) dalam kondisi asli
Gambar 5.4 Bidang longsor dari hasil plaxis dengan slope 1:2 dari kondisi aslinya, SF = 0,7621
Setelah tahapan-tahapan dalam program bantu plaxis selesai dijalankan, akan didapatkan nilai safety factor (tanpa adanya perkuatan atau kondisi asli) untuk tiap-tiap konstruksi tanggul sebesar : 1. Konstruksi Tanggul Inlet,
SF = 0.7621
2. Konstruksi Tanggul Connecting Channel I, SF = 0.6153
3. Konstruksi Tanggul Connecting Chanel II, SF = 0.6723
5.4.3 Analisa Atabilitas Dengan Program
Bantu Plaxis (Dengan Adanya Perkuatan)
Sebelum melakukan analisa perkuatan dengan program bantu plaxis, terlebih dahulu menyelesaikan tahapan-tahapan (5.4.2) terlebih
dahulu. Setelah tahapan tersebut terselesaikan kemudian didapatkan nilai SF dan bidang kerutuhannya, barulah kita memasang material perkuatannya.
1. Konstruksi Tanggul Inlet
• Dipasang perkuatan dengan konstruksi cerucuk kayu sedalam 5 meter dengan jarak 1 meter dibawah konstruksi Tanggul Inlet .
Gambar 5.13 Arah pergerakan tanah dengan perkuatan cerucuk kayu
Gambar 5.14 Bidang deformasi tanah dengan
perkuatan cerucuk kayu sedalam 5 meter, SF =
0,314
• Dipasang perkuatan dengan konstruksi minipile sedalam 5 meter dengan jarak 1 meter dibawah konstruksi Tanggul Inlet .
Gambar 5.15 Arah pergerakan tanah dengan perkuatan minipile
Gambar 5.16 Bidang deformasi tanah dengan
perkuatan minipile sedalam 5 meter, SF =
1,196
• Dipasang perkuatan dengan konstruksi minipile sedalam 12 meter dengan jarak 1 meter dibawah konstruksi Tanggul Inlet .
Gambar 5.17 Arah pergerakan tanah dengan perkuatan minipile
Gambar 5.18 Bidang deformasi tanah dengan
perkuatan minipile sedalam 12 meter, SF =
1,889
• Dipasang perkuatan dengan konstruksi stone column sedalam 5 meter dengan jarak 1 meter di bawah konstruksi Tanggul Inlet .
Gambar 5.19 Arah pergerakan tanah dengan perkuatan stone column
Gambar 5.20 Bidang deformasi tanah dengan
perkuatan stone column sedalam 5 meter, SF =
0,988
• Dipasang perkuatan dengan konstruksi stone column sedalam 12 meter dengan jarak 1 meter di bawah konstruksi Tanggul Inlet .
Gambar 5.21 Arah pergerakan tanah dengan perkuatan stone column
Gambar 5.22 Bidang deformasi tanah pada
stone column sedalam 12 meter, SF = 1,176
Hasil Nilai keamanan (SF) Dengan Adanya Perkuatan
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 KESIMPULAN
Dari Hasil Perhitungan dan Analisa pada Bab
IV dapat Disimpulkan ;
1. Pemampatan yang terjadi dibawah konstruksi tanggul sebesar ;
a. Konstruksi Tanggu Inlet sebesar 1.145 meter
b. Konstruksi Tanggul Connecting Channel I sebesar 0.748 meter
c. Konstruksi Tanggul Connecting Channel II sebesar 1.159 meter
2. Konstruksi Tanggul untuk setiap perencanan dapat
dilaksanakan, tetapi harus diberi perkuatan 3. Dalam perencanan tinggi timbunan awal (Hinitial) yang harus diberikan untuk masing-masing untuk memudahkan pelaksanaan dilapangan
4. Perkuatan tanah yang sesuai dilaksanakan adalah penggunaan minipile sedalam 12 meter dibawah konstruksi tanggul
6.2 SARAN
1. Bila perlu dilakukan dsain ulang terhadap konstruksi tanggul
2. Dalam proses pelaksanaan dilapangan perlu memperhatikan metode pelaksanaannya agar dapat diaplikasikan dilapangan