• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai badan penghubung masyarakat dalam hal keuangan, bank menjelma

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Sebagai badan penghubung masyarakat dalam hal keuangan, bank menjelma"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sebagai badan penghubung masyarakat dalam hal keuangan, bank menjelma sebagai penghubung untuk para pihak/orang yang mempunyai dana yang berlebih dengan orang-orang yang dananya bisa dikatakan berkurang.1 Pada suatu perusahaan, baik itu yang berbentuk badan hukum seperti PT (Perseroan terbatas) ataupun perorangan sumber dana bisa didapat dengan cara melewati pinjaman kredit dari bank. Dana yang berwujud utang bisa didapatkan dari bank juga bisa berasal dari badan pembiayaan, pasar uang, atau biasa disebut sumber pembiayaan lainnya. Sumber pembiayaan yang memberikan pinjaman/utang (loan) terhadap perusahaan tersebut bisa dibilang sebagai kreditur. Perusahaan tersebut ialah debitur dari kreditur tersebut. Kreditur memberikan pinjaman utang kepada debitur atas dasar kepercayaan yang diberikan oleh kreditur bahwa sesuai waktu yang ditentukan, debitur akan mengembalikan pinjaman utang tersebut. Tanpa adanya kepercayaan yang diberikan oleh kreditur,kreditur tidak akan mau memberikan pinjaman ke debitur. Hal seperti yang sering disebut dengan sebutan kredit (credit) yang berasal dari kata Credere yang berarti kepercayaan atau trust.2

jika pihak kreditur dan pihak debitur Pada dasarnya sudah membuat suatu perjanjian, maka timbulah hak dan kewajiban diantara keduanya. Kreditur

1 Neni Sri Imaniyanti. 2010. Pengantar Hukum Perbankan Indonesia. Bandung. Refika Aditama. h.13 2 Ibid. h. 138

(2)

2 memiliki kewajiban mengasihkan uang yang sudah diperjanjikan sebelumnya dengan hak untuk menerima kembali uang tersebut dari debitur tepat pada waktu yang sudah ditentukan beserta bunga dan biaya.3 Bisa dikatakan bahwa sesudah

melakukan penandatanganan perjanjian kredit yang sudah ada beserta jaminan yang ada untuk diserahkan, maka kredit tersebut bisa dicairkan dan debitur dimohon bisa melunasi utangnya sesuai waktu yang sudah ditentukan beserta pembayaran kredit serta bunganya.

Pada bidang perbankan utang yang sudah diberikan dari kreditur (bank) kepada debitur, lalu bank biasanya ingin meminta kepada debitur atau nasabah itu untuk menyerahkan jaminan untuk utangnya sebagai antisipasi dari kreditur seandainya di kemudian hari debitur melanggar janjinya ataupun melakukan wanprestasi. Jaminan ialah tanggungan yang dikasihkan oleh debitur dan atau pihak ketiga terhaddap kreditur sebab pihak kreditur memiliki suatu kepentingan bahwa debitur harus memenuhi kewajiban dalam suatu perikatan.4 Berdasarkan Hukum Indonesia, jaminan yang sifatnya umum yaitu jaminan yang dikasihkan oleh debitur terhadap kreditur, hak-hak tagihan yang mana tidak memiliki hak saling mendahului (konkuren) antara kreditur yang satu dengan kreditur lainnya. Sedangkan jaminan yang sifatnya khusus, yakni jaminan yang diberikan oleh debitur terhadap kreditur, yang mana hak-hak tagihan memiliki hak mendahului

3 Ahmad Yani dan Gunawan Wijaya. 2000. Seri Hukum Bisnis. Raja Grafindo Perkasa. h.2.

4 Hasanuddin Rahman. 1998. Aspek-Aspek Hukum Pemberian Kredit Perbankan di Indonesia. Bandung . Citra Aditya Bakti . h.162.

(3)

3 sehingga dia disebut dengan kreditur privilege5

Jaminan dibedakan menjadi jaminan perorangan dan jaminan kebendaan.6 Jaminan kebendaan ialah jaminan berlandaskan suatu benda tertentu yang dimiliki oleh debitur atau milik pihak ketiga dimana secara khusus untuk keperluan kreditur yang diperuntukkan secara khusus untuk keperluan. Jaminan kebendaan yang dibuat oleh para pihak ialah perjanjian kebendaan bukan perjanjian obligatoir. Hak yang dibuat dari perjanjian kebendaan ialah hak kebendaan. Ciri yang erat dengan jaminan kebendaan ialah hak kebendaan yang bersifat penuh yakni dapat dipertahankan pada siapapun. Droit de suit yang memiliki arti dimanapun benda itu berada hak itu akan mengikuti bendanya, mempunyai asas prioritas yakni hak yang muncul terlebih dulu akan diutamakan dari pada hak yang yang muncul kemudian, droit de preference adanya preferensi.7 bahwa pihak yang mempunyai hak ini dalam arti pelunasannnya harus lebih diutamakan pembayarannya, dan gugatannya bersifat gugatan kebendaan yang mana pemegang jaminan berkedudukan sebagai kreditur preferen yakni kreditur yang pelunasannya didahulukan.8

Jaminan yang berbentuk perorangan berupa perjanjian penanggungan (borgtocht), perutangan tanggung menanggung, dan perjanjian garans. Jaminan yang berbentuk perorangan hanya pada perorangan tertentu memunculkan

5 Ibid.

6 R.Subekti. 1996. Jaminan-jaminan untuk Pemberian Kredit (Termasuk Hak Tanggungan) Menurut Hukum Indonesia. Bandung . Citra Aditya Bakti, , h.17.

7 Pasal 1133 KUHPerdata

8 Trisadini Prasastinah Usanti dan Leonora Bakarbessy. 2014. Hukum Jaminan. Surabaya. Revka Petra Media. h. 15-16

(4)

4 hubungan langsung dan hanya bisa dipertahankan kepada debitur tertentu.9 Jaminan perorangan dengan ististilah borgtocht ataupun penaggungan yang diatur dalam Bab XVII Buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata), hak yang ditimbulkan ialah hak yang mempunyai sifat relatif,10 yakni hak yang bisa dipertahankan kepada orang tertentu yang terikat oleh perjanjian. Pada jaminan perorangan benda tertentu tidak ada yang diikat dalam perjanjian, sebab yang diikat dalam perjanjian ialah kemampuan pihak ketiga guna memenuhi kewajiban debitur, sehingga bilamana debitur ingkar janji, pada perjanjian jaminan perorangan berlaku syarat jaminan secara umum yang tertuang dalam Pasal 1131 KUHPerdata dan Pasal 1132 KUHPerdata. Dalam hal timbul kepailitan terhadap debitur, maka prinsip yang berlaku ialah paritas creditorium, yang mana pembayaran atau pelunasan utang dilakukan dengsn cara berimbang (pond pond gewijze) yang tertuang dalam Pasal 1132 KUHPerdata. Bilamana terjadi benturan antara hak perorangan dan hak kebendaan, sehingga pada dasarnya hak kebendaan lebih kuat ketimbang hak perorangan. mengenai perjanjian penanggungan tergolong dalam jaminan perorangan. Jaminan perorangan ialah seorang berpiutang (kreditur) yang dilakukan dengan pihak ketiga melakukan suatu perjanjian, yang mana pihak ketiga menjamin dipenuhinya kewajiban debitur, bahkan perjanjian tersebut bisa diadakan di luar (tanpa) debitur (utama) mengetahuinya. Sementara itu, jaminan kebendaan bisa diadakan antara kreditur

9 Sri Soedewi. 2001. Hukum Jaminan Di Indonesia Pokok-Pokok Hukum Jaminan dan Jaminan Perorangan. Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman. h.47.

(5)

5 dengan seorang pihak ketiga yang menjamin dipenuhinya kewajiban-kewajiban debitur.

Akan tetapi bisa dipastikan atas pinjaman yang diberikan tersebut, Bank selalu menginginkan Jaminan Perorangan (personal guarantor) ataupun Jaminan perusahaan (corporate guarantor) di samping Jaminan Kebendaan. Hal ini selalu menjelma pertimbangan yang sangat genting untuk kreditur dalam bank dalam memberikan kredit atau memberikan utang ialah guarantee atau adanya jaminan yang diserahkan oleh debitur atas kewajibannya. Adanya guarantor yang memiliki tugas jika debitur tidak dapat memenuhi kewajibannya bagi kreditur sangat menguntungkan sebab bisa mengurangi resiko suatu kerugian. Kedudukan personal guarantee ialah sebagai perjanjian accessoir antara Kreditur dengan Pihak Ketiga (guarantor).

Seandainya debitur tidak melunasi utangnya sesuai waktu yang sudah ditentukan lalu pihak kreditur bisa meminta eksekusi terhadap benda yang sudah dijaminkan oleh debitur tersebut untuk menyelesaikan utangnya. Sedangkan pada jaminan borgtocht atau perorangan ini jaminan yang diserahkan dari debitur bukan berbentuk benda melainkan berbentuk pernyataan dari seorang pihak ketiga (guarantor) yang tidak memiliki kepentingan apa-apa baik dengan debitur maupun dengan kreditur, bahwa debitur bisa dipercaya memenuhi kewajibannya dengan syarat jika debitur tidak mampu memenuhi kewajibannya maka pihak ketiga itu

(6)

6 bersedia untuk memenuhi kewajiban debitur tersebut.11 Dengan adanya jaminan perorangan jadi pihak kreditur bisa meminta kepada penjamin untuk melunasi utang debitur jika debitur lalai atau tidak mampu untuk melunasi utangnya tersebut.

Sebenarnya bilamana debitur melanggar janjinya, maka dalam hukum bisa dilakukan dengan berbagai cara untuk menyelesaikan utang piutang yakni lewat gugatan ke pengadilan, perdamaian di luar dan di dalam pengadilan dan model-model lainnya yang sudah dikenal. Untuk menangani hal itu, ternyata melewati jalur yang selama ini ditempuh yakni melalui pengadilan negeri dan dengan upaya hukumnya, dianggap terlalu lambat dan bisa menghalangi jalannya dunia bisnis yang selalu serba cepat, bahkan katanya keberadaan lembaga ini (kepailitan) dianggap bisa mengundang investor asing kembali bersemangat melakukan aktivitas bisnis di Indonesia. Kondisi ini biasanya tidak muncul begitu saja di perusahaan, ada indikasi awal dari perusahaan tersebut yang biasanya dapat dikenali lebih dini kalau laporan keuangan dianalisis secara lebih cermat dengan suatu cara tertentu. Rasio keuangan dapat digunakan sebagai indikasi adanya kebangkrutan di perusahaan.

Sedangkan Kepailitan sesuai Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Membayar Utang (selanjutnya disingkat UUK-PKPU), kepailitan ialah perampasan umum atas berbagai sumber daya Debitur Pailit yang pengurusan dan pelunasannya. dilakukan

(7)

7 oleh Kurator dibawah pengawasan Hakim Pengawas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Dalam penanganan kasus kepailitan dimanfaatkan UUK-PKPU. Dengan diberlakukannya UUK-PKPU, sebagaimana diindikasikan oleh Pasal 307 UUK-PKPU, pengaturan yang lalu tidak dicanangkan, pada saat ini sebagai akibat kecuali jika pedoman pelaksananya bergantung pada Pasal 305 UUK PKPU, mengingat fakta tersebut. bahwa pedoman terakhir dianggap sudah mengatur lebih lengkap.

Dalam menjelaskan UUK-PKPU ditemukan beberapa unsur tentang butuhnya pengaturan tentang kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang, yakni :12

1. guna mencegah perampasan harta yang dimiliki debitur bilamana pada waktu yang sama

ada beberapa kreditur yang meminta piutangnya dari debitur;

2. guna mencegah munculnya kreditur pemegang hak jaminan kebendaan yang meminta haknya yaitu dengan menjual barang milik debitur tanpa mempedulikan kepentingan debitur atau para kreditur lainnya;

3. guna mencegah munculnya manipulasi yang dilaksanakan oleh seorang kreditur atau debitur sendiri. Contohnya, debitur berupaya untuk menyerahkan laba kepada seorang atau beberapa orang kreditur tertentu oleh karenanya kreditur lainnya dirugikan,

12 Meidita Andriani. 2015 . “Kepailitan Penjamin (Guarantor) sebab Debitur Tidak membayar Utangnya”. Surabaya . Tesis Fakultas Hukum Universita Airlangga. h.13

(8)

8 atau adanya tindakan manipulasi dari debitur guna membawa lari semua harta kekayaannya dengan tujuan guna meninggalkan tanggung jawabnya terhadap para kreditur.

Ada dua unsur penting dalam hal mengajukan permohonan pailit menurut Pasal 2 Angka 1 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Tentang Kepailitan yakni:

1. Debitur yang mempunyai dua atau lebih Kreditur

2. Tidak membayar lunas sedikitnya satu utang yang sudah jatuh waktu. Dalam melayangkan permohonan pailit, UUK-PKPU menjelaskan gimana

lagkah-langkah untuk melayangkan permohonan pailit. Pihak yang bisa melayangkan permohonan kepailitan yang termaktub pada Pasal 2 Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2004 tentang Tentang Kepailitan yakni:

1. Debitur 2. Kreditur

3. Kejaksaan, jika menyangkut kepentingan umum 4. Bank Indonesia, jika debiturnya ialah bank

5. Bapepam (yang mana debiturnya ialah bursa efek, perusahaan efek, ataupun lembaga kliring dan penjaminan

6.Menteri keuangan, jika debiturnya ialahh BUMN yang bergelut di bidang kepentingan publik atau perusahaan asuransi, perusahaan reasuransi, dana pensiun.

(9)

9 pernjaminan bilamana terdapat debitur utama dan debitur penjamin dimana debitur utama melanggar perjanjiannya, maka muncul suatu permasalahan jika tidak dicermati dalam melayangkan permohonan kepailitan terkait subjek yang bisa dimohonkan pailit. Pasal 1831 KUH Perdata yang menjadi salah satu permasalahan dalam kasus ini dan masih banyak lagi pasal-pasal yang dipermasalahkan. Penulis juga akan membahas terkait putusan Nomor : 49/PDT.SUS/PAILIT/2014/PN.NIAGA.JKT.PST antara PT. Bank Mayapada Internasional TBK sebagai Pemohon pailit terhadap Arifin selaku Termohon pailit yang juga penjamin PT. Mitra Usaha Cemerlang.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan latar belakang di atas, dapat dirumuskan adanya

permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana kedudukan hukum Personal Guarantor dalam putusan Nomor : 49/Pdt.Sus/Pailit/2014/PN.Niaga.Jkt.Pst?

2. Bagaimana pertimbangan hakim pada putusan Nomor :

49/Pdt.Sus/Pailit/2014/PN.Niaga.Jkt.Pst sudah sesuai dengan hukum positif Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mencapai tujuan sebagai berikut:

1. Tujuan Subjektif memiliki tujuan buat mengumpulkan data sekaligus menjawab permasalahan yang sedang diteliti oleh peneliti dan kemudian peneliti akan menuangkan berupa penulisan hukum yang merupakan suatu

(10)

10 ketentuan agar peneliti mendapatkan gelar Sarjana Hukum di Universitas Muhammadiyah Malang

2. Tujuan Objektif penelitian ini ialah:

a. Untuk memahami bagaimana kedudukan hukum seorang personal guarantor yang dimohonkan.

b. Untuk mengetahui Bagaimana pertimbangan hukum pada putusan pailit terhadap personal guarantor yang permohonan pailit dikabulkan.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfat Teoritis

a. Melatih keahlian guna melaksanakan penelitian menurut ilmiah dan menuangkan produk-produk penelitian itu dalam wujud tulisan

b. Mempraktikkan ide-ide yang sudah didapatkan selama di menjalani kuliah untuk diterapkan di lapangan

c. Mendapatkan faedah pada umumnya dibidang hukum dan juga pada bidang kepailitan dan jaminan secara khsus dengan menekuni referensi yang ada dan juga perrtumbuhan hukum yang muncul pada kehidupan masyarakat.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan bisa membawa faedah untuk berbagai pihak, tidak hanya penulis saja. Manfaat praktis yaang diharapkan dari adanya penelitian ini diantaranya:

a. Manfaat untuk Peneliti

(11)

11 wawasan pengetahuan dan rujukan peneliti pada sektor hukum khususnya tentang Kepailitan. Penelitian ini memiliki manfaaat selain mendapatkan gelar sarjana dan mengasih manfaat untuk peneliti sebab melatih kemampuan analisis hukum, penalaran masalah, dan melatih peneliti supaya bisa berpikir secara sistematis dan kritis.

b. Manfaat untuk Ilmu Pengetahuan

Hasil penelitian ini diminta bisa menambah wawasan untuk siapa saja yang membaca suapaya dapat menjadai tambahan referensi pada bidang hukum privat khususnya yang berhubungan dengan hukum kepailitan dan hukum jaminan perorangan.

c. Manfaat untuk Pelaku Usaha

Penelitian ini diminta bisa menyampaikan tambahan informasi untuk pelaku usaha khususnya untuk pelaku bisnis yang kerap melaksanakan perjanjian utang-piutang akan pentingnya dan manfaat penggunaan jaminan berupa personal guarantor.

d. Manfaat untuk Penegak Hukum

Penelitian ini diminta bisa menjadi bahan pertimbangan untuk para penegak hukum, khususnya penegak hukum yang berhadapan dengan kasus permohonan PKPU dalam membuat putusan permohonan Kepailitan terhadap personal guarantor.

E. Kegunaan Penelitian

(12)

12 hukum privat dan menambah pandangan mahasiswa pada hal tentang kepailitan khususnya yang berkaitan dengan personal guarantor. Disamping itu diminta penelitian ini bisa ikut andil pada perkembangan ilmu hukum di Indonesia, khususnya ilmu hukum bidang perdata, dengan mengambil bahan pembentukan hukum dari aspek sosial.

F. Metode Penelitian

Penulisan karya ilmiah ini rencananya dibuat dalam bentuk penelitian yang juga

memerlukan beberapa terapan ilmu demi mewujudkan penelitian yang ilmiah dan bisa menjadi sumber ilmu yang cermat dan sumber data. Penelitian dalam ilmu hukum ialah seluruh kegiatan yang berlandaskan disiplin ilmiah untuk menggabungkan, mengelompokkan, menganalisis dan menginterpretasi fakta juga hubungan di lapangan hukum yang cocok untuk kehidupan hukum, serta berlandaskan wawasan yang didapat bisa ditambahkan asas-asas ilmu pengetahuan serta metode-metode ilmiah untuk mmemahami berbagai hubungan dan fakta tesebut.13

1. Tipe Penelitian

Metode Penelitian yang digunakan untuk penelitian kali ini ialah Yuridis Normatif, dimana penelitian ini tidak mengenal penelitian lapang, sebab yang diteliti ialah bahan-bahan hukum. Penelitian hukum normatif ialah

(13)

13 penelitian yang dilakukan dengan meneliti bahan pustaka dan hukum.14 Juga menerapkan penelitian Teoritik dan penelitian

Doktrinal. Penelitian teoritik dipakai untuk mencari wawasan yang lengkap tentang dasar konseptual dari prinsip-prinsip hukum dan menelusuridampak-dampak hukum dari aturan-aturan hukum dan langkah-langkah hukum yang merancang tentang permohonan pailit kepada personal guarantor sebab debitur wanprestasi. Sedangkan penelitian doktrinal dibuat untuk memperoleh sebuah penjelasan yang terpadu mengenai aturan hukum yang merancang tentang permohonan pailit terhadap personal guarantor sebab debitur melakukan wanprestasi. Penelitian ini menelaah guna menentukan aturan pandangan-pandangan hukum, maupun opini-opini hukum untuk menghadapi masalah hukum yang ada.15

2. Pendekatan Penelitian

a. Pendekatan Undang-Undang ialah penelitian hukum dengan cara

meenganalisis seluruh undang-undang dan peraturan yang memiliki sangkut paut dengan rumor hukum yang dihadapi. Pendekatan undang-undang ini dilakukan yang caranya ialah mempelajari dasar ontologis dan ratio legis suatu perundang-undangan untuk memperoleh kandungan filosofi dengan maksud bisa merumuskan tentang ada tidaknya benturan filosofis antara

14 Johnny Ibrahim. 2013. Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif. Malang . Bayu Media Publishing, , hlm 46

(14)

14 undang-undang dengan kasus yang dialami.16

b. Pendekatan Konseptual ialah pendekatan penelitian hukum yang beralih dari doktrin doktrin dan prinsip-prinsip yang mengalami perkembangan dalam ilmu hukum. Dengan belajar tentang doktrin dan pinsip tersebut dapat

menemukan inisiatif-inisiatif yang menghasilkan definisi-definisi hukum, rencana-rencana dan dasar-dasar hukum yang cocok dengan kasus yang dihadapi17

c. Pendekatan Kasus, dilakukan dengan membedah kasus yang berhubungan dengan permasalahan yang sudah menjadi putusan pengadilan dan

mempunyai kekuatan hukum tetap, melalui pemahaman mengenai ratio decidendi, yakni argumen-argumen hukum yang dipakai oleh hakim guna sampai putusannya.18

3. Bahan Hukum

Dalam proses menulis penelitian ini penulis menggunakan 3 (tiga) jenis bahan hukum19 yakni:

a. Bahan Hukum Primer, ialah bahan hukum yang memiliki sifat autoritatif maksudnya mempunyai otoritas, yakni merupakan hasil dari sikap atau kegiatan yang dilakukan oleh lembaga yang berhak untuk itu. Bahan hukum primer melingkupi Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

16 Peter Mahmud Marzuki. 2005. Penelitian Hukum. Jakarta. Kencana Pranada Media Grup. h.93 17 Ibid., h.95.

18 Ibid., h. 94.

19 Jhony Ibrahim. 2006. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif. Malang: Bayumedia. halaman 268-269.

(15)

15 Tahun 1945, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan Undang-undang Nomor 37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang dan peraturan perundangundangan terkait, Serta Putusan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) yang menjadi bahan penelitian.

b. Bahan Hukum Sekunder, ialah bahan hukum yang didapat dari

buku, jurnal-jurnal, artikel ilmiah internet, doktrin, atau sumber-sumber lain baik online maupun cetak yang berkaitan dengan kedudukan hukum personal guarantor yang dimohonkan pailit serta pertimbangan hukum bagi personal guarantor yang dimohonkan pailit.

c. Bahan Hukum Tersier ialah bahan hukum yang bisa menyampaikan penjelasan-penjelasan atas bahan hukum primer ataupun bahan hukum sekunder. Bahan hukum tersier berupa kamus yang berkaitan dengan kedudukan hukum personal guarantor yang dimoonkan pailit serta pertimbangan hukum bagi personal guarantor yang dimohonkan pailit.

4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

a. Study Kepustakaan

Teknik ini yakni penyajian informasi tertulis tentang hukum yang berasal dari berbagai sumber dan disebarluaskan secara luas juga dibutuhkan dalam penelitian hukum normatif, yaitu penulisan yang dilandasi pada informasi- informasi yang dijadikan obyek ppenulisan kemudian dipelajari dan ditata secara menyeluruh

(16)

16 b. Penelusuran Internet

Teknik ini yakni pencarian informasi tertulis tentang hukum yang berasal dari beragam macam sumber dan macam website yang ada dalam internet. Salah satunya ialah Direktori Mahkamah Agung yang berasal dari internet

G. Sistematika Penulisan

Sesuai dengan urutannya dalam penyusunan penulisan hukum ini, akan dibagi dalam beberapa bab yaitu Bab I, Bab II, Bab III, dan Bab IV dengan penjelasan sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN

Dalam Bab 1 ini yaitu terdiri dari 7 bagian sub bab, diantaranya ialah: Latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kegunaan penelitian, metode penlitian, dan sistematika penulisan

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

Dalam Bab II ini berisikan bahan-bahan yang berkaitan dengan tinjauan

umum kepailitan, tinjauan umum tentang jaminan, dan tinjauan umum tentang (personal guarantor) jaminan perorangan.

BAB III: PEMBAHASAN

Dalam Bab III ini berisi tentang hasil penelitian yang telah dikaj dan

dianalisa, dalam bab ini penulis akan memaparkan hasil penelitan terkait dengan kedudukan hukum personal guarantor dalam Putusan Nomor :

49/Pdt.Sus/Pailit/2014/Pn.Niaga.Jkt.Pst serta analisis pertimbangan hakim pada Putusan Nomor: 49/Pdt.Sus/Pailit/2014/Pn.Niaga.Jkt.Pst

(17)

17

BAB IV: PENUTUP

Dalam bab IV ini berisi kesimpulan mengenai hasil dari penelitian serta

saran-saran yang perlu disampailkan terkait dengan permasalahan yang telah diteliti.

H. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan penulis dalam melakukan

penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan dalam mengkaji penelitian yang dilakukan. Masalah yang diteliti penulis ini

sepengetahuan penulis belum pernah diteliti oleh peneliti lain sebelumnya. Serta, dari penelitian-penelitian terdahulu, penulis mengangkat beberapa penelitian sebagai referensi dalam memperkaya bahan kajian pada penelitian penulis. Berikut merupakan penelitian-penelitian terdahulu yang memiliki kaitan dengan penelitian yang dilakukan penulis.

Tabel. 1

Penelitian Terdahulu

Nama Peneliti Judul Hasil Penelitian

Anisa Yulinar Diani Kedudukan Penjamin Perorangan Sebagai Termohon Dalam Penundaan Kewajiban Pembayaran Utanng (PKPU Kedudukan penjamin perorangan sebagai termohon dalam penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU) tidaklah tepat karena penjamin bukan

merupakan debitor utama. Penjamin dapat

dimohonkan sebagai termohon dalam PKPU

(18)

18 apabila kemudian dalam perjanjiannya penjamin menyatakan akan melunasi utang debitor utama secara tanggungmenanggung.

Perbedaan : Penelitian ini dilakukan Anisa Yulinar Diani yang membahas terkait

apakah penjamin perorangan dapat diajukan sebagai termohon dalam Permohonan PKPU, meskipun memiliki permasalahan yang sama namun disini penulis membahas terkait Permohonan Pailit terhadap Personal Guarantor dalam perkara Kepailitan dengan menggunakan studi kasus putusan

Nama Peneliti Judul Hasil Penelitian

Murlyta Nevi Sukmawarti, SH Fakultas Hukum Universitas Airlangga

Personal Guarante

Terhadap Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Hak Tanggungan

Dalam penelitian ini akan menyajikan penelitian secara normatif tentang Personal Guarantee dalam perjanjian kredit dengan jaminan Hak Tanggungan. Debitor dalam mengajukan utang tidak jarang untuk dimintai jaminan sebagai bentuk perlindungan terhadap terhadap hak kreditor. Tetapi dalam hal ini biasanya yang

dijadikan objek jaminan bukan merupakan benda yang dimiliki oleh debitor melainkan pihak ketiga. Dalam lembaga jaminan hak tanggungan sering ditemukan bahwa pihak yang menjaminkan tanahnya sebagai objek hak tanggungan bukanlah si debitor, melainkan pihak ketiga diluar perjanjian kredit yang secara sukarela mengikatkan dirinya

(19)

19

Perbedaan : Penelitian ini membahas tentang Personal Guarantee dalam perjanjian

kredit dengan jaminan Hak Tanggungan. meskipun memiliki permasalahan yang sama namun disini penulis membahas terkait Permohonan Pailit terhadap Personal Guarantor tanpa menjaminkan Hak Tanggungan.

Nama Peneliti Judul Hasil Penelitian

Apriliana Mart Siregar Fakultas Hukum, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, Indonesia

Penyelesaian Kredit Macet dengan Jaminan Personal Guarantee yang Meninggal Dunia Sebelum Pelunasan Kredit

Penelitian ini membahas jika debitur utama di kemudian hari terjadi kredit macet, lalu personal guarantee meninggal dunia sebelum pelunasan kredit, maka implikasinya

kreditur tidak dapat langsung mengeksekusi harta kekayaan personal guarantee kepada ahli waris. Tetapi, kreditur dapat meminta

pertanggungjawaban kepada ahli waris sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1826 jo. Pasal 1100 KUHPerdata.

Apabila ahli waris menerima harta warisan dari personal guarantee yang meninggal dunia tersebut, maka segala hak dan kewajiban yang melekat pada harta warisan akan beralih kepada para ahli waris, termasuk tanggung jawab penanggungan dari personal guarantee.

Perbedaan : Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana pelakasanaan

jaminan perorangan, jika si Penjaminnya meninggal dunia, sedangkan disini penulis membahas terkait Permohonan Pailit terhadap Personal Guarantor yang masih hidup.

(20)

20

Nama Peneliti Judul Hasil Penelitian

Diah Handayani Program Studi Magister

Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan

Kedudukan Corporate Guarantor Sebagai Pihak Penjamin Debitur Utama Dalam Proses Kepailitan

Dalam penelitian ini membahas terkait Permohonan Pailit terhadap Corporate Guarantee yang telah melepaskan hak istimewanya. Sebagai pemegang penjamin perusahaan jika debitur utama bangkrut dapat meminta tanggung jawab penjamin perusahaan

Perbedaan : Penelitian ini membahsa terkait Permohonan Pailit terhadap Corporate

Guarantee bilamana si debitur utama tidak bisa membayar hutangnya kepada si kreditur. Sedangkan disini penulis membahas terkait Permohonan Pailit terhadap Personal Guarantor bilamana si debitur utama tidak bisa membayar hutangnya terhadap si kreditur.

Referensi

Dokumen terkait

Karena itu, ayat ini mengajak mereka yang memiliki sifat yang dapat menghalangi pelanggaran, yakni sifat iman, dengan menyatakan: hai orang-orang yang beriman, janganlah

Simulasi Penjalaran Gelombang Tsunami Skenario tsunami B merupakan peristiwa tsunami yang diakibatkan oleh gempabumi yang mengakibatkan tsunami dengan magnitudo 7,1 SR

Seperti yang telah dijelaskan, metode tertutup memerlukan selang yang mengandung akar. Sebagaimana namanya, selang tersebut “mengurung” akar sejati. Strategi yang dipakai

Apabila pada suatu daerah terdapat lebih dari stasiun pengukuran yang ditempatkan secara terpencar, hujan yang tercatat di masing-masing stasiun dapat tidak sama.. Dalam analisis

Hasil GC-MS Sargassum pada hasil fraksinasi, fraksi ke 2 dari Wediombo menunjukkan hasil adanya 22 senyawa aktif yang dapat berperan sebagai antioksidan, prekusor polimer

Gambar 2 Sebaran kasus gigitan anjing rabies berdasarkan perbandingan jenis kontak dan populasi anjing tahun 2009-2011 yang terlihat pada Gambar 3, jenis kontak

Walaupun teknik yang digunakan dalam pembuatan deureuham dan mata uang cendana dari Barus sangat berbeda, namun ada hal-hal yang dapat dibandingkan dari keduanya, antara

Selesaikan Desain Data Flow Diagram (DFD) dari studi kasus Sistem Pergudangan minggu lalu.. Untuk menyamakan Desain, Context Diagram (level 0) dan proses memesan barang (level 1)