• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS BRONCHOPNEUMONIA DI RS. PARU Dr. ARIO WIRAWAN SALATIGA NASKAH PUBLIKASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS BRONCHOPNEUMONIA DI RS. PARU Dr. ARIO WIRAWAN SALATIGA NASKAH PUBLIKASI"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KASUS BRONCHOPNEUMONIA DI RS. PARU Dr. ARIO WIRAWAN

SALATIGA

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Guna Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Sebagian Persyaratan Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Fisioterapi

Oleh :

Mega Puspita Kurniawati J100110021

PROGRAM STUDI DIPLOMA III FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

(2)

PENGESAHAN NASKAH PUBLIKASI

Naskah Publikasi Ilmiah dengan judul Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kasus bronchopneumonia di RS. Paru dr. Ario Wirawan Salatiga.

Naskah Publikasi Ilmiah ini Telah Disetujui oleh Pembimbing KTI Untuk di Publikasikan di Universitas Muhammadiyah Surakarta

Diajukan Oleh:

MEGA PUSPITA KURNIAWATI J100110021

Pembimbing

(Isnaini Herawati,S.Fis, S.Pd, M.Sc)

Mengetahui

Ka.Prodi Fisioterapi FIK UMS

(3)

PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : Mega Puspita Kurniawati NIM : J100110021

Fakultas/ Jurusan : Ilmu Kesehatan/ Fisioterapi Jenis Publikasi : Karya Tulis Ilmiah

Judul : Penatalaksanaan Fisioterapi Pada kasus Bronchopneumonia di RS. Paru dr. Ario Wirawan Salatiga

Dengan ini menyatakan bahwa saya menyetujui untuk:

1. Memberikan hak bebas royalty kepada perpustakaan UMS atas penulisan karya tulis ilmiah saya, demi mengembangkan ilmu pengetahuan.

2. Memberikan hak menyimpan, mengalih mediakan/ pengalihan formatkan.

3. Mengelola dalam bentuk pangkalan data (data base), mendistribusikannya serta menampilkan dalam bentuk softcopy untuk kepentingan akademis kepada perpustakaan UMS, tanpa perlu meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/ pencipta.

Bersedia dan menjamin untuk menaggung secara pribadi tanpa melibatkan pihak perpustakaan UMS, dari segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran hak cipta dalam karya tulis ilmiah ini.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan semoga dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Surakarta, 22 Juli 2014 Yang Menyatakan

(4)

MANAGEMENT IN THE CASE BRONCHOPNEUMONIA PHYSIOTHERAPY RS. PARU Dr. ARIO WIRAWAN SALATIGA

(Mega Puspita Kurniawati, 2014, 14 pages)

Abstract

Background: Bronchopneumonia is a disease in which especially attacked the bronchial region or bronchus caused by an infection from fungi, bacteria, viruses and foreign bodies. In bronchopneumonia conditions will usually be some problems, among which the presence of shortness of breath, presence of sputum, and decreased thoracic expansion.

Objective: To determine the treatment of physiotherapy in reducing shortness of breath, reducing sputum and improve thoracic expansion using infrared modalities, breathing exercises, effective cough, and mobilization of the thoracic cage.

Results: After treatment for 6 times the results obtained on the assessment shortness of breath shortness of breath T1: 7 to T6: 0, T1 sputum: sputum was in the right inferior pulmonary lobe into T6: sputum that was in the inferior lobe of the right lung began to disappear, thoracic expansion T1: 79 into T6: 79.

Conclusion: Infra red can reduce shortness of breath on condition of bronchopneumonia, breathing and coughing exercises can effectively reduce sputum on condition of bronchopneumonia, and mobilization of the thoracic cage can not help the development of thoracic expansion on the condition of bronchopneumonia.

Keywords: bronchopneumonia, Infra Red (IR), Breathing Exercise, Effective Cough and Mobilization Cage Thorax.

(5)

A. PENDAHULUAN

Bronchopneumonia adalah peradangan yang terjadi pada ujung akhir bronkiolus yang tersumbat oleh eksudat mukosa purulen untuk membentuk bercak konsolidasi pada lobus-lobus yang berada di dekatnya, disebut juga pneumonia lobularis. Pneumonia adalah peradangan dari parenkim paru, dimana asinus terisi dengan cairan radang, dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang ke dalam dinding alveoli dan rongga interstisium.

Dalam latar belakang yang dikemukakan penulis diatas dapat dirumuskan masalahnya yaitu: Apakah ada manfaat penatalaksanaan fisioterapi pada kasus bronchopneumonia terhadap penurunan sesak nafas, penurunan produksi sputum, dan meningkatkan ekspansi thoraks?

Untuk mengetahui apakah manfaat penatalaksanaan fisioterapi pada kasus bronchopneumonia terhadap penurunan sesak nafas, penurunan produksi sputum, dan meningkatkan ekspansi thoraks.

B. TINJAUAN PUSTAKA 1. Deskripsi Kasus

a. Definisi

Bronchopneumonia adalah salah satu jenis dari pneumonia yang mempunyai pola penyebaran bercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya (Suzanne, 2002). Bronchopneumonia

(6)

merupakan radang paru yang disebabkan oleh bermacam etiologi seperti jamur, bakteri, virus dan benda asing (Husein, 1985).

b. Etiologi

Bronchopneumonia disebabkan oleh bakteri, virus, mycoplasma pneumonia, jamur dan gram negative lainnya (Husein, 1985). Penyebab lain terjadinya bronchopneumonia adalah akibat flora normal yang terjadi pada pasien yang daya tahan tubuhnya terganggu, atau terjadi aspirasi flora normal yang terdapat dalam mulut dan area adanya pneomocystis crania, Mycoplasma (Suzzane, 2002). Selain itu penyakit bronchopneumonia dapat diakibatkan oleh adanya perubahan keadaan pasien seperti gangguan kekebalan dan penyakit kronik, polusi lingkungan dan penggunaan antibiotik yang tidak tepat hingga menimbulkan perubahan karakteristik pada kuman (Amin, 1989). c. Patologi

Bronchopneumonia terjadi sebagai akibat inhalasi mikroba yang ada di udara, aspirasi organisme dari nasofaring atau penyebaran hematogen dari fokus infeksi yang jatuh. Bakteri yang masuk ke paru melalui saluran nafas masuk ke bronkioli dan alveoli menimbulkan reaksi peradangan hebat dan menghasilkan cairan edema dalam alveoli dan jaringan interstitial (Husein, 1985).

(7)

2. Problematik Fisioterapi a. Sesak nafas

Pada kasus bronchopneumonia, impairment yang muncul yauitu berupa sesak nafas. Sesak nafas merupakan perasaan sulit bernafas dengan nafas yang pendek dan cepat. Sesak nafas terjadi karena terhalangnya udara saat masuk ke dalam paru akibat sempitnya jalan nafas. Begitupun saat ekspirasi.

b. Batuk produktif

Batuk produktif merupakan gejala adanya gangguan di saluran pernafasan. Batuk adalah reflek fisiologis sebagai mekanisme pertahanan tubuh untuk mengeluarkan benda asing dari saluran pernafasan. Batuk berdahak ditandai dengan adanya dahak pada tenggorokan. Batuk berdahak dapat terjadi karena adanya infeksi pada saluran nafas seperti influenza, bronchitis, radang paru, dan sebagainya (Rany, 2008).

c. Sangkar thoraks

Pada kasus bronchopneumonia mengakibatkan paru kolaps, sehingga menyebabkan ekspansi thoraks terbatas. Akibat ekspansi thoraks terbatas akan mengakibatkan timbulnya sesak nafas. Mobilisasi sangkar thoraks merupakan latihan yang meliputi gerakan-gerakan pada trunk dan anggota gerak atas, dapat dilakukan bersamaan dengan breathing exercise. Sehingga akan membantu dan memudahkan dada untuk mengembang lebih baik saat inspirasi (Harisma, 2012).

(8)

3. Teknologi terpilih a. Infra Red

Infra red merupakan salah satu bagian dari spektrum gelombang elektromagnetik yang menghasilkan panas ketika di absorbsi oleh zat. Efek infra red bagi tubuh jika diabsorbsi oleh kulit maka panas akan timbul dimana sinar tadi diabsorbsi. Dengan adanya panas muncul pengaruh yang terjadi, diantaranya meningkatkan proses metabolisme, vasodilatasi pembuluh darah, mengaktifkan kerja kelenjar keringat, relaksasi otot sehingga mengurangi rasa sakit, serta menghilangkan sisa-sisa metabolisme (Sujatno, 1993).

b. Breathing Exercise

1) Pursed lips breathing merupakan sikap seseorang yang bernafas dengan mulut mencucu dan ekspresi yang memajang. Bertujuan untuk mengeluarkan udara yang terjebak di dalam paru-paru.

2) Batuk efektif dan nafas dalam merupakan tehnik batuk efektif yang menekankan inspirasi maksimal yang dimulai dari ekspirasi, yang bertujuan: merangsang terbukanya sistem kolateral, meningkatkan distribusi ventilasi, meningkatkan volume paru memfasilitasi pembersihan saluran nafas.

c. Mobilisasi sangkar thoraks

Tujuan pemberian mobilisasi sangkar thoraks pada kondisi bronchopneumonia adalah untuk meningkatkan volume paru.

(9)

C. PELAKSANAAN STUDI KASUS 1. Anamnesis

Hasil anamnesis ini diperoleh, Pasien dengan nama Ny. Suparti, umur 59 tahun, jenis kelamin perempuan Agama islam. Pekerjaan sebagai buruh tani, alamat ketro rt. 01/01 karangrayung, grobogan

a. Keluhan utama

Pasien mengeluh sesak nafas disertai batuk dan dahak. b. Riwayat penyakit sekarang

Pasien merasakan sesak nafas kurang lebih tiga hari yang lalu, dikarenakan cuaca dan aktivitas pasien. Pasien juga menderita batuk kurang lebih lima bulan dan semakin memberat satu minggu terakhir. Dahak dirasakan oleh pasien kurang lebih satu minggu dan pasien mengalami demam tiga hari.

2. Pemeriksaan fisioterapi a. Pemeriksaan spesifik

Pemeriksaan vital sign yang dapat diperoleh: (1) tekanan darah : 158/91 mmHg, (2) denyut nadi : 98 kali/menit, (3) pernafasan : 24 kali/menit, (4) temperatur : 37,5 C, (5) tinggi badan : 150 cm, (6) berat badan : 56 kg.

b. Inspeksi

Inspeksi statis : pasien tidak tampak menggunakan respiratory equipment, bentuk dada pasien normal, pola pernafasan cepat serta

(10)

tidak ditemukan clubbing finger, Inspeksi dinamis : terlihat pasien kesulitan dalam menarik nafas.

c. Palpasi

Adanyan penurunan ekspansi thoraks dan penuruna vocal fremitus, serta tidak ditemukan spasme dan nyeri tekan pada otot-otot pernafasan.

3. Pemeriksan khusus

a. Pemeriksaan sesak nafas

Pemeriksaan sesak nafas menggunakan skala borg didapatkan hasil 7 (sesak nafas sangat berat).

b. Pemeriksaan ekspansi thoraks dengan midline

Titik patokan Inspirasi Ekspirasi Selisih Axilla 82cm 80cm 2cm Proc. Xyphoideus 79cm 78cm 1cm c. Pemeriksaan sputum

Dari pemeriksaan didapatkan hasil sputum berada di paru lobus kanan inferior. Disertai dengan ronkhi halus (crackles).

4. Modalitas terpilih

Modalitas yang dipilih oleh penulis adalah Infra Red, breathing exercise, batuk efektif, dan mobilisasi sangkar thoraks.

5. Edukasi

Edukasi yang diberikan pada pasien dengan kondisi bronchopneumonia antara lain : pasien tidak melakukan aktivitas yang

(11)

berat, hindari untuk naik turun tangga dan berjalan jauh, serta melakukan olahraga secara rutin.

D. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil

a. Evaluasi sesak nafas

Terapi ke Hasil T0 7 T1 6 T2 4 T3 3 T4 2 T5 0 T6 0

b. Evaluasi ekspansi thoraks

Titik Saat T0 T1 T2 T3 T4 T5 T6 Axilla Inspirasi 82 82 82 82 82 82 82 Ekspirasi 80 80 80 80 80 80 80 Selisih 2 2 2 2 2 2 2 Proc. Xyphoideus Inspirasi 79 79 79 79 79 79 79 Ekspirasi 78 78 78 78 78 78 78 Selisih 1 1 1 1 1 1 1

(12)

c. Evaluasi sputum

FT Tanggal Hasil

T1 13-01-2014 Sputum berada di paru lobus kanan inferior. Disertai dengan ronkhi halus (crackles).

T2 15-01-2014 Sputum berada di paru lobus kanan inferior. Disertai ronkhi halus (crackles).

T3 16-01-2014 Sputum berada di paru lobus kanan inferior. Disertai ronkhi halus (crackles) berangsur berkurang.

T4 17-01-2014 Sputum berada di paru lobus kanan inferior. Disertai ronkhi halus (crackles) berangsur berkurang.

T5 18-001-2014 Sputum berada di paru lobus kanan inferior. Disertai ronkhi halus (crackles) menuju ke normal.

T6 20-01-2014 Sputum berada di paru lobus kanan inferior. Disertai ronkhi halus (crackles) mulai menghilang.

(13)

2. Pembahasan

Terapi pada kasus bronchopneumonia, setelah diberikan modalitas fisioterapi berupa Infra red, pursed lips breathing, batuk efektif dapat menggurangi sesak nafas dan produksi sputum. Setelah sesak nafas dan produksi sputum berkurang akan mengakibatkan pasien bernafas normal tanpa sesak nafas.

E. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan

Pada kondisi bronchopneumonia, setelah dilakukan terapi sebanyak 6 kali dengan menggunakan interverensi fisioterapi berupa infrared, breathing exercise, batuk efektif dan mobilisasi sangkar thoraks disimpulkan sebagai berikut :

a. Terdapat penurunan sesak nafas b. Terdapat penurunan produksi sputum 2. Saran

Sebagai salah satu tenaga kesehatan fisioterapi yang ikut bertanggung jawab terhadap pelayanan kesehatan, hendaknya selalu melakukan pemeriksaan yang lebih cermat, serta mendapatkan diagnosis yang tepat. Diharapkan kepada masyarakat apabila menjumpai kasus seperti ini segera diperiksakan dan mendapatkan penanganan yang tepat.

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Almustofa, Muhammad. 2011. Bronchopneumonia. Diakses: 3 Juni 2014. http://muhammadalmustofa.wordpress.com/2011/03/31/bronkopneumonia/ Husein A, Rusepno H, dan staf penagajar IKA FKUI. 1985. Buku Kuliah Ilmu

Kesehatan Anak. Jakarta: Infomedika.

Lubis, M.H., 2005. Fisioterapi Pada Penyakit Paru Anak. Universitas Sumatera Utara USU Respository.

Muh Amin, Algasafh,h.,. Pengantar Ilmu Penyakit Paru, airlangga university press. 1989. Hal 42-50.

Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Pernafasan. Hal 15-16. Jakarta: Salemba Medika.

Pratama, Harisma. 2012. Fisioterapi Dada. Diakses: 2 Juni 2014. http://harismapratama.wordpress.com/2012/12/04/fisioterapi-dada/.

Price Sylvia A. 2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, edisi 6 vol 2,. Penerbit buku kedokteran EGC. Jakarta.

Rahajoe, Nastiti, et.al. 2008. Buku Ajar Respirologi Anak. Edisi 1. Jakarta: Badan Penerbit IDAI.

Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth. Edisi 8, Alih bahasa oleh Agung Waluyo…(dkk). Jakarta; EGC.

Smk, Hendro. 2011. Penyakit Sistem Pernafasan Respirasi. Diakses: 3 Juni 2014.

hendrosmk.wordpress.com/2011/08/12/penyakit-sistem-pernafasan-respirasi/.

Sujatno, Ig., 1993. Sumber Fisis. Akademi Fisioterapi Surakarta, Depkes RI, Surakarta.

Waisya, Rany. 2008. Penyebab Batuk, Gejala, dan Pengobatannya. Diakses: 5 Juni 2014. http://ranywaisya.wordpress.com/2008/11/24/penyebab-batuk-gejala-dan-pengobatannya/.

Referensi

Dokumen terkait

Caranya, miselium yang tumbuh dipermukaan tempe diambil dengan cara rnengiris permukaan tempe tersebut, kemudian irisan permukaan yang diperoleh dijemur, digiling dan

Government of the Republic of Italy, if necessary, shall. review the scope and objectives of THE PROJECT

Kesimpulan karya tulis ini adalah pada saat dilakukan evaluasi asuhan keperawatan yang telah diberikan pada Nn.S terdapat satu masalah yang dapat teratasi dan dua masalah

[r]

Berdasarkan data di Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Klaten, pada. bulan Agustus tahun 2010 pasien yang masuk ke rumah sakit

emosional merupakan hal yang lebih penting bagi remaja putri, sedangkan pada.. remaja putra otonomi dan prestasi bernilai

Salah satunya adalah aplikasi yang mampu memberikan navigasi untuk memudahkan pengguna mobil listrik ketika mencari lokasi Stasiun Pengisian Listrik Umum (SPLU)

SEFL-ACTUALIZATION OF DARBY SHAW IN JOHN GRISHAM’S THE PELICAN BRIEF : A HUMANISTIC PSYCHOLOGICAL APPROACH: SCHOOL OF TEACHER TRAINING AND EDUCATION MUHAMMADIYAH UNIVERSITY