• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT KEPUTUSAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 187 TAHUN 2021 TENTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BUPATI SUMEDANG PROVINSI JAWA BARAT KEPUTUSAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 187 TAHUN 2021 TENTANG"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

KEPUTUSAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 187 TAHUN 2021

TENTANG

PERPANJANGAN PEMBATASAN SOSIAL BERSKALA BESAR SECARA PROPORSIONAL DI KABUPATEN SUMEDANG DALAM RANGKA PENANGANAN CORONA VIRUS DISEASE 2019

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG,

Menimbang : a. bahwa berdasarkan Keputusan Bupati Sumedang Nomor 174 Tahun 2021, telah ditetapkan Pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar Secara Proporsional di Kabupaten Sumedang dalam rangka Penanganan Corona Virus Disease 2019, yang jangka waktunya sampai dengan tanggal 3 Mei 2021; b. bahwa dalam rangka menindaklanjuti Instruksi

Menteri Dalam Negeri Nomor 10 Tahun 2021 tentang Perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Berbasis Mikro dan Mengoptimalkan Posko Penanganan Corona Virus Disease 2019 di Tingkat Desa dan Kelurahan Untuk Pengendalian Penyebaran Corona Virus Disease 2019 dan Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 443/Kep.254-Hukham/2021 tentang Perpanjangan Ketujuh Pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar Secara Proporsional di Provinsi Jawa Barat Dalam Rangka Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19), perlu menetapkan perpanjangan pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar Secara Proporsional di Kabupaten Sumedang dalam rangka Penanganan Corona Virus Disease 2019;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Bupati tentang Perpanjangan Pembatasan Sosial Berskala Besar Secara Proporsional di Kabupaten Sumedang dalam rangka Penanganan Corona Virus Disease 2019;

(2)

- 2 -

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Djawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 8) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1968 tentang Pembentukan Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Subang dengan Mengubah Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Djawa Barat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2851);

2. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3273); 3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang

Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4723); 4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

6. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 128, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6263); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang

Penanggulangan Wabah Penyakit Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1991 Nomor 49,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3447);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4828);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 91, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6487);

(3)

10. Peraturan Presiden Nomor 17 Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan Kedaruratan Bencana pada Kondisi Tertentu (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 34);

11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun 2020 tentang Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 di Lingkungan Pemerintah Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 249);

12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020 tentang Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 326);

13. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 36 Tahun 2020 tentang Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam Penanggulangan Covid-19 di Wilayah Provinsi Jawa Barat (Berita Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2020 Nomor 36) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 38 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 36 Tahun 2020 tentang Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam Penanggulangan Covid-19 di Wilayah Provinsi Jawa Barat (Berita Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2020 Nomor 38);

14. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 48 Tahun 2020 tentang Pedoman Pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Mikro dalam Penanggulangan Corona

Virus Disease 2019 (Covid-19) di Daerah

Kabupaten/Kota (Berita Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2020 Nomor 48);

15. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 60 Tahun 2020 tentang Pengenaan Sanksi terhadap Pelanggaran Tertib Kesehatan dalam Pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar dan Adaptasi Kebiasaan Baru dalam Penanggulangan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) di Daerah Provinsi Jawa Barat (Berita Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2020 Nomor 60); 16. Peraturan Bupati Sumedang Nomor 40 Tahun 2020

tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Berita Daerah Kabupaten Sumedang Tahun 2020 Nomor 40);

17. Peraturan Bupati Sumedang Nomor 5 Tahun 2021 tentang Pengenaan Sanksi Administratif terhadap Pelanggaran Tertib Kesehatan dalam Pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar dan Adaptasi Kebiasaan Baru dalam Penanggulangan Corona Virus Disease 2019 (Berita Daerah Kabupaten Sumedang Tahun 2021 Nomor 5);

Memperhatikan : 1. Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Nonalam Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) sebagai Bencana Nasional;

(4)

- 4 -

2. Surat Edaran Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Selaku Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Nomor 13 Tahun 2021 tentang Peniadaan Mudik Hari Raya Idul Fitri 1442 Hijriah dan Upaya Pengendalian Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) selama Bulan Suci Ramadhan 1442 Hijriah;

3. Adendum Surat Edaran Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Selaku Ketua Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Nomor 13 Tahun 2021 tentang Peniadaan Mudik Hari Raya Idul Fitri 1442 Hijriah dan Upaya Pengendalian Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) selama Bulan Suci Ramadhan 1442 Hijriah;

4. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 10 Tahun 2021 tentang Perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Berbasis Mikro dan Mengoptimalkan Posko Penanganan Corona Virus Disease 2019 di Tingkat Desa dan Kelurahan Untuk Pengendalian Penyebaran Corona Virus Disease 2019; 5. Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor

443/Kep.254-Hukham/2021 tentang Perpanjangan Ketujuh Pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar Secara Proporsional di Provinsi Jawa Barat Dalam Rangka Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19), perlu menetapkan perpanjangan pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar Secara Proporsional di Kabupaten Sumedang dalam rangka Penanganan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : KEPUTUSAN BUPATI TENTANG PERPANJANGAN PEMBATASAN SOSIAL BERSKALA BESAR SECARA PROPORSIONAL DI KABUPATEN SUMEDANG DALAM RANGKA PENANGANAN CORONA VIRUS DISEASE 2019. KESATU : Memperpanjang Pembatasan Sosial Berskala Besar

(PSBB) secara Proporsional di Kabupaten Sumedang dalam rangka Penanganan Corona Virus Disease 2019 sejak tanggal 4 Mei 2021 sampai dengan 17 Mei 2021, serta dilakukan evaluasi dan monitoring pemberlakuan PSBB secara harian.

KEDUA : PSBB secara Proporsional sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESATU dilakukan melalui pelaksanaan pembatasan kegiatan masyarakat sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Bupati ini.

(5)

KETIGA : Selain pelaksanaan pembatasan kegiatan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Diktum KEDUA dilakukan pelaksanaan pembatasan kegiatan masyarakat mikro dan pengendalian perjalanan orang lintas kabupaten/provinsi selama bulan ramadhan dan menjelang hari raya Idul Fitri 1442 H/Tahun 2021 sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Bupati ini.

KEEMPAT : Satuan Tugas Penanganan Covid-19 melaksanakan pengamanan dan pengawasan pelaksanaan PSBB secara proporsional serta penerapan protokol kesehatan secara konsisten sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

KELIMA : Setiap orang yang berdomisili/bertempat tinggal dan/atau melakukan aktivitas di Kabupaten Sumedang wajib mematuhi ketentuan pemberlakuan PSBB secara Proporsional sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan dan secara konsisten menerapkan protokol kesehatan pencegahan Covid-19.

KEENAM : Setiap orang yang melanggar ketentuan pemberlakuan PSBB secara Proporsional diberikan sanksi administratif sesuai ketentuan Peraturan Bupati Sumedang Nomor 5 Tahun 2021 tentang Pengenaan Sanksi Administratif terhadap Pelanggaran Tertib Kesehatan dalam Pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar dan Adaptasi Kebiasaan Baru dalam Penanggulangan Corona Virus Disease 2019.

KETUJUH : PSBB secara Proporsional sebagaimana dimaksud dalam Diktum KESATU dapat diperpanjang apabila penyebaran Covid-19 belum dapat dikendalikan secara optimal.

KEDELAPAN : Keputusan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Sumedang pada tanggal 3 Mei 2021

BUPATI SUMEDANG, ttd

(6)

LAMPIRAN I

KEPUTUSAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 187 TAHUN 2021

TENTANG

PEMBERLAKUAN PEMBATASAN SOSIAL BERSKALA BESAR SECARA PROPORSIONAL DI KABUPATEN SUMEDANG DALAM RANGKA PENANGANAN CORONA VIRUS DISEASE 2019

PELAKSANAAN PEMBATASAN KEGIATAN MASYARAKAT

NO KEGIATAN MASYARAKAT PEMBATASAN

1 2 3

1 Tempat Kerja/Perkantoran Bekerja dari rumah (work from home) sebesar 50% (lima puluh persen) dan bekerja di kantor (work from office) sebesar 50% (lima puluh persen) dengan penerapan protokol kesehatan secara lebih ketat.

2 Sekolah, Pondok Pesantren dan Lembaga Pendidikan Lainnya

Melaksanakan kegiatan belajar mengajar secara daring (on line) dan luring (off line) dengan penerapan protokol kesehatan secara lebih ketat.

3 Sektor Esensial seperti kesehatan, bahan pangan, makanan, minuman, energi, komunikasi dan teknologi informasi, keuangan, perbankan, sistem pembayaran, logistik, perhotelan, konstruksi, industri strategis, pelayanan dasar, utilitasi publik, dan industri yang ditetapkan sebagai objek vital nasional dan objek tertentu, serta kebutuhan sehari-hari yang berkaitan dengan kebutuhan pokok masyarakat.

Dapat beroperasi 100% (seratus persen) dengan ketentuan:

1) jam operasional sesuai dengan dokumen perizinan yang diberikan; 2) pengunjung dibatasi sebesar 50%

(lima puluh persen) dari kapasitas tempat; dan

3) penerapan protokol kesehatan secara lebih ketat.

4 Restoran/Warung Makan/ Café

1) makan minum di tempat sebesar 50% (lima puluh persen) dari kapasitas tempat dengan jam operasional:

a. hari biasa dibatasi jam operasionalnya sampai dengan pukul 21.00 WIB; dan

b. Bulan ramadhan:

1. pukul 16.00-21.00 WIB; dan/atau

2. pukul 02-00-04.30 WIB;

(7)

NO KEGIATAN MASYARAKAT PEMBATASAN

1 2 3

2) layanan makanan melalui pesan-antar atau dibawa pulang sesuai dengan jam operasional dalam dokumen perizinan yang diberikan, dengan penerapan protokol kesehatan yang lebih ketat.

5 Pusat Perbelanjaan, Mal,

Minimarket dan Usaha Sejenis

Dibatasi jam operasionalnya sampai dengan pukul 21.00 WIB dengan penerapan protokol kesehatan yang lebih ketat.

6 Kegiatan Konstruksi Beroperasi 100% (seratus persen) dengan penerapan protokol kesehatan yang lebih ketat.

7 Tempat Ibadah Jumlah jamaah sebesar 50% (lima puluh persen) dari kapasitas tempat ibadah dengan penerapan protokol kesehatan yang lebih ketat.

8 Transportasi Umum Jumlah penumpang sebesar 50% dari kapasitas dan jam operasional sampai dengan pukul 21.00 WIB.

9 Kegiatan di Fasilitas Umum Dibatasi jam operasionalnya sampai dengan pukul 16.00 WIB dan pengunjung dibatasi sebesar 50% (lima puluh persen) dari kapasitas tempat. 10 Kegiatan Seni Pengunjung dibatasi sebesar 25% (dua

puluh lima persen) dari kapasitas tempat dengan penerapan protokol kesehatan secara ketat.

11 Kegiatan Sosial Budaya Dibatasi jam operasionalnya sampai dengan pukul 14.00 WIB dan tamu undangan dibatasi sebesar 50% (lima puluh persen) dari kapasitas tempat dengan penerapan protokol kesehatan secara ketat.

BUPATI SUMEDANG, ttd

(8)

LAMPIRAN II

KEPUTUSAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 187 TAHUN 2021

TENTANG

PEMBERLAKUAN PEMBATASAN SOSIAL BERSKALA BESAR SECARA PROPORSIONAL DI KABUPATEN SUMEDANG DALAM RANGKA PENANGANAN CORONA VIRUS DISEASE 2019

PELAKSANAAN PEMBATASAN KEGIATAN MASYARAKAT MIKRO DAN PENGENDALIAN PERJALANAN ORANG SELAMA BULAN RAMADHAN DAN

MENJELANG HARI RAYA IDUL FITRI 1442 H/TAHUN 2021 A. PELAKSANAAN PEMBATASAN KEGIATAN MASYARAKAT MIKRO

Pelaksanaan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Mikro dilakukan dengan ketentuan:

1. Pelaksanaan pembatasan kegiatan masyarakat dilakukan sampai dengan tingkat rukun tetangga (RT)/rukun warga (RW) yang berpotensi menimbulkan penularan Corona Virus Disease 2019 (Covid-19).

2. Pelaksanaan pembatasan kegiatan masyarakat mikro dilakukan dengan mempertimbangkan kriteria zonasi pengendalian wilayah hingga tingkat RT dengan kriteria:

a. zona hijau dengan kriteria tidak ada kasus Covid-19 di satu RT, maka skenario pengendalian dilakukan dengan surveilans aktif, seluruh suspek di tes dan pemantuan kasus tetap dilakukan secara rutin dan berkala;

b. zona kuning jika terdapat 1 (satu) sampai dengan 2 (dua) rumah dengan kasus konfirmasi positif dalam satu RT selama 7 (tujuh) hari terakhir, maka skenario pengendalian adalah menemukan kasus suspek dan pelacakan kontak erat, lalu melakukan isolasi mandiri untuk pasien positif dan kontak erat dengan pengawasan ketat;

c. zona oranye dengan kriteria jika terdapat 3 (tiga) sampai dengan 5 (lima) rumah dengan kasus konfirmasi positif dalam satu RT selama 7 (tujuh) hari terakhir, maka skenario pengendalian adalah menemukan kasus suspek dan pelacakan kontak erat, lalu melakukan isolasi mandiri untuk pasien positif dan kontak erat dengan pengawasan ketat, serta menutup rumah ibadah, tempat bermain anak dan tempat umum lainnya kecuali sektor esensial; dan

d. zona merah dengan kriteria jika terdapat lebih dari 5 (lima) rumah dengan kasus konfirmasi positif dalam satu RT selama 7 (tujuh) hari

(9)

terakhir, maka skenario pengendalian adalah pemberlakuan PPKM tingkat RT yang mencakup:

1) menemukan kasus suspek dan pelacakan kontak erat;

2) melakukan isolasi mandiri/terpusat dengan pengawasan ketat;

3) menutup rumah ibadah, tempat bermain anak dan tempat umum lainnya kecuali sektor esensial;

4) melarang kerumunan lebih dari 3 (tiga) orang;

5) membatasi keluar masuk wilayah RT maksimal hingga pukul 20.00 WIB; dan

6) meniadakan kegiatan sosial masyarakat di lingkungan RT yang menimbulkan kerumunan dan berpotensi menimbulkan penularan. 3. Pelaksanaan pembatasan kegiatan masyarakat mikro dilakukan melalui

koordinasi antara seluruh unsur yang terlibat, mulai dari ketua RT/RW, Kepala Desa/Lurah, Satuan Perlindungan Masyarakat (Satlinmas), Bintara Pembina Desa (Babinsa), Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas), Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), Pos Pelayanan Keluarga Berencana Kesehatan Terpadu (Posyandu), Dasawisma, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, Tokoh Pemuda, Penyuluh, Pendamping, Tenaga Kesehatan, dan Karang Taruna serta Relawan lainnya.

4. Mekanisme koordinasi, pengawasan, dan evaluasi Pelaksanaan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Mikro dilakukan dengan membentuk Pos Komando (Posko) tingkat Desa dan Kelurahan bagi wilayah yang belum membentuk posko dan terhadap wilayah yang telah membentuk posko dimaksud agar lebih mengoptimalkan peran dan fungsinya. Untuk supervisi dan pelaporan Posko Tingkat Desa dan Kelurahan dibentuk Posko Kecamatan bagi wilayah yang belum membentuk posko kecamatan dan terhadap wilayah yang telah membentuk Posko Kecamatan agar lebih mengoptimalkan peran dan fungsinya.

5. Posko tingkat Desa dan Kelurahan sebagaimana dimaksud pada angka 4 adalah lokasi atau tempat yang menjadi Posko penanganan COVID-19 di tingkat Desa dan Kelurahan yang memiliki empat fungsi yaitu:

a. pencegahan; b. penanganan; c. pembinaan; dan

d. pendukung pelaksanaan penananan COVID-19 di tingkat Desa dan Kelurahan.

(10)

- 3 -

6. Dalam melaksanakan fungsi sebagaimana dimaksud pada angka 5, Posko tingkat Desa dan Kelurahan berkoordinasi dengan Satgas COVID-19 tingkat Kecamatan, Kabupaten, Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI).

7. Kebutuhan pembiayaan dalam pelaksanaan Posko tingkat Desa dan Kelurahan COVID-19 di tingkat Desa dan Kelurahan dibebankan pada anggaran masing-masing unsur Pemerintah sesuai dengan pokok kebutuhan sebagai berikut:

a. kebutuhan di tingkat Desa dibebankan pada Dana Desa dan dapat didukung dari sumber pendapatan desa lainnya melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB Desa);

b. kebutuhan di tingkat Kelurahan dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten;

c. kebutuhan terkait Babinsa/Bhabinkamtibmas dibebankan kepada Anggaran TNI/POLRI;

d. kebutuhan terkait penguatan testing, tracing dan treatment dibebankan kepada Anggaran APBD Kabupaten dan/atau sumber lain yang sah dan tidak mengikat; dan

e. kebutuhan terkait dengan kebutuhan hidup dasar dibebankan kepada APBD Kabupaten dan/atau sumber lain yang sah dan tidak mengikat. e. Posko tingkat Desa diketuai oleh Kepala Desa yang dalam pelaksanaannya

dibantu oleh Aparat Desa dan Mitra Desa Lainnya dan Posko tingkat Kelurahan diketuai oleh Lurah yang dalam pelaksanaannya dibantu oleh Aparat Kelurahan, dan kepada masing-masing Posko baik Posko tingkat Kelurahan juga dibantu Satlinmas, Babinsa, Bhabinkamtibmas, dan tokoh masyarakat.

B. PENGENDALIAN PERJALANAN ORANG LINTAS KABUPATEN/PROVINSI SELAMA BULAN RAMADHAN DAN MENJELANG HARI RAYA IDUL FITRI 1442 H/TAHUN 2021

1. Perjalanan orang lintas kabupaten/provinsi selama Bulan Ramadhan dan Menjelang Hari Raya Idul Fitri 1442 H/Tahun 2021 yang diperbolehkan bagi:

a. kendaraan pelayanan distribusi logistik; dan

b. pelaku perjalanan dengan keperluan mendesak untuk kepentingan nonmudik, antara lain:

1) bekerja/perjalanan dinas; 2) kunjungan keluarga sakit;

(11)

3) kunjungan duka anggota keluarga meninggal;

4) ibu hamil yang didampingi oleh 1 (satu) orang anggota keluarga; 5) kepentingan persalinan yang didampingi maksimal 2 (dua) orang;

dan

6) kepentingan nonmudik tertentu lainnya yang dilengkapi surat keterangan dari Kepala Desa/Lurah setempat.

2. Pelaku perjalanan orang sebagaimana dimaksud pada angka 1 wajib memiliki print out surat izin perjalanan tertulis atau surat izin keluar/masuk (SIKM) sebagai persyaratan melakukan perjalanan denganketentuan sebagai berikut:

a. bagi pegawai instansi pemerintahan/aparatur sipil Negara, pegawai badan usaha milik Negara/badan usaha milik daerah, prajurit TNI, dan anggota POLRI melampirkan print out surat izin tertulis dari pejabat setingkat Eselon II/kepala kantor satuan kerja yang dilengkapi tanda tangan basah/tanda tangan elektronik pejabat serta identitas diri calon pelaku perjalanan;

b. bagi pegawai swasta melampirkan print out surat izin tertulis dari pimpinan perusahaan yang dilengkapi tanda tangan basah/tanda tangan elektronik pimpinan perusahaan serta identitas diri calon pelaku perjalanan;

c. bagi pekerja sektor informal melampirkan print out surat izin tertulis dari Kepala Desa/Lurah yang dilengkapi tanda tangan basah/tanda tangan elektronik Kepala Desa/Lurah serta identitas diri calon pelaku perjalanan; dan

d. bagi masyarakat umum nonpekerja melampirkan print out surat izin tertulis dari Kepala Desa/Lurah yang dilengkapi tanda tangan basah/tanda tangan elektronik Kepala Desa/Lurah serta identitas diri calon pelaku perjalanan.

3. Surat izin perjalanan tertulis atau surat izin keluar/masuk (SIKM) sebagaimana dimaksud pada angka 2 memiliki ketentuan sebagai berikut:

a. Berlaku secara individual;

b. Berlaku untuk satu kali perjalanan pergi pulang lintas kabupaten/provinsi; dan

c. Bersifat wajib bagi pelaku perjalanan dewasa yang berusia 17 tahun ke atas.

(12)

- 5 -

4. Dalam hal terdapat pekerja sektor informal dan masyarakat umum nonpekerja yang melakukan perjalanan lintas kabupaten/provinsi selama Bulan Ramadhan dan Menjelang Hari Raya Idul Fitri 1442

H/Tahun 2021 tanpa memiliki dokumen sebagaimana dimaksud angka 2 huruf c dan huruf d, maka Kepala Desa/Lurah melalui Posko

Desa/Posko Kelurahan menyiapkan tempat karantina mandiri selama 5 x 24 jam dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat dan biaya karantina dibebankan kepada masyarakat yang melakukan perjalanan lintas lintas kabupaten/provinsi.

BUPATI SUMEDANG, ttd

Referensi

Dokumen terkait

Perizinan dan Non Perizinan dari Bupati kepada Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Dalam Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Sistem Elektronik

Menurut Antonius dan Rahmi (2016), kebutuhan tanaman terhadap unsur hara bertambah banyak, dan unsur hara dalam tanah tidak dapat memenuhi semua kebutuhan

Menimbang : bahwa untuk menindaklanjuti Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 04 Tahun 2021 tentang Perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat

Menindaklanjuti Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 11 Tahun 2021 tentang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Berbasis Mikro dan Mengoptimalkan Posko Penanganan

KEENAMBELAS : Pada saat Instruksi ini mulai berlaku , Instruksi Bupati Nomor 5 Tahun 2021 tentang Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Berbasis Mikro dan Pembentukan

Menimbang : bahwa untuk menindaklanjuti Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2021 tentang Perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Berbasis

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam Lingkungan Propinsi Djawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950)

bahwa sesuai ketentuan Pasal 10 ayat (1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 82 Tahun 2015 tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Desa sebagaimana telah