• Tidak ada hasil yang ditemukan

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

;

Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada dibawah Garis Kemiskinan) di Kalimantan Barat pada bulan Maret 2010 sekitar 428.760 orang (9,02 persen). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan Maret 2009 yang berjumlah 434.770 orang (9,30 persen), berarti berkurang sekitar 6.001 orang atau mengalami penurunan 0,28 persen.

;

Selama periode Maret 2009-Maret 2010 penurunan persentase penduduk miskin terjadi baik di daerah perkotaan maupun perdesaan. Untuk daerah perkotaan turun dari 7,23 persen menjadi 6,31 persen sedangkan untuk daerah perdesaan turun dari 10,09 persen menjadi 10,06 persen. Berarti selama satu tahun terakhir penurunan persentase penduduk miskin di perkotaan lebih tinggi dibanding di perdesaan. Namun, dari sisi jumlah penduduk miskin, di daerah perdesaan masih lebih banyak dibanding di daerah perkotaan yaitu masing-masing sebanyak 345.320 orang dan 83.430 orang.

;

Garis kemiskinan pada Maret 2009 sebesar Rp. 174.617,- perkapita/bulan selanjutnya meningkat menjadi Rp. 189.407,- perkapita/bulan pada tahun 2010. Apabila dipilah menurut jenisnya, proporsi pengeluaran makanan terhadap Garis Kemiskinan jauh lebih besar dibandingkan proporsi pengeluaran bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada bulan Maret 2010, peranan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan sebesar 79,02 persen dan selebihnya 20,98 persen adalah Garis Kemiskinan Bukan Makanan.

;

Pada periode Maret 2009 - Maret 2010, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) menunjukkan adanya

penurunan yaitu dari 1,55 menjadi 1,18. Hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung makin mendekati garis kemiskinan. Adapun dari sisi Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) mengalami penurunan yaitu dari 0,40 menjadi 0,24. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk mengalami perubahan yang berarti.

;

Selama kurun waktu 10 tahun, di Kalimantan Barat telah berhasil menurunkan tingkat kemiskinan sebesar 20,40 persen yaitu dari 29,42 pada tahun 2000 menjadi 9,02 persen pada tahun 2010.

No. 43/09/61/Th. XIII, 1 September 2010

TINGKAT KEMISKINAN PROVINSI KALIMANTAN BARAT TAHUN 2010

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

(2)

1. Perkembangan Tingkat Kemiskinan di Kalimantan Barat Tahun 2009- 2010

Jumlah dan persentase penduduk miskin pada periode Maret 2009 ke Maret 2010 menunjukkan kecenderungan menurun, Maret 2009 sebesar 9,30 persen menjadi 9,02 persen atau turun 0,28 poin . Pada periode tahun 2009 ke tahun 2010 jumlah penduduk miskin turun dari 434.770 orang menjadi 428.760 orang (Gambar.1). Hal ini berarti bahwa jumlah penduduk miskin berkurang sekitar 6.010 orang.

Jika dilihat dari daerah perkotaan dan perdesaan, maka persentase penurunan jumlah penduduk miskin diperkotaan lebih tinggi yaitu 0,92 persen sementara di pedesaan turun 0,03 persen. Namun dari sisi kauntitas jumlah diperkotaan turun sebanyak 10.550 orang dan diperdesaan meningkat sebanyak 4.530 orang.

Untuk menentukanjumlah penduduk

miskin BPS menggunakan konsep ”kemampuan memenuhi kebutuhan dasar” jadi kemiskinan yang dimaksud adalah ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan dasar makan dan non makanan (diukur dari sisi pengeluaran) yang di konversi dengan nilai uang yang disebut sebagai garis kemiskinan. Dengan demikian yang disebut penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita per bulan dibawah garis kemiskinan.

Garis kemiskinan pada tahun 2009 sebesar Rp. 174.617,- perkapita/bulan selanjutnya pada tahun 2010 meningkat menjadi Rp. 189.407,- perkapita/bulan. Jika dibedakan berdasarkan daerah, garis Kemiskinan kota tahun 2009 sebesar Rp.194.881,- naik menjadi Rp.207.884,- pada kondisi Maret 2010. Sementara di daerah perdesaan Rp.166.815 pada Maret 2009 naik menjadi Rp.182.293,-pada Maret 2010.

Tidak berbeda dengan kondisi 2009, pada tahun 2010 Garis Kemiskinan Makanan juga mempunyai peranan yang sangat dominan terhadap Garis Kemiskinan yaitu sebesar 79,02 persen, dan selebihnya 20,98 persen adalah Garis Kemiskinan Bukan Makanan.

Gambar 1. Jumlah Penduduk Miskin Menurut Kota/desa di Kalimantan Barat 2009-2010

(000) 93,98 83,43 340,79 345,32 434,77 428,76 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 2009 2010 Tahun Ju ml a h

(3)

Komoditi akanan yang berpengaruh terhadap kenaikan garis kemiskinan tahun 2010 antar lain beras, Gula pasir, telur, minyak goreng, mie instan, tahu dan tempe. Sedangkan komoditi non makanannya antara lain perumahan, listrik, minyak tanah dan Angkutan.

Tabel 1.

Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Kalimantan Barat Tahun 2009- 2010

Daerah/Tahun

Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Jumlah penduduk miskin (000 orang) Persentase penduduk miskin Makanan Bukan Makanan Total Perkotaan Maret 2009 146.541 48.340 194.881 93,98 7,23 Maret 2010 155.763 52.121 207.884 83,43 6,31 Perdesaan Maret 2009 135.004 31.810 166.815 340,79 10,09 Maret 2010 147.319 34.974 182.293 345,32 10,06 Kota+Desa Maret 2009 138.212 36.406 174.617 434,77 9,30 Maret 2010 149.667 39.741 189.407 428,76 9,02

Sumber: Pengolahan Susenas Panel Maret 2009 dan Maret 2010

2. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan

Persoalan kemiskinan bukan hanya menyangkut berapa jumlah dan persentase penduduk miskin tetapi ada dimensi lain yang harus juga menjadi perhatian yaitu tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan. Jadi kebijakan dalam penanganan masalah kemiskinan seharusnya tidak hanya memperkecil jumlah penduduk miskin, tetapi juga sekaligus harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan dari kemiskinan itu sendiri.

(4)

Pada periode Maret 2009 - Maret 2010, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) menunjukkan

adanya penurunan yaitu turun dari 1,55 pada keadaan Maret 2009 menjadi 1,18 pada Maret 2010 (Tabel 2). Hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung meningkat mendekati garis kemiskinan. Adapun dari sisi Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan adanya penurunan yaitu dari 0,40 menjadi 0,24. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk miskin relatif mengalami perubahan yang berarti selama tahun 2009-2010.

Tabel 2

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di

Kalimantan Barat Menurut Daerah, Maret 2009- Maret 2010

Tahun Perkotaan Perdesaan Kota + Desa

Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)

Maret 2009 1,20 1,68 1,55

Maret 2010 0,82 1,31 1,18

Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

Maret 2009 0,28 0,45 0,40

Maret 2010 0,18 0,27 0,24

Sumber: Pengolahan Susenas Panet Maret 2009 dan Maret 2010

Apabila disimak menurut daerah untuk tahun 2009 berbanding lurus dibandingkan kondisi 2010, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) di

daerah perkotaan lebih rendah dibanding daerah perdesaan. Pada bulan Maret 2009, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) untuk perkotaan dan perdesaan masing-masing sebesar

sebesar 1,20 dan 1,68 sementara keadaan Maret 2010 di daerah perkotaan turun menjadi 0,82 dan perdesaan turun menjadi 1,31. Demikian juga dengan Nilai Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) untuk perkotaa sebesar 0,28 sementara di daerah perdesaan mencapai 0,45 pada Maret

2009, keadaan Maret 2010 untuk perkotaan turun menjadi 0,18 sementara perdesaan turun menjadi 0,27.

(5)

Perbandingan Tingkat Kemiskinan Regional Kalimantan dan Nasional

Memperhatikan beberapa indikator kemiskinan untuk regional Kalimantan Tahun 2010, seperti Garis Kemiskinan, jumlah dan persentas penduduk miskin serta Indeks Tingkat Kedalaman dan Keparahan Kemiskinan, ternyata Kalimantan Barat masih berada pada posisi pertama (Tabel 3).

Untuk Garis Kemiskinan Maret 2010, Kalimantan Barat masih terendah di regional Kalimantan yaitu sebesar Rp. 189.407,- dan tertinggi di Kalimantan Timur sebesar Rp. 285.218. Adapun dalam hal jumlah dan persentase penduduk miskin, Kalimantan Barat merupakan yang tertinggi yaitu sebesar 428,76 ribu orang (9,02 persen) sedangkan yang 164,22 ribu orang dan persentase penduduk miskin terkecil adalah di Kalimantan Selatan sebesar 5,21 persen.

Tabel 3

Perbandingan Beberapa Indikator Kemiskinan Untuk Regional Kalimantan dan Nasional Tahun 2010

Provinsi Garis Kemisikinan (Rp/Kapita/Bln) Jumlah (000 orang) Persentase Penduduk Miskin (P0) Kalimantan Barat 189.407 428,76 9,02 Kalimantan Tengah 215.466 164,22 6,77 Kalimantan Selatan 210.850 181,96 5,21 Kalimantan Timur 285.218 243,00 7,66 NASIONAL 211.726 31.023,39 13,33

(6)

.

Penjelasan Teknis dan Sumber Data

• Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Headcount Index, yaitu persentase penduduk miskin terhadap total penduduk.

• Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen yaitu Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan-Makanan (GKBM). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan dibawah Garis Kemiskinan.

• Garis Kemiskinan Makanan (GKM) merupakan nilai pengeluaran kebutuhan minimum makanan yang disetarakan dengan 2100 kkalori per kapita perhari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditi (padi-padian, umbi-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll).

• Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Paket komoditi kebutuhan dasar non-makanan diwakili oleh 51 jenis komoditi di perkotaan dan 47 jenis komoditi di perdesaan.

• Sumber data utama yang dipakai untuk menghitung tingkat kemiskinan tahun 2010 adalah data SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) Panel Modul Konsumsi bulan Maret 2010. Jumlah sampel diperbesar dari 68.000 RT supaya data kemiskinan dapat disajikan sampai tingkat provinsi. Sebagai informasi tambahan, juga digunakan hasil survei SPKKD (Survei Paket Komoditi Kebutuhan Dasar), yang dipakai untuk memperkirakan proporsi dari pengeluaran masing-masing komoditi pokok bukan makanan.

(7)

Informasi lebih lanjut hubungi: Duaksa Aritonang, SE, MM Kepala Bidang Statistik Sosial

Telepon: 0561-735345 E-mail : Sosial6100@bps.go.id

BPS PROVINSI KALIMANTAN BARAT

Gambar

Gambar 1. Jumlah Penduduk Miskin Menurut  Kota/desa di Kalimantan Barat 2009-2010

Referensi

Dokumen terkait

Pendidikan dapat menggunakan permainan drama, bermain pasir, boneka, balok atau yang lainnya untuk menolong anak- anak mengatasi kesulitan (Satmoko, 2006: 265). Di

Dengan menggunakan analisis regresi multilinier, sebanyak 20 senyawa xanton yang sudah diketahui nilai IC50-nya digunakan sebagai senyawa fitting untuk mendapatkan

Arah daya paduan yang dihasilkan oleh konduktor yang membawa arus dalam medan magnet boleh ditentukan dengan menggunakan petua tangan kiri Fleming. Catapult field is the

Analisis komponensial adalah penguraian unsur-unsur yang membentuk makna kosakata tertentu.. dalam analisis komponensional adalah penemuan kandungan makna kata atau

Hasil penentuan parameter-parameter gempa dari peta percepatan batuan dasar, kondisi tanah dan faktor keutamaan gedung diperoleh bahwa bangunan ini masuk dalam kategori desain seismic

No No Peserta Nama Mata Pelajaran Instansi Keterangan Lokasi Ruang Waktu.. 11 15290522010322 FARLINA

Maka dapat dikatakan latihan ini sangat baik sekali digunakan dalam latihan dalam permainan bola voli guna untuk meningkatkan lompat yaitu daya ledak otot tungkai dari

Namun proses dari metode latihan yang dapat memberikan stimulus lebih baik pada sistem saraf pusat, saraf sensorik hingga respon saraf motorik yang akan mengaktifkan