• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kata kunci : Pola, penyebaran informasi, pertanian.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kata kunci : Pola, penyebaran informasi, pertanian."

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri gorontalo 1 POLA PENYEBARAN INFORMASI PERTANIAN

(Studi Kasus Di Desa Botubilotahu, Kecamatan Marisa Utara, Kabupaten Pohuwato)

1

Adrian Pakaya, 2Sumarjo, 3Noval Sufriyanto Talani 1

Mahasiswa Prodi Komunikasi, 2,3Dosen Prodi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Gorontalo

e-mail: [email protected], [email protected],[email protected] ABSTRAK

Adrian Pakaya. 2015. Pola Penyebaran Informasi Pertanian (Studi Kasus Di Desa Botubilotahu, Kecamatan Marisa Utara, Kabupaten Pohuwato). Jurnal. Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Gorontalo. Pembimbing I Sumarjo, dan Pembimbing II Noval SufriyantoTalani.

Informasi teknologi pertanian memegang peran penting dalam proses pembangunan pertanian. Tersediannya berbagai sumber informasi yang akan mendesiminasikan (penyebaran) atau penyampaian informasi pertanian dapat mempercepat kemajuan usaha pertanian di pedesaan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, karena sifat data yang diperoleh merupakan deskripsi dari subjek penelitian dengan teknik pengumpulan data berupa pengamatan dan wawancara kepada Petugas Pertanian Lapangan (PPL) dan kelompok petani di Desa Botubilotahu. Fokus masalah pada penelitian ini, yaitu sebagai berikut : 1) bagaimana pola penyebaran informasi pertanian; 2) saluran apa saja yang digunakan dalam penyebaran informasi pertanian : 1) untuk mengetahui pola penyebaran informasi pertanian. 2) untuk mengetahui saluran yang digunakan untuk menyebarkan informasi pertanian. Hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) pola penyebaran informasi pertanian di Desa Botubilotahu menggunakan saluran komunikasi interpersonal dan saluran komunikasi kelompok; 2) saluran informasi pertanian yang digunakan oleh kelompok petani di desa Botubilotahu menggunakan komuniasi lansung dan komunikasi kelompok. Kesimpulan dari penelitian ini, yakni sebagai berikut : 1) pola penyebaran informasi pertanian di Desa Botubilotahu, menggunakan pola komunikasi interpersonal dan pola komunikasi kelompok; 2) saluran informasi pertanian yang digunakan oleh kelompok petani di Desa Botubilotahu menggunakan saluran komunikasi lansung.

(2)

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri gorontalo 2 ABSTRACK

Information technology agriculture holds a very important position within the agricultural development proses. The availability of various of information enables the dissemination of agriculture information and in turn, can accelerate the progress of agriculture in the rural area. This research uses qualitative research method, due to the nature of the data that is retrieved is the description of the subject of the research with data collection techniques in the form of observations and interviews to Agricultural Field Officer (PPL) and groups of farmers in the village of Botubilotahu. Focus problem on this research, which is as follows: 1) how patterns of spread of agricultural information: 2) what are the channels used in the dissemination of agricultural information: 1) to figure out the pattern of the spread of agricultural information. 2) to know the channels used to disseminate agricultural information. The results of this research are as follows: 1) information dissemination pattern of farming in the village of Botubilotahu to use interpersonal communication channels and channel communications group; 2) agricultural information channels used by a group of farmers in the village of Botubilotahu using communication directly and group communication. The conclusions of this study, namely the following: 1) information dissemination pattern of farming in the village of Botubilotahu, using interpersonal communication patterns and patterns of group communication; 2) agricultural information channels used by a group of farmers in the village of Botubilotahu using the communication channels directly.

(3)

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri gorontalo 3 PENDAHULUAN

Masyarakat merupakan kumpulan individu yang hidup secara bersama-sama di lingkungan tertentu. Dalam memenuhi kebutuhannya sebagai individu sosial, manusia memerlukan orang lain dalam memudahkan segala urusan yang dijalaninya. Masyarakat merupakan kumpulan manusia yang hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan sebagian besar kegiatan di dalam kelompok atau kumpulan manusia tersebut.

Dalam lingkungannya masyarakat memerlukan informasi yang dianggap sesuai dengan kebutuhan dalam bidang tertentu. Banyak hal yang dilakukan oleh masyarakat dalam melangsungkan kehidupannya sesuai dengan apa yang menjadi harapan sebelumnya. Masyarakat di daerah tertentu lebih banyak berprofesi sebagai petani dibandingkan profesi lainnya. Misalnya di Desa Botubilotahu. Hal ini muncul karena dipengaruhi oleh beberapa faktor terutama keterbatasan pendidikan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri.

Dibidang pertanian, informasi dibutuhkan untuk menunjang produksi yang lebih baik. Peningkatan produksi pertanian mampu memberikan kontribusi lebih kepada perekonomian masyarakat. Peningkatan produksi pertanian dapat dipengaruhi oleh pengetahuan petani terkait pengelolaan pertanian. Salah satu hal yang mendukung pengetahuan para petani adalah kemudahan mengakses informasi pertanian.

Seiring dengan perkembangan teknologi saat ini, tidak bisa dipungkiri bahwa informasi bisa diakses di mana saja dan kapan saja baik melalui media cetak maupun media elektronik. Akan tetapi kondisi saat ini bahwa informasi hanya bisa diserap dengan baik oleh orang-orang yang memiliki pendidikan yang memadai. Sedangkan masyarakat yang memiliki pendidikan yang minim tentunya memerlukan orang lain dalam menyerap makna yang terkandung di balik informasi yang disebarkan.

Menurut observasi sementara yang dilakukan peneliti, bahwa kondisi pendidikan masyarakat petani di Desa Botubilotahu masih tergolong rendah dikarenakan faktor ekonominya lemah. Sehingga informasi pertanian hanya dapat diakses melaui Petugas Pertanian Lapangan (PPL) dan Pemerintah Desa. PPL memiliki peranan penting dalam masyarakat petani untuk memberikan informasi pertanian. Permasalahan ini merupakan salah satu alasan oleh peneliti untuk mengambil lokasi ini sebagai objek penelitian dengan judul “Pola Penyebaran Informasi Pertanian“.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Metode penelitian merupakan suatu desain penelitian yang utuh yang mencakup pendekatan yang digunakan, teknik pengumpulan data, sampai pada penentuan lokasi penelitian. Metode penelitan ini merupakan seperangkat cara yang sistematik, logis dan rasional yang digunakan oleh peneliti ketika merencanakan, mengumpulkan, menganalisis dan menyajikan data untuk menarik kesimpulan (Hamidi, 2010:22).

(4)

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri gorontalo 4

Berdasarkan pendapat diatas , maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Metode ini digunakan oleh peneliti karena dengan metode ini permasalahan dapat digambarkan dengan jelas dan terperinci mengenai pola penyebaran informasi pertanian di Desa Botubilotahu Kecamatan Marisa Utara Kabupaten Pohuwato. Pendekatan dalam penlitian ini merujuk kepada tujuan penelitan yaitu memberikan gambaran yang komprehensif tentang pola penyebaran informasi pertanian di Desa Botubilotahu Kecamatan Marisa Utara Kabupaten Pohuwato.

Sumber data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui komunikasi informasi dengan menggunakan teknik wawancara. Dalam pelaksanaan teknik ini penulis mengumpulkan data melalui komunikasi langusung dengan informan. Peneliti turun ke daerah penelitian untuk mengumpulkan data dalam berbagai bentuk, seperti hasil wawancara dan data dari informan. Adapun key informan yang terpilih dalam pengumpulan data ini adalah Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) Kecamatan Marisa Utara, dan Ketua Kelompok tani di Desa Botubilotahu, terdiri dari 5 (lima) orang yakni: 1) Abdul Rasid Pantu; 2) Ipin Ladiku; 3) Uci S. Suleman; 4) Yusup Pakaya; 5) Cile Djafar. Sedangkan data sekunder diambil dari arsip, dokumen maupun laporan yang mendukung bahan penelitian pola penyebaran informasi pertanian.

HASIL DAN PEMBAHASAN Pola Penyebaran Informasi Pertanian di Desa Botubilotahu

Informasi teknologi pertanian memegang peran penting dalam proses pembangunan pertanian. Tersediannya berbagai sumber informasi yang akan mend esiminasikan (penyebaran) atau penyampaian informasi pertanian dapat mempercepat kemajuan usaha pertanian di pedesaan. Dengan tersedianya sumber informasi, masyarakat dengan mudah untuk mengakses informasi pertanian.

(5)

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri gorontalo 5 Bagan 1

Pola Penyebaran Informasi Pertanian di Desa Botubilotahu

Sumber : Dinas Pertanian Kab. Pohuwato

Tabel di atas menerangkan bahwa sumber penyebaran informasi berasal dari PPL Kecamatan Marisa Utara. PPL menggunakan saluran komunikasi seperti, komunikasi interpersonal dan surat resmi yang di tujukan kepada Kepala Desa Botubilotahu. Selanjutnya kepala Desa menghubungi kepala-kepala dusun Botubilotahu dengan menggunakan media (Telepon) agar dapat memberitahukan kepada masyarakat Desa Botubilotahu agar dapat menghadiri Rapat/sosialisasi yang akan dibawah oleh nara sumber PPL kecamatan.

Materi sosialisasi yang kami sampaikan oleh PPL Kecamatan pada umumnya berupa pendidikan pertanian Jagung kepada masyarakat. Begitu pula jika ada bantuan dari pemerintah berupa pupuk, bibit, racun pembunuh hama dan

Informasi Jagung PPL Kepala Desa Kepala Dusun Masyarakat Interpersonal Surat Resmi Media (Telepon, surat) Interpersonal Rapat Kelompok Media Diskusi Perilaku Bertani

(6)

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri gorontalo 6

lain-lain. Jika bantuan itu kami sudah terima dari pemerintah dalam hal ini Dinas Pertanian, lansung pula kami sampaikan kepada masyarakat. Menyesuaikan dengan jadwal yang telah ditetapkan.

1. Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik. Pada hakekatnya komunikasi interpersonal adalah komunikasi antar komunikator dengan komunikan, komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang, karena sifatnya yang dialogis berupa percakapan (Effendy, 2003 : 30).

Pola komunikasi interpersonal petani melibatkan beberapa sumber informasi terdekat secara fisik maupun psikologis seperti orang tua saudara/kerabat dan tetangga yang sama-sama bekerja sebagai petani. Dengan sumber-sumber ini mereka saling bertukar informasi (pesan) pengalaman baik pengalaman akan usahataninya maupun pengalaman tentang lingkungan sekitar. Dengan intensitas komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh anggota kelompok petani, dapat bertukar pikiran tentang berbagai hal yang berhubungan dengan informasi pertanian.

Berdasarkan deskripsi penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, menggambarkan baha saluran komunikasi yang digunakan adalah saluran interpersonal dalam percakapan setiap kali mereka bertemu dengan anggota kelompok mereka, baik bertemu di lokasi perkebunan memereka, maupun diluar. Selanjutnya, komunikasi interpersonal tidak hanya terjalin antara sesama anggota masing-masing kelompok, melainkan terjalin pula dengan anggota kelompok atau kerabat lainnya. Komuniksi interpersonal tersebut dapat terjalin melalui silaturahmi ke rumah petani, dan dapat pula melalui kegiatan yang diselenggarakan oleh desa setempat. Arus informasi yang terjadi dalam pola komunikasi interpersonal adalah dua arah (timbal balik), sumber (komunikator) dan penerima (komunikan) secara langsung saling berganti peran.

Diantara sumber-sumber tersebut anggota kelompok merupakan sumber terdekat dan paling dominan dalam memberikan informasi bagi usaha tani mereka. Sebab, komunikasi sering terjadi dilokasi perkebunan mereka. Sehingga demikian, arus informasi pertanian terjadi secara intens. Dan dengan intensitas komunikasi yang terjadi masing-masing anggota dapat memberikan informasi yang diketahuinya guna pengembangan produktifitas kelompok tani mereka.

Selain dengan orang-orang terdekat mereka juga terlibat dalam komunikasi interpersonal dengan pembeli yang datang ke desa mereka maupun. Kontak dengan pembeli ini biasanya terjadi pada masa-masa panen dan menjelang musim tanam. Pada saat-saat tersebut petani terlibat dengan pihak-pihak tersebut untuk menjual hasil panennya dan untuk memenuhi kebutuhan sarana produksinya.

(7)

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri gorontalo 7

Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang berlangsung antara beberapa orang dalam suatu kelompok “kecil” seperti dalam rapat, pertemuan, konperensi dan sebagainya (Anwar Arifin, 1984). Selanjutnya, Burgoon (dalam Wiryanto, 2005) mendefinisikan komunikasi kelompok sebagai interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih, dengan tujuan yang telah diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, yang mana anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang lain secara tepat.

Kedua definisi komunikasi kelompok di atas mempunyai kesamaan, yakni adanya komunikasi tatap muka, peserta komunikasi lebih dari dua orang, dan memiliki susunan rencana kerja tertentu untuk mencapai tujuan kelompok.

Komunikasi kelompok merupakan pola komunikasi yang melibatkan beberapa partisipan komunikasi. Komunikasi kelompok dapat terjadi pada kelompok formal maupun kelompok-kelompok informal yang ada dalam masyarakat. Terkait dengan proses komunikasi kelompok yang terjadi pada anggota kelompok pertanian yang ada di desa Botubilotahu, menunjukkan terdapat tiga arus informasi yang terjadi dalam komunikasi kelompok.

Pertama, komunikasi ke bawah. Arus informasi ini terjadi ketika ketua

kelompok tani dan PPL berperan sebagai sumber informasi yang menyampaikan pesan langsung ke anggota dalam pertemuan kelompok. Melalui mediasi Kepala Desa setempat para Ketua Kelompok dan anggota kelompok ikut dihadirkan pada acara sosialisasi yang diselenggarakan di Desa. Sehubungan dengan informasi yang disampaikan dalam pertemuan tersebut berupa sosialisasi pertanian guna peningkatan pertumbuhan pertanian yang ada di desa Botubilotahu. Dan bukan hanya itu, melaui kegiatan tersebut, PPL Kecamatan juga menyalurkan bantuan kepada masing-masing kelompok berupa : bantuan bibit, pembunuh hama tanaman, dan pupuk.

Kedua, arus informasi ke atas, dalam arus informasi ini terjadi ketika

anggota biasanya menanyakan kembali informasi yang disampaikan ketua kelompok tani atau yang berkaitan dengan adanya informasi bantuan benih. Pada tahap ini biasanya anggota kelompok kurang mampu menyirat informasi yang disampaikan melalui forum tersebut. Sehingga yang menerangkan kembali kepada anggota kelompok adalah masing-masing ketua dari masing-masing kelompok.

Ketiga, arus informasi yang bersifat lateral yang berlangsung antar

anggota. Komunikasi lateral ini dapat terjadi di sela-sela kegiatan pertemuan kelompok tani atau pun dalam perbincangan di luar pertemuan. Komunikasilansung ini tidak hanya terjadi antara sesama anggota kelompok, melainkan pula dapat terjalin dengan anggota kelompok tani lainnya. Komunikasi secara internal biasa terjadi dilokasi perkebunan mereka. Sedang komunikasi interpersonal dengan anggota kelompok petani lainnya terjadi pada saat silaturahmi dan saat ada kegiatan di desa.

Saluran Informasi Pertanian Di Desa Botubilotahu

Saluran komunikasi adalah alat melalui mana sumber komunikasi menyampaikan pesan-pesan kepada penerima. Saluran ini dianggap sebagai

(8)

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri gorontalo 8

penerus/penyampai pesan yang berasal dari sumber informasi kepada tujuan informasi. Komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka antara beberapa pribadi disebut sebagai komunikasi antarpribadi.

Saluran komunikasi adalah instrumen pesan yang digunakan oleh komunikator kepada komunikan untuk mencapai tujuan. Saluran komunikasi dapat melalui komunikasi tatap muka lansung, yakni komuniksi interpersonal dan komunikasi kelompok, dan dapat pula melalui saluran komunikasi massa, yakni media cetak, elektronik.

Berdasarkan deskriptif pada penelitian ini, menunjukkan bahwa saluran komunikasi pertanian yang digunakan kelompok petani jagung di Desa Botubilotahu Kecamatan Marisa Utara Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo menggunakan saluran komunikasi langsung (interpersonal) dan tidak langsung (bermedia). Melalui saluran komunikasi tersebut, kelompok petani jagung di desa tersebut dapat mengakses informasi pertanian.

Komunikasi interpersonal yang terjadi pada kelompok tani di Desa Botubilotahu, menunjukkan kurangnya efektifitas komunikasi interpersonal antara kelompok petani dengan PPL Kecamatan, sehingga informasi pertanian yang diterima oleh kelompok petani tersebut hanya dua kali dalam sebulan. Komunikasi lansung ini hanya sering terjadi antar sesama anggota kelompok petani dan kerabat petani lainnya.

Teori atraksi interpersonal yang dikemukakan Dean C. Barlund (dalam Rakhmat, 1999:110) menyatakan bahwa arus komunikasi interpersonal dapat diramalkan dengan mengetahui siapa tertarik kepada siapa atau siapa menghindari siapa. Atraksi interpersonal merupakan kesukaan pada orang lain, sikap positif dan daya tarik seseorang. Faktor-faktor yang mempengaruhi atraksi interpersonal di antaranya adalah kesamaan karakteristik personal dan tekanan emosional di mana orang-orang yang pernah mengalami penderitaan bersama-sama akan membentuk kelompok bersolidaritas tinggi. Dalam konteks komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh petani di Desa Botubilotahu mereka cenderung memilih orang-orang yang mempunyai kesamaan karakteristik antara lain mempunyai tingkat sosio-ekonomi sama, sama-sama bekerja sebagai petani.

Selain komunikasi interpersonal dan komunikasi kelompok. Ditemukan komunikasi massa. Komunikasi massa merupakan komunikasi dengan menggunakan media massa seperti radio dan televisi. Kaitannya dengan pesan kelompok petani di desa Botubilotahu, menunjukkan bahawa petani tersebut kurang mengakses informasi tersebut dari kedua media ini.

Terdapat beberapa alasan yang disampaikan oleh beberapa informan petani mengenai kurangnya mereka mengakses media massa radio dan televisi adalah sebagai berikut: 1) terlalu letih dengan pekerjaannya di kebun sehingga membuat malas untuk mengkases media massa tersebut dan memilih untuk beristirahat; 2) televisi lebih banyak dikuasai oleh anggota keluarga lain (anak) sehingga acara yang ditonton atau diikuti sesuai dengan selera mereka; 3) tidak mengetahui waktu dan stasiun televisi atau radio yang menyajikan informasi pertanian; 4) berita yang disampaikan tidak sesuai dengan kondisi pertanian mereka.

Sejalan dengan yang dikemukakan Rakhmat (1999:190) , mengidentifikasi beberapa hal yang membedakan komunikasi massa dengan interpersonal di

(9)

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri gorontalo 9

antaranya adalah pada pengendalian arus informasi. Pada kasus dalam penelitian ini, petani kurang tertarik mengakses televisi dan radio karena hanya menerima infor masi yang disampaikan oleh sumber tanpa bisa turut mengendalikan mana pesan yang sesuai untuknya misalnya informasi-informasi mengenai pertanian di lahan tadah hujan atau tentang permasalahan yang sesuai dengan apa yang dihadapinya. Oleh karena itu dalam hal ini pengaksesan media massa hanya sebatas untuk mendapatkan berita terkini dan sebagai hiburan.

PENUTUP

Berdasarkan pembahasan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1) Pola penyebaran informasi pertanian di Desa Botubilotahu Kecamatan Marisa Utara Kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo, mengunakan pola komunikasi interpersonal dan pola komunikasi kelompok. Pola komunikasi interpersonal lebih banyak melibatkan sumber informasi secara internal kelompok petani dan dari individu petani lain. Pesan yang banyak diperbincangkan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan usahatani mulai dari penggadaan input hingga pasca. Sedang secara kelompok, informasi pertanian hanya dapat diakses melalui PPL Kecamatan dalam kegiatan sosialisasi atau penyuluhan pertanian yang dimediasi oleh Kepala Desa setempat. 2) Saluran informasi pertanian yang digunakan oleh kelompok petani di Desa Botubilotahu menggunakan saluran komunikasi lansung dan tidak lansung (bermedia). Saluran komunikasi lansung terjadi antara individu satu dengan individu lainnya yang sama-sama petani jagung. Sedang saluran komunikasi melalui media televisi tidak berkansung secara efektif. Salah satu kendalanya adalah masyarakat petani yang tergolong dalam kelompok petani tersebut menghabiskan waktu dilokasi perkebunan mereka.

DAFTAR PUSTAKA

Ardianto, Elvinaro. 2007. Komunikasi Massa. Bandung: Remaja Rosdakarya

(Offset)

Arifin, Anwar. 2003. Strategi Komunikasi: Suatu Pengantar Ringkas. Bandung:

Armico

Bungin, Burhan 2009. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media

(Group)

Effendy, Onong Uhdjana. 2003. Ilmu Komunikasi. Teori dan Praktek. Bandung:

Remaja Rosda Karya

Hanafie, R. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. Andi Offiset. Yogyakarta Hamad, Ibnu 2006 Komunikasi dan Perilaku Manusia. Jakarta: Raja Grafindo

(Persada)

Mulyana, Deddy. (2000). Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Nurudin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: RajaGrafindo

(Persada)

Rakhmat, Jalaluddin. 1999. Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

(10)

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri gorontalo 10 Wiryanto, 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Gramedia Widiasarana

Gambar

Tabel  di  atas  menerangkan  bahwa  sumber  penyebaran  informasi  berasal  dari  PPL  Kecamatan  Marisa  Utara

Referensi

Dokumen terkait