• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN HOME INDUSTRY GERABAH GENTONG DI DESA KARANGSARI KECAMATAN LEUWIGOONG KABUPATEN GARUT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN HOME INDUSTRY GERABAH GENTONG DI DESA KARANGSARI KECAMATAN LEUWIGOONG KABUPATEN GARUT"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1 PENGEMBANGAN HOME INDUSTRY GERABAH GENTONG

DI DESA KARANGSARI KECAMATAN LEUWIGOONG KABUPATEN GARUT

Sandi Meilan Purnama1(wiratanuningrat@yahoo.co.id) Siti Fadjarajani2(sfadjarajani@yahoo.com)

Program Studi Pendidikan Geografi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi

ABSTRACT

This research background is the development issues barrel pottery industry which is a household appliance tools that utilize natural resources in its manufacture are clay and sand as an ingredient in the Karangsari Village Leuwigoong District Garut Regency. The problemin this study are the factors that hinder the development of pottery barrel home industry in the Karangsari Village Leuwigoong District Garut Regency and how businesses develop home industry in the pottery barrel Karangsari village Leuwigoong district Garut Regency. The method I use is desktiptif quantitative methods that process the data and implement the data in the form of numbers with mathematical calculations are. Data collection techniques used are observation, interviews, questionnaires, documentation and literature study. With a total population of 80 artisans using techniques (simple random sampling). The data analysis technique used is simple quantitative analysis method, which is the percentage (%). The data analysis technique used is simple quantitative analysis methods. Results from this study that the factors inhibiting the development of home industry in the village pottery barrel Karangsari the capital sources from the questionnaire data showed that as many as 62.5% of respondents are of their own, while 37.5% of respondents from the joint venture, for the HR way obtain craft knowledge of pottery-making vat as much as 85% of respondents gained knowledge from generation to generation and 15% of respondents self-taught knowledge gained, to marketing difficulties in marketing this is because the market demand is reduced as much as 82.5% of respondents, 12.5% as muchprice competition of respondents and deployment problems and erratic production by 5% of respondents. Enterprises development namely human resource development (innovation), the capitaland opened a network marketing.

(2)

2 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan pada dasarnya adalah proses perubahan yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan harus mempunyai sifat perubahan yang mengarah kepada keadaan lebih baik dari pada keadaan sebelumnya. Tujuan pembangunan di Indonesia mengarah untuk mewujudkan masyarakat yang makmur dan adil dengan meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui berbagai bidang, salah satu bidang di antaranya industri masyarakat atau kerajinan yang lebih dikenal dengan industi rumah tangga. Industri sangat berperan dalam pembangunan karena adanya penyerapan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan penduduk.

Sumber daya alam dipermukaan bumi sangat melimpah. Di daerah pedesaan sebagian besar memanfaatkan sumber daya alam dengan cara bertani dan berkebun. Dalam hal kerajinan atau barang banyak menggunakan sumber daya alam dengan pengolahan sesuai dengan pengertian industri dalam arti sempit hanya mencakup kegiatan ekonomi sekunder yaitu meliputi segala usaha dan kegiatan yang sifatnya mengubah dan mengolah bahan mentah menjadi barang jadi atau setengah jadi atau dikenal dengan istilah pabrik. ( Abdurachmat, 1983)

Desa Karangsari yang mayoritas mata pencahariannya adalah bertani, namun sebagian masyarakat memanfaatkan sumber daya alam tanah yang bertekstur tanah lempung tersebut dijadikan sebuah kerajianan industri rumah tangga sebagai sumber mata pencaharian. Industri rumah tangga di daerah biasanya akan tercipta karena masyarakat merasa mempunyai kebutuhan yang lain dibandingan dari hasil pertanian. Karena hampir sebagian besar di daerah Desa Karangsari memiliki tekstur tanah lempung yang bagus untuk diolah menjadi sebuah kerajinan industri. Diantara kerajinan tersebut yang paling banyak adalah kerajinan gerabah gentong yang ada di kampung Sadang Gentong dan kampung Pasir Sempur Desa Karangsari Kecamatan Leuwigoong Kabupaten Garut. Namun sebagian penduduk juga memanfaatkannya sebagai kerajinan gerabah gentong.

(3)

3 Di desa ini ada sekitar 80 pengrajin yang bekerja sebagai pembuat gentong. Jenis gentong yang dihasilkan biasanya digunakan sebagai tempayan, yang mempunyai tutup multifungsi yang bisa juga digunakan sebagai ulekan sambal dan sekaligus wadah sambalnya. Produk gentong tanpa motif ini banyak dibuat karena budaya makan suku Sunda yang selalu menyantap lalap dengan sambal cobek untuk makanan sehari-harinya. Produksi perbulan adalah 200~300 buah/ rumah perajin. Bahan bakunya tanah merah lokal atau di sebut dengan tanah lempung. Keunggulan dari gerabah di desa ini karena masih menggunakan teknik pilin dan pijit yang sudah ada sejak jaman prasejarah. Sedangkan warna alam yang ditampilkan adalah hasil pembakaran dengan teknik tungku ladang terbuka (jerami+ranting). Pemanfaatan sember daya alam yang berupa tanah lempung tersebut diolah menjadi sebuah kerajinan yang dapat menunjang ekonomi atau membantu pendapatan masyarakat yang lebih di kenal dengan industri rumah tangga. Kerajinan industri rumah tangga gerabah gentong yang berada di Desa Karangsari Kecamatan Leuwigoong Kabupaten Garut sudah berdiri sejak tahun 1918. Sejak tahun tersebut pembuatan gerabah gentong dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan perkakas alat rumah tangga yaitu untuk, penyimpanan beras dan penyimpanan air bersih. Selain gerabah masih banyak perkakas alat rumah tangga yang lainnya. Dalam perkembangannya gerabah gentong, dulu dinamakannya gerabah Cangkuang karena sebagian besar di daerah tersebut merupakan pengrajin gerabah gentong. Perkembangan semakin terjadi seiring berkembangnya jaman pada masa jaman penjajahan gerabah sangat diminati oleh masyarakat khususnya orang sunda sebagai alat kebutuhan rumah tangga karena pada jaman itu kebanyakan alat perkakas rumah tangga terbuat dari tanah liat.

1.2 Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1) untuk mengetahui faktor-faktor penghambat pengembangan industri rumah tangga gerabah gentong di Desa Karangsari Kecamatan Leuwigoong Kabupaten Garut. 2) Untuk mengetahui usaha mengembangkan industri rumah tangga gerabah gentong di Desa Karangsari Kecamatan Leuwigoong Kabupaten Garut.

(4)

4 2. METODE PENELITIAN

Sehubungan dengan masalah yang penulis teliti dan masalah yang terjadi pada masa sekarang, maka metode yang penulis gunakan yaitu metode deskriptif kuantitatif yaitu mengolah data dan mengimplementasikan data yang berbentuk angka dan dengan menghitung yang bersifat matematik (Sumaatmadja, 1988). Penggunaan metode deskriptif kuantitatif ini diarahkan untuk mengungkapkan data tentang pengembangan industri rumah tangga gerabah gentong di Desa Karangsari Kecamatan Leuwigoong KabupatenGarut. Dalam penelitian ini sampel yang digunakan dengan menggunakan sampel acak.

3. PEMBAHASAN

3.1 Deskripsi Hasil Penelitian

Para Pengrajin gerabah gentong di Desa Karangsari Kecamatan Leuwigoong Kabupaten Garut kebnyakan usianya diatas 50 tahun. Untuk tingkst pendidikannya kebanyakan belum tamat SD dan hanya tamatan SD dan yang paling tinggi hanya menempuh SMA. Untuk beban tanggungan diktagorikan dalam keluarga sedang hanya memiliki 3 orang anak. Pendapatan yang diperoleh pengrajin gerbah gentong yaitu sebesar Rp. 300.000.

3.2 Deskripsi Kegiatan Home Industry Gerabah Gentong di Desa Karangsari Kecamatan Leuwigoong KabupatenGarut.

Gerabah merupakan perkakas yang terbuat dari tanah lempung. Untuk membuatnya, tanah liat dibentuk kemudian dibakar. Gerabah dapat digunakan untuk keperluan sehari-hari. Disebut gerabah gentong karena proses pembuatannya menyerupai gentong maka dari itu di sebut sebagai gerabah gentong. (Fitriani, 2009)

Industri gerabah gentong terletak Desa Karangsari Kecamatan LeuwigoongKabupaten Garut. Industri gerabah gentong terbuat dari campuran tanah liat dan pasir yang menjadikan desa ini merupakan sentral industri gerabah gentong. Keberadaan industri gerabah gentong di Desa Karangsari berbagai alasan yang dikemukakan oleh pengrajin yang di wawancara dan diberikan pertanyaan kuesioner, mengatakan bahwa itu merupakan tradisi turun-temurun

(5)

5 dari jaman sejarah. Di dukung dengan mudahnya mendapatkan bahan mentah, karena desa karangsari dekat dengan dua aliran sungai yaitu aliran cipancar dan cicapar yang menghasilkan pasir sebagai campuran bahan untuk pembuatan gerabah gentong.

Gerabah merupakan perkakas yang terbuat dari tanah lempung. Untuk membuatnya, tanah liat dibentuk kemudian dibakar. Gerabah dapat digunakan untuk keperluan sehari-hari. Disebut gerabah gentong karena proses pembuatannya menyerupai gentong maka dari itu di sebut sebagai gerabah gentong.Jenis gentong yang dihasilkan biasanya digunakan sebagai tempayan, yang mempunyai tutup multifungsi yang bisa juga digunakan sebagai ulekan sambal dan sekaligus wadah sambalnya. Produk gentong tanpa motif ini banyak dibuat karena budaya makan suku Sunda yang selalu menyantap lalap dengan sambal cobek untuk makanan sehari-harinya. Industri garabah gentong berdiri sudah lama karena gerabah gentong sudah ada sejak jaman sejarah, karena pembuatannya terbuat dari tanah liat yang dibentuk menggunakan tangan atau menggukan mesin

3.2.1 Proses Penggalian Bahan Baku

Proses penggalian bahan atau memperoleh bahan dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara menggali bahan ditempat sekitar lingkungan di kampung sadang gentong dan pasir sempur, dan jika tanah yang diperlukan kurang atau sedikit dapat membeli bahan mentah dari kampung karangsari. Dalam proses penggalian bahan ini yang diperlukan ada dua bahan mentah yang pertama adalah tanah liat yang kedua adalah pasir sebagai campuran bahan untuk pembuatan gerabah gentong.

3.2.2 Proses Pembuatan Gerabah Gentong

Pengolahan dapat dilakukan apabila kedua bahan telah terkumpul. Bahan dilumatkan menjadi satu sehingga benar-benar melumat untuk nantinya dibentuk menjadi gerabah gentong. Pembuatan gerabah gentong dilakukan dengan cara tekhnik pilin dengan cara dibentuk menggunakan menggunakan tangan yang ditekan-tekan sehingga membentuk gerabah gentong. Dalam pembuatan tersebut setiap pengrajin dapat menyelesaikan sekitar 5-10 buah gerabah gentong dalam satu hari disesuaikan dengan

(6)

6 bahan dan kebutuhan, terkecuali adanya pesanan. Untuk pembuatan gerabah gentong tidak menggunakan roda pemutar hanya menggunakan teknik pijatan tangan dan tekanan tangan.

3.2.3 Proses Penjemuran

Proses penjemuran gerabah gentong ini menggunakan cara tradisional dengan menggunakan bantuan cahaya matahari dikarenakan tidak adanya teknologi modern atau lebih dikenal dengan open. Proses penjemuran gerabah gentong dilakukan selama 3 hari apabila kondisi cuaca yang cerah, sedangkan kalau cuaca mendung atau hujan memakan waktu selama 5-7 hari sehingga gerbah tersebut mengeras dengan sempurna. Dalam proses penjemuran ini sangat penting sebelum dilakukannya proses pembakaran.

3.2.4 Proses Pembakaran

Proses pembakaran ini dilakukan dengan cara tradisional. Setiap pengrajin mengumpulkan gerabah secara bersama-sama untuk dibakar, namun apabila mendadak proses pembakaran dilakukan secara perorangan. Proses pembakaran menggunakan jerami yang sudah kering atau menggunakan dedak dan kayu. Proses pembakaran dilakukan kurang lebih selama 2 jam dengan api yang menyala dan suhunya harus tetap, untuk menjaga kualitas hasil pembakaran agar matang sempurna tidak retak.

3.3 Perbandingan Gerabah gentong di Desa Karangsari dengan Produksi Kerajinan Gerabah di Desa Cimaragas Kabupaten Ciamis

Pada dasarnya pembuatan gerbah gentong bahan dasarnya sama yaitu terbuat dari campuaran tanah liat atau lempung dan pasir untuk pembuatannya. Bahan untuk membuat gerabah tanahnya di dapat dari Kampung Cikadu, jayaraksa, Cimaragas. Satu bulatan besar adonan tanah liat, di beli seharga Rp. 3.000. Kerajinan gerabah gentong tersebut berdiri pada tahun 1965 jenis kerajinan tidak hanya gerabah, kendi, coet, celengan dan segala bentuk tembikar lainnya.

(7)

7 Kerajinan gerabah gentong tersebut merupakan sebuah tradisi turun-temurun peninggalan jaman kerajaan. Sama seperti kerajinan gerabah gentong yang terdapat di Desa Karangsari Kabupaten Garut, yang membedakannya pembuatan di Desa Cimaragas yaitu menggunakan roda pemutar yang dalam pembuatan tersebut hanya perlu menekan setelah roda tersebut berputar berbeda dengan yang di Desa Karangsari yang menggunakan tekanan tangan tanpa menggunakan pemutaran.

Keunggulan gerabah gentong di Desa Karangsari Kabupaten Garut yaitu dari segi bahannya yang bagus, selain dari bahannya dari hari penjualan hal ini menunjukan bahwa kerajinan gerabah gentong di Desa Karangsari masih adanya peminat dan dari segi kualitasnya lebih baik dan kuat. Untuk masalah produksi kerajinan gerbah gentong yang berada di Desa Karangsari lebih stabil dan berkembang di bandingkan dengan kerajinan gerabah yang berada di Desa Cimaragas Kabupaten Ciamis. Hal ini dibuktikan bahwa penurunan produksi yang banyak ditinggalkan konsumen.

3.4 Faktor-faktor yang Menghambat Pengembangan Home Industry Gerabah Gentong di Desa Karangsari Kecamata Leuwigoong Kabupaten Garut. 3.4.1 Modal

Modal yang berupa uang atau barang adalah penting dalam memperlancar usaha industri, yang didalamnya termasuk industri gerabah gentong dalam arti sumbangannya terhadap nilai-nilai produksi itu sendiri. Lebih dari itu peranan modal begitu kuat mendominasi setiap kegiatan bidang perekonomian dan bidang industri, karena dalam sebuah industri bersangkutan dengan perekonomian yang paling utama yaitu dalam permodalan “ Dalam pengertian ekonomi modal adalah barang atau uang yang bersama-sama faktor produksi tanah dan pengrajin menghasilkan barang-barang baru”. (Mubiyarto, 1984)

Sumber permodalan dari hasil kuesioner diperoleh data bahwa sebanyak 62,5% responden merupakan modal sendiri sedangkan sebanyak 37,5% responden dari hasil patungan.Dari hasil wawancara dapat diperoleh bahwa modal dalam kerajinan gerabah gentong membutuhkan

(8)

8 modal sebesar 60% Rp.200.000 – Rp. 200.000 sebanyak 24 orang responden, sebesar 30% memerlukan modal Rp. 300.000 – Rp. 400.000 sebanyak 12 orang responden dan sebnyak 4 orang responden memerlukan <Rp. 400.00. Sumber permodalan dari hasil kuesioner diperoleh data bahwa sebanyak 62,5% responden merupakan modal sendiri sedangkan sebanyak 37,5% responden dari hasil patungan. Pengeluran untuk bahan mentah sebesar Rp. 250.000 diantaranya digunakan untuk membeli pasir seharga Rp. 150.000 dan untuk membeli tanah liat sebesar Rp. 100.000, penggunaan bahan tersebut disesuaikan dengan kebutuhan pesanan.

3.4.2 SDM

Dari hasil data yang diperoleh lama menekuni di bidang home industry gerabah gentong sebanyak 45% responden lebih dari 10 tahun, sedangkan 32,5% responden lebih dari 10 tahun dan 22,5% kurang dari 10 tahun. Sumber pengetahuan yang dimiliki responden sangatlah kurang hal ini sesuai dengan cara memperoleh pengetahuan pembuatan kerajianan gerabah gentong sebanyak 85% responden memperoleh pengetahuan secara turun-temurun dan 15% reponden memperoleh pengetahuannya secara otodidak.

3.4.3 Pemasaran

Menurut (Prawirosentono, 2007), mengartikan bahwa pemasaran adalah seluruh kegiatan yang bertujuan untuk memperlancar arus barang atau jasa dari produsen ke konsumen dengan cara yang paling efisien. Seperti yang telah di ungkapkan di atas, pemasaran bagi perusahaan sangatlah penting, karena barang yang di produksi tidak akan mempunyai nilai jika tidak di pasarkan. Pemasaran merupakan upaya menjuruskan daya milik perusahaan kearah pemberian kepuasan kepada konsumen, dengan maksud agar perusahaan dapat menjual hasil produksinya dan mendapatkan keuntungan.

Dalam pemasaran sebuah produksi sangat penting untuk memperoleh penghasilan yang bagus, berdasarkan data yang diperoleh cara memasarkan hasil kerajinan gerabah gentong sebanyak 80%

(9)

9 responnden dipasarkan sendiri dan sebanyak 20% responden dipasarkan lewat kolektor. Dengan demikian lokasi pemasaran hasil kerajinan gerabah gentong dipasarkan sebanyak 40% responden memasarkan kerajinannya keluar desa, 32,5% responden memasarkan masih dalam desa, 17,5% responden memasarkan dikampung sendiri, 7,5% responden memasarkannya keluar kecamatan dan 2,5% responden memasarkan keluar kabupaten. Sedangkan kesulitan dalam pemasaran hal ini dikarenakan permintaan pasar berkurang sebanyak 82,5% responden, adanya persaingan harga sebanyak 12,5% responden dan masalah penyebaran dan produksi tidak menentu sebanyak 5% responden.

3.5 Usaha Pengembangan Home Industry Gerabah Gentong di Desa Karangsari Kecamatan Leuwigoong Kabupaten Garut.

3.5.1 Peningkatan SDM

Untuk adanya pembuatan gerabah lebih bervariasi sebanyak 47,5% responden ada usaha untuk meningkatkan gerabah lebih bervariasi dan 52,5% reponden masih mempertahankan keaslian gerabah tersebut karena merupakan tradisi turun-temurun. Untuk inovasi baru sebanyak 42,5% responden ingin adanya penyuluhan dan sebanyak 57,5% menginginkan adanya pelatihan untuk meningkatkan SDM dengan adanya inovasi yang baru bagi pengrajin gerabah gentong yang sesuai dengan jaman dan trend masa kini. Upaya yang di dapat dilakukan untuk meningkatkan SDM pengrajin yaitu dengan adanya inovasi baru yang dapat ditempuh dengan: 3.5.1.1 Melakukan penyuluhan kepada para pengrajin tentang pengolahan

dan proses produksi yang tepat yang dapat dilakukan oleh badan/instansi terkait. Dalam hal ini Dinas perindustrian kabupaten Garut, serta Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah atau pihak-pihak lain yang memiliki kapasitas dan kemampuan untuk memberikan sumbangsih bagi kelangsungan produksi kerajinan gerabah gentong di Desa Karangsari.

3.5.1.2 Memberikan pelatihan tentang teknis pembuatan seni dari gerabah gentong kepada para pengrajin agar pengrajin memiliki keahlian

(10)

10 untuk mengembangkan ragam dan jenis karya yang lebih kreatif, menarik yang mereka hasilkan supaya selaras dengan trend dan mode masa kini.

3.5.1.3 Mengikutsertakan pengrajin dalam berbagai event pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam kreativitas karya dan seni yang dihasilkannya.

3.5.2 Modal

Dari data penelitian diperoleh data bahwa sebanyak 30% menginginkan dana tabungan pengrajin, 42,5% responden adanya pinjaman dari Koperasi dan selebihnya sebanyak 27,5% menginginkan di adakannya dana swadaya. Untuk itu diperlukannya bantuan modal, pinjaman dari bank dan program penyediaan pemberdayaan dan swadaya. Upaya yang dilakukan oleh pengrajin gerabah gentong untuk mendapatkan modal diantranya :

3.5.2.1 Pinjaman dari Bank milik pemerintah

3.5.2.2 Bantuan modal usaha dari dinas/instansi/pihak-pihak lain yang peduli pada keberlangsungan industri gerabah gentong di Desa Karangsari

3.5.2.3 Program pemberdayaan dan penyediaan dana swadaya yang dapat diupayakan melalui kas untuk pembangunan desa khususnya pengembangan sektor perekonomian untuk kesejahteraan masyarakat.

3.5.3 Pemasaran

Jaringan pemasaran ini dapat diupayakan dengan memperkenalkan dan mempromosikan produk yang telah ada melalui berbagai cara dan upaya. Sebanyak 75% responden menjawab ingin adanya jaringan pemasaran dikoperasi dan 20% responden menjawab ingin mendatangkan investo untuk meningkatkan produksi. Pembukaan jaringan pemasaran harus lebih digiatkan guna meningkatkan nilai produk yang dihasilkan oleh para pengrajin. Hal tersebut dapat dilakukan dengan:

(11)

11 3.5.3.1 Mengikutsertakan produk dalam pameran hasil karya seni dan

industri diberbagai event dan kegiatan yang bertujuan untuk memperkenalkan produk karya seni yang dihasilkan.

3.5.3.2 Mendatangkan investor serta calon pembeli yang membantu mendistribusikan hasil kreasi yang telah dibuat oleh para pengrajin.

3.5.3.3 Mempermudah dan membantu dalam hal birokrasi serta teknis pemasaran untuk dan supaya tersalurkan ke berbagai pelosok melalui penyediaan sarana dan prasarana promosi yang efektif, contohnya melalui internet dan iklan pada berbagai media cetak maupun elektronik.

3.5.3.4 Ikut serta peran pemerintah yang mempromosikan jenis industri yang merupakan ciri khas di desa tersebut yang menarik minat pembeli.

4. SIMPULAN

Dari hasil penelitian dan pembuktian hipotesis, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

4.1 Faktor-faktor penghambat pengembangan home industry di Desa Karangsari Kecamatan Leuwigoong yaitu :

4.1.1 Sebagian besar responden sebanyak 62,5% pengrajin mengunakan modal sendiri dan sebanyak 37,5% memperolehnya secara patunganmodal dalam kerajinan gerabah gentong membutuhkan modal sebesar 60% Rp.200.000 – Rp. 200.000 sebanyak 24 orang responden, sebesar 30% memerlukan modal Rp. 300.000 – Rp. 400.000 sebanyak 12 orang responden dan sebnyak 4 orang responden memerlukan <Rp. 400.00. Sumber permodalan dari hasil kuesioner diperoleh data bahwa sebanyak 62,5% responden merupakan modal sendiri sedangkan sebanyak 37,5% responden dari hasil patungan. Pengeluran untuk bahan mentah sebesar Rp. 250.000 diantaranya digunakan untuk membeli pasir seharga Rp. 150.000 dan untuk membeli tanah liat sebesar Rp. 100.000, penggunaan bahan tersebut disesuaikan dengan kebutuhan pesanan..

(12)

12 4.1.2 Para pengrajin hasil dari observasi sebanyak 72,5% menekuni kerajianan

gerabah getong sudah merupakan tradisi dan sebanyak 27,5% menjawab karena tidak mempunyai keahlian.

4.1.3 Dari data penelitian para pengrajin memasarkan hasil kerajinan sebanyak 80% memasarkan sendiri dan 20% melalui kolektor. Hal ini disebabkan karena adanya kesulitan sebanyak 82,5% permintaan pasar berkurang, 12,5% karena adanya persaingan harga dan 5% menjawab masalah penyebaran dan produksi tidak menentu.

4.2 Usaha pengembangan home industry gerabah gentong di Desa Karangsari Kecamatan Leuwigoong Kabupaten Garut yaitu dengan cara :

4.2.1 Untuk inovasi baru sebanyak 42,5% responden ingin adanya penyuluhan dan sebanyak 57,5% menginginkan adanya pelatihan untuk meningkatkan SDM dengan adanya inovasi yang baru untuk meningkatkan SDM para pengrajin yang dilakukan dengan, melakukan penyuluhan kepada para pengrajin, memberikan pelatihan tentang teknis pembuatan seni, dan mengikutsertakan pengrajin dalam berbagai pelatihan;

4.2.2 Dari data penelitian diperoleh data bahwa sebanyak 30% menginginkan dana tabungan pengrajin, 42,5% responden adanya pinjaman dari Koperasi dan selebihnya sebanyak 27,5% menginginkan di adakannya dana swadaya. Memberikan bantuan modal melalui pemberian pinjaman lunak dari bank atau koperasi milik pemerintah, bantuan modal usaha dari dinas/intansi/ pihak-pihak lain, serta program pemberdayaan dan penyediaan dana swadaya;

4.2.3 Sebanyak 75% responden menjawab ingin adanya jaringan pemasaran dikoperasi dan 20% responden menjawab ingin mendatangkan investor untuk meningkatkan produksi. Untuk lebih jelasnya dapat membuka jaringan pemasaran dengan mengikutsertakan produk dalam event, mendatangkan investor, mempermudah dalam birokrasi serta teknis pemasaran melaui media internet atau iklan.

(13)

13 DAFTAR PUSTAKA

Abdurachmat, Idris. (1983). Geografi Industri. Bandung : Jurusan Pendidikan Geografi FPIPS IKIP

Mubyarto. (1977). Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta : LP3ES

Prawirosentono, Suryadi. (2007). Filosofi Baru Tentang Manajemen Mutu Terpadu Abad 21. Jakarta: PT. Bumi Angkasa.

Sumaatmadja, Nursid. (1988). Studi Geografi. Bandung: Alumni

Referensi

Dokumen terkait

Үнэлгээний аргачлалыг ашигласнаар орон нутгийн засаг захиргааны албан хаагчид, улс төрийн намуудын тухайн нутаг дэвсгэр

Hasil penelitian dari Andriyani dan Noor (2015) menyatakan masalah kedisiplinan karyawan seperti sering datang terlambat dan pulang kerja lebih awal dikarenakan karyawan

The objective of this research is to improve the teaching and learning process of reading at VIII A and VIII B of SMP Muhammadiyah 2 Sawangan Magelang

Salah satu faktor untuk mendapatkan arus yang terpakai pada Gedung Elektro (Gedung kuliah V Teknik Elektro) dengan menggunakan alat tang ampere yang di ukur pada panel

Penulis akan membuat sebuah pembangkit listrik yang bersifat mengubah gerakan menjadi tenaga listrik, seperti kincir air tetapi akan memakai gaya gravitasi sebagai

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui proses tuturan ritual adat Mosooli, formula mantranya, serta fungsi ritual tersebut

Perjanjian sewa beli di Indonesia sebenarnya belum diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata). Dalam prakteknya sewa beli itu sendiri diperbolehkan oleh

Lirik lagu firasat adalah parateks yang mengiringi cerpen “Firasat” dan firasat merupakan teks inti dalam cerpen “Firasat”. Hasil analisis yang dapat