• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSILANGAN PADI (Oryza sativa L.) VARIETAS IR64 DAN SIAM SINTANUR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERSILANGAN PADI (Oryza sativa L.) VARIETAS IR64 DAN SIAM SINTANUR"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PERSILANGAN PADI (Oryza sativa L.) VARIETAS IR64 DAN SIAM SINTANUR Riki Ardian1, Dewi Indriyani Roslim2, Herman2

1

Mahasiswa Program S1 Biologi, FMIPA-UR

2

Dosen Genetika Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kampus Binawidya Pekanbaru, 28293, Indonesia

e-mail: rikiardian0705@gmail.com ABSTRACT

The objective of this research was to cross two rice varieties between IR64 as female parent and Siam Sintanur as male parent, in order to obtain a new rice genotype that can be grown on Fe toxic soil. This research had been carried out at Biology Garden and Genetic Laboratory, Department of Biology, FMIPA-UR from November 2012 to March 2013. A single crossing method is used in this study and done with spread and stick techniques. The results showed that different agronomic characters were observed in both of parents. The characters of IR64 i.e. the plant height, flowering days, number of productive tillers, plant age, weight of 1000 grains, and the number grain per penicle were 65-85 cm, 59-63 days, 11-20, 81-98 days, 21 grams, and 35-105 grains, respectively. While for Siam Sintanur were 72-94 cm, 60-63 days, 11-19, 88-96 days, 23 grams, and 47-158 grains, respectively. The crossing percentage for spread technique was 5,14% and for stick technique was 3,33%, with total percentage was 4,68 %. So, spread technique more effective and efficient to cross rice plant.

Key words : Crossing, Fe toxicity, IR64, Siam Sintanur. ABSTRAK

Penelitian bertujuan menyilangkan padi IR64 sebagai tetua betina dengan Siam Sintanur sebagai tetua jantan agar diperoleh genotipe padi baru unggul yang tahan keracunan Fe. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Biologi dan Laboratorium Genetika FMIPA-UR mulai bulan November 2012 sampai Maret 2013 menggunakan persilangan tunggal. Persilangan dilakukan dengan dua teknik, yaitu tabur dan tempel. Karakter-karakter agronomi yang dimiliki oleh kedua tetua tampak berbeda. Padi varietas IR64 memiliki karakter tinggi tanaman, umur berbunga, jumlah anakan produktif, umur tanaman, bobot 1000 biji padi, dan gabah per malai secara berurutan adalah 65-85 cm, 59-63 hari, 11-20 anakan, 81-98 hari, 21 gram, dan 35-105 gabah. Sedangkan Siam Sintanur memiliki karakter secara berurutan 72-94 cm, 60-63 hari, 11-19 anakan, 88-96 hari, 23 gram, dan 47-158 gabah. Persentase kejadian persilangan yang diperoleh menggunakan teknik tabur adalah 5,14% dan teknik tempel 3,33%, dengan total persentase sebesar 4,68%. Teknik tabur lebih efektif dan efisien untuk menyilangkan tanaman padi.

(2)

Kata kunci : Fe, IR64, padi, persilangan, Siam Sintanur. PENDAHULUAN

Padi adalah salah satu tanaman budidaya terpenting dalam peradaban manusia (Bappenas 2000). Padi merupakan sumber karbohidrat utama bagi mayoritas penduduk di dunia, produksinya menempati urutan ketiga dari semua serealia setelah jagung dan gandum. Negara penghasil padi terkemuka adalah Cina, India, dan Indonesia. Namun hanya sebagian kecil produksi padi dunia diperdagangkan antar negara. Thailand merupakan pengekspor padi utama sedangkan Indonesia merupakan pengimpor padi terbesar di dunia saat ini (Wikipedia 2012).

Luas areal penanaman padi di Provinsi Riau sebesar 156.088 ha dengan produksi padi sebesar 574.864 ton/ha pada tahun 2010, atau setara dengan beras sebesar 363.314 ton/ha (Badan Pusat Statistik Provinsi Riau 2011). Produksi tersebut belum mencukupi kebutuhan produksi Provinsi Riau karena konsumsi beras penduduk Riau sebesar 596.763 ton (Antarariau 2012).

Saat ini areal penanaman padi cenderung terus berkurang. Hal ini disebabkan oleh adanya konversi tanah sawah untuk kegiatan non pertanian yang akan menurunkan tingkat produksi padi (Widodo et al. 2004). Oleh karena itu kegiatan pertanian terpaksa dilakukan di tanah marginal, seperti tanah gambut. Penanaman padi di tanah gambut menghadapi banyak kendala antara lain tanah bersifat asam, cekaman genangan, kekeringan, dan keracunan logam berat seperti Fe, Al, dan Mn (Chairunnas et al. 2000).

Penelitian ini bertujuan untuk menyilangkan antara padi IR64 dan Siam Sintanur agar nantinya didapat genotipe padi baru yang memiliki tingkat produksi tinggi serta tahan ditanam di tanah gambut dengan kandungan Fe tinggi.

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan di kebun Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Riau pada bulan November 2012 sampai dengan Maret 2013.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah ember, cangkul, timbangan analitik, gunting, pinset, kertas minyak, kertas label, dan alat tulis. Bahan tanaman yang digunakan adalah varietas padi IR64 sebagai tetua betina dan varietas padi Siam Sintanur sebagai tetua jantan yang diperoleh dari Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Kebun Percobaan Muara, Bogor. Tanah kebun, pupuk kasting dan furadan digunakan untuk pengendalian hama.

Prosedur Penelitian Pengolahan Tanah

Tanah diambil dari kebun dibiarkan selama tiga hari kemudian dilakukan pengolahan tanah. Tanah selanjutnya dimasukkan ke dalam ember plastik ukuran 18

(3)

liter sebanyak ¾ dari tinggi ember. Setelah itu tanah diberi furadan 3G sebanyak 70 mg dan dilumpurkan.

Sterilisasi, Perkecambahann, dan Penyemaian Biji Padi

Sterilisasi biji padi dilakukan berdasarkan metode Roslim et al. (2010). Biji padi direndam terlebih dahulu dalam larutan kloroks 0,2% selama 15 menit, kemudian dicuci dengan akuades, lalu direndam di dalam akuades selama 24 jam pada suhu ruang dan keadaan gelap. Biji dikecambahkan pada kertas merang lembab selama tiga hari pada suhu ruang dan keadaan gelap. Biji-biji yang berkecambah kemudian dipindahkan pada bak penyemaian dan dipelihara selama seminggu. Selanjutnya dipilih sebanyak dua tanaman per varietas untuk ditanam pada ember.

Perkecambahan dilakukan serentak pada minggu pertama sampai minggu ketiga untuk tetua jantan dan betina. Pada minggu keempat yang dikecambahkan hanya tetua betina. Kondisi perkecambahan yang berbeda-beda ini bertujuan untuk mendapatkan waktu kematangan bunga padi yang bersamaan antara tetua jantan dan tetua betina. Persilangan

Metode Persilangan

Persilangan yang dilakukan adalah single cross berdasarkan metode Mahir dan Ismail (1999) dan Herman (2001) yang dimodifikasi. Tetua betina yang digunakan adalah padi varietas IR64 dan tetua jantannya adalah padi varietas Siam Sintanur.

Kastrasi dan Emaskulasi

Bunga pada malai yang akan dikastrasi dijarangkan hingga tinggal 15-50 bunga (Harahap 1982). Sepertiga bagian bunga dipotong miring menggunakan gunting kemudian benang sari diambil dengan pinset. Bunga yang telah bersih dari benang sari ditutup dengan kertas minyak agar tidak terserbuki oleh tepung sari yang tidak dikehendaki.

Waktu yang baik untuk melakukan kastrasi adalah setelah pukul 05.00 pagi atau pukul 15.00 sore. Stadia bunga yang baik untuk dikastrasi adalah pada saat ujung benang sari berada pada pertengahan bunga (Harahap 1982).

Penyerbukan dan Pemeliharaan

Penyerbukan dilakukan dengan dua teknik, yaitu tabur dan tempel. Teknik tabur dilakukan menurut prosedur yang dikembangkan oleh Harahap (1982). Serbuk sari yang keluar dari kepala sari yang pecah digunakan untuk menyerbuki bunga yang telah dikastrasi. Bunga digoyang-goyang dengan bantuan jari tangan hingga tepung sari jatuh dan menempel pada kepala putik. Teknik tempel dilakukan dengan cara memotong 1/3 bagian dari palea dan lemma bunga padi, kemudian serbuk sari yang masih dalam bunga tersebut ditempelkan di atas bunga betina yang telah dikastrasi. Penyerbukan dilakukan pada pukul 10.00-13.00.

Bunga yang sudah diserbuki segera ditutup dengan sungkup (Soedyanto et al. 1978) dan pada malainya dipasangi label yang mencantumkan tanggal persilangan, nama tetua padi, jumlah malai yang disilangkan, dan nama yang menyilangkan (Harahap 1982).

Tanaman hasil penyerbukan dipelihara di rumah kaca sampai biji hasil persilangan masak. Setelah tiga sampai empat minggu, malai dipanen kemudian

(4)

dikeringkananginkan selama tiga hari. Biji yang sudah kering dirontokkan kemudian dimasukkan ke dalam kantong kertas lalu disimpan.

Pengamatan

Pengamatan dilakukan berdasarkan buku deskriptor padi (Suprihatno et al. 2009). Pengamatan dilakukan untuk tetua jantan dan tetua betina. Parameter yang akan diamati adalah tinggi tanaman, umur berbunga, jumlah anakan produktif per tanaman, umur tanaman, bobot 1000 biji per tanaman, jumlah gabah per malai, dan persentase kejadian persilangan.

Analisis Data

Data pengamatan disajikan dalam bentuk gambar, grafik, dan tabel. Semua data kuantitatif dihitung nilai rata-ratanya menggunakan program Microsoft Excel 2007.

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakter Tetua Padi

Tetua Padi yang digunakan dalam penelitian ini adalah varietas IR64 dan Siam Sintanur. Varietas IR64 adalah padi yang berasal dari IRRI (International Rice Research Institute) dan pertama kali diintroduksi ke Indonesia pada tahun 1986 (BBPTP 2008). Varietas IR64 dipilih sebagai tetua persilangan karena IR64 merupakan varietas padi unggul nasional, memiliki karakter-karakter yang banyak disukai petani. Namun padi ini memiliki kekurangan karena tidak dapat tumbuh dengan baik jika ditanam pada lahan sawah irigasi dataran rendah yang mengandung konsentrasi logam Fe tinggi. Padi varietas Siam Sintanur merupakan padi golongan cere yang dilepas pada tahun 2001 oleh BBPTP. Padi ini baik ditanam pada daerah dataran rendah yang mengandung logam Fe karena toleran terhadap keracunan logam Fe tinggi (Suprihatno et al. 2009).

Karakter-karakter penting tetua harus diperhatikan terlebih dahulu sebelum melakukan persilangan. Hal tersebut berguna untuk menghasilkan padi genotipe baru yang unggul. Beberapa karakter yang dimiliki kedua tetua dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Berbagai karakter penting pada padi varietas IR64 dan Siam Sintanur

Karakter IR64 Siam Sintanur

Tinggi tanaman 65 – 85 cm 72 – 94 cm

Umur berbunga 59 – 63 hari 60 – 63 hari

Anakan produktif 11 – 20 anakan 11 – 19 anakan

Umur tanaman 81 – 98 hari 88 – 96 hari

Bobot 1000 biji padi 21 gram 23 gram

Jumlah gabah per malai 35 – 105 47 - 158

Padi varietas IR64 memiliki karakter tinggi tanaman antara 65-85 cm, sedangkan untuk varietas Siam Sintanur tinggi tanamannya dapat mencapai 94 cm. Untuk mendapatkan varietas baru yang unggul, tinggi tanaman menjadi hal yang diperhatikan. Biasanya para petani menyukai tanaman padi yang tingginya < 130 cm seperti IR64 (Suprihatno et al. 2009) karena hal tersebut berpengaruh terhadap kondisi tegaknya tanaman.

(5)

Makarim dan Suhartatik (2009) mengatakan bahwa tanaman padi yang tinggi dengan batang yang lemah akan rebah pada masa-masa tumbuh ataupun setelah dewasa dan akan menyebabkan pengangkutan hara mineral serta transfer fotosintat oleh xylem dan floem menjadi rusak. Selain itu, susunan daun tanaman menjadi tidak beraturan dan akan menghalangi proses fotosintesis yang berdampak pada banyaknya produksi gabah hampa yang juga akan menurunkan tingkat produksi padi (Yoshida 1981).

Umur berbunga kedua tetua padi yang digunakan untuk persilangan pada penelitian relatif sama atau mirip. Kemiripan umur berbunga tersebut memudahkan untuk melakukan persilangan. Padi varietas IR64 berbunga pada hari 59-63 hari setelah tanam, sedangkan padi varietas Siam Sintanur berbunga pada umur 60-63 hari setelah tanam. Bunga padi yang siap untuk disilangkan terlihat seperti pada Gambar 1.

(a) (b)

Gambar 1. Bunga tanaman padi varietas (a) IR64 dan (b) Siam Sintanur yang siap disilangkan.

Mustikasari (2000) menjelaskan bahwa sebelum dilakukan persilangan, terlebih dahulu diperhatikan waktu masak serbuk sari dan siapnya putik menerima serbuk sari untuk melakukan polinasi. Oleh karena itu dilakukan penyesuaian waktu tanam tetua padi.

Tetua padi yang digunakan sebagai bahan persilangan memiliki jumlah anakan produktif yang relatif sama. Padi varietas IR64 memiliki anakan produktif sebanyak 11 sampai 20 dengan nilai rata-rata adalah 14,83, sedangkan untuk padi varietas Siam Sintanur yang digunakan sebagai tetua jantan memiliki jumlah anakan produktif sebanyak 11 sampai 19 dengan nilai rata-rata adalah 14,43.

Jumlah anakan produktif ditentukan oleh interaksi gen dalam tanaman tersebut dan faktor lingkungan. Temperatur yang tinggi pada fase pertumbuhan vegetatif akan meningkatkan jumlah anakan karena akan meningkatkan aktifitas tanaman menghasilkan makanan (Sumartono et al. 1990). Faktor lain yang mempengaruhi jumlah anakan adalah jarak tanam, musim tanam, serta penggunaan pupuk. Jarak tanam yang lebar, didukung lingkungan yang memungkinkan, termasuk kesuburan tanah akan menyebabkan bertambahnya jumlah anakan (AAK 1990).

(6)

Umur tanaman padi yang digunakan sebagai tetua persilangan adalah 81-98 hari untuk varietas IR64 dan 88-96 hari pada Siam Sintanur. Umur tanam yang demikian dapat dikatakan sebagai umur tanam sangat cepat (3 bulan). Umur tanam yang sangat cepat adalah salah satu karakter yang diharapkan untuk menghasilkan genotipe padi unggul baru.

Beberapa karakter umur tanam padi dijelaskan oleh Irawan dan Purbayanti (2008) adalah umur tanam sangat cepat (3 bulan), umur tanam cepat (4-5 bulan), dan umur tanam lama (5-6 bulan). Umur tanam padi yang demikian akan membuat petani memilih varietas unggul dengan umur 3 bulan yang menurut mereka dapat mempercepat mendapatkan hasil panen.

Nilai 1000 biji per tanaman dari padi varietas IR64 sebesar 21 gram dan Siam Sintanur sebesar 23 gram. Bobot 1000 biji dipengaruhi oleh lingkungan seperti ketersediaan air. Menurut Ismail et al. (2003) bobot 1000 biji berkorelasi dengan curah hujan dan kadar air tanah.

Padi varietas IR64 memiliki jumlah gabah per malainya sebanyak 35 sampai 105 gabah, sedangkan untuk varietas Siam Sintanur memiliki jumlah gabah per malainya sebanyak 47 sampai 158. Dengan jumlah gabah yang demikian diharapkan akan meningkatkan produksi padi.

Jumlah gabah per malai yang diperoleh pada penelitian ini tidak semuanya dapat dipanen. Banyak dari gabah yang diperoleh merupakan gabah hampa atau kosong. Penyebab gabah hampa ini adalah karena faktor serangan hama walang sangit dan suhu.

Hampa atau berisinya gabah juga ada hubungannya antara source dan sink (Makarim dan Suhartatik 2009). Source adalah organ tanaman yang menyuplai asimilat, sedangkan sink adalah bagian tanaman tempat tujuan translokasi asimilat. Hubungan antara source dengan sink berguna untuk menganalisis produksi hasil tanaman. Untuk mendapatkan hasil panen padi yang maksimal maka keselarasan antara kedua hal tersebut harus diperhatikan.

Persentase Kejadian Persilangan

Persilangan yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan 2 teknik persilangan, yakni teknik tabur dan tempel (Gambar 2). Teknik yang banyak dipakai untuk persilangan padi adalah teknik tabur. Teknik tempel biasanya digunakan pada tanamam seperti kacang-kacangan, cabe, dan semangka (Syukur et al. 2012).

(7)

Gambar 2. Langkah-langkah persilangan pada tanaman padi. Ket: (a) kastrasi; (b) emaskulasi; dan (c) polinasi pada teknik tabur; (d) 1/3 bagian palea dan lemma dipotong; dan (e) penempelan bunga sumber polen pada bunga betina yang telah dikastrasi pada teknik tempel.

Tingkat keberhasilan persilangan antara padi varietas IR64 dengan Siam Sintanur sangat rendah. Total bunga yang diserbuki menggunakan teknik tabur adalah 777 bunga dengan total biji yang terbentuk sebanyak 40 biji dengan persentase kejadian sebesar 5,14%. Sedangkan pada teknik tempel, bunga yang diserbuki sebanyak 270 dan hanya menghasilkan 9 biji dengan persentase kejadian sebesar 3,33%. Rata-rata persentase total kejadian persilangan yang diperoleh pada penelitian ini adalah 4,68% (Tabel 2). Tabel 2. Jumlah bunga yang diserbuki dan biji yang diperoleh

No. Metode ∑ bunga yang

diserbuki ∑ biji yang terbentuk Persentase kejadian 1. Tabur 777 40 5,14 % 2. Tempel 270 9 3,33 % Total 1047 49 Rata-rata 4,68 %

Brar dan Khush (1986) mengatakan bahwa penyebab rendahnya keberhasilan persilangan padi karena adanya hambatan dalam persilangan yang terjadi sebelum dan sesudah penyerbukan. Beberapa kendala yang dihadapi sebelum penyerbukan adalah genom yang berbeda, tingkat ploidi yang berbeda, kegagalan serbuk sari atau polen berkecambah, pertumbuhan serbuk sari yang lambat, serta kegagalan menghasilkan hibrida seksual. Kendala setelah penyerbukan dalam persilangan adalah biji hibrida hasil persilangan yang lemah atau sulit untuk tumbuh, matinya tanaman F1, terjadinya

eliminasi kromosom, dan hibrida steril.

Persilangan yang berhasil ditandai dengan terbentuknya biji pada bunga yang telah diserbuki (Gambar 3). Biji yang telah terbentuk kemudian dipelihara hingga matang fisiologis yang selanjutnya disimpan atau langsung ditanam untuk kepentingan

(8)

Gambar 3. Biji yang terbentuk dari hasil persilangan. KESIMPULAN DAN SARAN

Jumlah biji yang terbentuk menggunakan metode tabur sebanyak 40 biji dengan persentase kejadian sebesar 5,14% sedangkan biji yang terbentuk menggunakan metode tempel sebanyak 9 biji dengan persentase kejadian sebesar 3,33%. Rata-rata Persentase total kejadian persilangan adalah sebesar 4,68%. Sehingga teknik tabur lebih efektif dan efisien untuk menyilangkan tanaman padi.

Diharapkan perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui apakah biji F1

yang diperoleh merupakan biji hasil persilangan atau hasil selfing. Selain itu penelitian yang sama juga dapat dilakukan, tetapi menggunakan bahan tanaman yang berbeda agar didapat genotipe padi baru lain yang akan menambah plasma nutfah tanaman padi.

UCAPAN TERIMAKASIH

Terima kasih penulis ucapkan kepada Kepala Laboratorium Genetika dan Kebun Jurusan Biologi FMIPA Universitas Riau yang telah memberikan izin atas penggunaan semua fasilitas selama penelitian. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada keluarga, teman dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tulisan ini.

DAFTAR PUSTAKA AAK. 1990. Budidaya Tanaman Padi. Yogyakarta: Kanisius.

Antarariau. 2012. Target Produksi Beras Riau Tahun Ini 629,6 Ton. www.antarariau.com/berita/22038/target-produksi-beras-riau-tahun-ini-629,6-ton.html. (akses tanggal: 23 April 2013).

Badan Pusat Statistik Provinsi Riau. 2011. Data Statistik Pertanian Tanaman Pangan (Riau dalam Angka). Pekanbaru: Kantor Wilayah Riau.

Bappenas. 2000. Padi (Oryza sativa). Jakarta: Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

(9)

Brar DS, Khush GS. 1986. Wide Hybridization and Chromosome Manipulation in Cereal. Hand book of plant cell culture Vol IV. New York: Macmillan Publ. p. 221-263.

Chairunnas, Yardha, Yusuf A, Firdaus, Tamrin, Ali MN. 2000. Rakitan Teknologi Budidaya Padi di Lahan Gambut. Banda Aceh: Laporan Hasil Penelitian LPTP. Harahap Z. 1982. Pedoman Pemuliaan Padi. Bogor: Lembaga Biologi Nasional.

Herman. 2001. Pemilihan varieti cili (Capsicum annuum L.) kering yang bermutu tinggi dari generasi kacukan dan kacukan balik cilibangi. [Tesis]. Malaysia: Universitas Kebangsaan Malaysia.

Irawan B, Purbayanti K. 2008. Karakterisasi dan kekerabatan kultivar padi lokal di Desa Rancakalong, Kecamatan Rancakalong, Kabupaten Sumedang. Seminar Nasional PTTI 21-28 Oktober 2008. Bandung: Universitas Padjajaran.

Ismail BP, Suprihatno B, Pane H, Las I. 2003. Pemanfaatan Penciri Abiotik Lingkungan Tumbuh dalam Seleksi Simultan Galur Padi Gogorancah Toleran Kekeringan. Bogor: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.

Mahir AM, Ismail A. 1999. Pembentukan cilibangi yang unggul. Prosiding bengkel IRPA. Malaysia: Universitas Kebangsaan Malaysia.

Makarim AK, Suhartatik E. 2009. Morfologi dan Fisiologi Padi. Subang: Balai Besar Penelitian Tanaman Padi.

Mustikasari I. 2000. Produksi zuriat F1 interspesifik padi liar Oryza officinalis, O. punctata, O. malamphuzaensis dengan padi budidaya (Oryza sativa L.). [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Roslim DI, Miftahudin, Suharsono U, Aswidinnoor H, Hartana A. 2010. Karakter root re-growth sebagai parameter toleransi aluminium pada tanaman padi. Jurnal Natur Indonesia 31(1):82-88.

Soedyanto R, Sianipar R, Sanusi A, Hardjanto. 1978. Bercocok Tanam. Jilid II. Jakarta: CV Yasaguna.

Sumartono, Samad B, Harjono R. 1990. Bercocok Tanam Padi. Cetakan 12. Jakarta: CV. Yasaguna

Suprihatno B, Daradjat A, Satoso, Baehaki, Widiarta, Setyono A, Indrasari DS, Lesmana. 2009. Deskripsi Varietas Padi. Subang: Balai Besar Penelitian Tanaman Padi, Departemen Pertanian.

Syukur M, Sujiprihati S, Yunianti R. 2012. Teknik Pemuliaan Tanaman. Jakarta: Penebar Swadaya.

Widodo, Chozin M, Mahmudin. 2004. Hubungan pertumbuhan dan hasil beberapa kultivar padi lokal pada tanah gambut dengan pemberian dolomit. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia. 6(2):75-82.

Wikipedia. 2012. Padi. http.wikipedia.com/padi.html. (akses tangggal 21 Juni 2012). Yoshida S. 1981. Fundamentals of Rice Crop Science. International Rice Research

Gambar

Gambar 1. Bunga tanaman padi varietas (a) IR64 dan (b) Siam Sintanur yang siap disilangkan.
Gambar 2. Langkah-langkah persilangan pada tanaman padi. Ket: (a) kastrasi; (b) emaskulasi; dan (c) polinasi pada teknik tabur; (d) 1/3 bagian palea dan lemma dipotong; dan (e) penempelan bunga sumber polen pada bunga betina yang telah dikastrasi pada tekn
Gambar 3. Biji yang terbentuk dari hasil persilangan.

Referensi

Dokumen terkait

Setelah memperoleh seluruh cost dari masing-masing anak simpulnya, maka pilih satu simpul yang memiliki cost paling kecil untuk dibangkitkan lagi anak-anak

Reduktor adalah 6at (an' mereduksi 6al lain dalam suatu reaksi redoks+ dan 6at itu sendiri men'alami oksidasi. ksidator adalah 6at (an' men'oksidasi 6at lain dalam suatu

Sesuai dengan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang: a) Untuk mengetahui kemampuan membaca permulaan anak usia 5-6

(7) Hipotesis 7 yang menyatakan bahwa tanggung jawab pimpinan (X 1) melalui organisasi cerdas (Y) berpengaruh terhadap sikap profesional dosen yaitu sebesar 8,75 %,

Hasil penelitian menunjukan bahwa di pasar modal Australia kurs USD/AUD tidak berepengaruh terhadap return saham mining dan resources, suku bunga tidak

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka dapat diambil kesimpulan bahwa tinjauan hukum Islam

Beberapa pertimbangan yang menjadi alasan tersebut adalah banyaknya prilaku menyimpang yang dilakukan remaja, keluarga (orang tua) kurang mengawasi remaja yang

Pada kesimpulan yang dapat penulis ambil penciptaan seluruh karakter yang ada pada film Rumah dan Musim Hujan memiliki banyak kontradiksi dengan pemahaman kejawen