36
BAB IV
PEMBAHASAN
IV.1 Analisis Deskriptif
Rumah Sakit Umum Medika Lestari sebagai perusahaan yang bergerak di bidang pelayanan jasa kesehatan kepada masyarakat, dalam melaporkan biaya lingkungannya diakui sebagai biaya administrasi dan umum. Pengukuran biaya lingkungan tersebut dinyatakan dalam rupiah berdasarkan pengeluaran Unit Sanitasi Lingkungan dalam pengelolaan limbahnya. Berdasarkan dengan keadaan lingkungan di Indonesia yang masih buruk, tidak menutup kemungkinan bagi perusahaan jasa untuk mengungkapkan aktivitas lingkungan yang terkait erat dengan limbah medik dan non medik sebagai laporan tambahan melengkapi laporan keuangan yang telah diwajibkan, namun kecenderungan yang terjadi di Indonesia adalah perusahaan sangat jarang memasukkan aktivitas lingkungannya ke dalam laporan tambahan yang disajikan bersama dalam laporan keuangan perusahaan.
Hal ini dapat terjadi karena penyajian tersebut masih bersifat sukarela sehingga kewajiban perusahaan terhadap lingkungan merupakan kewajiban yang berdasar tanggung jawab moral manajemen dalam mengelola lingkungan maupun dalam rangka memenuhi AMDAL dan ANDAL dari Pemerintah atau BAPEDAL. RSU Medika Lestari dalam mengelola lingkungannya terutama masalah penanganan limbahnya dilakukan sepenuhnya oleh Unit Sanitasi Lingkungan yang merupakan bagian dari Sarana Panunjang Medis. Unit ini memiliki instalasi pengolahan limbah (IPAL) mulai
37 beroperasi pada bulan Maret 1999 dan menjadi bagian yang penting dalam menjaga keadaan lingkungan agar tetap sesuai dengan peruntukannya.
IV.1.1 Analisis Neraca
Pelaporan keuangan di neraca bertujuan untuk memberikan informasi mengenai sumber daya ekonomi (aktiva), kewajiban (utang), dan modal sendiri (modal atau donasi) dari suatu entitas atau perusahaan. Neraca dengan demikian meringkaskan posisi keuangan perusahaan pada tanggal tertentu dengan menampilkan aktiva, utang, dan modal serta hubungan antar akun tersebut.
Pengakuan dalam konteks neraca adalah proses pencatatan dan pelaporan dalam laporan keuangan secara formal. Pengakuan tersebut melibatkan pos-pos dan angka dengan jumlah totalnya. Pengakuan pada laporan keungan RSU Medika Lestari meliputi elemen-elemen yang mencakup item sebagai pembentuk neraca.
Berdasarkan klasifikasi elemen aktiva, dapat diketahui bahwa item item Aktiva Lancar dan Aktiva Tetap pada Laporan Keuangan RSU Medika Lestari tidak menunjukkan indikasi khusus yang berkaitan dengan perlakuan lingkungan. Jika ditelusuri lebih jauh ke dalam pembagian sub aktiva tetap dari jumlah total aktiva, terdapat aktiva tetap yang meliputi hak atas bangunan dan peralatan medis yang kemudian disatukan dalam aktiva tetap berwujud secara implisit dalam bagan dan rencana strategis organisasi menjadi total aktiva tetap.
Berdasarkan klasifikasi elemen kewajiban yang ada, dapat diketahui pula bahwa pos kewajiban pada laporan Keuangan RSU Medika Lestari tidak menunjukkan indikasi khusus terhadap pengakuan utang lingkungannya.
38 Seiring perkembangan jaman, perusahaan dituntut untuk melakukan operasi usaha yang ramah lingkungan maka tidak menutup kemungkinan bagi RSU Medika Lestari untuk mengungkapkan modal lingkungan sebagai pelayanan yang ramah dan bersahabat dengan lingkungan. Atas dasar itulah, RSU Medika Lestari dapat menerapkan akuntansi lingkungan dengan memperluas akuntansi konvensional dengan cara mengungkapkan modal lingkungan disamping modal saham di neraca.
Pengukuran (measurement) dalam konteks neraca adalah proses penetapan jumlah uang untuk mengakui dan memasukkan setiap unsur laporan keuangan di neraca. RSU Medika Lestari menganut “Akuntansi Konvensional” dan kebanyakan mengukur elemen-elemen yang ada di neraca seperti aktiva, kewajiban, dan modal dengan menggunakan biaya historis atas dasar harga perolehan yang dinyatakan dalam satuan moneter rupiah.
IV.1.2 Analisis Laba Rugi
Laporan laba rugi merupakan laporan ringkasan dari hasil kegiatan perusahaan selama satu periode akuntansi sehingga laporan ini dipandang sebagai laporan yang paling penting dalam laporan tahunan. Laporan laba rugi RSU Medika Lestari meliputi: Pendapatan, Biaya Usaha, dan Biaya Lain lain. Pos-pos tersebut di dalam laporan laba rugi secara eksplisit tidak menunjukkan adanya elemen yang berkaitan dengan pembiayaan lingkungan.
Analisis untuk penerapan akuntansi lingkungan dilakukan dengan pengamatan terhadap setiap pos elemen laba rugi dicatatan atas laporan keuangan untuk kemudian ditelusuri lebih lanjut pada elemen biaya-biaya pada laporan laba rugi dan biaya
39 pemeliharaan merupakan satu-satunya elemen yang berhubungan dengan lingkungan (unit pengolahan limbah) RSU Medika Lestari.
Pembiayaan yang dilakukan Unit Sanitasi Lingkungan di dalam rencana strategis perusahaan, Rencana Anggaran Unit Sanitasi dimasukkan sebagai program kerja yang diposting sebagai biaya pemeliharaan. Rincian pelaporan biaya Unit Sanitasi Lingkungan tersebut dijelaskan sebagai berikut ini :
RSU Medika Lestari Anggaran Belanja Unit Sanitasi
2010-2011
1. Pengadaan Peralatan Perkantoran Rp. 5.000.000,00 2. Pengadaan Peralatan Rumah Tangga Rp. 30.000.000,00 3. Biaya Listrik Instalasi Rp. 20.000.000,00 4. Biaya Operasional Tambahan Rp. 25.000.000,00 5. Biaya Program Lingkungan Rp. 20.000.000,00
Jumlah Anggaran Rp. 80.000.000,00
Tabel IV.1
Anggaran Unit Sanitasi Lingkungan Sumber : RSU Medika Lestari
Pengakuan selanjutnya terhadap anggaran biaya unit sanitasi tersebut akan dimasukkan bersamaan dengan biaya-biaya operasional unit-unit lainnya yang digolongkan sebagai unit operasional penunjang medis dan unit lain.
Di bawah ini akan ditampilkan laporan laba rugi rumah sakit yang sudah sesuai dengan standar akuntansi lingkungannya.
40 PENDAPATAN USAHA
Departemen Instalasi Rawat Inap (IRNA) xxx
Departemen Instalasi Rawat Jalan (IRJA) xxx
Departemen Laboratorium xxx
BEBAN DEPARTEMENTALISASI
Departemen Instalasi Rawat Inap (IRNA) xxx
Departemen Instalasi Rawat Jalan (IRJA) xxx
Departemen Laboratorium xxx
Laba Rugi Kotor xxx
BIAYA USAHA
Biaya Penjualan xxx
Biaya Umum dan Administrasi xxx
Biaya Gaji Karyawan xxx
Biaya Transportasi xxx
Biaya Inventaris Kantor xxx
Biaya Peralatan Medis xxx
BIAYA BISNIS
Biaya Pencegahan Pencemaran Air xxx
BIAYA ADMINISTRASI
Biaya Monitoring dampak Lingkungan xxx
Biaya Perbaikan Lingkungan (Penghijauan, Konservasi,dll) xxx
Jumlah Biaya-Biaya Usaha xxx
LABA RUGI USAHA xxx
PENGHASILAN (BEBAN) LAIN-LAIN
Laba Rugi Penjualan Aktiva Tetap-Bersih xxx
Penghasilan Bunga xxx
Beban Bunga (xxx)
Laba Rugi Kurs-Bersih (xxx)
Lain-Lain Bersih xxx
Penghasilan Beban Lain-Lain xxx
Periode Berjalan Tangguhan
41 Laporan laba rugi yang dibuat oleh RSU Medika Lestari tidak selengkap laporan laba rugi di atas, karena RSU Medika Lestari memang tidak melaporkan dan menempatkan biaya-biaya lingkungan secara khusus. Seharusnya pihak rumah sakit juga menambahkan akun-akun baru dalam laporan laba ruginya tersebut agar bisa terbaca dengan jelas.
IV.1.3 Catatan atas Laporan Keuangan
Catatan atas Laporan Keuangan adalah catatan tambahan dan informasi yang ditambahkan ke akhir laporan keuangan untuk memberikan tambahan informasi kepada pembaca dengan informasi lebih lanjut. Catatan atas Laporan Keuangan membantu menjelaskan perhitungan item tertentu dalam laporan keuangan serta memberikan penilaian yang lebih komprehensif dari kondisi keuangan perusahaan
Catatan atas Laporan Keuangan dimaksudkan agar laporan keuangan dapat dipahami oleh pembaca secara luas, tidak terbatas hanya untuk pembaca tertentu ataupun manajemen entitas pelaporan. Oleh karena itu, Laporan Keuangan mungkin mengandung informasi yang dapat mempunyai potensi kesalahpahaman diantara pembacanya. Untuk menghindari kesalahpahaman, laporan keuangan harus dibuat Catatan atas Laporan Keuangan yang berisi informasi untuk memudahkan pengguna dalam memahami Laporan Keuangan.
Berikut merupakan penjelasan secara rinci tentang akun-akun tambahan yang telah tertera di laporan laba rugi diatas :
• Biaya adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan pengeluaran yang akan diterima kembali baik pada tahun anggaran bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya.
42
• Pendapatan adalah semua penerimaan Rekening Kas yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali.
• Biaya Bisnis terdiri dari biaya pencegahan pencemaran air adalah biaya yang dikeluarkan untuk mencegah proses produksi yang menghasilkan pencemaran dan kerusakan air.
• Biaya administrasi adalah biaya untuk kegiatan manajemen yang dihasilkan oleh perusahaan dalam aktivitas konservasi lingkungan. Biaya ini termasuk untuk usaha yang secara tidak langsung berkontribusi terhadap pengurangan dampak lingkungan yang dihasilkan seluruh kegiatan bisnis dan biaya untuk usaha menjalin hubungan dan komunikasi dengan masyarakat oleh perusahaan.
• Biaya konservasi lingkungan merupakan pengendalian terhadap dampak lingkungan yang dihasilkan dari operasi bisnis dengan area bisnis. Biaya konservasi lingkungan global, merupakan biaya yang berhubungan dengan dampak negatif lingkungan terhadap lingkungan global atau suatu bagian yang luas tentang lingkungan yang dihasilkan dari kegiatan manusia.
• Biaya monitoring dampak lingkungan adalah biaya yang dikeluarkan untuk penghijauan. Yang artinya dalam lingkungan rumah sakit tersebut diadakan penghijauan dengan ditanamnya pohon dan tanaman yang lebih banyak agar lingkungan rumah sakit terlihat lebih asri dan nyaman bagi pasien dan masyarakat sekitar.
43 Biaya-biaya tersebut diatas pastinya mengeluarkan biaya yang mempengaruhi hasil laba rugi rumah sakit tersebut, maka dengan itu biaya ini harus dibebankan dalam akun tersendiri agar para shareholder dapat mengetahui bila hal perbaikan ini memang penting adanya untuk rumah sakit tersebut.
IV.1.4 Analisis Laporan RS Terhadap SAK ETAP
Posisi keuangan dari Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik adalah aset, kewajiban dan ekuitas. Sedangkan untuk kinerja keuangan dari SAK ETAP adalah pendapatan dan beban. Aset diakui jika manfaat ekonomi di kemudian hari besar kemungkinan akan mengalir kepada entitas dan nilainya dapat diukur secara andal. Kewajiban diakui jika besar kemungkinan entitas harus mentransfer sumber daya di kemudian hari akibat peristiwa masa lalu dan nilainya dapat diukur dengan andal. Pengakuan pendapatan dan beban sebagai akibat langsung dari pengakuan aset dan kewajiban.
Neraca minimal mencakup pos-pos : kas dan setara kas, piutang usaha atau piutang lain-lain, persediaan, aset tetap, aset tidak berwujud, utang usaha atau utang lain-lain, aset dan kewajiban pajak, ekuitas. Laba Rugi minimal mencakup pos-pos : pendapatan, beban keuangan, laba rugi neto.
Laporan Neraca dan Laba Rugi Rumah Sakit Medika Lestari sudah disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik. Hasil laporan dari Rumah Sakit sudah dengan benar melaporkan keuangannya dengan standar ini karena Rumah Sakit Medika Lestari berbentuk Perseroan Terbatas dan tidak go
public. Hanya saja Rumah Sakit masih kurang terperinci dalam mencantumkan
44 pengguna laporan keuangan terutama para shareholders dapat memahami dengan jelas dan rinci biaya-biaya apa saja yang sebenarnya sudah rumah sakit keluarkan guna untuk usaha memperbaiki lingkungan di dalam rumah sakit dan di luar rumah sakit di sekitar masyarakat yang ada, dan guna untuk mensejahterakan para karyawan.
IV.1.5 Analisis Tahap Perlakuan Akuntansi Lingkungan
Tahap-tahap pelaporan akuntansi memiliki kaitan yang erat terhadap perjalanan sebuah rekening untuk diakui dan diungkapkan dalam laporan keuangan. Akuntansi lingkungan sebagai metode untuk mengungkap dan menyajikan perlakuan biaya yang berhubungan dengan pengelolaan lingkungan memerlukan tahap-tahap yang runtut dan rinci dengan tetap mengacu pada standar akuntansi maupun pernyataan akuntansi yang berlaku umum.
Analisis yang akan dilakukan berikut ini akan memperbandingkan kembali tahap-tahap yang telah dilakukan oleh RSU Medika Lestari dengan prinsip yang berlaku secara umum :
1. Pengidentifikasian
Identifikasi yang dilakukan oleh RSU Medika Lestari dalam melakukan tahapan-tahapan perlakuan biaya lingkungan khususnya pengelolaan limbah diperlakukan sebagai biaya pemeliharaan. Biaya pemeliharaan artinya biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam menangani pengelolaan lingkungan yang tidak diperlakukan secara khusus dalam rekening laporan keuangan. RSU Medika Lestari mengidentifikasikan semua kegiatan medis dan non medis memiliki potensi menimbulkan pengaruh lingkungan. Secara teori, RSU Medika Lestari telah melakukan tahapan pertama ini dengan mengalokasikan sejumlah biaya untuk
45 pengelolaan kemungkinan pengaruh negatif dari kegiatan operasional usaha di Rumah sakit.
2. Pengakuan
RSU Medika Lestari mengakui elemen biaya tersebut sebagai biaya pada saat biaya tersebut digunakan untuk operasional pengelolaan lingkungan. Meskipun pada awal periode akuntansi, unit sanitasi telah menerima dana anggaran untuk satu tahun, namun pada dasarnya kas tersebut adalah sebagai penyisihan alokasi anggaran dan belum dapat disebut sebagai biaya sebab pembiayaan pengelolaan lingkungan tersebut dilakukan setiap bulan dan akan dijumlah total pada akhir periode akuntansi untuk dilaporkan dalam laporan keuangan.
3. Pengukuran
RSU Medika Lestari dalam mengukur nilai dan jumlah biaya yang dikeluarkan untuk pembiayaan lingkungan ini dengan acuan realisasi anggaran periode sebelumnya. RSU Medika Lestari mengasumsikan bahwa realisasi anggaran periode yang lalu merupakan pelajaran pengalaman yang valid untuk dijadikan sebagai acuan dalam menentukan nilai dan jumlah biaya yang dikeluarkan dalam pengelolaan lingkungan dalam satu periode tersebut.
4. Penyajian
RSU Medika Lestari melakukan penyajian alokasi biaya lingkungan tersebut secara bersama-sama dengan biaya unit-unit lain yang serumpun. Penyajian tersebut dilakukan bersama sebagai sub-sub biaya dalam rekening biaya pemeliharaan. Hal ini dilakukan oleh RSU Medika Lestari sebab biaya pengelolaan lingkungan tersebut dianggap sebagai bagian dari sarana penunjang medis sehingga tidak perlu melakukan penyajian secara khusus.
46 5. Pengungkapan
RSU Medika Lestari mengungkapkan pembiayaan akuntansi lingkungan di dalam laporan keuangan menganut model normatif, artinya pengungkapan biaya lingkungan tersebut seolah-olah diungkapkan sebagaimana biaya overhead dalam perusahaan manufaktur sehingga tidak memerlukan penyajian secara khusus dalam laporan keuangan. Penyajian dalam laporan keuangan dilakukan dengan menggabungkan biaya yang serumpun yakni biaya pemeliharaan dan lain-lain. RSU Medika Lestari dapat disimpulkan dalam melaporkan biaya lingkungan tersebut tidak secara khusus membuat neraca yang berhubungan dengan lingkungan atau setidak-tidaknya mencantumkan biaya lingkungan sebagaimana teori dan prinsip yang berlaku umum, sehingga dalam penyajian dalam laporan keuangan tidak dapat diketahui secara eksplisit jumlah dan nilai biaya untuk pengelolaan lingkungan tersebut.
Dampak yang ditimbulkan oleh tidak adanya laporan lingkungan yang berupa pencantuman biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menunjang lingkungan agar tidak berbahaya dan merugikan semua pihak atau disebut juga biaya lingkungan adalah
shareholder yang tidak bisa melihat dengan jelas berapa biaya lingkungan yang
dikeluarkan dan apakah berpengaruh terhadap laba yang ada atau tidak.
Dampak lain yang ditimbulkan adalah sulitnya pihak rumah sakit untuk mengajukan perluasan pangsa pasar dan perluasan wilayah kepada pemerintah, karena seperti yang diketahui RSU Medika Lestari masih belum memenuhi syarat yang dikeluarkan pemerintah tentang keberadaan incinerator, karena menurut syarat PP RI No. 18 tahun 1999, semua rumah sakit yang telah berkembang seperti RSU Medika Lestari ini harus sudah memiliki alat incenerator sendiri. Oleh karena itu pemerintah masih belum boleh
47 mengeluarkan surat ijin untuk RSU Medika Lestari dalam perluasan wilayahnya, karena takut meresahkan masyarakat sekitar dan juga merugikan pihak-pihak lain.
IV.2 Sustainability Report
IV.2.1 Rencana Induk Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Visi dan Misi CSR RSU Medika Lestari.
RSU Medika Lestari masih belum menerapkan tanggung jawab sosial dengan baik, karena dapat dilihat rumah sakit tidak memiliki visi dan misi tanggung jawab sosial yang seharusnya dimiliki setiap perusahaan ataupun organisasi. Rumah sakit ini hanya memiliki visi dan misi umum yang sudah tertera di bab III. Visi dan misi tanggung jawab sosial ini dibuat agar perusahaan bisa mengetahui strategi apa yang seharusnya digunakan untuk bisa menanggulangi dampak negatif dari kegiatan operasi usaha yang sesuai dengan peraturan pemerintah, selain untuk menanggulangi dampak negatif dari kegiatan usaha, apalagi seperti yang diketahui bahwa kegiatan rumah sakit merupakan kegiatan yang menghasilkan limbah berbahaya.
Pemangku Kepentingan (Stakeholders)
• Adanya kegiatan CSR ini dibuat untuk memenuhi kebutuhan para stakeholders untuk mengetahui karakteristik rumah sakit dalam berinteraksi dengan masyarakat, lingkungan, dan juga para karyawannya.
• RSU Medika Lestari juga masih kurang menanggapi tanggung jawab sosial yang harus diterapkan, karena para pemegang saham (shareholders) itu sendiri jarang sekali datang ke rumah sakit untuk melakukan pengawasan kegiatan usaha rumah
48 sakit, hal ini menyebabkan rumah sakit kurang melakukan penerapan CSR yang dibutuhkan untuk mensejahterakan setiap elemen yang berada di sekitarnya.
• Rumah sakit juga kurang memberikan perhatian kepada masyarakat dan karyawannya, karena sampai sekarang rumah sakit hanya memberikan tenggang waktu pembayaran pada masyarakat yang kurang mampu, dan membuat pamphlet atau poster yang berisikan tentang perilaku hidup sehat, HIV/AIDS, dan Gizi yang dilakukan secara berkala, agar pasien ataupun masyarakat yang melihatnya bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi rumah sakit tidak mengadakan kegiatan-kegiatan sosial lainnya yang lebih berguna bagi masyarakat yang tidak mampu, misalnya saja seperti pengobatan gratis, imunisasi gratis, seminar tentang HIV/AIDS, dan sebagainya. Selain itu RSU Medika Lestari juga hanya memberikan asuransi dan pengobatan gratis pada karyawan yang mau berobat di rumah sakit itu dan seharusnya para karyawan mengadakan penyusunan dan kesepakatan bersama tentang kesepakatan kerja, yang bertujuan untuk memperlihatkan kepada masyarakat dan para karyawan bahwa RSU Medika Lestari mempunyai tanggung jawab sosial yang baik.
• Rumah sakit tidak melakukan survei respon pengguna secara berkala, agar dapat mengetahui bagaimana kinerja rumah sakit yang sudah berjalan selama ini di mata para pasien.
IV.2.2 Upaya Pengelolaan Limbah
Upaya pengelolaan limbah yang dilakukan RSU Medika Lestari dalam rangka mengurangi dampak negatif dari kegiatan hasil usaha rumah sakit terhadap lingkungan dan masyarakat telah dilakukan cukup baik namun masih ada kekurangan dari pihak
49 rumah sakit dalam melakukan pengelolaan limbah yang ada. Dalam masalah pengelolaan limbah, RSU Medika Lestari masih sedikit belum lengkap dalam pembagian dan pemusnahan limbah secara benar dan tepat. Ada beberapa jenis limbah berbahaya yang tidak diuraikan secara terperinci dalam pemusnahannya. Limbah-limbah tersebut ialah limbah patologis yaitu limbah yang berupa jaringan tubuh, organ, anggota badan, plasenta, dan darah yang dibuang saat otopsi. Limbah radioaktif dari pelacakan tumor, prosedur terapis, tindakan kedokteran nuklir, dan sebagainya. Lalu limbah
citotoksik yaitu bahan yang telah terkontaminasi saat pemeriksaan atau tindakan terapi citotoksik, limbah yang terdapat citotoksik ini harus dimusnahkan dengan incinerator
dengan suhu 100 derajat celcius.
Pengurangan Volume Limbah yang dihasilkan
RSU Medika Lestari selalu berusaha untuk mematuhi peraturan dan perundangan lingkungan sesuai dengan arahan Dinas Kesehatan Republik Indonesia dan mengembangkan, mengkaji, serta memelihara kebijakan lingkungan ini dan mengkomunikasikan kepada masyarakat luas. RSU Medika Lestari melakukan antisipasi pencemaran lingkungan yang dilakukan oleh Unit Sanitasi Lingkungan dengan melakukan pengelolaan limbah dengan cara mengurangi dan menetralisir tingkatan limbah yang dihasilkan oleh rumah sakit, agar limbah-limbah tersebut tidak meluap dan mengakibatkan dampak buruk bagi lingkungan dan juga warga sekitar.
Pengelolaan limbah pada dasarnya merupakan upaya mengurangi volume, konsentrasi atau bahaya limbah, setelah proses produksi atau kegiatan, melalui proses fisika dan kimia. Dalam pelaksanaan pengelolaan limbah, upaya pertama yang harus dilakukan adalah upaya preventif yaitu mengurangi volume bahaya limbah yang
50 dikeluarkan ke lingkungan yang meliputi upaya mengurangi limbah pada sumbernya, serta upaya pemanfaatan limbah.
Program minimalisasi limbah Indonesia baru mulai digalakkan. Bagi rumah sakit program minimalisasi masih merupakan hal baru yang bertujuan untuk mengurangi jumlah limbah dan pengelolaan limbah yang masih mempunyai nilai ekonomi. Berbagai upaya telah dipergunakan untuk mengungkapkan pilihan teknologi mana yang terbaik untuk pengelolaan limbah, khususnya limbah berbahaya antara lain reduksi limbah (waste reduction), minimisasi limbah (waste minimization), pemberantasan limbah (waste abatement), pencegahan pencemaran (waste prevention) dan reduksi pada sumbernya (source reduction).
Pengelompokan Limbah
Dalam pengelolaan limbahnya pihak rumah sakit telah melakukan pemisahan pada setiap kategori-kategori limbah agar menjadi tidak berbahaya dan sesuai dengan prosedur pemusnahan limbahnya. Misalnya saja pengelompokan limbah menjadi limbah padat dan limbah cair, dalam pengelolaannya limbah padat dibagi lagi menjadi limbah padat umum, medis, limbah laboratorium, farmasi, dan limbah infeksius. Limbah tersebut dikumpulkan ke dalam wadah yang berbeda agar tidak tercampur dan mempermudah dalam pemusnahannya.
Akan tetapi pihak rumah sakit masih memerlukan bantuan pihak ketiga dalam pengelolaan limbah. Oleh karena itu rumah sakit kurang begitu mengetahui bagaimana cara pengelolaannya dari awal sampai tidak menjadi berbahaya lagi. Rumah sakit hanya menangani pengelolaan limbah cairnya saja, karena rumah sakit telah memiliki alat pemusnah limbah sendiri atau yang lebih dikenal dengan IPAL (instalasi pengelolaan air
51 limbah). Dengan adanya mesin IPAL ini, pihak rumah sakit bisa mengetahui bagaimana prosesnya dan seberapa beracunnya limbah cair yang dihasilkan dari setiap hasil usaha rumah sakit sampai dengan limbah tersebut tidak berbahaya dan bisa dialirkan.
Hal ini dikarenakan adanya ketidakmampuan pihak RSU Medika Lestari untuk menyediakan lahan atau area yang cukup besar untuk pengelolaan limbah tersebut. Oleh karena itu RSU Medika Lestari ini belum bisa membeli alat pengelolaan limbah yang disebut dengan incinerator sebagai alat pemusnah limbah-limbah padat yang dihasilkan rumah sakit yang cenderung berbahaya, agar tidak memberikan dampak negatif pada lingkungan sekitar. Hal ini berarti pihak Rumah Sakit tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan untuk pihak ketiga. Selain itu pihak rumah sakit juga tahu bagaimana cara kerja pengolahan limbah dan bisa meyakinkan masyarakat luas bahwa dengan keberadaan rumah sakit di sekitar mereka ini tidak akan membawa dampak yang negatif.
IV.2.3 Kesungguhan RSU Medika Lestari dalam Mengelola Lingkungan
Sejalan dengan rencana induk pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan dalam bidang kesehatan, RSU Medika Lestari berusaha untuk mengendalikan dampak lingkungan akibat kegiatan usaha yang dijalankannya. Mengingat rumah sakit bergerak di bidang kesehatan dan hampir seluruh kegiatan usahanya menggunakan bahan-bahan kimia ataupun benda-benda yang mudah terinfeksi maka rumah sakit dituntut untuk memiliki lingkungan yang bersih baik lingkungan internal maupun lingkungan
eksternalnya dan bertanggung jawab atas pengelolaan limbahnya sendiri.
RSU Medika Lestari telah memiliki program-program guna menciptakan lingkungan yang sehat dengan mengadakan penyehatan ruangan yang berguna untuk menghasilkan udara, pencahayaan yang cukup bagi setiap ruangan, dan memperhatikan kekokohan
52 bangunan untuk keselamatan kerja yang telah sesuai dengan PERMENKES NO 1204/MENKES/SK/X/2004. Namun dapat dilihat di lingkungan yang sebenarnya di rumah sakit, keadaan kualitas udara, dan pencahayaannya masih kurang baik. Hal ini bisa terlihat bahwa lorong atau pun ruangan rumah sakit masih agak gelap dan udaranya sedikit panas. Dalam kebersihan lingkungannya baik internal maupun eksternal RSU Medika Lestari masih terlihat tidak bersih dan seperti yang diketahui letak rumah sakit berada didekat pemukiman warga sehingga membuat bangunan rumah sakit dari luar tampak kurang bersih dan tidak menarik. Karena kurangnya lahan yang tersedia, pihak rumah sakit masih belum dapat membuat akses jalan yang lebih besar lagi dan hal ini menyebabkan keadaan RSU Medika Lestari tidak memiliki tempat yang cukup jika ada mobil unit gawat darurat yang datang, hal ini disebabkan karena di depan pintu utama RSU Medika Lestari dijadikan tempat parkir motor.
Pada suatu waktu Rumah Sakit Medika Lestari berencana untuk mengadakan pembangunan perluasan lahan dan rencana rumah sakit tersebut tidak mendapatkan respon positif dari masyarakat sekitar. Masyarakat sekitar takut adanya dampak-dampak negatif yang ditimbulkan dari hasil kegiatan sehari-hari rumah sakit ini. Tetapi setelah pihak rumah sakit memberikan pengertian yang pada akhirnya membuat para masyarakat pun dapat mengerti, maka pada akhirnya masyrakat pun ikut mendukung pembangunan perluasan rumah sakit ini. Demikian pula dalam pengelolaan limbahnya, RSU Medika Lestari telah menunjukkan kesungguhan dalam mengelola lingkungan agar tidak menimbulkan dampak buruk, misalnya :
53 Pengelolaan Limbah Cair
Penyehatan Air, RSU Medika Lestari melakukan pengambilan, pengiriman, dan pemeriksaan sampel air bersih per triwulan, RSU Medika Lestari melakukan analisis hasil inspeksi sanitasi pemeriksaan laboratorium yang dilakukan secara berkala dan menindaklanjuti sarana dan kualitas air bersih secara berkala agar sesuai dengan PERMENKES No. 416 tahun 1990 tentang Standar Air Bersih.
Pengelolaan Limbah Cair dengan memperhatikan cara kerja IPAL dan pemeliharaan IPAL secara berkala, juga dengan memeriksa hasil effluent atau standar yang ditetapkan pada limbah yang telah diolah dari unit-unit IPAL pada setiap bulan agar sesuai dengan prosedur berdasarkan PERMENKES No. 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Tata Laksana Pengelolaan Limbah Cair dan sesuai dengan KEP. 58/MENLH/12/1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Kegiatan Rumah Sakit.
Pengelolaan Limbah Padat
Pengelolaan Sampah Medis dan Non Medis, melakukan pemilihan atau penyortiran sampah medis padat dan jarum suntik secara berkala, melakukan pengawasan dari proses pungumpulan, penyimpangan juga secara berkala. Sedangkan untuk sampah non medis dilakukan pemilihan atau penyortiran sampah non medis, dan pengawasan dari proses pengumpulan, penyimpangan, dan pengangkutan secara berkala agar sesuai dengan PERMENKES No. 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Tata Laksana Pengelolaan Sampah Medis dan Non Medis.
54 Pengendalian Lain yang Dilakukan Rumah Sakit
Sanitasi Makanan dan Minuman RSU Medika Lestari melakukan pengawasan
hygiene sanitasi makanan mulai dari proses pembelian bahan makanan, pengelolaan
makanan, peralatan masak, pengangkutan makanan, dan penyajian makanan yang dilakukan secara berkala dan melakukan pengambilan dan pemeriksaan sample usap alat, rectal swab atau tinja segar, dan sampel makanan secara enam bulan sekali agar sesuai dengan PERMENKES No. 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Persyaratan
Higiene dan Sanitasi Makanan dan Minuman.
Disinfeksi dan Sentralisasi, desinfeksi dan sterilisasi terhadap ruang pelayanan medis dan penunjang medis yang dilakukan secara berkala. Agar pelayanan medis dan non medis khususnya untuk ruang operasi dan ruang isolasi bebas dari mikrooganisme yang berdasarkan pada PERMENKES No. 1204/MENKES/SK/X/2004 tentang Dekontaminasi Melalui Disinfeksi dan Sterilisasi.
Biaya Lingkungan
RSU Medika Lestari masih belum melakukan pencatatan biaya yang dikeluarkan untuk lingkungan secara baik, karena seperti yang ketahui setiap organisasi kesehatan yang telah melakukan pengelolaan limbah dengan cukup baik, maka akan mempunyai biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pengelolaan lingkungannya. Akan tetapi pihak rumah sakit masih menganggap biaya tersebut sebagai biaya umum, yang tidak memerlukan pencatatan secara khusus. Seperti yang sudah bahas di atas, dalam laporan laba rugi RSU Medika Lestari tidak ada indicator khusus mengenai biaya lingkungan. Pihak rumah sakit hanya memiliki satu akun untuk menempatkan biaya-biaya lingkungan yang dikeluarkan, yaitu akun pemeliharaan. Akun pemeliharaan ini bukan
55 hanya berisi tentang biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pengelolaan lingkungan saja, melainkan akun ini dibuat untuk memasukan biaya-biaya yang memiliki kategori sama, misalnya saja pemeliharaan alat medis atau jika ada alat medis yang rusak, maka biayanya dimasukan ke dalam akun pemeliharaan. Oleh karena itu biaya-biaya yang dikeluarkan untuk lingkungan tidak bisa dilihat dengan jelas.
Peminimalan Dampak Lingkungan
Keberadaan rumah sakit ini memiliki potensi dampak lingkungan yang meliputi kualitas tanah, air, dan udara, serta gangguan lainnya. Untuk meminimalkan dampak lingkungan tersebut, rumah sakit hanya menjalankan langkah kecil yaitu rumah sakit dengan hanya melakukan penanaman pohon di kebun belakang rumah sakit dan juga penempatan tumbuhan dalam pot di dalam rumah sakit agar terlihat lebih asri, selain itu rumah sakit hanya melakukan pemantauan lingkungan secara biasa-biasa saja tidak ada pemantauan secara khusus, misalnya melakukan penyiraman pada tanaman, tidak melakukan pengontrolan pada pohon-pohon yang telah ditanam dan tidak memanggil badan khusus untuk melakukan pelatihan lingkungan secara berkala.
Pemanfaatan Daur Ulang Air
RSU Medika Lestari telah melakukan pengelolaan limbah cair dengan baik, akan tetapi RSU Medika Lestari tidak mendaur ulang air hasil pengelolaannya tersebut, melainkan langsung dibuang atau dialirkan setelah menjadi tidak berbahaya. Padahal rumah sakit bisa menggunakan air tersebut untuk menyiram tanaman atau pohon-pohon disekeliling rumah sakit agar pihak rumah sakit tidak perlu menambahkan biaya
56 penyiraman tanaman kedalam akun biaya air, karena dengan melakukan daur ulang air tersebut rumah sakit akan lebih berhemat dalam pengeluaran biayanya.
IV.2.4 Mengembangkan Sumber Daya Manusia
Manfaat bagi Pekerja
Jumlah pegawai RSU Medika Lestari terdiri dari 168 orang merupakan pegawai purna waktu, 16 orang merupakan pegawai paruh waktu. Pihak rumah sakit hanya menjamin pengobatan gratis bagi karyawan yang mau berobat di RSU Medika Lestari dan memberikan asuransi kesehatan, tunjangan melahirkan bagi pegawai. Waktu kerja untuk para pegawai juga diperhatikan, yaitu dengan adanya dua kelompok pekerja yang dimaksud pergantian shift pagi dan malam, ini dilakukan agar para pegawai bisa mendapatkan hak mereka dalam beristirahat dengan cukup dan agar tidak ada pemaksaan kerja pada setiap pegawai. Program pensiun imbalan dan pensiun iuran belum diberlakukan di rumah sakit ini dan juga RSU Medika Lestari belum pernah mengadakan pelatihan-pelatihan secara rutin untuk para pegawainya. Para pegawai baru secara otodidak berdasarkan perintah atasan
IV.2.5 RSU Medika Lestari Memprioritaskan Kesehatan dalam Keselamatan bagi Seluruh Pegawai
Tidak ada indikasi khusus yang dilakukan oleh rumah sakit untuk menjaga keselamatan pegawai secara terperinci, karena itu pihak rumah sakit hanya melakukan pengecekan bangunan secara berkala, penyediaan masker bagi pegawai yang bekerja di laboratorium, pengobatan gratis, dan asuransi jamsostek. Seharusnya rumah sakit bisa
57 menyediakan usaha keselamatan atau kesehatan bagi pegawai yang bekerja di bidang laboratorium dan bagi pegawai lain yang rentan akan terkena infeksi yang berasal dari pasien yang terinfeksi dan melakukan pengecekan kesehatan lingkungan kerja para pegawai secara berkala. Sampai saat ini tidak ada kecelakaan-kecelakaan yang memiliki akibat yang fatal bagi para pekerjanya.
IV.2.6 Bersama Membangun Kesejahteraan Masyarakat
Tanggung jawab RSU Medika Lestari sebagai badan usaha yang bergerak di bidang pelayanan jasa kesehatan telah mencoba membuktikan tanggung jawabnya walaupun masih kurang sempurna. Pada pertengahan tahun 2009, saat pembangunan perluasan RSU Medika Lestari ini, menimbulkan keresahan bagi warga sekitar karena takut akan limbah dari rumah sakit akan membahayakan mereka dalam aktivitas sehari-hari. Maka terjadilah demo untuk menutup Rumah Sakit tersebut, tetapi setelah pihak RSU Medika Lestari berjanji dan meyakinkan para masyarakat bahwa RSU Medika Lestari telah menjalankan proses pengelolaan limbah sesuai prosedur yang berlaku di Indonesia, maka masyarakat pun pada akhirnya bisa menerima perluasan RSU Medika Lestari ini.
Program Kemitraan
Program kemitraan bertujuan untuk membangun dan mendapatkan kepercayaan dari masyarakat sehingga program yang berjalan di rumah sakit didukung oleh warga sekitar. Program kemitraan bertujuan juga untuk meningkatkan kerja sama yang sudah terjalin dengan pihak ketiga agar hubungan kerja sama yang ada dapat dijaga dengan baik, dan membangun hubungan kerja sama yang baru dengan pihak ketiga dalam hal pemberian kesehatan, seminar gratis, dan lain sebagainya.
58 Pengembangan Masyarakat
Program pembangunan masyarakat atau sosial adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah sekitar RSU Medika Lestari. Namun sangat disayangkan sampai saat ini RSU Medika Lestari tidak melakukan upaya-upaya untuk membangun perkembangan dan wawasan masyarakat, misalnya saja pemberian dana bagi anak-anak tidak mampu, pengajaran kesehatan gratis bagi masyarakat yang mempunyai niat untuk menjadi perawat. Selain itu RSU Medika Lestari juga dinilai kurang peka terhadap keadaan lingkungan dan masyarakat sekitarnya.
IV.2.7 Dampak Ekonomi RSU Medika Lestari dan Serta Masyarakat Sekitar Seiring berjalannya waktu, RSU Medika Lestari terus tumbuh dan berkembang menjadi suatu rumah sakit yang lebih besar dan lebih banyak melakukan kegiatan usahanya. Pertumbuhan dan perkembangan ini dapat dilihat dari pergantian nama yang awalnya Rumah Sakit Ibu Anak yang hanya mengkhususkan kegiatan usaha di bidang kebidanan, sekarang telah berganti nama dengan Rumah Sakit Umum Medika Lestari yang berarti pihak rumah sakit lebih banyak melakukan dan menyediakan jasa kesehatan. Besaran penerimaan RSU Medika Lestari ini sepenuhnya berasal dari kegiatan usahanya maupun daur penjualan obat-obatnya, dan tidak ada yang diperoleh dari pemerintah, maupun bantuan lain dari organisasi-organisasi terkait. Selain itu RSU Medika Lestari juga telah melakukan perluasan wilayahnya pada tahun 2009. Akan tetapi sekarang ini RSU Medika Lestari tidak bisa melakukan perluasan wilayah lagi, karena RSU tidak memiliki alat Incenerator.
59 Manfaat Bagi Masyarakat Sekitar RSU
Kehadiran RSU Medika Lestari ini juga membawa dampak positif bagi para masyarakat karena dengan adanya kehadiran rumah sakit ini, maka secara tidak langsung juga membuka lapangan pekerjaan bagi warga sekitar lokasi kegiatan. Selain itu dengan keberadaan rumah sakit ini, maka RSU Medika Lestari bisa membantu para warga untuk mempunyai ide bisnis baru seperti membuka tempat makan, toko fotocopy, dan masih banyak lainnya. Disamping lapangan pekerjaan, banyak warga yang memanfaatkan pelayanan jasa rumah sakit, karena dengan adanya rumah sakit di sekitar rumah mereka, maka akan memudahkan para warga dalam berobat.
Melayani Pelanggan
Kelangsungan bisnis dan pencapaian ekonomi rumah sakit tidak bisa terlepas dari keberadaan para pasien atau pelanggan. RSU Medika Lestari telah berusaha melayani jasa kesehatan dengan sebaik-baiknya, termasuk memastikan kesehatan gizi makanan yang akan dikonsumsi oleh para pasien, agar sesuai dengan kebutuhannya. Dalam pelayanan jasa yang sebaik-baiknya, pihak rumah sakit tidak terlepas dari para perawat, tim medis, dan para dokter yang harus menangani setiap situasi dengan cepat atau cekatan. Hal ini dibutuhkan agar bisa memastikan langkah yang tepat untuk para pasien, karena itu seharusnya diadakan pelatihan-pelatihan secara berkala, agar para perawat, tim medis, dan dokter bisa bekerja semaksimal mungkin, karena apa yang mereka kerjakan berhubungan dengan nyawa seseorang.