• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PEMBAHASAN"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

19

BAB IV

HASIL PEMBAHASAN

4.1. Profil Responden

Sebelum melakukan wawancara dengan para responden, peneliti melakukan pengamatan selama 3 hari untuk melihat bagaimana kondisi rumah dan aktivitas usaha para responden. Dari hasil observasi yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa para responden bertempat tinggal di sekitar Kota Salatiga. Dan diantara ketiga respondenhanya satu responden yang memiliki rumah sendiri, responden lainnya menempati rumah kontrakan/sewaan.

Responden yang memiliki rumah sendiri yaitu ibu Sumini. Ibu Sumini adalah pedagang sayuran yang bertempat tinggal di Desa Jembrak, Kabupaten Semarang bersama suami dan kedua anaknya. Rumah yang digunakan ibu Sumini tersebut hasil dari pemberian orangtuanya. Rumah tersebut berukuran 5x10 meter terlihat seperti kurang dirawat, dengan lantai yang terbuat dari keramik dengan kualitas rendah, memiliki 2 ruang kamar sama seperti layaknya rumah lain, dan kamar mandi yang digunakan terbuat dari anyam-anyam bambu yang berada dibelakang rumah. Air yang digunakan mereka setiap hari berasal dari air sumur milik mereka sendiri. Sedangkan untuk memasak, ibu Sumini menggunakan gas lpg dengan ukuran tabung gas 3kg. Untuk menjalankan aktivitas sehari-hari keluarga ibu Sumini mengandalkan jasa ojek atau angkutan kol(sebutan untuk mobil angkutan desa-kota), karena mereka tidak memiliki modal.

(2)

20

Gambar 4.1.1 Bagian depan rumah ibu Sumini

Responden selanjutnya yaitu ibu Wahyu. Ibu wahyu adalah seorang pedagang minuman, yang bertempat tinggal di daerah Somopuro bersama suami dan kedua anaknya. Rumah yang digunakan oleh ibu Wahyu adalah rumah petak yang telah disewa sejak 5 tahun yang lalu. Pada awal menyewa rumah petak tersebut hanya terdapat ruang kosong yang tidak memiliki ruang kamar tidur, jadi ibu Wahyu harus membuat sekatan sendiri yang berasal dari kayu triplek untuk membuat ruang tamu dan ruang tidur. Selain itu, rumah yang disewa oleh ibu Wahyu tidak memiliki ruang dapur. Setiap hari ibu Wahyu memasak air minum untuk berjualan dan memasak menggunakan kompor gas dengan gas berukuran 3kg yang diletakan di depan kamar mandi karena keterbatasan ruang. Rumah petak tersebut hanya berukuran 9x4 meter.

(3)

21

Gambar 4.1.2 Bagian Dalam Rumah Ibu Wahyu

Sedangkan untuk responden terakhir yaitu ibu Sih yang berprofesi sebagai penjual jajanan pasar, bertempat tinggal di Desa Butuh. Sejak menikah dengan alhamarhum suaminya ibu Sih tidak mampu untuk membeli rumah, jadi ibu Sih dan suaminya memutuskan untuk bertempat tinggal dirumah kontrakan milik kakak ipar ibu Sih. Rumah kontrakan tersebut berukuran 8x8 meter, berlantai plester dan memiliki 2 ruang kamar. Namun rumah kontrakan ibu Sih sudah memiliki mck sendiri, walaupun untuk mendapatkan air bersih ibu Sih harus mengambil air terlebih dahulu dari sumur yang terletak di samping rumah. Untuk memasak setiap hari, ibu Sih enggan menggunakan kompor gas walaupun ia memiliki kompor gas berukuran kecil, namun untuk memasak lebih memilih menggunakan kayu bakar/arang karena sudah terbiasa memasak dengan tungku tradisional.

(4)

22

Gambar 4.1.3 Bagian belakang rumah kontrakan ibu Sih

Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan peneliti dengan para responden dapat disimpulkan ketiga responden tersebut termasuk dalam kriteria masyarakat yang miskin. Hasil dari wawancara yang telah dilakukan ketiga informan tersebut hidup dalam keterbatasan ekonomi. Kehidupan mereka yang serba kekurangan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dengan himpitan ekonomi yang cukup tinggi mereka dituntut untuk dapat bertahan dalam kondisi kekurangan. Kondisi tersebut yang kemudian membuat mereka memutuskan untuk bekerja demi mendapatkan tambahan pendapatan untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Penghasilan yang dihasilkan oleh kepala keluarga mereka yang berkerja serabutan dalam waktu sebulan, rata-rata berpendapatan Rp 700.000,-.

Para responden tersebut kesulitan untuk mencari pekerjaan di sektor formal, karena pendidikan yang mereka miliki rata-rata bersekolah sampai tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Sulit mencari pekerjaan pada sektor formal tidak membuat responden menyerah. Menurut mereka untuk mendapatkan penghasilan tidak harus bekerja di sektor formal. Para responden memilih untuk

(5)

23

bekerja sebagaipedagang diantara pekerjaan sektor informal lainnya, karena pada dasarnya mereka memiliki pengetahuan dan pengalaman sebagai pedagang.

Pada saat membuka usaha, responden menggunakan modal sendiri. Karena modal yang dimiliki terbatas, maka hanya mampu membeli barang dagangan, untuk menyewa ataupun membeli kios mereka tidak mampu. Oleh karena itu mereka berjualan di tepi jalan Pasar Blauran Salatiga.

Semenjak suami Ibu Wahyu mengundurkan diri dari pekerjaannya menjadi buruhpabrik kertas Tjiwi Kimia, kondisi ekonomi keluarga ibu Wahyu mulai mengalami kesulitan. Kesulitan ekonomi tersebut semakin bertambah setelah kedua anak ibu Wahyu mulai memasuki bangku sekolah. Setelah beberapa bulan menganggur suami ibu Wahyu kemudian memutuskan untuk menjadi supir

“kocokan” di salah satu rental/persewaan mobil di daerahKemiri Salatiga. Namun

pendapatan yang diperoleh tidak dapat mencukupi kebutuhan hidup keluarganya. Untuk membantu suaminya memperoleh tambahan penghasilan, ibu Wahyu memilih bekerja sebagai penjual minuman di Pasar Blauran. Pekerjaan tersebut dipilih berdasarkan pengalaman dari orang tuanya yang sebelumnya telah berjualan di Pasar Blauran.

“Kalau cuman mengandalkan penghasilan dari suami yang bekerja sebagai supir “kocokan”, kebutuhan keluarga tidak dapat terpenuhi semua, lebih baik mencari pekerjaan dan mendapatkan tambahan pendapatan. Dengan tabungan yang saya miliki, hasil dari menjual kalung emas pemberian suami, saya memutuskan untuk berjualan minuman di pasar ini (pasar Blauran), karena sebelumnya ibu saya pernah jualan buah-buahan dan minuman juga,

(6)

24

Gambar 4.1.4 Usaha Ibu Wahyu

Hal tersebut sesuai dengan hasil wawancara dengan ibu Sumini bahwa keluarganya dalam kondisi keterbatasan ekonomi. Suami ibu Sumini yang bekerja sebagai kuli bangunan namun pendapatan yang diterima tidak dapat mencukupi kebutuhan keluarga. Semakin bertambahnya kebutuhan yang harus dipenuhi, membuat ibu Sumini memutuskan untuk mengikuti jejak ibunya menjadi pedagang sayuran yang berjualan di Pasar Blauran demi membantu suamimendapatkan tambahan penghasilan. Pada saat itu ibu Sumini tidak memiliki cukup modal untuk membuka usaha, melihat kondisi tersebut orangtua ibu Sumini kemudian memberikan bantuan modal berupa „dagangan‟ sayuran

“Kebutuhan keluarga saya semakin hari semakin bertambah, apalagi anak-anak masih sekolah. Suami bekerja sebagai kuli bangunan jika ada borongan saja. Kalau mengandalkan pendapatan dari suami, kebutuhan yang lain tidak dapat tercukupi. Saya disarankan oleh ibu saya untuk berjualan seperti beliau menjual sayuran. Menurut saya penghasilan yang diterima saat ini cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, selain itu berjualan seperti ini juga „itung-itung‟ membantu ibu. Sebelumnya saya pernah menjadi perajin besek/reyeng tapi hasil yang diterima tidak cukup untuk sehari-hari. Pada saat mulai berjualan saya menggunakan modal sendiri, modal tersebut pemberian dari ibu saya, jadi sejak awal ibu yang membeli barang dagangan, lalu saya yang menjual, kemudian pendapatan yang diterima diberikan kepada saya untuk “kulakan” sayuran lagi” (S, 33th)

(7)

25

untuk diperdagangkan oleh ibu Sumini. Perolehan pendapatandipergunakan kembali untuk membeli(kulakan) dagangan kembali.

Gambar 4.1.5. Usaha Ibu Sumini

Sesuai dengan pernyataan yang dinyatakan oleh kedua responden sebelumnya, hasil wawancara yang dinyatakan oleh ibu Sih yaitu:

Dari pernyataan diatas, ibu Sih memilih untuk menjadi pedagangkarena membutuhkan uang untuk menghidupi keempat anaknya. Setelah suami ibu Sih meninggal, ibu Sih harus berjuang sendiri untuk menghidupi keempat anaknya. Sebelum menjadi pedagang, ibu Sih pernah menjadi karyawan di toko snack dan jajanan pasar selama 4 bulan. Dengan berbekal pengalaman dan uang simpanan

“Semenjak suami saya meninggal, saya harus menghidupi keempat anak-anak sendiri dan juga menjadi tulang punggung untuk ke empat anak. Sebelum menjadi pedagang snack dan jajanan pasar seperti ini saya pernah menjadi karyawan di toko snack dan jajanan pasar namun hanya bertahan selama 4 bulan, kemudian keluar dari pekerjaan dan memutuskan untuk membuka usaha snack dan jajanan pasar di pasar Blauran, karena pendapatan yang diterima lebih menguntungkan. Jadi sewaktu menjadi karyawan selama 4 bulan, gaji

(8)

26

yang ia miliki, ibu Sih bertekat untuk membuka usaha snack dan jajanan pasar. Keterbatan modal yang ia miliki membuat ibu Sih tidak mampu untuk membeli atau menyewa kios. Kemudian ia memutuskan untuk berjualan di tepi jalan pasar Blauran.

Gambar 4.1.6 Usaha Ibu Sih

Menurut hasil dari wawancara dengan para responden yang menjadi informan dapat dikategorikan dalam masyarakat yang berpenghasilan rendah (miskin) yang hidup dalam masalah ekonomi dan sosial, sehingga mereka kesulitan untuk mencukupi kebutuhan. Dengan segala keterbatasan yang dimiliki, demi mendapatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan, mereka memilih untuk bekerja di sektor informal yaitu menjadi pedagang pasar. Selain untuk mendapatkan penghasilan, alasan lain mengapa mereka memilih bekerja sebagai pedagang karena menjadi pedagang tidak memerlukan pendidikan yang tinggi dan

(9)

27

modal yang besar, dan pekerjaan tersebut juga tidak bergantung kepada orang lain.

Masyarakat miskin yang memiliki usaha (economically active poor) yang seperti inilah yang perlu mendapatkan bantuan permodalan guna mengembangkan kapasitas usahanya. Dengan berkembangnya usaha yang mereka jalankan secara tidak langsung dapat mengatasi kemiskinan yang mereka alami.

4.2. Mencari Pinjaman untuk Memenuhi Kebutuhan

Berdasarkan penjelasan yang telah dijelaskan sebelumnya, para pedagang Pasar Blauran yang menjadi responden dalam penelitian ini sangat membutuhkan bantuan pinjaman kredit untuk memenuhi kebutuhan, baik kebutuhan produksi, konsumsi dan investasi. Sumber pinjaman dapat mereka peroleh melalui lembaga keuangan, baik formal maupun informal. Lembaga keuangan formal contohnya seperti bank umum dan BPR, sedangkan untuk lembaga keuangan informal salah satunya yaitu BMT, koperasi, rentenir/ pelepas uang, arisan. Di Kota Salatiga memiliki terdapat berbagai macam lembaga keuangan yang menawarkan jasa layanan pinjaman kredit untuk pedagang, namun para pedagang Pasar Blauran memiliki preferensi sendiri dalam menentukan sumber pinjaman yang akan mereka pilih.

“Sebelum melakukan pinjaman kredit, suami terlebih dahulu mencari informasi mengenai pinjaman kredit ke berbagai lembaga keuangan, baik koperasi, bmt, BPR dan pelepas uang. Setelah dihitung antara pinjaman yang diterima dengan total pengembalian hutangnya, suku bunga pinjaman yang diterapkan di BPR N relatif lebih ringan dibandingkan dengan lembaga keuangan lainnya. Dengan jumlah pinjaman yang diajukkan sebesar Rp 6.000.000,- dengan pilihan jangka waktu cicilan selama 1 tahun, setiap bulan saya harus mengasur cicilan kredit sebesar Rp 575.000,-. Jadi jika dihitung bunga yang diterapkan setiap bulan yaitu 1,25%. Sedangkan pelepas uang, jika meminjam sebesar Rp 6.000.000,- setiap hari harus mengangsur sebesar Rp 120.000,- selama 60 hari dengan total suku bunga yang diterapkan yaitu 20%. Selain itu meminjam di BPR dapat menggunakan agunan surat bpkb motor” (W, 34th)

(10)

28

Karena terdesak biaya kebutuhan, untuk pertama kalinya ibu Wahyu memutuskan untuk melakukan pinjaman kredit, namun sebelum mengambil kredit suami ibu Wahyu terlebih dahulu mencari informasi ke berbagai lembaga keuangan mengenai pinjaman kredit. Setelah membandingkan, kemudian mereka memutuskan untuk mengambil pinjaman kredit pada BPR N, karena suku bunga pinjaman yang diterapkan lebih ringan yaitu sebesar 1,25 % daripada lembaga keuangan lain. Selain itu biaya administrasi yang dipungut pada saat pencairan pinjaman tidak terlalu besar yaitu Rp 150.000,-. Pinjaman yang diajukkan oleh ibu Wahyu yaitu sebesar Rp 6.000.000,- dengan angsuran setiap bulannya sebesar Rp 575.000,-.

Berbeda dengan pendapat yang diutarakan oleh Ibu Sumini mengenai pilihan lembaga penyedia kredit. Menurut ibu Sumini lembaga keuangan non bank lah yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya. Sejak empat tahun yang lalu, tepatnya pada saat suami ibu Sumini tidak mendapatkan panggilan kerja sebagai kuli bangunan, ibu Sumini harus mencukupi seluruh kebutuhan keluarga. Sedangkan pendapatan yang diterima ibu Sumini sehari-hari tidak dapat memenuhi seluruh biaya kebutuhan. Maka dari itu pada saat ia membutuhkan dana, ibu Sumini terbiasa mengambil kredit pada pelepas uang.Alasan ibu Sumini melakukan pinjaman kredit di lembaga non bank yaitu pelepas uang karena meminjam uang di pelepas uang tidak memerlukan jaminan, hanya memerlukan kesepakatanantara peminjam dan meminjam dan kepercayaan, pinjaman kredit

(11)

29

dapat diberikan. Hal tersebut sesuai dengan yang diungkapkan oleh ibu Sumini yaitu:

Selain itu ibu Sumini lebih memilih meminjam kredit di pelepas uang karena prosedur pinjaman tidak berbelit-belit dan juga tidak memerlukan biaya administrasi.Pernyataan yang diungkapkan oleh ibu Sumini diatas sesuai dengan yang dinyatakan oleh ibu Sihyang juga terbiasa melakukan pinjaman kredit pada pelepas uang.Kurangnya pengetahuan terhadap lembaga keuangan bank membuat ibu Sih lebih menyukai pinjaman pada lembaga keuangan non bank.

“Untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat sangat mendesak, saya melakukan pinjaman kredit di ibu T. Ibu T adalah salah satu pelepas uang yang ada di pasar Blauran yang bisa membantu memberikan pinjaman uang untuk kalangan pedagang pasar Blauran yang membutuhkan pinjaman uang. Tidak memerlukan jaminan, yang penting kenal dan percaya kemudian hari berikutnya setelah menerima pinjaman tinggal mengangsur cicilan. Pinjaman yang saya ajukkan pada ibu T sebesar Rp 600.000 dengan angsuran sebesar Rp 20.000,- selama 36 hari. Mengapa lebih menyukai melakukan pinjaman di ibu T daripada BPR, karena melakukan pinjaman di BPR harus memiliki jaminan, minimal bpkb kendaraan, sedangkan saya tidak mempunyai kendaraan. Kalaupun bisa meminjam uang di BPR uang yang dipinjam langsung dipotong untuk biaya admistrasi dan lain-lain, jadi uang yang diterima jumlahnya tidak sesuai dengan permintaan kredit. Lagipula proses pencairan uang juga membutuhkan

waktu yang lama, sedangkan kebutuhan saya sangat mendesak” (S, 33th

)

“Untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat sangat mendesak, saya melakukan pinjaman kredit di ibu T. Ibu T adalah salah satu pelepas uang yang ada di pasar Blauran yang bisa membantu memberikan pinjaman uang untuk kalangan pedagang pasar Blauran yang membutuhkan pinjaman uang. Tidak memerlukan jaminan, yang penting saling mengenal dan saling percaya satu sama lain pinjaman akan langsung diberikan. Kemudian pada hari berikutnya

(12)

30

Tuntutan kebutuhan yang mendesak dan kondisi ekonomi yang terbatas ibu Sih memilih untuk melakukan pinjaman kredit pada pelepas uang. Menurut ibu Sih pinjaman pada pelepas uang cocok dan sesuai dengan kemampuan karena meminjam uang di pelepas uang tidak memerlukan syarat dan jaminan apapun, selain itu pinjaman uang dapat langsung diberikan.

Untuk mencukupi kebutuhannya ibu Sih tidak hanya mengandalkan kredit pada pelepas uang, melainkan juga melakukan pinjaman pada arisan “pkk”. Menurut ibu Sih pinjaman yang diambil pada pelepas uang tidak dapat mencukupi seluruh kebutuhan keluarga. Kurangnya informasi mengenai jenis lembaga jasa keuangan, membuat ibu Sih melakukan pinjaman kepada lembaga keuangan yang memberikan kemudahan dalam akses kredit tanpa melihat dampak akhir yang diterimanya. Pelepas uang memang memberikan kemudahan dalam akses kredit kepada semua nasabahnya, namun di sisi lain mereka juga menerapkan suku bunga yang tinggi kepada seluruh peminjam kredit.

Meningkatnya tuntutankebutuhan yang harus dipenuhi, dalam kondisi ekonomi yang terbatas membuat masyarakat miskin semakin sulit untuk mencukupi seluruh kebutuhan. Rendahnya pendapatan yang diterima oleh responden menyebabkan mereka mengambil jalan pintas untuk mencukupi kebutuhan melalui pinjaman kredit. Di Pasar Blauran sendiri terdapat beberapa pihak yang menawarkan

“Untuk mencukupi kebutuhan keluarga yang bersifat mendesak, misalya untuk biaya sumbangan pernikahan atau biaya anak sekolah biasanya pinjam uang di pelepas uang. Saya tidak pernah melakukan pinjaman uang di bank karena harus menggunakan jaminan, sedangkan saya tidak memiliki jaminan apapun, lagipula bank mana yang mau meminjamkan uang pada saya, yang pendapatannya“pas-pas an”. Selain itu saya tidak tahu bagimana cara

(13)

31

pinjaman kredit, baik dari pihak lembaga keuangan formal maupun informal. Namun dalam mengambil pinjaman para pedagang memiliki preferensi sendiri dalam menentukan lembaga keuangan mana yang dijadikan sebagai sumber pinjaman.

Ibu Wahyu untuk pertama kalinya memilih melakukan pinjaman kredit pada BPR karena tidak memiliki cukup simpanan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Setelah suami ibu Wahyu mencari informasi dan membandingkannya dengan lembaga keuangan lain, pihak BPR N lah yang sesuai dengan kemampuan dan kondisi usaha ibu Wahyu. Walaupun BPR N adalah lembaga keuangan formal, namun BPR N lebih memberikan kemudahan prosedur pinjaman untuk masyarakat menengah kebawah.

Sedangkan ibu Sumini dan ibu Sih cenderung memilih mengambil kredit pada pelepas uang karena hanya pada pelepas uanglah yang dapat memberikan layanan sesuai dengan kondisi mereka. Selain BPR dan pelepas uang, ada salah satu responden yang melakukan pinjaman kredit lebih dari satu lembaga keuangan, yaitu Ibu Sih. Ia memilih mengambil kredit kembali pada lembaga keuanganyang berbeda karena pinjaman yang diperoleh dari pelepas uang tidak dapat memenuhi seluruh kebutuhannya. Ibu Sih memutuskan untuk mengambil kredit di arisan pkk desanya karena suku bunga yang diterapkan lebih kecil yaitu 1% setiap bulannya. Untuk mengangsur kredit, ibu Sih diwajibkan membayar sebanyak 3 kali dalam kurun waktu 3 bulan, dan pada saat membayar angsuran bulan ketiga/ angsuran terakhir disertai biaya bunga sebesar 3% dari pokok hutang.

(14)

32

Tabel 4.2.1 Alasan Responden Memilih Lembaga Keuangan

Lembaga keuangan

Alasan Memilih

BPR Pelepas Uang Arisan

Ibu Wahyu - Suku bunga Pinjaman Rendah - Jaminan Terjangkau - Terdapat Asuransi Kehilangan - Angsuran Dapat Diambil Oleh Para Collector - - Ibu Sumini - - Prosedur Mudah - Tanpa Menggunakan Jaminan - Pinjaman Langsung Dicairkan - Tanpa biaya administrasi - Ibu Sih - - Syarat Mudah - Tanpa Jaminan - Tanpa Potongan Biaya Apapun - Dapat mengajukkan pinjaman kapanpun - Proses pencairan pinjaman cepat - Suku Bunga Rendah - Dapat Diangsur 3x - Dana tersedia - Syarat Mudah

Dari hasil wawancara pada ketiga responden dapat disimpulkan bahwa lembaga keuangan yang dipilih oleh para responden yaitu BPR, pelepas uang, dan arisan, bahkan juga ada yang menggunakan dari dua sumber pinjaman, yaitu pelepas uang dan arisan. Pinjaman yang mereka peroleh semata-mata untuk

(15)

33

mencukupi kebutuhan mereka baik kebutuhan usaha maupun kebutuhan konsumsi.

4.3. Pemenuhan Kebutuhan Usaha dan Rumah Tangga

Pinjaman kredit yang dilakukan oleh para pedagang pasar Blauran yang diperoleh dari lembaga keuangan dimanfaatkan untuk berbagai macam hal. Pemanfaatan tersebut digunakan semata-mata untuk mencukupi kebutuhan mereka baik kebutuhan usaha maupun rumah tangga.

Setelah menerima pinjaman kredit, ibu Wahyu membagi pinjaman tersebut untuk dua kepentingan yaitu pertama untuk membayar biaya sekolah anak kemudian sisanya dipergunakan untuk menambah modal usaha, dengan tujuan agar usaha responden dapat berkembang dan pendapatan yang diterima semakin meningkat, sehingga ia dapat memenuhi segala kebutuhan keluarga.

Biaya sekolah yang harus segara dilunasimembuat ibu Wahyu

harusmenggunakan sebagian pinjaman kredit sebesar Rp 3.750.000,-. Meskipun biaya yang dikeluarkan cukup besar, namun ibu Wahyu tidak “eman-eman” karena ibu Wahyu berkeinginan agar anak-anaknya dapat terus bersekolah sampai tingkat sarjana.

“Sisa pinjaman dari BPR Nusamba sebesar Rp 2.250.000,- digunakan untuk

menambah modal usaha, dengan menambah jenis minuman, membeli tambahan gelas, termos dan teko, Puji Tuhan keuntungan yang sayaterima bertambah. Pendapatan yang diterima sebelumnya sebesar Rp 120.000,00 per

/hari, saat inibertambah kurang lebih Rp 40.000,00 per /hari” (W, 34th)

“Pinjaman kredit yang saya peroleh selain untuk kepentinga modal usaha, juga digunakan untuk memenuhi biaya kepentingan sekolah anak yaitu membayar uang gedung sekolah anak pertama, karena uang gedung

tersebut harus dibayar lunas tidak bisa diangsur” (W, 34th

(16)

34

Pinjaman kredit yang diperoleh dari BPR digunakan oleh ibu Wahyuuntuk menambah modal usaha. Semakin banyakpenjual minuman di Pasar Blauran, membuat ibu Wahyu berkeinginan untuk mengembangkan usaha berjualan minuman dengan menambah jenis minuman yang dijual. Pinjaman yang diperoleh dipergunakan untuk membeli bahan-bahan minuman seperti gula, teh, kopi, aneka jenis minuman sachet dan peralatan usaha, seperti gelas, teko, toples. Setelah menambah jenis minuman yang diperdagangkan, konsumen ibu Wahyu semakin tertarik untuk membeli minuman, dan konsumen juga semakin bertambah. Pendapatan yang diperolehpun juga semakin bertambah, sebelumnya kurang lebih Rp 120.000,00 per /hari, saat ini meningkat menjadi kurang lebih Rp 160.000,00 per /hari.

Selain untuk pemenuhan usaha, pinjaman kredit yang dilakukan oleh para responden lebih cenderung dipergunakan untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi rumah tangga. Kebutuhan rumah tangga tersebut yaitu untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan keluarga, seperti untuk biaya kebutuhan sehari-hari, biaya sekolah anak, dan kepentingan sumbangan pernikahan. Berikut ini akan dijabarkan hasil wawancara dari ketiga informan penelitian ini.

“Pinjaman kredit yang diambil dari pelepas uang sebesar Rp 600.000,- digunakan untuk “menyumbang acara nikahan” sebesar Rp 500.000,- sisa uang sebesar Rp 100.000,- saya simpan untuk memenuh kebutuhan lain yang bersifat mendesak. Saya memilih melakukan pinjaman kredit karena tidak mempunyai cukup tabungan untuk memenuhi kebutuhan yang mendesak. Jika menggunakan uang dari modal usaha, modal yang saya miliki tidak bisa berputar (kulakan dagangan kembali). Biaya untuk “menyumbang acara nikahan” di desa memang besar dan sudah tradisi desa saya jika “menyumbang” bukan berupa uang melainkan menggunakan bahan sembako. Biaya untuk membeli bahan sembako jika di total berjumlah kira-kira Rp 100.000,-.” (S, 33th)

(17)

35

Kredit yang diambil oleh Ibu Sumini yang diperoleh dari lembaga informal digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi yang bersifat tak terduga, yaitu untuk mencukupi biaya sumbangan acara pernikahan. Sejak dahulu tradisi di desa ibu Sumini penyelenggaraan acara pernikahan diselenggarakan secara berurutan. Menurut seorang warga tertua di desa tempat tinggal ibu Sumini, acara pernikahan harus ditentukan menurut bulan yang baik, maka tidak heran jika penyelenggaraan pernikahan di desa tersebut terjadi secara berurutan. Untuk warga yang hidup dengan pendapatan yang rendah seperti ibu Sumini, akan terasa berat jika harus dibebani dengan biaya sumbangan yang besar karenatidak memiliki simpanan uanguntuk memenuhi keperluan tersebut.

Sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan sebelumnya, peneliti melakukan wawancara dengan pedagang pasar Blauran lain yang menjadi responden ketiga yangbernama ibu Sih yang melakukan pinjaman kredit pada pelepas uanguntuk mencukupi kebutuhan keluarga yang bersifat mendesak.

Pinjaman kredit yang dilakukan oleh ibu Sih, memang bertujuan untuk mencukupi biaya kebutuhan konsumsi keluarga. Kebutuhan konsumsi yang diperoleh dari pelepas uang digunakan untuk membayar tagihan listrik dan air. Selain itu uang pinjaman tersebut juga digunakan untuk kebutuhan yang sangat mendesak yaitu membayar hutang ibu Sih dan anaknya. Sedangkan pinjaman

“Untuk mencukupi kebutuhan keluarga, seperti biaya tagihan air dan listrik, dan kebutuhan lain yang sifatnya mendadak, biasa meminjam uang pada pelepas uang dan pada arisan pkk. Kalau pada arisan pkk uang pinjaman digunakan untuk membeli barang kebutuhan pribadi, misalnya “jarik atau lendang emban” untuk berjualan dan untuk biaya makan sehari-hari” (Sh, 70th)

(18)

36

yang diperoleh dari arisan pkk digunakan untuk mencukupi biaya makan sehari-hari dan untuk membeli barang kebutuhan pribadi misalnya untuk membeli “jarik”. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan yang diungkapkan oleh salah satu pelepas uang yang memberikan pinjaman kredit pada ibu Sih, yang mengatakan bahwa:

Berdasarkan penjelasan diatas, para responden melakukan pinjaman kredit dimanfaatkan untuk memenuhi berbagai kebutuhan. Untuk pemanfaatan kredit yang pertama dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan usaha. Menurut salah satu responden yang mengambil pinjaman kredit pada BPR bertujuan untuk menambah modal usaha yang dimiliki. Bertambahnya modal usaha yang dimiliki, bertambah pula jenis minuman yang diperjual-belikan. Konsumen yang membeli minuman semakin bertambah. Dengan bertambahnya jumlah konsumen, maka pendapatan yang diperoleh pun juga semakin bertambah. Setelah memperoleh kredit terbukti menjadikan usaha pedagang semakin berkembang dan memberikan keuntungan.

Pemanfaatan kredit yang kedua yaitu untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga, baik untuk kepentingan pribadi maupun keluarga. Kebutuhan rumah tangga tersebut yaitu untuk biaya kehidupan sehari-hari, misalnya untuk biaya

“Ibu Sih mengajukan pinjaman sebesar Rp 5.000.000,00, dengan alasan untuk membayar tagihan-tagihan bulanan. Setiap hari ibu Sih harus membayar angsuran kepada saya sebesar Rp 60.000,-. Tetapi nyatanya ibu Sih untuk mengangsur hutang kepada saya sering telat, sepertinya dia kesulitan untuk

mengangsur hutang” (T, 55th

(19)

37

makan keluarga sehari-hari, biaya pembayaran sekolah anak, biaya sumbangan acara pernikahan dan pembayaran tagihan air dan listrik.

Diantara pemanfaatan kredit yang dilakukan oleh responden,terdapat salah satu responden yang memanfaatkan kredit untuk dua kebutuhan sekaligus yaitu kebutuhan usaha dan rumah tangga. Responden tersebut melakukan pemanfaatan sekaligus karena dua kebutuhan tersebut harus dipenuhi secara bersamaan. Dengan kondisi keterbatasan ekonomi di haruskan untuk memenuhi kebutuhan biaya sekolah yang cukup besar. Disisi lain, untuk memenuhi kebutuhan lain dan tanggungan untuk membayar angsuran kredit, responden harus mengembangkan usaha demi meningkatkan pendapatan yang diterima.

Pemanfaatan Kredit

Responden

Ibu Wahyu Ibu Sumini Ibu Sih

Produktif - Membeli perlengkapan - Membeli peralatan - Membeli jenis minuman sachet - - Konsumtif -Biaya Anak Sekolah - Biaya Sumbangan - Biaya Tagihan Listrik dan Air

- Biaya Tagihan Listrik & Air - Konsumsi Setiap hari

- Beban Angsuran Hutang

(20)

38

Berdasarkan hasil wawancara diatas, dapat diketahui bahwa pemanfaatan kredit yang dilakukan oleh para responden digunakan untuk memenuhi kebutuhan usaha dan rumah tangga. Mereka memilih untuk melakukan pinjaman kredit karena mereka tidak mempunyai cukup uang/ modal. Bahkan diantara pemanfaatan tersebut, juga terdapat responden yang melakukan pemanfaatan kredit untuk memenuhi kedua kebutuhan tersebut.

Pemenuhan kebutuhan usaha yang dilakukan oleh responden yaitu digunakan untuk membeli peralatan dagang, seperti gelas, sendok, teko, termos, payung plastik untuk jualan, ember dan kursi plastik. Kemudian untuk membeli perlengkapan berjualan seperti plastik, sedotan dan cup minum. Sebagian pinjaman juga digunakan untuk menambah modal kerja yaitu menambah jenis minuman sachet, lalu sisanya di simpan oleh responden untuk menambah modal.

Sedangkan untuk pemenuhan kebutuhan konsumsi lebih cenderung dimanfaatkan oleh responden untuk biaya keluarga, seperti biaya anak sekolah, biaya listrik dan air, biaya sewa kontrakan, biaya sumbangan, dan pembayaran hutang.

4.4. Menabung untuk Mengangsur Kredit

Setelah menerima pinjaman kredit, yang perlu diperhatikan oleh para pedagang berikutnya yaitu bagaimana mengembalikan pinjaman kredit. Pedagang diwajibkan untuk membayar sejumlah angsuran setiap hari/minggu/bulan sesuai kesepakatan awal pada saat pedagang mengajukan pinjaman kredit pada lembaga keuangan.

(21)

39

Mengambil kredit pada pelepas uang selain prosedurnya lebih mudah dan proses pencairan dana lebih cepat, metode pembayaran angsuranpun dapat diangsur harian.

Pinjaman yang diajukkan oleh ibu Sumini sebesar Rp 500.000,- dan ibu Sumini diwajibkan untuk mengangsur kredit setiap hari selama 36 hari sebesar Rp 20.000,-. Menurut ibu Sumini dengan membayar angsuran harian beban akan jauh lebih ringan daripada jumlah angsuran bulanan karena jumlah biaya angsuran harian lebih kecil. Dengan menyisihkan uang sebesar Rp 20.000,- dari jumlah omzet/hari Rp 360.000,- untuk mengangsur kredit ibu Sumini tidak merasa terbebani.

“Kalau mengambil kredit di pelepas uang membayar angsuran memang setiap hari. Jadi setelah selesai berjualan, saya harus membayar angsuran kepada pelepas uang. Kalau ditanya masalah setiap hari harus membayar cicilan, jujur saja tidak terbebani jika harus membayar setiap hari, karena jumlah

angsuran lebih kecil daripada jumlah angsuran bulanan” (S, 33th)

“Mengambil kredit di BPR Nusamba untuk pengembalian pinjaman, saya

memilih untuk mengangsur setiap bulan dalam kurun waktu satu tahun. Walaupun mengambil pinjaman kredit dengan jangka waktu setahun dengan jumlah angsuran cukup besar yaitu Rp 575.000/per bulan tetapi tidak terbebani. Pada BPR Nusamba, saya bisa menabung harian untuk membayar angsuran setiap bulan, orang dari BPR bisa datang setiap hari untuk menghimpun uang untuk ditabung. Jadi pada saat harus membayar angsuran kredit pada akhir bulan, saya tidak harus menyiapkan uang sebesar itu. Angsuran kredit bulanan akan langsung diambil dari tabungan harian” (W, 34th)

“Pinjaman yang saya ajukkan pada ibu T sebesar Rp 500.000 dengan angsuran sebesar Rp 20.000,- selama 36 hari. Mengapa lebih menyukai melakukan pinjaman di ibu T daripada BPR, karena melakukan pinjaman di BPR harus dibayarkan setiap bulan dengan beban angsuran yang lebih besar” (S, 33th

(22)

40

Mengambil kredit pada pihak BPR dengan pilihan pengembalian kredit bulanan tidak terasa berat dalam mengangsur kredit tiap bulan, karena pada BPR Nusambamenawarkan program tabungan kredit harian untuk para nasabah kredit agar mau menabung setiap hari. Uang tabungan tersebut dapat digunakan untuk membayar angsuran kredit. Mengeluarkan uang untuk menabung setiap hari tidak akan membebani dirinya karena pendapatan yang diperoleh juga secara harian, daripada harus membayar setiap bulan dengan jumlah yang cukup besar. Dengan menyisihkan uang sebesar Rp 20.000,- untuk menabung dari pendapatan total per/hari sebesar Rp 160.000,- ibu Wahyu tidak merasa keberatan. Selain itu ia juga mengetahui bahwa program tabungan yang ditawarkan oleh BPR tersebut bertujuan untuk membantu para pedagang dalam pembayaran angsuran pinjaman, dan juga dapat mengurangi resiko kredit macet.

Berbeda dengan pendapat yang diutarakan oleh ibu Sih yang pada saat itu melakukan pinjaman kredit pada dua lembaga keuangan, ia tidak merasa terbebani dengan kedua beban angsuran tersebut. Untuk pelepas uang ibu Sih harus membayarkan angsuran kredit setiap hari sebesar Rp 60.000,- menurut ibu Sih membayar angsuran kredit setiap hari beban terasa lebih ringan karena pendapatan

Saya meminjam uang pada pelepas uang sebesar Rp 5.000.000,- dan setiap harinya saya harus membayar angsuran sebesar Rp 60.000,- selama 100 hari. Selain itu saya saat ini juga sedang meminjam uang pada arisan pkk sebesar Rp 750.000,-. Setiap bulan dalam pertemuan arisan saya harus mengangsur angsuran sebesar Rp 250.000,-. Ini sudah masuk dalam bulan kedua, bulan ketiga saya harus membayar angsuran tersebut beserta bunga, Rp 250.000+ Rp 22.500, jadi totalnya Rp 272.500,-. Bunga yang diterapkan pada arisan pkk relatif rendah maka dari itu saya tidak ragu-ragu untuk melakukan pinjaman tersebut” (S, 70th)

(23)

41

yang diterima ibu Sih juga secara harian. Sedangkan untuk angsuran pada arisan pkk ibu Sih harus membayar angsuran setiap bulan sebesar Rp 250.000,- walaupun metode angsuran pinjaman pkk secara bulanan namun ibu Sih tidak merasa terbebani karena jumlah angsuran yang harus dibayarkan disertai dengan bunga pinjaman yang rendah.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa responden lebih menyukai metode pembayaran angsuran kredit secara harian daripada bulanan. Menurut mereka membayar angsuran setiap hari terasa lebih ringan daripada membayar angsuran setiap bulan karena pendapatan yang diterima para pedagang juga harian. Setiap hari mereka tinggal menyisihkan uang dari hasil pendapatan per/hari, kemudian di „setorkan‟ kepada para pelepas uang untuk uang angsuran kredit.

Belajar dari pengalaman para pelepas uang, lembaga keuangan berbasis mikro saat ini pun memberikan program pinjaman kredit mengikuti model layanan seperti para pelepas uang, yaitu para collector dari pihak lembaga keuangan turun ke lapangan setiap hari untuk mengambil uang para pedagang. Namun uang tersebut bukan untuk membayar angsuran harian melainkan untuk disimpan dalam bentuk tabungan. Dengan uang tabungan tersebut nasabah dapat dipergunakan untuk membayar angsuran bulanan. Diantara pelepas uang dan BPR Nusambamemiliki kesamaan dalam menyetorkan uang setiap hari, perbedaannya hanya pada persepsi para pedagang mengenai pola angsuran kredit. Program tabungan harian yang ditawarkan oleh bank untuk para nasabah kredit selain membantu meringankan pembayaran angsuran kredit, juga dapat mengurangi

(24)

42

resiko kredit macet,jadi keberhasilan kredit dapat terjadi jika para debitur dibiasakan untuk menabung.

Selain itu, ibu Wahyu memilih meminjam kredit di BPR karena pada BPR N mempunyai program tabungan harian untuk para nasabah kredit. Program tersebut diberikan dengan tujuan agar nasabah kredit dapat menyisihkan sebagian pendapatannya setiap hari untuk disimpan dalam bentuk tabungan. Tabungan tersebutdapat digunakan untuk membayar angsuran kredit setiap bulan, sehingga para nasabah tidak terbebani dengan jumlah angsuran bulanan yang cukup besar.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa metode angsuran yang diambil oleh responden yaitu angsuran harian merupakan metode angsuran yang sesuai dengan kondisi responden. Pedagang pada umumnya mendapatkan pendapatan secara harian, sehingga untuk mengeluarkan sebagian pendapatannya untuk membayar angsuran kepada lembaga jasa keuangan tidak merasa kesulitan. Antara meminjam dengan BPR Nusamba atau pelepas uang sebenarnya sama-sama jenis angsurannya secara harian, namun yang membuat berbeda yaitu angsuran yang diberikan kepada pihak BPR disimpan dalam bentuk tabungan, sedangkan untuk pelepas uang, angsuran yang diberikan kepada pihak pelepas uang langsung digunakan untuk membayar angsuran hariannya.

Gambar

Gambar 4.1.1  Bagian depan rumah ibu Sumini
Gambar 4.1.2  Bagian Dalam Rumah Ibu Wahyu
Gambar 4.1.3 Bagian belakang rumah kontrakan ibu Sih
Gambar 4.1.4 Usaha Ibu Wahyu
+4

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasi pengukuran evaluasi dan analisis pencapaian sasaran strategik yang telah melalui proses penyesuian dan penajaman terhadap sasaran yang didukung

1 Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi pihak Kedai Ice Cream Goreng Warung Nu Teteh mengenai karakteristik konsumen, faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi

Sekalipun seluruh variabel eksogen yang diuji mampu menjelaskan secara signifikan variabel endogen, penelitian ini masih membuka ruang bagi penelitian berikutnya untuk dapat

Penulis menanyakan apa upaya yang sedang atau telah dilakukan untuk meningkatkan usaha Sate Pasar Lama, kemudian pemilik Sate Pasar Lama menjawab bahwa beliau

menerima kredit dari segi pendapatan pengusaha mikro, membandingkan perbedaan setelah menerima pinjaman secara konvensional dari segi pendapatan dan perbedaan

Jadi li’an ialah suatu pernyataan. Bahwa bersedia dilaknat Allah setelah mengucapkan persaksian empat kali oleh diri sendiri dan dikuatkan dengan sumpah yang dilakukan oleh

Telah membayar Biaya Pendaftaran Semester (BPS). Pada dua semester pertama mahasiswa tidak diperkenankan mengambil cuti akademik. Tidak mempunyai pinjaman buku ke

Sebab utama dari hal ini adalah, pada bangunan berbentuk simetris, perilaku dan respon dinamik struktur akibat pengaruh gempa dapat diperkirakan dengan lebih baik serta