WAJAH PENDIDIKAN KITA :
POPULARITAS DAN KAUM TERTINDAS
Dewasa ini bangsa Indonesia tengah dihajar dengan terkikisnya rasa nasionalisme dan lunturnya budaya dalam diri muda - mudi negara. Calon penerus bagsa yang diharapkan merubah Indonesia ke arah yang lebih baik tengah teseret dalam arus globalisasi. Budaya asing sudah membelokan sikap yang telah lebih dulu diajarkan para pahlawan, bahwa martabat bangsa Indonesia lebih penting dari segala hal. Salah satu yang sangat kentara adalah aspek pendidikan.
Siswa Indonesia adalah cermin masa depan bangsa. Mudahnya goyah dari sikap dan moral membuat budaya asing leluasa menguasai generasi emas bangsa. Perilaku negatif pun mulai marak bermunculan bak jamur di musim hujan. Sel tahanan mulai ditambah dengan adanya sel tahanan pelajar. Kekhawatiran sudah bertahun – tahun dirasakan para pemimpin negara. Masalah tak hanya dalam wilayah luas tapi wilayah kecil seperti sekolah sudah tercemar hal – hal negative.
Budaya meniru orang dewasa, seperti merokok, sex bebas, narkoba, kriminalitas sudah melilit siswa – siswi Indonesia. Apalagi dengan adanya rezim popularitas,menjadi bahan penting dalam kehidupn sekolah. Populer lebih penting daripada pendidikan akademis maupun non akademis. Menjadi siswa popular lebih disegani daripada kutu buku ataupun juara kelas. Orang – orang yang bergabung dalam “kelas” popular menjadi popular, dan yang tidak akan tetap tertindas. Terkadang atas dasar populaitas, bisa menjadi dasar untuk berbuat semena – mena. Membuat sistem kasta padahal pendidikan tidak mengajarkan itu.
membuat kasta, untuk bertahan atau semakin tertindas. Hal ini membuat tercemarnya pendidikan Indonesia.
Pendidikan boleh goyah oleh arus budaya, tetapi pertemanan, toleransi, kerjasama menjadi tonggak kuatnya bangsa. Jangan hanya mengandalkan apa yang diberikan orang tua, tetapi berdiri sendiri dengan kreatifitas, Pendidikan mengajarkan rendah hati bukan rendah diri. Indonesia punya semua, seribu budaya dan kekayaan yang tak kan pernah terkalahkan. Tak kan menyerah dan takkan pernah berhenti untuk mebangun Indonesia, karena kita kuat dan bangsa yang besar.
Febrianto Fatah Yogatama ( 9 )