• Tidak ada hasil yang ditemukan

RIBA DALAM EKONOMI ISLAM pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "RIBA DALAM EKONOMI ISLAM pdf"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

RIBA DALAM EKONOMI ISLAM

Makalah ini disusun guna mengetahui riba dalam ekonomi islam

Dosen pengempu :

Zein muttaqien S,E,I.,M.A.

Disusun oleh:

Husni Ramdani 14423210

M.Ali Alfin 14423213

PRODI EKONOMI ISLAM

FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

TOGYAKARTA

(2)

ii KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmatNya, kami dapat menyelesaikan makalah kelompok yang berjudul “Riba Dalam

Ekonomi Islam”. Salawat serta salam untuk Baginda Rasulullah, dimana beliau telah membawa

kita dari zama zahiliyah ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan ini.

Melalui kata pengantar ini penulis terlebih dahulu meminta maaf apabila isi makalah kami ini masih penuh dengan kekurangan dan ada tulisan yang kurang tepat. Kami membutuhkan saran dan kritik dari pembaca. Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa terima kasih dan semoga makalah ini dapat memberi manfaat kepada pembaca.

Yogyakarta, Desember 2016

(3)

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI... iii

BAB I ... 2

PENDAHULUAN ... 2

A. Latar belakang ... 2

B. Rumusan masalah ... 3

C. Tujuan ... 3

BAB II ... 4

PEMBAHASAN ... 4

A. Devinisi riba ... 4

B. Sejarah riba ... 5

C. Larangan riba dalam Al-Quran ... 6

D. Jenis jenis riba ... 9

E. Hikmah di haramkannya riba ... 10

BAB III ... 11

PENUTUP ... 11

Kesimpulan ... 11

(4)

2 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Riba merupakan pendapatan yang di peroleh secara tidak adil. Riba telah berkembang

sejak zaman jahiliyah hingga sekarang ini. Sejak itu banyaknya masalah-masalah ekonomi

yang terjadi di masyarakat dan telah menjadi tradisi bangsa arab terhadap jual beli maupun

pinjam-meminjam barang dan jasa. Sehingga sudah mendarah daging, bangsa arab

memberikan pinjaman kepada seseorang dan memungut biaya jauh di atas dari pinjaman awal

yang di berikan kepada peminjam akibatnya banyaknya orang lupa akan larangan riba.

Sejak datangnya Islam di masa Rasullullah saw. Islam telah melarang adanya riba.

Karena sudah mendarah daging, Allah SWT melarang riba secara bertahap. Allah SWT

melaknat hamba-hambanya bagi yang melakukan perbuatan riba. Perlu adanya pemahaman

yang luas, agar tidak terjerumus dalam Riba. Karena Riba menyebabkan tidak terwujudnya

kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh.

(5)

3

B. Rumusan masalah

1. Apa itu riba ?

2. Bagaimana sejarah riba ?

3. Bagaimana larangan riba dalam al-quran ?

4. Apa hikmah di haramkannya riba ?

C. Tujuan

1. Mengetahui apa itu riba

2. Mengetahui sejarah riba

3. Mengetahui larangan riba dalan al-quran

(6)

4 BAB II

PEMBAHASAN

A. Devinisi riba

Riba secara bahasa bermakna ziyadah (tambahan). Dalam pengertian lain, secara linguistic, riba juga berarti tumbuh dan membesar. Adapun menurut istilah teknis, riba dapat berarti pengambilan tambahan dari harta pokok atau modal secara batil. Dalam bukunya wahbah az-Zuhaili menjelaskan, bahwa menurut imam hambali riba adalah tambahan bagi sesuatu yang dikhususkan, abu hanifah mendefinisikan, melebihkan harta dalam suatu transaksi dengan tanpa mengganti atau imbalan. Maksudnya tambahan terhadap barang atau uang yang timbul dari suatu transaksi dengan tanpa mengganti atau imbalan. Maksudnya, tambahan terhadap barang atau uang yang timbul dari suatu transaksi utang piutang yang harus diberikan oleh berutang kepad pihak berpiutang pada saat jatuh tempo.

Secara umum riba dapat diartikan sebagai pengambilan tambahan dari transaksi yang dilakukan dengan cara yang bertentangan dengan prinsip dan aturan syariat islam. Ada beberapa unsur penting yang terdapat dalam riba, yaitu yang ditambahkan pada pokok pinjaman. Besarnya penambahan menurut jangka waktu, dan jumlah pembayaran tambahan

berdasarkan kesepakatan yang telah disepakati. Ketiga unsur ini sama-sama berbentuk riba serta bentuk lain dari transaksi kredit dalam bentuk uang atau sejenisnya.

(7)

5 tambahan oleh peminjam kepada kreditor dalam bentuk penukaran barang yang sejenisnya sama.

Pada jaman nabi hanya enam jenis barang yang termasuk riba fadhl, yaitu emas, perak, gandum, jelai, kurma dan garam. Mengingat emas dan perak sebagai komoditas uang, mayoritas ulama menyimpulkan semua komoditas yang dipergunakan sebagai uang termasuk dalam kategori riba fadhl. Sementara terhadap empat komoditas lain (gandum, jelai, kurma dan garam), para ulama berbeda pendapat biasanya keempat komoditas ini dijual dengan timbangan atau ukuran, sementara kalangan mazhab maliki berpandangan bahwa semua barag yang dapat

dimakan dan disimpan lama berpotensi menimbulkan riba fadhl. Sedangkan mazhab zahiri berpendirian hanya keenam barang itu saja yang dikenai riba fadhl. Pada masa rosulullohsaw.,

keenam komoditas itu dipergunakan sebagai uang didalam dan diluar madinah, terutama dikalangan orang badui. Karenanya, riba fadl berpeluang terjadi dalam pertukaran komoditas-komoditas ini dengan uang atau dengan komoditas-komoditas yang dipakai sebagai uang.(M.Nur Rianto Al-Arif:2011)

B. Sejarah riba

Riba bukanlah menjadi suatu hal persoalan di masyarakat islam saja, tetapi sebenarnya berbagai kalangan diluar islam pun memandang serius permasalahan riba ini. Sebab hal ini apabila dirunut secara sejarah, riba telah menjadi bahasan dikalangan yahudi, yunani, demikian juga romawi serta kalangan Kristen yang memiliki pandangan tersendiri dari masa kemasa mengenai riba. Para pakar sejarah pemikiran ekonomi menyimpulkan kegiatan bisnis dengan system bunga sudah ada sejak tahun 25000 sebelum masei, di mesopotania (wilayah irak sekarang) , telah berkembang sistem bunga. Sementara itu, 500 tahun sebelum masehi.

Menurut catatan sejarah, bangsa yunani kuno yang memiliki peradaban tinggi melarang keras peminjaman uang dengan bunga. Socrates dan aritoteles yang mengandalkan pemikiran rasional filosofis, menilai sistem bunga sebagai suatu yang tercela dan tidak adil. Mereka

melarang bunga atau riba atas atas pinjaman modal karena uang dinyatakan sebagai “ayam

betina yang tidak bertelur” sekeping mata uang tidak bisa beranak dengan kepinagan lainnya. Ahli filsafat romawi, cicero pun menolak pengambilan bunga atas pinjaman, cicero memberikan nasihat kepada anaknya agar menjauhi dua pekerjaan, yakni memungut cukai dan memberi pinjaman dengan bunga. Cicero memberikan ilustrasi untuk melukiskan perbedaan antara perniagaan dan pemberi pinjaman.

(8)

6 antara seorang pencuri dan seorang pemakan bunga. Pencuri akan didenda duan kali lipat, sedangkan pemakan bunga akan didenda empat kali lipat.

Tradisi bunga juga berkembang ditanah arab sebelum nabi Muhammad menjadi rosul. Catatan sejarah menunjukan bahwa bangsa arab cukup maju dalam perdagangan. Hal ini digambarkan Al-Quran dalam surah Al-Quraisy dan buku buku sejarah dunia. Bahkan kota makkah saat itu menjadi kota dagang internasional yang dilalui tiga jalur pedagang dunia yaitu: eropa dan afrika, india dan cina, serta syam dan yaman. Kaum yahudi dalam ajaran agamanya dilarang untuk mempraktikan pengambilan bunga. Pandangan agama yahudi mengenai bunga

terdapat dalam kitab perjanjian lama maupun undang-undang Talmud.

Dari paparan diatas jelas bunga dilarang dalam peradaban manusia sejak ribuan tahun lalu,

sejak yunani kuno, romawi kuno, dan mesir kuno. Demikian pula agama agama samawi, seperti yahudi dan nasrani, meskipun nasrani sekarang membolehkan praktik bunga dalam transaksi ekonominya. Kini seluruh pakar ekonomi islm di dunia telah ijmak menetapkan kesepakatan bunga bank karena itu umat islam sudah semestinya hijrah dari bank konvensional kepada bank syariah, tahun 1976, 300 ahli dunia bersama para ulama seluruh dunia alam konvrensi 1 ekonomi islam internasional, menetapkan keharaman bunga bank dalam keharusan umat islam mendukung bank syariah tanpa bunga yang sesuai dengan Al-Quran dan As-sunah.(M.Nur Rianto Al-Arif:2011)

C. Larangan riba dalam Al-Quran

Hukum riba adalah haram tetapi allah tidak secara langsung mengharamkan riba tersebut melainkan melalui beberapa tahapan dalam al-quran beriut adalah ayat-ayat al-quran yang mengharamkan riba

“Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang

kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah

(9)

7 Ayat tersebut merupakan ayat pertama yang mengatur tentang riba, di mana menurut para mufassir ayat itu termasuk ayat makiyyah (ayat-ayat yang diturunkan pada periode Makah). Lebih lanjut, menurut kesepakatan para mufassir, ayat itu tidak berbicara tentang riba yang diharamkan. Sejalan dengan itu, Ibnu Abbas mengartikan riba dalam ayat yang dimaksud sebagai “hadiah” yang dilakukan orang-orang yang mengharapkan imbalan berlebih. Menurutnya, riba dalam ayat tersebut termasuk riba yang mubah.

Diharamkan pada masa Nabi SAW., di Madinah. Namun begitu, ayat tersebut hendak mempersiapkan jiwa kaum Muslimin agar lebih mudah menerima hukum haramnya riba di

kemudian hari.20 Lebih dari itu, dalam ayat tersebut Allah SWT., menolak anggapan bahwa riba yang zhahir-nya seolah-olah menolong mereka yang memerlukan, sebagai suatu perbuatan

untuk mendekatkan diri atau ber-taqarrub kepada Allah SWT.

Surat An-Nisaa’ Ayat 160 dan 161.

ب ْم ل ْت حأ ي ْم ْي ع ْم ح ه ني ل نم مْ ظ ف

“Maka disebabkan kezaliman orang-orang Yahudi, kami haramkan atas (memakan makanan) yang baik-baik (yang dahulunya) dihalalkan bagi mereka, dan karena mereka banyak

menghalangi (manusia) dari jalan Allah, Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal

sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta benda

orang dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di

antara mereka itu siksa yang pedih.”

Pada tahap ini, Allah SWT memberikan isyarat akan keharaman riba melalui kecaman terhadap praktik riba di kalangan kaum Yahudi. Dalam konteks ini, riba digambarkan sebagai suatu perbuatan yang buruk, Ayat ini termasuk ayat madaniyyah, yakni ayat yang diturunkan pada periode Madinah. Pada tahap kedua ini, Alquran mensejajarkan orang yang mengambil riba dengan mereka yang mengambil kekayaan orang lain secara tidak benar (bathil) dan mengancam kedua pihak dengan siksa Allah SWT., yang amat pedih. Substansi ayat tersebut sangat jelas menerangkan bahwa riba telah diharamkan bagi orang-orang Yahudi. Pada titik

ini, setidaknya kaum Muslim mendapat gambaran awal bahwa riba dari dulu sudah bermasalah. Sehingga cukup logis jika pada akhirnya diharamkan juga atas mereka, sebagaimana diharamkan terlebih dahulu atas kaum Yahudi.

Surat Ali Imron Ayat 130

(10)

8 “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan

bertakwalah kamu kepada Allah supaya kamu mendapat keberuntungan”

Pada tahap ini, Allah SWT mengharamkan salah satu bentuk riba, yaitu riba yang berlipat ganda dengan larangan yang tegas Ayat ini diturunkan kira-kira pada tahun kedua atau ketiga hijriyah, di mana dalam ayat tersebut Allah SWT., menyerukan kepada kaum Muslim untuk menjauhi riba jika mereka menghendaki kesejahteraan yang diinginkan (dalam pengertian Islam yang sebenarnya)

“Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan

mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),

sesungguhnya jual-beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual-beli

dan mengharamkan riba. Barang siapa yang datang kepadanya peringatan dari Allah.

Lalu ia berhenti maka baginya adalah apa yang telah berlalu dan

urusannya adalah kepada Allah dan barang siapa yang kembali lagi,

maka mereka adalah penghuni neraka yang kekal di dalamnya. Allah akan menghapus

riba dan melipat gandakan sedekah dan Allah tidak suka kepada orang-orang kafir lagi

pendosa”.(QS. Al-Baqarah : 275- 276)

Surat Al-Baqarah Ayat 278-279

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkanlah sisa-sisa riba. Jika memang kamu orang yang beriman. Jika kamu tidak melakukannya, maka terimalah

pernyataan perang dari Allah dan rasul-Nya dan jika kalian bertobat maka bagi kalian adalah

modal-modal, kalian tidak berbuat zalim dan tidak pula dizalimi”. (QS. Al Baqarah : 278-

279)

(11)

9 atau awal tahun ke sembilan hijriyah dengan turunnya ayat ini secara tegas bahwa riba adalah haram.

D. Jenis jenis riba

Secara umum, dikenal dua macam riba, yakni riba nasi’ah dan riba fadhl. Riba yag disebutkan pertama terjadi pada utang piutang sehingga disebut juga riba duyun. Sedangkan riba fadhl terjadi dalam jual beli (barter) sehingga lazim juga disebut riba buyu

1. Riba Nasi’ah

Kata nasi’ah berasal dari kata dasar (fi’il madhi) nasa’a yang bermakna menunda, menangguhkan, menunggu atau merujuk pada tambahan waktu yang diberikan kepada peminjam untuk membayar kembali pinjamannya dengan memberikan tambahan atau nilai lebih. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa riba nasi’ah sama atau identik dengan bunga atas pinjaman. Riba nasi’ah atau disebut juga riba duyun merupakan riba yang timbul akibat utang piutang yang tidak memenuhi kriteria untung muncul bersama resiko (al-ghunmu bil ghurmi) dan hasil usaha muncul bersama biaya (al-kharaj bi ad-dhaman).35 Pada kenyataannya, riba jenis inilah yang terkenal di zaman jahiliyah. Dalam praktiknya, salah seorang dari mereka memberikan hartanya kepada orang lain sampai waktu tertentu dengan syarat dia mengambil tambahan tertentu dalam setiap bulannya sedangkan modalnya tetap dan jika telah jatuh tempo ia akan mengambil modalnya, dan jika ia belum sanggup membayar, maka waktu dan bunganya akan bertambah terus.36

Riba nasi’ah selalu mensyaratkan pembayaran utang yang harus dilunasi oleh debitur lebih besar daripada jumlah pinjamannya sebagai imbalan terhadap tenggang waktu yang diberikan, dan kelebihan tersebut akan terus meningkat menjadi berlipat-ganda bila telah lewat waktu.(

Jamal Abdul Aziz, 2004). menurut Nasrun Haroen riba nasi’ah dapat juga terjadi dalam jual

beli barter, baik sejenis maupun tidak sejenis, yaitu dengan cara jual beli barang sejenis dengan kelebihan pada salah satunya yang pembayarannya ditunda. Misalnya dalam barter barang sejenis, membeli satu kilogram gula dengan dua kilogram yang akan dibayarkan satu bulan

kemudian. Atau barter dalam barang yang tidak sejenis, seperti membeli satu kilogram terigu dengan dua kilogram beras yang akan dibayarkan dua bulan yang akan datang. Kelebihan salah satu barang, sejenis atau tidak, yang dibarengi dengan penundaan pembayaran pada waktu tertentu di masa mendatang inilah yang merupakan esensi dari riba nasi’ah

(12)

10 Walau pun Islam telah melarang riba (bunga) atas pinjaman dan membolehkan praktik perniagaan (jual beli), hal itu bukan berarti semua praktik perniagaan diperbolehkan. Islam tidak hanya menghilangkan unsur ketidakadilan yang secara instrinsik melekat dalam lembaga keuangan ribawi, namun juga segala bentuk ketidakjujuran atau pun ketidakadilan yang melekat pada transaksi bisnis. Nilai tambah yang diterima oleh salah satu pihak dalam perniagaan tanpa adanya nilai pembenar dinamakan dengan riba al-fadhl.40 Riba fadhl yang disebut juga riba buyu’ adalah riba yang timbul akibat pertukaran barang sejenis yang tidak memenuhi kriteria sama kualitasnya.

Tidak ada perbedaan pendapat antara empat imam mazhab mengenai keharaman riba fadhl ini. Sungguh pun begitu, ada yang mengatakan bahwa sebagian sahabat ada yang membolehkannya di antaranya Abdullah bin Mas’ud RA., namun ada nukilan riwayat yang menerangkan bahwa beliau telah menarik pendapatnya dan mengatakan haram.( Abdul Aziz Muhammad Azzam, hal 218-219). Riba fadhl ini sendiri dapat menjadi jalan kepada riba nasi’ah. Nabi Muhammad SAW., bersabda “Jangan kamu menjual satu dirham dengan dua dirham, karena aku khawatir riba akan menimpamu” (HR. Abu Said al-Khudri).43

Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Abu Said al-Khudri, yang menerangkan bahwa, “Dari Abu Said al-Khudri RA., dia berkata, ‘Bilal datang kepada Rasulullah SAW. sambil menyerahkan kurma barny’. Lalu Nabi SAW., bertanya, ‘Dari mana engkau mendapatkan kurma ini?’. Bilal Menjawab, ‘Tadinya kami mempunyai kurma yang rendah mutunya, lalu aku menjual sebagian darinya dua sha’ dengan satu sha’ (yang bagus), agar Nabi SAW., memakannya’. Pada saat itu Nabi SAW., bersabda, ini adalah riba yang sebenarnya, janganlah engkau melakukannya, tapi jika engkau ingin membeli, juallah kurma (yang rendah mutunya) dengan penjualan lain, kemudian belilah dengannya (kurma yang kualitasnya bagus)’” (HR. Bukhari-Muslim).

Di tempat lain Imam Bukhari dan Imam Ahmad meriwayatkan sebuah hadits, yang menyebutkan “Jangan kalian menjual emas dengan emas, perak dengan perak, tepung dengan tepung, gandum dengan gandum, kurma dengan kurma, garam dengan garam, kecuali satu ukuran dan sama beratnya, dan jika jenisnya berbeda, maka juallah sesuka hati kalian dengan

syarat tunai, siapa yang menambah atau meminta tambahan sungguh dia telah melakukan riba, yang mengambil dan yang memberi keduanya sama” (HR. Ahmad dan Bukhari)

(13)

11 Sudah menjadi sunnatullah bagi umat islam bahwa apapun yang di haramkan oleh Allah swt itu banyak mengandung mudharat. Begitupun dengan diharamkannya riba, adapun bahaya yang terkandung dalam riba sebagaimana yang di kemukakan oleh (Abu Fajar Al Qalami dan Abdul Wahid Al Banjary ) adalah:

1. Ia dapat menimbulkan permusuhan

antara pribadi dan mengikis habis semangat kerjasama atau saling menolong sesame manusia. Padahal semua agama terutama islam amat menyeru agar manusia saling tolong menolong. Di sisi lain Allah membenci orang yang mengutamakan kepentingan sendiri dan

orang yang memeras hasil kerja keras orang lain.

2. Riba akan menimbulkan adanya mental pemboros yang malas bekerja.

Dapat pula menimbulkan kebiasaan menimbun harta tanpa kerja keras, sehingga seperti pohon benalu yang hanya bisa menghisap tumbuhan lain.

3. Riba merupakan cara menjajah.

Karena itu orang berkata “penjajahan berjalan dibelakang pedagang dan pendeta Dan kita

telah mengenal riba dengan segala dampak negatifnya di dalam menjajah Negara kita

BAB III

PENUTUP Kesimpulan

A. Sebagai mana penjelasan di atas maka pengertian dari riba adalah sebagai pengambilan

tambahan dari transaksi yang dilakukan dengan cara yang bertentangan dengan prinsip dan aturan syariat islam. Ada beberapa unsur penting yang terdapat dalam riba, yaitu yang ditambahkan pada pokok pinjaman. Besarnya penambahan menurut jangka waktu, dan jumlah pembayaran tambahan berdasarkan kesepakatan yang telah disepakati. Ketiga unsur ini sama-sama berbentuk riba serta bentuk lain dari transaksi kredit dalam bentuk uang atau sejenisnya.

B. Dapat di lihat dari penjelasan di atas bahwa tradisi bunga juga berkembang ditanah arab

sebelum nabi Muhammad menjadi rosul. Catatan sejarah menunjukan bahwa bangsa Arab cukup maju dalam perdagangan. Hal ini digambarkan Al-Quran dalam surah Al-Quraisy dan buku buku sejarah dunia. Bahkan kota makkah saat itu menjadi kota dagang internasional yang dilalui tiga jalur pedagang dunia yaitu: eropa dan afrika, india dan cina,

(14)

12

C. Dalam al-quran allah tidak langsung melarang keharaman riba tetapi memalui empat

tahapan yang di jelaskan dalam al-quran

1. Surat Ar-Ruum ayat 39

ayat itu tidak berbicara tentang riba yang diharamkan. Sejalan dengan itu, Ibnu Abbas mengartikan riba dalam ayat yang dimaksud sebagai “hadiah” yang dilakukan orang-orang yang mengharapkan imbalan berlebih. Menurutnya, riba dalam ayat tersebut termasuk riba yang mubah.

2. Surat An-Nisaa’ Ayat 160 dan 161.

Pada tahap ini, Allah SWT memberikan isyarat akan keharaman riba melalui kecaman terhadap praktik riba di kalangan kaum Yahudi. Dalam konteks ini, riba digambarkan sebagai suatu perbuatan yang buruk

3. Surat Ali Imron Ayat 130

Pada tahap ini, Allah SWT mengharamkan salah satu bentuk riba, yaitu riba yang berlipat ganda dengan larangan yang tegas Ayat ini diturunkan kira-kira pada tahun kedua atau ketiga hijriyah, di mana dalam ayat tersebut Allah SWT., menyerukan kepada kaum Muslim untuk menjauhi riba jika mereka menghendaki kesejahteraan yang diinginkan (dalam pengertian Islam yang sebenarnya)

4. Surat Al-Baqarah Ayat 275-276. dan Surat Al-Baqarah Ayat 278-279

Dalam surat ini Allah SWT mengharamkan riba secara total dengan segala bentuknya, Pengharaman riba secara total ini menurut para ahli fiqh terjadi pada akhir tahun ke delapan atau awal tahun ke sembilan hijriyah dengan turunnya ayat ini secara tegas bahwa riba adalah haram.

D. Secara umum, dikenal dua macam riba, yakni riba nasi’ah dan riba fadhl. Riba yag

disebutkan pertama terjadi pada utang piutang sehingga disebut juga riba duyun. Sedangkan riba fadhl terjadi dalam jual beli (barter) sehingga lazim juga disebut riba buyu

E. Dari setiap yang di haramkan pasti ada hikmahnya ta terkecuali dengan di haramkannya

(15)

13 DAFTAR PUSTAKA

Jamal Abdul Aziz, “Riba dan Etika Bisnis Islam (Telaah atas Konsep Riba ‘Kontemporer’ Muhammad Sharur)”, Ibda’ Jurnal Studi Islam dan Budaya, Vol. II, No. 1, (Jan-Jun 2004), Abdul Aziz Muhammad Azzam, Op. Cit., hal.218-219.

fiqh riba; kajian ‘illat hukum (Kausa Legal) Ri Volume VIII Nomor 2 (Juli - Desember 2015) hal. 346-349,351-356.

fatwa majelis ulama indonesia nomor 1 tahun 2004 tentang bunga (interest/fa’idah) Al-Quran, ayyat

Al Qalami, Abu Fajar dan Al Banjary, Abdul Wahid, Tuntunan jalan lurus da benar, (tanpa kota dan tahun Gita media Press)

Al-Quran surah, (Surat Ar-Ruum ayat 39, Surat An-Nisaa’ Ayat 160 dan 161, Surat An-Nisaa’

Ayat 160 dan 161, Al-Baqarah Ayat 275-276. dan Ayat 278-279)

Masyhuri, dkk., teori ekonomi dalam islam, yogyakarta; kreasi wacana, 2005

Referensi

Dokumen terkait

(5) Pembelajaran kompetitifindividual, menjadi pembelajaran kolaboratif yang terbukti mampu memfasilitasi kegiatan saling membelajarkan antar siswa. Model

DAFTAR LAMPIRAN... Latar Belakang Masalah.... Peran Wirausaha Dalam Perekonomian... Faktor - Faktor Yang Mendorong Orang Menjadi Wirausahawan... Lokasi dan Waktu Penelitian...

Pada skenario 2, MDO separator 1 sengaja diberikan gangguan hubungan singkat agar mengetahui bagaimana koordinasi proteksi pada bus MSB dan bus FO sistem yang

inframerah thermal yang dapat mendeteksi suhu permukaan. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Pati. Adapun data yang digunakan adalah data Landsat 7 dan Landsat 8. Tujuan

Hasil penelitian berdasarkan tujuan penelitian mengidentifikasi makna caring perawat pada pasien trauma dengan kondisi kritis (P1) di ruang IGD RSUD Tarakan- Kalimantan Utara

Dalam artikel ini, berbagai macam program pendeteksi celah keamanan aplikasi website telah diperiksa dan dievaluasi secara terperinci untuk mengetahui program scanner

Implementasi hubungan hukum antara peserta dengan BPJS bidang kesehatan, tidak tunduk sepenuhnya pada hukum perjanjian sebagaimana diatur dalam KUH.Perdata, oleh

Sedangkan pada penelitian penulis teliti tentang Persepsi Mad’u Terhadap Gaya Komunikasi Khatib Da’i Perkotaan Dinas Syariat Islam Kota Banda Aceh, dimana da’i memiliki