• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dasar Dasar Ilmu Sosial PENDIDIKAN ILMU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Dasar Dasar Ilmu Sosial PENDIDIKAN ILMU "

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Dasar-Dasar Ilmu Sosial

Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial di

Sekolah

Disusun oleh :

Dwi Tursina Utari 13803241004

Ayu Nur Anisa13803241024

Azizah Hasna’ Arifin 13803241025

Reni Listyawati 13803241040

JURUSAN PENDIDIKAN AKUNTANSI PROGRAN STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

(2)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala nikmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tanpa halangan suatu apapun.

Adapun maksud dan tujuan kami membuat makalah ini adalah memenuhi penugasan dari Ibu Anik Widiastuti, M.Pd sebagai Dosen Mata Kuliah Dasar-Dasar Ilmu Sosial. Dalam makalah ini kami membahas tentang Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial di Sekolah.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca sebagai referensi tambahan.

Wassalamu’alaikumWr. Wb.

Yogyakarta, 15 November 2013

(3)

DAFTAR ISI

Cover... 1 Kata pengantar... 2 Daftar Isi... 3 Bab I

Latar Belakang... Rumusan Masalah... Tujuan...

4 4 5 Bab II

A. Pengertian Pendidikan Ilmu Sosial... B. Pendidikan Ilmu Sosial di SD... C. Pendidikan Ilmu Sosial di SMP... D. Pendidikan Ilmu Sosial di SMA... E. Pendidikan Ilmu Sosial di Perguruan Tinggi... F. Upaya Pembaharuan Pendidikan IPS di Indonesia... G. Hubungan Pendidikan Ilmu Sosial dengan Akuntansi...

6 8 9 10 11 11 15 Bab III

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini banyak kejadian-kejadian yang memprihatinkan dalam kehidupan sehari-hari, seperti misalnya tindakan asusila, kekerasan, tawuran antar pelajar, antar mahasiswa saling serang, sikap menebas dan mengambil jalan pintas seakan menjadi budaya masyarakat Indonesia saat ini, budaya suap, penggelapan uang rakyat, bahkan di Institusi pendidikan sebagai pabrik moral pun sering terseret dalam budaya menerabas seperti kecurangan Ujian Nasional yang dilakukan secara sistematis.

Fenomena tersebut seakan akan memunculkan banyak pertanyaan terutama dari kalangan pendidik dan masyakarat, seperti apakah sekolah gagal dalam mendidik anak bangsa ini? Apakah ada yang salah dengan pembelajaran ilmu sosial dan IPS yang selama ini kita lakukan? Bagaimana seharusnya kita membelajarkan ilmu sosial kepada peserta didik?

Untuk itu Pendidikan Ilmu Sosial sangatlah penting bagi masyarakat yang akan kita bahas lebih lanjut dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian Pendidikan Ilmu Sosial?

2. Bagaimana Pendidikan Ilmu Sosial di Sekolah Dasar?

3. Bagaimana Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Menengah Pertama?

4. Bagaimana Pendidikan Ilmu Sosial di Sekolah Menengah Atas / Madrasah Aliah?

5. Bagaimana Pendidikan Ilmu Sosial di PerguruanTinggi?

(5)

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian Pendidikan Ilmu Sosial secara mendalam. 2. Mengetahui bagaimana Pendidikan Ilmu Sosial di Sekolah Dasar,

Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah Menengah Atas / Madrasah Aliah.

3. Mengetahui bagaimana Pendidikan Ilmu Sosial di PerguruanTinggi. 4. Mengetahui Upaya Pembaharuan Pendidikan IPS di Indonesia

(6)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Ilmu Sosial

Dalam bahasa inggris dikenal dua istilah yaitu social science atau

social sciences dan social studies. Social sciences diterjemahkan menjadi Ilmu Sosial dan sosial studies menjadi Ilmu-Ilmu Sosial, tetapi disebut juga Pendidikan Ilmu Sosial (PIS) atau Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Ilmu-Ilmu Sosial atau sosial studies tersebut seperti Sejarah, Sosiologi, Ilmu Politik, Psikologi Sosial, Filosof, Antopologi, Ekonomi, dan Geografi Sosial.

(7)

Rumusan tentang pengertian IPS telah banyak dikemukakan oleh para ahli IPS atau social studies. Berikut pengertian IPS yang dikemukakan oleh beberapa ahli pendidikan dan IPS di Indonesia.

a) Moeljono Cokrodikardjo

Mengemukakan bahwa IPS adalah perwujudan dari suatu pendekatan interdisipliner dari ilmu sosial. IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu sosial yakni Sosiologi, Antropologi Budaya, Psikologi, Sejarah, Geografi, Ekonomi, Ilmu Politik dan Ekologi Manusia, yang diformulasikan untuk tujuan instruksional dengan materi dan tujuan yang disederhanakan agar mudah dipelajari.

b) Nu’man Soemantri

Menyatakan bahwa IPS merupakan pelajaran Ilmu-Ilmu Sosial yang disederhanakan untuk pendidikan tingkat SD, SLTP, dan SLTA. Penyederhanaan mengandung arti:

a) Menurunkan tingkat kesukaran Ilmu-Ilmu Sosial yang biasanya dipelajari di Universitas menjadi pelajaran yang sesuai dengan kematangan berfikir siswa Sekolah Dasar dan lanjutan.

b) Memadukan aneka cabang Ilmu-Ilmu Sosial dan kehidupan masyarakat sehingga menjadi pelajaran yang mudah dicerna.

c) S. Nasution

(8)

Dengan demikian, IPS bukan ilmu sosial dan pembelajaran IPS yang dilaksanakan baik pada pendidikan dasar maupun pada pendidikan tinggi tidak menekankan pada aspek teoritis keilmuannya, tetapi aspek praktis dalam mempelajari, menelaah, mengkaji gejala, dan masalah sosial masyarakat, yang bobot dan keluasannya disesuaikan dengan jenjang pendidikan masing-masing. Kajian tentang masyarakat dalam IPS dapat dilakukan dalam lingkungan yang terbatas, yaitu lingkungan sekitar sekolah atau siswa atau dalam lingkungan yang luas, yaitu lingkungan negara lain, baik yang ada di masa sekarang maupun di masa lampau. Dengan demikian siswa yang mempelajari IPS dapat menghayati masa sekarang dengan dibekali pengetahuan tentang masa lampau umat manusia.

B. Pendidikan Ilmu Sosial di Sekolah Dasar (SD)

Istilah Pendidikan IPS telah lama kita kenal dalam mata pelajaran di Sekolah Dasar (SD). Pendidikan IPS untuk Pendidikan Sekolah Dasar dan Menengah sumber bahannya adalah disiplin ilmu-ilmu sosial seperti yang disajikan pada tingkat Universitas. Hanya karena pertimbangan tingkat kecerdasan, kamatangan jiwa peserta didik, maka bahan pendidikaannya disederhanakan, diseleksi, diadabtasi, dan dimodifikasi untuk tujuan Institusionaldikdasmen (Saidihardjo, 1997) Pendidikan IPS di Sekolah Dasar telah mengintegrasikan bahan pelajaran dalam satu bidang studi. Hingga sekarang bahwa buku IPS untuk Sekolah Dasar telah memasukkan setidaknya lima sub bidang studi yakni:

1. Sejarah

Sejarah adalah cabang ilmu yang mengkaji secara sistematis keseluruhan perkembangan proses perubahan dan dinamika kehidupan masyarakat dengan segala aspek kehidupannya yang terjadi pada masa lampau.

2. Geografi

(9)

Politik adalah kehidupan politik yang lazim dimaknai sebagai kehidupan yang menyangkut segi-segi kekuasaan dengan unsur-unsur negara, kekuasaan, pengambilan keputusan, kebijakan, dan pembagian atau alokasi.

4. Hukum

Hukum menurut SM Amin adalah kumpulan peraturan-peraturan yang terdiri dari norma dan sanksi.

5. Ekonomi

Ekonomi adalah ilmu tentang bagaimana manusia memenuhi kebutuhan yang tidak terbatas jumlahnya jenisnya, dengan alat pemuas kebutuhan yang terbatas.

Guru-guru mata pelajaran di Sekolah Dasar pun telah disiapkan secara khusus, seperti SPG dan PGSD. Paradigma pengembangan guru Sekolah Dasar memang diwajibkan untuk bisa mengajar seluruh bidang studi kecuali Keagamaan dan Penjaskes.

Menurut Noman Somantri bahwa tujuan pendidikan IPS pada tingkat Sekolah Dasar adalah:

1. Menekankan tumbuhnya nilai kewarganegaraan, moral, ideolog negara dan agama.

2. Meneknkan pada sisi dan metode berfikir ilmuan. 3. Menekankan reflektive inquiry

C. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Menengah Pertama (SMP)

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Menengah Pertama adalah mata pelajaran IPS dan Pendidikan Kewarganegaraan. Pembelajaran IPS di SMP dilakukan dengan pendekatan terpadu. Menurut Nunun Sumantri (2004:44) Pendidikan IPS di Sekolah Menengah Pertama adalah suatu penyederhanaan disiplin Ilmu-Ilmu Sosial, Psikologi, Filsafat, Ideologi Negara, dan Agama yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan.

(10)

Materi kajian IPS merupakan perpaduan atau integrasi dari berbagai cabang Ilmu-Ilmu Sosial dan humaniora, sehingga akan lebih bermakna dan kontekstual apabila materi IPS didesign secara terpadu. Materi IPS juga terkait dengan masalah-masalah sosial kemasyarakatan dan kebangsaan, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, dan teknologi, serta tuntutan dunia global. Jenis materi IPS dapat berupa fakta, konsep dan generalisasi, terkait juga dengan aspek kognitif, afektif, psikomotorik, dan nilai-nilai spiritual.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi, dijelaskan bahwa pada jenjang SMP/MTs mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga negara yang cinta damai.

D. Pendidikan Ilmu Sosial di Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliah

Pendidikan Ilmu Sosial di SMA/MA berbeda dangan pendidikan IPS di SMP dan di SMK. Pendidikan IPS di SMA menggunakan pendekatan terpisah, sedangan di SMP menggunakan pendekatan terpadu. Tujuan Pendidikan IPS di SMA adalah:

1. Untuk mempersiapkan akademik peserta didik pada pendidikan yang lebih tinggi (Universitas)

2. Pengembangan tanggung jawab dan kepedulian sebagai warga negara.

3. Pengembangan diri peserta didik.

Pendidikan Ilmu Sosial di SMA diajarakan terpisah dan merupakan pengembangan kompetensi lanjut dari jenjang Pendidikan Dasar.

(11)

Ilmu-Ilmu Sosial seperti Sejarah, Geografi, Sosiologi, dan Ekonomi. Idealnya, pengembangan pembelajaran Ilmu-Ilmu Sosial di SMA lebih mengutamakan cara berfikir ilmuan, daripada isi disiplinnya. Tetapi pada kenyataanya bahwa pelajaran Ilmu-Ilmu Sosial kita masih terpaku pada pelajaran konsep.

Walaupun diajarkan secara terpisah, namun pelajaran Ilmu-Ilmu Sosial tetap menggunakan pendekatan korelasi dalam menganalisis berbagai masalah sosial. Keberadaan jalur IPA dan IPS di SMA ternyata tidak menunjukkan kontribusi signifakan secama akademik maupun kompetensi sosial. Tidak ada perbedaan nyata kompetensi sosial antara peserta didik jurusan IPS dengan IPA. Bahkan muncul stigma dari masyarakat bahwa jurusan IPS adalah jurusan pilihan kedua. Perlunya jurusan IPA dan IPS tidak perlu kita perdebatkan, yang jelas terdapat beberapa realitas pembelajaran ilmu sosial harus dibenahi.

E. Pendidikan Ilmu Sosial di Perguruan Tinggi

Pengertian Pendidikan IPS di Perguruan Tinggi adalah seleksi dari disiplin Ilmu-Ilmu Sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang diorganisir dan disajikan secara ilmiah dan psikologi untuk tujuan pendidikan.

F. Upaya Pembaharuan Pendidikan IPS di Indonesia

Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) dalam sistem pendidikan di Indonesia baru dikenal sejak lahirnya kurikulum tahun 1975. Sebelumnya, pembelajaran Ilmu-Ilmu Sosial untuk tingkat Pendidikan Dasar menggunakan istilah yang berubah-ubah sesuai dengan situasi politik pada masa itu. Pembaharuan kurikulum IPS di Indonesia diantaranya:

1. Kurikulum 1964

(12)

Dunia dan Geografi Dunia. Dan kemudian digabungkan selanjutnya berubah menjadi Pendidikan Kewargaan Negara yang merupakan korelasi dari Ilmu Bumi, Sejarah dan Pengetahuan Kewargaan Negara.

2. Kurikulum 1968

Pada tahun 1968 terjadi perubahan pengelompokkan mata pelajaran sebagai perubahan orientasi pendidikan. Mata pelajaran disekolah dibedakan menjadi pendidikan Jiwa Pancasila, Pembinaan Pengetahuan Dasar dan Pembinaan Kecakapan Khusus.

3. Kurikulum 1975

Pada tahun 1975, lahirlah kurikulum 1975 yang mengelompokkan tiga jenis pendidikan, yakni Pendidikan Umum, Pendidikan Akademis dan Pendidikan Keahlian Khusus. Dalam kurikulum 1975 dikemukakan secara eksplisit istilah mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) yang merupakan perpaduan dari mata pelajaran Sejarah, Geografi dan Ekonomi. Selain mata pelajaran IPS, Pendidikan Kewarganegaraan dijadikan sebagai mata pelajaran tersendiri ialah Pendidikan Moral Pancasila (PMP). Dalam kurikulum 1975, IPS termasuk kelompok pendidikan akademis sedangkan PMP termasuk kelompok pendidikan umum. Namun IPS sebagai pendidikan akademis mempunyai misi menyampaikan nilai-nilai berdasarkan filsafat pancasila dan UUD 1945. Dengan demikian mata pelajaran IPS pun berfungsi dan mendukung tercapainya tujuan PMP.

4. Kurikulum 1984

Menjelang adanya perbaikan Kurikulum 1975, tahun 1980 muncul bidang studi PSPB, gagasan dari Mendikbud mata pelajaran ini hampir sejenis dengan IPS Sejarah dan PMP. Upaya perbaikan Kurikulum IPS 1975 (KYD) baru terwujud pada tahun 1984.

(13)

Ditinjau dari segi pendekatan (metodologi) pembelajaran, Kurikulum IPS1975 dan 1984 menggunakan pendekatan integrative dan structural untuk IPS SMP dan pendekatan disiplin terpisah (separated disciplinary approach) untuk SMA. Sedangkan pendekatan untuk IPS Sekolah Dasar (SD) lebih mirip menggunakan integrative (integrated approach)

5. Kurikulum 1994

Pada tahun 1994, terjadi lagi perubahan kurikulum IPS. Dalam Kurikulum 1994 dinyatakan bahwa IPS adalah mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial yang didasarkan pada bahan kajian Geografi, Ekonomi, Sosiologi, Antropologi, Tata Negara, dan Sejarah. Untuk IPS SD, bahan kajian pokok dibedakan atas dua bagian, ialah pengetahuan sosial meliputi lingkungan sosial, ilmu bumi, ekonomi, dan pemerintahan, sedangkan bahan kajian sejarah mencakup perkembangan masyarakat Indonesia sejak masa lampau hingga kini. Ada perbedaan yang cukup menonjol dalam kurikulum IPS Sekolah Dasar 1994 dibandingkan dengan Kurikulum IPS sebelumnya, yakni dalam metode dan penilaian. Kurikulum IPS 1994 hanya memberikan anjuran umum bahwa pelaksanaan proses belajar mengajar hendaknya para guru menerapkan prinsip belajar aktif. Dari bunyi rambu-rambu yang terakhir ini, menunjukkan bahwa Kurikulum IPS 1994 memberikan keleluasaan atau kekuasaan otonom yang cukup besar.

6. Kurikulum 2004

(14)

Indonesia. Pada tahun 2004, pemerintah melakukan perubahan kurikulum kembali yang dikenal dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Namun pengembangan kurikulum IPS diusulkan menjadi Pengetahuan Sosial untuk merespon secara positif berbagai perkembangan informasi, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan relevansi program pembelajaran Pengetahuan Sosial dengan keadaan dan kebutuhan setempat

7. Kurikulum 2006

Ketentuan tentang implikasi dari peraturan perundangan tersebut adalah dikeluarkannya kebijakan tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) beserta pedomannya dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi dan Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dengan panduan KTSP yang dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006 ini, antara IPS dan PKn dipisahkan kembali. Hal ini memperhatikan berbagai masukan dan kritik ahli pendidikan nasional dan politik bangsa yaitu perlunya pendidikan Kewarganegaraan Bangsa, maka antara IPS dan PKn meskipun tujuan dan kajiannya adalah sama yaitu membentuk warga negara yang baik, maka PKn tetap diajarkan sebagai mata pelajaran di sekolah secara terpisah dengan IPS.

G. Hubungan Pendidikan Ilmu Sosial dengan Ilmu Akuntansi

(15)

produksi, barang dan jasa : distribusi, konsumsi, pembagian kerja, pertukaran pendapatan, dan saling ketergantungan.

BAB III

PENUTUP

 KESIMPULAN

1. IPS sebagai pelajaran yang merupakan paduan sejumlah mata pelajaran sosial yang tidak menekankan pada aspek teoritis keilmuannya, tetapi aspek praktis dalam mempelajari, menelaah, mengkaji gejala, dan masalah sosial masyarakat, yang bobot dan keluasannya disesuaikan dengan jenjang pendidikan masing-masing. 2. Pendidikan Ilmu Sosial di Sekolah Dasar mempelajari Ekonomi,

(16)

3. Pendidikan IPS di Sekolah Menengah Pertama merupakan suatu penyederhanaan disiplin Ilmu-Ilmu Sosial, Psikologi, Filsafat, Ideologi Negara, dan Agama yang terkait juga dengan aspek kognitif, afektif, psikomotorik, dan nilai-nilai spiritual.

4. Tujuan Pendidikan IPS di SMA untuk mempersiapkan akademik peserta didik pada pendidikan yang lebih tinggi (Universitas), pengembangan tanggung jawab dan kepedulian sebagai warga negara dan pengembangan diri peserta didik

5. Pendidikan IPS di Perguruan Tinggi adalah seleksi dari disiplin Ilmu-Ilmu Sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang diorganisir dan disajikan secara ilmiah dan psikologi

6. Pendidikan IPS di Indonesia mengalami banyak perubahan, antara lain: Kurikulum 1964, Kurikulum 1968, Kurikulum 1975, Kurikulum 1984, Kurikulum 1994, Kurikulum 2004, Kurikulum 2006

DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.uny.ac.id/8606/3/BAB%202%20-%2008416241036.pdf diakses pada hari Rabu, 27 November 2013 pukul 09.50 WIB

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/132304486/3.pipsglobal.pdf diakses pada: Rabu, 27 November 2013 pukul 09.50 WIB

http://adlilfirdaus.blogspot.com/2013/01/makalah-kurikulum-pendidikan-ips.html diakses pada hari Jumat, 6 Desember 2013 pukul 11.10 WIB

Supardan, Dadang. (2003). Pengantar Ilmu Sosial, Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. Jakarta:Bumi Aksara.

(17)

Referensi

Dokumen terkait

Sudah jatuh tertimpa tangga// Mungkin itulah kata yang tepat jika dikaitkan dengan penderitaan berkepanjangan yang dialami oleh ibu Maryati// Awalnya hanyalah terjatuh dari

Traumatik maupun Non traumatic dengan atau tanpa kelainan neurologis primer atau sekunder, dengan atau tanpa kelainan neurologis akut ataupun kronik.. Nyeri atau rasa tidak enak

Depends on the research result dan analsis the observation data from 2 cycles of math learning by using AIR learning model as the effor to improve math communication

Yang dimaksud dengan “akuntabilitas” adalah asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan Penyelenggara perizinan harus dapat

Berdaharawan Khusus Penerima atau dengan sebutan lain adalah mereka yang diberi tugas, kewajiban dan tanggung jawab untuk menerima, menyimpan, membukukan dan menyetor

Hasil seleksi internal Calon Pegawai Tugas Belajar Program Sarjana (S1) dan Pascasarjana (S2) Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2014 ini bersifat final dan

Sarana dan prasarana yang lengkap tanpa ditunjang dengan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, maka lembaga tersebut sulit untuk maju dan

Defenisi operasional yaitu suatu defenisi yang diberikan pada suatu variabel dengan memberikan arti dari membenarkan kegiatan atau suatu operasional yang diperlukan untuk