• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PENDIDIKAN. pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PENDIDIKAN. pdf"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM PENDIDIKAN

KETERAMPILAN SENI BATIK DI SMA N 1 CANGKRINGAN

Yunan Helmi Subroto

(Guru dengan tugas tambahan sebagai Wakil Kepala Sekolah Urusan Kurikulum pada SMA N 1 Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta)

ABSTRAK :

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang penyelenggaraan program pendidikan keterampilan seni batik yang diselenggarakan di SMA N 1 Cangkringan, khususnya tentang: (1) relevansi program dengan kebutuhan siswa; (2) karakteristik siswa difokuskan pada motivasi belajar; karakteristik guru; ketersediaan fasilitas, serta program belajar; (3) proses belajar mengajar meliputi: satuan pelajaran, aktivitas guru dan siswa, kegiatan belajar mengajar, dan pelaksanaan penilaian; (4) dan hasil belajar siswa. Jenis penelitian ini merupakan penelitian evaluasi yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Model evaluasi yang digunakan adalah model CIPP (context, input, process, product). Data dikumpulkan menggunakan metode: angket, observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sumber data penelitian adalah: kepala sekolah, guru, dan siswa. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) program keterampilan relevan dengan kebutuhan siswa dilihat dari kondisi masyarakat cangkringan yang membutuhkan peningkatan sumber daya manusia; (2) motivasi belajar keterampilan siswa tinggi, karakteristik guru ditinjau dari pendidikan terakhir, pengalaman mengajar dan pengalaman pelatihan, memenuhi persyaratan sebagai pelaksana program keterampilan seni batik. Ketersediaan fasilitas fisik dan fasilitas dana masih kurang memadai; (3) materi pelajaran perlu dikembangkan. Aktifitas siswa dan aktifitas guru sudah maksimal. Guru tidak hanya menilai hasil belajar tetapi juga proses. Hambatan dalam pelaksanaan program yaitu pada ketersediaan fasilitas peralatan praktek dan dana; (4) dan hasil belajar berdasarkan prestasi Ulangan Akhir Semester Gasal mata pelajaran Keterampilan Seni Batik menunjukkan kemampuan kognitif dan psykomotorik siswa tinggi. Penilaian terhadap kemampuan affektif dilihat dari minat, sikap, nilai-nilai dan konsep diri siswa menunjukkan sikap yang positif.

Kata kunci : Pendidikan Keterampilan, Evaluasi Program

ABSTRACT :

This research aimed at obtaining data of the implementation of Batik’s Art skill educational program carried out in Senior High School 1 Cangkringan (SMAN 1 Cangkringan), primarily related to: (1) program relevance to the students’ needs; (2)

Students’ characteristics related to on learning motivation, teachers’ characteristic, the

availability of facilities, and learning program; (3) learning program process, including

subjects, teachers’ and students’ activities, learning-teaching activities, evaluation process,

and (4) the students’ achievement. This research was an evaluation research using

(2)

The results indicate the followings. First, the skill program is relevant to the

students’ needs as it is seen from Cangkringan’s society condition which needs human resource improvement. Second, to the learning skill student motivation is high. The

teacher’s characteristic observed from their last education, education specialization,

learning experience and training experience, have met requirements as the organizer of

Batik’s Art skill program. The availability of physical facilities and fund is not sufficient. Third, the subjects must be developed further. The student’s and teacher’s activities have been optimum. The teachers were evaluate not only the achievement in learning but also its process. The hindrance in program implementation is related to the availability of equipment to do practices and fund. Fourth, the result of learning revealed from the achievement in the end of semester examination (UAS) for Batik’s Art skill subject reflects

the students’ high cognitive and psychomotor capability. Judgment on students’ affective

capability seen from their interest, attitude, values and self-consept indicates positive performance.

Keywords: Skill Education, Evaluation Program

A.

PENDAHULUAN

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

bangsa dan negara. Sedangkan tujuan diselenggarakannya pendidikan tersebut adalah

untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU

SISDIKNAS No.20 tahun 2003).

Dalam kurikulum 2006 (KTSP) SMA, program ketrampilan secara tegas

dinyatakan dalam muatan struktur kurikulum. Hal ini menunjukkan bahwa betapa

pentingnya bekal ketrampilan bagi generasi penerus bangsa agar dapat hidup secara

mandiri dengan mengembangkan kecakapan dan kreatifitas mereka. Usaha ini dilakukan

oleh pemerintah sedini mungkin dimulai dari pendidikan dasar dan dilanjutkan kepada

jenjang pendidikan berikutnya.

Menghadapi era globalisasi terutama akan berlakunya Masyarakat Ekonomi

ASEAN (ASEAN Economic Community) pada penghujung tahun 2015 ini, pendidikan

ketrampilan akan menjadi issu yang sangat strategis. MEA akan membentuk masyarakat

(3)

terintegrasi memungkinkan semua sumber daya agar bergerak bebas tanpa hambatan dari

negara yang satu ke negara yang lain. Untuk bisa tetap bertahan hidup dan memenangkan

persaingan maka tenaga kerja dan barang/jasa tersebut haruslah yang berkualitas dan

harga relatif lebih murah serta akses dan pelayanan yang lebih cepat. Disamping itu,

produk-produk yang tergolong unik dan tidak bisa diproduksi di dalam negeri tentu akan

mendorong suatu negara untuk mencari ke negara lain. Dalam hal ini produk batik dapat

menjadi salah satu alternatif produk tersebut.

Dalam tataran kesempatan kerja, MEA dapat menjadi hambatan maupun peluang

bagi sesorang untuk menjual jasa tenaga kerjanya. Ketika masyarakat tidak mempunyai

bargaining power terhadap tenaga kerja luar negeri yang masik ke dalam negeri, maka

kehadiran MEA tentu menjadi faktor penghambat. Angka pengangguran akan semakin

meningkat tinggi, pendapatan riil turun, daya beli melemah dan persoalan ekonomi

maupun sosial lainnya. Data statistik menunjukkan bahwa tingkat pengangguran pada

pada tahun 2015 (data Februari 2014-Februari 2015) telah meningkat 300 ribu orang atau

total jumlah pengangguran sebesar 7,45 juta orang. Jika data dilihat sejak tahun 2010,

maka rata-rata jumlah penganggurannya 7,4 juta orang

(www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/973). Dari jumlah itu didominasi oleh lulusan

SMK dan SMA masing-masing 9,05% dan 8,17%.

Program Keterampilan seni batik yang tercantum dalam KTSP SMA N 1

Cangkringan tahun 2015/2016 membantu mewujudkan tujuan Pendidikan Nasional

dengan menekankan pada apresiasi kerja siswa sebagai dasar pembentukan etos kerja dan

membekali siswa pengetahuan dan keterampilan dasar di bidang kreatifitas seni batik.

Program Keterampilan di SMA lebih ditekankan untuk membekali tamatan dengan

keterampilan dasar dan etos kerja sebagai suatu nilai tambah. Oleh karena itu misi

utama Program Pendidikan Keterampilan adalah lebih diarahkan untuk membangkitkan

kecintaan dan apresiasi terhadap keterampilan kerja bukan untuk menyiapkan siswa

memasuki lapangan kerja.

Pelaksanaan Program Pendidikan Keterampilan di SMA N 1 Cangkringan

membutuhkan seperangkat kurikulum. Selain itu dibutuhkan pula pemahaman guru,

kepala sekolah, dan para pengawas serta masyarakat terhadap Program Keterampilan.

Faktor penting lainnya dalam pelaksanaan Program Pendidikan Keterampilan, adalah

kemampuan sekolah menyediakan fasilitas belajar yang memadai, dana yang cukup dan

guru yang kompeten dibidangnya. Disamping itu dibutuhkan pula dukungan masyarakat

(4)

Program ketrampilan seni batik di SMA N 1 Cangkringan baru diadakan mulai

tahun pelajaran 2015/2016 ini sebagai program untuk menjawab tantangan dan persoalan

jaman di atas. Program ketrampilan ini menggantikan program ketrampilan yang sudah

ada sebelumnya, yaitu Bahasa Jepang. Oleh karenanya siswa yang mendapatkan

pendidikan ketrampilan seni batik ini baru kelas X, sedangkan kelas XI dan XII tetap

masih menggunakan program Bahasa Jepang.

Pada tahun pelajaran berikutnya, sekolah harus memutuskan apakah program ini

akan dilanjutkan di kelas XI dan XII, ataukah hanya sampai kelas XI, atau bahkan hanya

cukup sampai kelas X saja. Oleh karena itu diperlukan sebuah kajian untuk mengevaluasi

pelaksanaan program ketrampilan seni batik ini.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang penyelenggaraan

program pendidikan keterampilan seni batik yang diselenggarakan di SMA N 1

Cangkringan, khususnya tentang: (1) relevansi program dengan kebutuhan siswa; (2)

karakteristik siswa difokuskan pada motivasi belajar; karakteristik guru; ketersediaan

fasilitas, serta program belajar; (3) proses belajar mengajar meliputi: satuan pelajaran,

aktivitas guru dan siswa, kegiatan belajar mengajar, dan pelaksanaan penilaian; (4) dan

hasil belajar siswa.

Hasil penelitian evaluasi program pendidikan ketrampilan seni batik ini akan

memberikan manfaat kepada beberapa pihak. Bagi siswa,

B. METODE PENELITIAN

Populasi penelitian ini adalah, kepala sekolah, guru mata pelajaran keterampilan

seni batik, dan siswa kelas X yang kesemuanya berjumlah 98 orang. Ukuran sampel

dalam penelitian ini ditentukan menurut Tabel Krejcie dan Morgan (Isaac dan Michael,

1981: 193), yakni sebanyak 78 orang. Teknik sampel yang digunakan adalah purposive

sampling.

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner, angket,

observasi dan wawancara serta dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan

menggunakan model CIPP (Context, Input, Process, Product), dengan mendeskripsikan

dan memaknai data dari masing-masing komponen yang dievaluasi. Data yang

dikumpulkan akan dianalisis dengan mendeskripsikan berdasarkan mean, standar deviasi

dan kategorisasi.

Untuk mengetahui tingkat kecenderungan masing-masing komponen, dilakukan

(5)

ideal (Mi) dan Standar Deviasi ideal (Sdi), skor tertinggi dan skor terendah yang

diperoleh instrumen sebagai kriterianya.

C. HASIL PENELITIAN

1. Evaluasi Konteks.

Gambaran secara umum masyarakat Cangkringan dapat ditunjukkan oleh keadaan

latar belakang pendidikan dan besarnya penghasilan orang tua siswa yang bisa dilihat

dari diagram dalam Gambar 1 dan 2.

Gambar 1. Diagram keadaan latar belakang pendidikan orang tua siswa SMAN 1 Cangkringan tahun pelajaran 2015/2016

Gambar 2. Diagram Tingkat penghasilan orang tua siswa SMAN 1 Cangkringan tahun pelajaran 2015/2016 0

10 20 30 40 50 60

Latar Belakang Pendidikan

Jumlah ( % )

0 5 10 15 20 25 30 35

< 500 ribu

500 –1 juta

1 –2 juta

2 –5 juta

> 5 juta Penghasilan (Rupiah)

(6)

Dari diagram 1 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar orang tua siswa

berlatar belakang pendidikan SLTA yaitu lebih dari 50%, disusul oleh latar belakang

pendidikan SLTP, dan sedikit yang lulusan PT. Sedangkan diagram 2 menunjukkan

bahwa sebagian besar penghasilan orang tua masih jauh di bawah UMP DIY, atau

sekitar dari 32% berpenghasilan kurang dari 500 ribu sebulan.

Visi pendidikan SMA Negeri 1 Cangkringan adalah sekolah unggul, dinamis,

berdisiplin tinggi, berakhlak mulia, berbudaya dan berwawasan lingkungan. Mulai

tahun 2015 SMA Negeri 1 Cangkringan dipercaya oleh Dinas Kebudayaan dan

Pariwisata Provinsi DIY sebagai sekolah berbasis budaya. Sekolah ini juga

menetapkan peraturan bahwa setiap tanggal 29 semua guru, karyawan dan siswa

diwajibkan mengenakan pakaian adat jawa.

Ditinjau dari prestasi yang pernah diraih berdasarkan data 3 (tiga) tahun

terakhir, yaitu tahun 2013 sampai dengan 2015 menunjukkan bahwa prestasi non

akademik lebih banyak mendominasi dibandingkan prestasi akademik. Pada tahun

2015 SMA Negeri 1 Cangkringan memperoleh juara 2 Lomba Sekolah Sehat tingkat

Kabupaten dan juara 1 tingkat provinsi, juara 1 penilaian Sekolah Adiwiyata tingkat

Kabupaten dan akan masuk dalam penilaian tingkat provinsi tahun 2016 nanti.

Sedangkan prestasi yang diperoleh siswa dapat dilihat pada Tabel 1 dan 2.

Tabel 1. Hasil Prestasi akademik

No Jenis Kejuaraan Tingkat Tahun

1 Juara 4 Olimpiade Sain - Geografi Kabupaten 2014

Tabel 2. Hasil Prestasi Non Akademik

No Jenis Kejuaraan Tingkat Tahun

1

Juara 1 Road Race Motor Break Sentul

(7)

2. Evaluasi Input.

Evaluasi input meliputi : karakteristik guru, motivasi belajar siswa, fasilitas

pendukung program keterampilan. Berikut ini penjelasan tentang aspek-aspek

evaluasi input:

1) Karakteristik Guru Keterampilan Seni Batik.

Jumlah guru keterampilan seni batik hanya ada satu orang. Jumlah itu disesuaikan

dengan beban mengajar yang hanya diperuntukkan kelas X saja dengan jumlah siswa

sebanyak 96 orang. Guru keterampilan ini adalah mahasiswa semester akhir ISI

Yogyakarta dengan jurusan yang sesuai bidangnya, yaitu Seni Batik. Meskipun masih

menyelesaikan studinya S1 di Perguruan Tinggi, namun telah banyak kegiatan yang

menunjukkan tinnginya profesionalitas bidang yang digeluti. Berdasarkan wawancara

yang dilakukan dengan peneliti, guru tersebut sering mengikuti pameran karya seni

batik berskala nasional dan juga lomba-lomba desain batik dengan memperoleh gelar

juara.

2) Motivasi Belajar

Angket motivasi belajar menggunakan skala Likert dengan 5 opsi jawaban. Hasil

analisa data angket terhadap motivasi belajar siswa diperoleh nilai mean 4,04, standar

deviasi 2,96. Berdasarkan hasil analisa data skor yang diperoleh dibandingkan

dengan kriteria penilaian, maka nilai rata-rata 4,04 dinyatakan tinggi. Dengan

demikian motivasi belajar siswa untuk mengikuti pelajaran ketrampilan seni batik

termasuk tinggi.

3) Fasilitas Pembelajaran

Evaluasi terhadap fasilitas pembelajaran ini meliputi ruangan pembelajaran,

perlengkapan (bahan) dan peralatan praktek serta media pembelajarannya.

Berdasarkan hasil observasi di lapangan, fasilitas pembelajaran keterampilan seni

batik ini termasuk kurang. Ruangan pembelajaran memanfaatkan ruangan

laboratorium biologi, kompor sebagai salah satu alat praktek tersedia dengan jumlah

1:5 atau 1 kompor untuk 2 orang siswa. Demikian pula untuk peralatan lainnya seperti

wajan, gawangan dan bak (tempat) warna. Kondisi semacam ini tentu menjadikan

pembelajarannya akan banyak memakan waktu. Sebagai solusinya, jadwal pelajaran

diletakkan pada jam terakhir sehingga jika belum selesai bisa diteruskan setelah

pulang sekolah. Dengan demikian pelajaran keterampilan berlangsung selama 4 hari,

(8)

3. Evaluasi Proses.

Dalam penelitian ini evaluasi proses ditujukan untuk mengungkap tentang satuan

pelajaran, aktivitas guru, aktivitas siswa, kegiatan belajar mengajar, dan penilaian.

Berdasarkan observasi di lapangan ditemukan hal-hal berikut ini :

a. Satuan Pelajaran

Aspek yang dinilai mencakup: menentukan bahan pelajaran dan merumuskan

tujuan khusus, memilih dan mengorganisasikan materi, media dan sumber belajar,

kegiatan belajar mengajar. Merancang pengelolaan kelas, merancang prosedur dan

mempersiapkan alat penilaian, sudah mengacu pada petunjuk teknis dan

kurikulum.

b. Aktivitas Guru.

Berdasarkan beberapa hasil observasi ketika guru mengajar, maka dapat dikatakan

sudah baik. Guru sering memberikan dorongan kepada para siswanya untuk maju.

Melalui pengalaman pameran dan lomba-lomba yang pernah digelutinya, guru

menyampaikan paparan tentang nilai tambah yang bisa diperoleh dari

keterampilan membatik. Secara praktek dengan penuh kesabaran dan ketekunan,

guru membimbing siswanya satu persatu untuk bisa melakukan praktek membatik

sesuai dengan materi yang ditentukan atau diajarkan.

c. Aktifitas siswa

Selama pembelajaran berlangsung, hampir seluruh siswa terlihat antusias dalam

mengikuti seluruh proses pembelajaran. Ini mungkin pelajaran seni batik ini lebih

berorientasi kepada praktek, sehingga mereka seakan kurang waktu dalam belajar.

Tidak ada siswa yang tanpa aktifitas baik secara individu maupun kelompok.

d. Kegiatan belajar mengajar

Kegiatan belajar mengajar merupakan inetraksi antara guru dengan siswa, antara

aktivitas guru dengan aktivitas siswa. Berdasarkan observasi di lapangan terlihat

bahwa kegiatan belajar mangajar berlangsung sangat baik. Dalam keterbatasan

alat dan bahan, guru dapat memaksimalkan penggunaan bahan dan alat tersebut.

Misalnya, keterbatasan bahan kain sebagai media untuk membatik, diatasi dengan

cara membagi bahan tersebut menjadi potongan-potongan kecil, yang kemudian

didesain sebagai sapu tangan. Metode dan model pembelajarn juga disesuaikan

dengan kondisi yang ada. Misalnya pendampingan teman sebaya, memanfaatkan

siswa yang pernah menerima pengetahuan seni batik untuk mengajari temannya

(9)

e. Penilaian.

Evaluasi terhadap penilaian terdiri penilaian ranah kognitif, afektif dan

psikomotorik. Pada ranah kognitif, penilaian dilakukan melalui ulangan harian,

ulangan tengah semester dan ulangan akhir semester. Sedangkan pada ranah

afektif dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung meliputi sikap siswa

terhadap mata pelajaran keterampilan yang diperlukan, misalnya tanggungjawab

untuk membersihkan ruangan sehabis praktek, persiapan alat dan bahan,

kedisiplinan, minat, dan sebagainya. Pada ranah psikomotorik dilakukan melalui

penilaian autentik, yaitu menilai secara nyata bagaimana siswa melakukan

kegiatan-kegiatan tertentu sesuai dengan materi yang diiajarkan. Misalnya

mendesain pola batik, pewarnaan bahan, dan sebagainya, yang diperoleh selama

proses pembelajaran berlangsung. Penilaian melalui tugas-tugas tentu juga

dilakukan, bisa berupa proyek maupun produk. Evaluasi proses di bidang

penilaian ini bisa dikatakan cukup baik. Setiap pertemuan guru senantiasa

menanyakan perkembangan tugas atau proyek yang dilakukan dan secara langsung

pada saat itu juga mengadakan koreksi, saran dan lain sebagainya. Tidak jarang

guru harus memperagakan dulu bagaimana seharusnya mengerjakan tugas yang

oleh siswa tadi belum begitu dikuasai.

4. Evaluasi Produk.

Evaluasi produk dilakukan terhadap hasil belajar yang diperoleh siswa dalam

pembelajaran, baik hasil belajar kognitif, afektif maupun psikomotor. Berdasarkan

hasil analis data tentang sikap siswa diperoleh nilai mean 3,64, standar deviasi 2,45.

Nilai mean sebesar 3,64 berada pada kategori tinggi. Maka dapat dinyatakan hasil

belajar afektif siswa sesudah mengikuti program keterampilan seni batik sudah baik.

Sedangkan hasil analisis data nilai kognitif diperoleh dari nilai UAS murni semester

gasal tahun pelajaran 2015/2016 sebesar 74. Sedangkan nilai rapot kognitif rata-rata

80 dengan standar deviasi 2,4. Angka ini cukup tinggi jika dibandingkan dengan mata

pelajaran yang serumpun seperti mata pelajaran seni budaya kelas X yang hanya

sebesar 61. Dan untuk analisis data nilai psikomotorik menunjukkan angka yang lebih

tinggi, dengan rata-rata nilai rapot 81. Dalam evaluasi produk juga dilakukan analisa

terhadap karya-karya siswa sebagai hasil tugas yang diberikan oleh guru. Berdasarkan

wawancara yang dilakukan peneliti terhadap guru keterampilan ini, bahwa karya

(10)

D. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

1. Evaluasi Konteks

Berdasarkan data diperoleh informasi bahwa latar belakang pendidikan orang

tua siswa SMA Negeri 1 Cangkringan 50% lebih lulusan SLTA dan penghasilan

kurang dari 500 ribu sebulan sebanyak 32%. Latar belakang pendidikan yang hanya

SLTA dan dukungan ekonomi yang sangat rendah sudah tentu akan berpengaruh

terhadap kemampuan anak-anaknya untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang

lebih tinggi lagi. Maka keberadaan mata pelajaran keterampilan seni batik di SMA

Negeri 1 Cangkringan sangat tepat sekali untuk membekali kehidupan meeka dengan

keterampilan hidup, sehingga diharapkan mereka bisa menjadi manusia yang mandiri,

mampu berwirausaha dengan memanfaatkan peluang ekonomi yang ada, terutama

menghadapi era pasar bebas ASEAN (Masyarakat Ekonomi ASEAN).

Keberadaan mata pelajaran seni batik yang menggantikan mata pelajaran

Bahasa Jepang ini juga sejalan dengan visi-misi pendidikan di SMA Negeri 1

Cangkringan yang merupakan sekolah berbasis budaya. Seni batik adalah salah satu

budaya, bahkan ciri khas bangsa Indonesia. Usaha pelestarian budaya ini sangat

efektif di tempuh lewat jalur pendidikan. Dalam hal ini seni batik akan tepat sekali

sebagai mata pelajaran yang mengembangkan budaya daerah sekaligus nasional

Indonesia.

Ditinjau dari segi prestasi, maka bidang non akademiklah yang paling banyak

mendominasi, sedangkan prestasi akademik sangat berat untuk bisa diraih. Dari data

yang diperoleh jelas bahwa dalam level daerah maupun nasional banyak siswa SMA

Negeri 1 Cangkringan memperoleh juara. Kehadiran pelajaran keteramplan seni batik

dapat semakin memperkuat prestasi non akademik ini. Seperti kita ketahui bahwa

masa depan generasi bangsa tidak hanya semata-mata ditentukan oleh aspek kognitif

saja, tapi juga psikomotoriknya.

2. Evaluasi Input

Dari data diperoleh bahwa latar belakang pendidikan guru keterampilan seni

batik belum memenuhi standar pendidik dan tenaga kependidikan yaitu S1 (sarjana).

Namun jika dilihat dari kiprah kegiatan dan pengalamannya dalam berbagai even

perlombaannya menunjukkan bahwa dia adalah sosok guru yang profesional ditinjau

dari bidang seni batik yang digelutinya. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa guru

(11)

Disamping pengalamannya itu, berdasarkan data hasil wawancara juga didapatkan

informasi bahwa kemampuan dan jiwa kewirausahaannya cukup tinggi. Sehingga hal

ini sangat bermanfaat sekali ketika memberikan motivasi kepada para siswa untuk

berkarya dan mandiri, tidak hanya dalam teori tapi juga praktek.

Ditinjau dari motivasi belajar siswa maka berdasar analisis data yang ada,

termasuk kategori tinggi. Siswa sangat antusis sekali dalam mengikuti setiap kegiatan

atau instruksi yang diberikan guru. Jarang sekali siswa yang tidak masuk tanpa

keterangan. Jika dikaitkan dengan rencana kepala sekolah agar siswa membuat desain

batik sendiri, kemudian melakukan praktek membatik pada media kain yang mereka

beli sendiri sesuai dengan selera dan kemampuan finansialnya dan jika sudah jadi

dijahitkan sendiri untuk kemudian dipakai sendiri pada hari berpakaian batik, maka

diperkirakan akan memacu semangat siswa untuk lebih giat lagi belajar.

Berdasarkan data yang ada ditemukan bahwa ruangan praktek membatik

belum ada, selama ini baru memanfaatkan laboratorium biologi. Perlengkapan dan

peralatan batik juga masih kurang. Jika rencana kepala sekolah di atas direalisasikan,

maka perlu adanya penambahan jumlah dan kapasitas bak pewarna yang lebih besar

lagi. Fasilitas yang selama ini ada untuk sementara masih mencukupi karena

karya-karya siswa masih tergolong sangat kecil (ukuran sapu tangan). Jika ingin membuat

produk yang lebih besar lagi, maka jelas tempat prakteknya belum representatif dan

tidak layak sebagai ruangan praktek seni batik.

3. Evaluasi Proses.

Pada penelitian ditemukan bahwa proses pelaksanaan program keterampilan

seni batik sudah cukup baik. Dalam pembuatan satuan pembelajaran pada umumnya

guru sudah sesuai dengan kurikulum, dalam merumuskan tujuan khusus masih

kurang lengkap dan kurang jelas, urutan materi sudah disesuaikan dengan

tingkat kesulitan pengerjaannya. Untuk mempermudah siswa memahami

pelajaran, guru sudah menggunakan metode sesuai dengan materi dan tujuan.

Alat peraga yang dibuat oleh guru juga sudah disesuaikan dengan materi dan tujuan

pembelajaran. Orientasi kegiatan belajar mengajar sudah mengacu pada pembekalan

keterampilan dasar dan kewirausahaan yang merupakan karakteristik program

pendidikan keterampilan. Dalam rancangan penilaian hasil belajar soal tes lebih

banyak mengukur kemampuan ingatan.

Aktivitas guru dalam melaksanakan tugas sehari-hari mencerminkan

(12)

memotivasi siswa dengan cara menyampaikan tujuan pembelajaran, terampil

menjelaskan langkah-langkah pembuatan produk serta membimbing siswa. Dengan

tingkat aktivitas guru yang tinggi diharapkan proses belajar dapat berlangsung dengan

baik. Sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Meskipun secara umum siswa

menilai baik terhadap aktivitas guru dan kemampuan guru dalam mengajar, tetapi

terdapat beberapa komponen kegiatan belajar yang belum optimal, seperti orientasi

kegiatan belajar mengajar dalam hal melatih kreativitas siswa, pengenalan dunia

usaha dan dunia industri. Temuan penelitian sehubungan dengan pelaksanaan

penilaian adalah selama ini guru tidak hanya menilai hasilnya saja tetapi sudah

menilai proses. Guru tidak melaksanakan tes unjuk kerja /performance test pada

setiap akhir semester karena tidak ada kesempatan (alokasi waktu), dana dan guru

berpendapat bahwa nilai dari produk yang dibuat siswa sudah cukup.

4. Evaluasi Produk.

Hasil dari evaluasi produk menggambarkan bahwa program pembelajaran

keterampilan seni batik menunjukkan hasil yang baik. Hal ini dibuktikan dengan nilai

UAS murni dan nilai rapot dimana aspek kognitif, sikap dan psikomotorik tergolong

tinggi. Jika dibandingkan dengan pelajaran lain yang mempunyai karakteristik yang

sama seperti seni budaya, maka nilai seni batik termasuk relatif lebih tinggi.

Karakteristik yang sama tersebut bisa dilihat dari muatan materi yang diajarkan

maupun pihak pembuat soal UAS tersebut. Pembuat soal kedua mata pelajaran

tersebut adalah masing-masing guru mata pelajaran itu sendiri. Sedangkan dari nilai

afektif menunjukkan sikap yang positif terhadap mata pelajaran seni batik. Sementara

pada akhir semester gasal tahun pelajaran 2015/2016 ini tidak ada tes khusus ranah

psikomotorik atau praktek. Nilai psikomotorik diambilkan dari nilai selama proses

praktek pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Namun nilai psikomotorik ini

sebetulnya bisa dilihat dari kualitas hasil karya siswa yang berupa kain batik seukuran

sapu tangan atau tapak meja.

Berdasarkan observasi di lapangan, sekolah mulai mengusahakan tempat

praktek seni batik ini dalam area khusus yang terbuka dengan memanfaatkan space

ruang yang masih kosong, yaitu di belakang ruang kelas. Tempat seperti ini tentu

lebih nyaman, tidak terasa gerah dan panas, siswa lebih leluasa bergerak dan

(13)

kelemahannya, yaitu hembusan angin yang lebih kencang akan mengganggu api pada

kompor gas yang digunakan selama praktek.

E. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

1. Program pembelajaran keterampilan seni batik yang baru diterapkan pada semester

gasal tahun pelajaran 2015/2016 di SMA Negeri 1 Cangkringan ini sudah sesuai

dengan kebutuhan siswa. Kecenderungan masyarakat Cangringan yang tidak

melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi karena minimnya dukungan

orangtua terutama dari sisi finansial, siswa mendapatkan bekal keterampilan untuk

bisa hidup mandiri dan mengembangkan kewirausahaannya. Muatan materi seni batik

perlu ditambah dengan pemasaran online, agar produk mereka bisa lebih dikenal

masyarakat. Atau bisa pula bekerja sama dengan mata pelajaran TIK agar pemasaran

online mendapat proporsi yang lebih banyak. Solusi jangka pendek bisa ditempuh

dengan memasukkan kegiatan ini ke dalam website sekolah.

2. Karakteristik guru guru dan siswa sudah sesuai untuk mendukung tercapainya

program keterampilan seni batik ini. Fasilitas ruang praktek dan ketersediaan bahan

dan alat kurang mencukupi. Sekolah bisa meminta siswa untuk menyediakan bahan

kain sendiri dengan memberikan motivasi bahwa produk siswa akan dipakai sebagai

pakaian di sekolah. Bagi siswa ini merupakan kebanggaan tersendiri.

3. Proses pembelajaran sampai dengan kegiatan penilaiannya sudah berjalan baik.

4. Hasil belajar siswa baik kognitif, afektif dan terutama psikomotoriknya dapat

dikatakan baik. Soal UAS yang berorientasi pada pengukuran kemampuan praktek

perlu diperbanyak, meskipun sebetulnya pada ranah ini yang paling tepat adalah

penilalaian otentik ketika proses pembelajaran berlangsung.

5. Secara umum program pembelajaran keterampilan seni batik ini sudah berjalan

dengan baik. Menurut pendapat peneliti, program ini bisa dilanjutkan pada jenjang

kelas yang lebih tinggi lagi (kelas XI). Namun karena di kelas XI masih ada pelajaran

keterampilan Bahasa Jepang, maka perlu dievaluasi juga efektifitas program Bahasa

Jepang ini.

F. DAFTAR RUJUKAN

Brinkerhoff, R. O. et al. (1987). Program evaluation practitioners guide for

(14)

Djawad, D. & Oemar, H. (1989). Model-model mengajar. Bandung: IKIP Bandung

Gagne, R. M. (1983). The condition of learning. New York: Holt, Rinehart and Winston Inc.

Gonzalez, E. B. & Vickery, D. J. (1978). The design of home economics laboratories for Asian Second- Level Schools. Colombo

Gorman, M. R. (1976). The psichology of classroom learning an inductive approach. Columbus: Charles E. Merrill Publishing Company.

Gredler, M. E. B. (1986). Learning and instruction theory into practice. New York: Macmillan Publishing Company.

Isaac, S & Michael, W. B. (1981). Handbook in research and evaluation (2nd ed) California: Edits Publishers.

Kindsvatter, R.Wilen, W.& Ishler, M . (1996). Dynamics of effectif teaching. New York: Longman Publishers.

Said, H. H. (1988). Evaluasi kurikulum. Jakarta: Depdikbud Dirjen Dikti Proyek Pengembangan LPTK.

Suciati. (1996). Teori belajar, motivasi dan keterampilan mengajar. Jakarta:Dirjen Dikti Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Depdikbud.

Sudjana, D. (2000). Strategi pembelajaran. Bandung : Falah Production.

Gambar

Gambar 1. Diagram keadaan latar belakang pendidikan orang tua siswa  SMAN 1 Cangkringan tahun pelajaran 2015/2016

Referensi

Dokumen terkait

Parafrasa: Sudahkan kita saling sabar satu dengan yang lain - Sudahkah kita saling murah hati satu dengan yang lain - Sudahkah kita saling tidak cemburu satu dengan yang lain -

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) untuk pengembangan ideational learning pada SMP RSBI

Pada langkah ini akan terlihat jendela seperti Gambar 3(c), pada daftar “ Family” untuk yang mendapatkan board DE1 untuk “ Family ” pilih CycloneII, kemudian dalam bagian

Dalam bab ini akan diberikan kesimpulan-kesimpulan yang didapat, dimana kesimpulan-kesimpulan tersebut menjawab permasalahan yang ada dalam tugas akhir ini, antara lain desain

lain *ang ! *ang ! onta! dengan onta! dengan penderita secara lan penderita secara lan gsung&amp; atau dengan e!stra! gsung&amp; atau dengan e!stra! !husus *ang dibuat dari

Persebaran kandungan klorofil-a berdasarkan pengamatan dan overlay dengan hasil arus pasang menuju surut menunjukkan bahwa pada stasiun 1,2,3,4 mempunyai

Metode pelayanan pembagian air secara konti- nyu merupakan pemberian air irigasi secara terus menerus selama satu musim tanam sesuai dengan kebutuhan air untuk tanaman

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data hasil penimbangan bobot hidup, pengukuran lingkar dada dan hasil pendugaan bobot hidup berdasarkan pita Dalton terhadap 544