• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Ritus Manuba Ba Adat:Praktik Kontrol Ekologi Masyarakat Dayak Tomun ndau di Desa Batu Tunggal Kalimantan Tengah T2 092013001 BAB V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Ritus Manuba Ba Adat:Praktik Kontrol Ekologi Masyarakat Dayak Tomun ndau di Desa Batu Tunggal Kalimantan Tengah T2 092013001 BAB V"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Bab Lima

Hasil Dan Pembahasan

Modal Sosial Dalam Ritus

Manuba Ba Adat

Pada dasarnya manusia merupakan mahluk sosial yang saling membutuhkan satu dengan yang lainnya. Kebutuhan akan kedekatan dengan yang lain tentunya didasari oleh faktor kepentingan, baik kepentingan individu maupun demi kepentingan bersama, sehingga interaksi yang terjadi akan menghasilkan modal sosial yang ada didalam masyarakat sebagai suatu komunitas. Dalam konteks masyarakat adat, modal sosial juga dipakai sebagai modal penguat masyarakat dalam mendukung keberlanjutan kehidupan. Dalam prosesnya keberlanjutan kehidupan masyarakat adat tidak lepas dari partisipasi masyarakat itu sendiri.

(2)

72

Peran Manter Adat dan Panitia

Peran Manter Adat dalam mempertahankan eksistensi ritus Manuba Ba Adat menjadi point yang sangat penting dalam tulisan ini. Manter adat merupakan pimpinan atau ketua adat tingkat desa. Manter adat adalah sebutan bagi seseorang karena kemampuan dan keahliannya di bidang adat dan hukum adat. Tugas Manter adat adalah melakukan pembinaan, pelestarian dan penegakan adat-istiadat, dengan demikian seorang Manter adat betul-betul menguasai adat-istiadat dan hukum adat pada tingkat desa. Dalam konteks masyarakat adat peran manter adat selaku pemimpin adat mempunyai posisi yang sangat penting. Menurut Riwut (2003: 91), masyarakat Dayak sangat taat dan setia kepada pimpinan adat yang sudah mereka akui. Untuk mendapatkan pengakuan dari masyarakat adat seorang pemimpin harus benar-benar mengayomi dan mengenal masyarakatnya.

Dalam ritus Manuba Ba Adat, peran manter adat selaku pemimpin upacara adat menjadi sangat penting karena manter adatlah yang akan memimpin ritus dan mengkoordinir panitia sehingga kegiatan ritus dapat berjalan dengan baik. Selain memimpin kegiatan ritus, manter adat juga akan mengawasi berjalannya prosesi Manuba Ba Adat dari awal hingga akhir kegiatan ritus.

(3)

Partisipasi dan Modal Sosial Masyarakat Dalam Kegiatan Ritus

Manuba Ba Adat

Dalam kegiatan ritus Manuba Ba Adat, masyarakat yang wajib ikut berpartisipasi merupakan masyarakat Desa Batu Tunggal. Sedangkan beberapa masyarakat yang berada di luar Desa Batu Tunggal seperti masyarakat Nanga Koring, Toka, Sepondam dan Merambang tidak diwajibkan untuk ikut berpartisipasi, akan tetapi beberapa dari masyarakat yang berada diluar Desa Batu Tunggal ini ada yang ikut berpartisipasi. Untuk melihat modal sosial yang dimiliki oleh masyarakat Dayak Tomun Lamandau yang berada di Desa Batu Tunggal maka penulis hanya menggunakan tiga unsur modal sosial, yaitu kepercayaan, kerjasama dan norma. Menurut Fukuyama (2005), modal sosial dapat diartikan sebagai nilai atau norma yang dimiliki bersama oleh suatu kelompok yang memungkinkan kerjasama diantara mereka dan unsur penting dalam modal sosial adalah trust atau kepercayaan, yang merupakan perekat bagi langgengnya kerjasama dalam kelompok masyarakat. Berdasarkan pemikiran Fukuyama, maka modal sosial dalam konteks masyarakat Dayak Tomun Lamandau adalah sebagai berikut;

a. Kepercayaan

Unsur terpenting dalam modal sosial adalah kepercayaan (trust) yang merupakan perekat bagi langgengnya kerjasama dalam kelompok masyarakat. Kepercayaan (Trust) dapat mendorong seseorang untuk bekerjasama dengan orang lain untuk memunculkan aktivitas ataupun tindakan bersama yang produktif. Fukuyama (2002: 24) mendefinisikan kepercayaan sebagai harapan-harapan terhadap keteraturan, kejujuran, perilaku kooperatif yang muncul dari dalam sebuah komunitas yang didasarkan pada norma-norma yang dianut bersama anggota komunitas-komunitas itu.

(4)

74

mendukung keberlangsungan dari prosesi ritus Manuba Ba Adat dan mematuhi norma-norma yang berlaku secara adat.

Bentuk dari kepercayaan ini terlihat dalam ikut berpartisipasinya masyarakat Desa Batu Tunggal secara kolektif mulai dari perencanaan sampai pelaksanaan dari kegiatan ritus Manuba Ba Adat. Aksi kolektif ini terlihat dalam berpartisipasinya seluruh masyarakat yang berada di Desa Batu Tunggal dan juga beberapa sekolah yang berada di Desa Batu Tunggal memutuskan untuk meliburkan siwanya untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini.

Berdasarkan wawancara dengan saudara Eby Martoni, Masyarakat berpartisipasi secara kolektif dikarenakan mereka merasa bahwa mereka merupakan bagian dari komunitas adat yang berada di Desa Batu Tunggal sehingga mereka merasa wajib untuk ikut terlibat dalam setiap kegiatan ritus yang diadakan di Desa Batu Tunggal termasuk kegiatan ritus Manuba Ba Adat. Masyarakat percaya jika mereka mengadakan kegiatan ritus Manuba Ba Adat maka akan turun hujan karena kegiatan ini merupakan ritus meminta hujan dan juga merupakan rentetan dari ritus Manugal. Berikut kutipan wawancaranya:

“kami ikut terlibat dalam kegiatan ritus ini karena ini adalah

kegiatan adat yang sudah ada sejak jaman nenek moyang dulu jadi selain untuk melestarikan warisan nenek moyang, ritus ini harus dilakukan supaya hujan turun dan ladang menjadi subur karena kegiatan ini merupakan rentetan dari

ritus manugal”

b. Kerjasama atau gotong royong

Fukuyama (2002) berpendapat bahwa unsur terpenting dalam modal sosial adalah kepercayaan (trust) yang merupakan perekat bagi langgengnya kerjasama dalam kelompok masyarakat. Dengan kepercayaan (trust) orang-orang akan bisa bekerjasama secara lebih efektif.

(5)

kerjasama. Kerjasama yang terjadi dalam kegiatan ritus ini adalah seperti bekerjasama dalam mendirikan balai, menyediakan tuak, menyediakan lomang (ketan yang dimasak didalam bambu), iuaran untuk sesaji, mencari tiang pantar di sungai, mencari bambu untuk dijadikan gelas.

c. Norma

Norma merupakan kesepakatan bersama yang berperan untuk mengontrol dan menjaga hubungan antara individu dengan individu lainnya dalam kehidupan bermasyarakat. Norma-norma masyarakat merupakan patokan untuk bersikap dan berperilaku secara pantas yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasar, yang mengatur pergaulan hidup dengan tujuan untuk mencapai suatu tata tertib (Soerjono Soekanto, 2002: 198). Menurut Coleman (2011), norma biasanya dibangun, tumbuh, dan dipertahankan untuk memperkuat masyarakat itu sendiri. Norma-norma sosial diciptakan secara sengaja. Dalam pengertian bahwa orang-orang yang memprakarsai/ikut mempertahankan suatu norma merasa diuntungkan oleh kepatuhannya pada norma dan merugi karena melanggar norma.

(6)

76

percaya akan adanya tulah1. Berdasarkan hasil temuan dilapangan, ada

beberapa jenis pamali yang mempunyai makna dan maksud untuk menjaga lingkungan, dapat dijelaskan secara rasional dan dalam konteks sekarang disebut sebagai sistem konservasi, walaupun juga ada beberapa larangan yang tidak bisa dijelaskan dalam kerangka ilmiah.

Berdasarkan beberapa penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa modal sosial yang dimiliki oleh masyarakat Dayak Tomun Lamandau yang berada di Desa Batu Tunggal adalah tipe modal sosial yang mengikat (Bonding Social Capital). Menurut Hasbullah (2006), Modal sosial terikat (Bonding Social Capital), merupakan modal sosial yang terbentuk akibat adanya rasa percaya antar kelompok orang yang saling mengenal. Ciri khas dari modal sosial terikat yakni anggota kelompok maupun kelompok dalam konteks ide, relasi dan perhatian lebih berorientasi kedalam (inward looking), dengan ragam masyarakat yang homogenius. Fokus perhatiannya adalah menjaga nilai-nilai yang turun temurun telah diakui dan dijalankan sebagai bagian dari tata perilaku dan perilaku moral dari entitas sosial tersebut, umumnya mereka konservatif (Supomo, 2011).

Praktik Merawat Lingkungan Dalam Ritus

Manuba Ba Adat

Masyarakat Dayak memiliki konsep religi yang dikenal dengan Agama Kaharingan. Mereka percaya bahwa roh-roh nenek moyang bersemayan di pohon, gua, batu dan hutan,sehingga dalam melakukan segala sesuatu masyarakat biasanya akan memberikan sesaji untuk meminta ijin kepada roh-roh nenek moyang jika mereka hendak melakukan segala sesuatu seperti mengadakan ritual adat, menebang pohon atau hendak membuka lahan untuk berladang. Dengan konsep keyakinan tersebut membuat masyarakat Dayak sanggup menjaga keharmonisan antara hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan roh-roh nenek moyang, hubungan manusia dengan sesama dan hubungan manusia dengan alam dan segala isinya. Oleh karena adanya multi hubungan tersebut membuat masyarakat Dayak

(7)

sangat patuh terhadap norma adat yang berlaku, sehingga masyarakat Dayak sangat menghormati sesama dan sangat menghormati alamnya. Bentuk ketaatan masyarakat Dayak terhadap alam tertuang dalam bentuk ketaatan mereka terhadap mengelola lingkungan alam mereka.

Dalam konteks ritus Manuba Ba Adat, masyarakat Dayak Tomun Lamandau memiliki modal sosial yang menghasilkan habitus merawat lingkungan yang tertuang dalam sistem pamali yang dimiliki dan diterapkan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Handoyo (2012: 72), Habitus merupakan wahana bagi kelompok sosial untuk menggunakan simbol-simbol budaya sebagai tanda pembeda, yang menandai dan membangun posisi mereka dalam struktur sosial.

Habitus yang dimiliki masyarakat inilah yang membedakan kegiatan Manuba masyarakat adat yang dilakukan oleh masyarakat Desa Batu Tunggal dengan masyarakat yang lain. Bentuk dari habitus tersebut adalah masih diberlakukannya norma dan aturan adat yang tertuang dalam sistem pamali. Dalam praktiknya, kegiatan ritus Manuba Ba Adat diatur oleh norma-norma adat yang tertuang dalam larangan (Pamali), seperti dilarang manuba jika tidak ada waktu Manuba Ba Adat. Berikut merupakan beberapa larangan atau pamali yang berhubungan dengan prosesi ritus Manuba Ba Adat, yaitu:

a. Larangan sembarang manuba

Dalam masyarakat Dayak Tomun Lamandau yang berada di Desa Batu Tunggal, ada larangan yang diberikan mengenai kegiatan Manuba Ba Adat, yaitu masyarakat dilarang secara adat untuk tidak sembarangan Manuba jika tidak ada kegiatan ritus Manuba Ba Adat. Dalam konteks sekarang sistem ini merupakan konsep konservasi yang sudah diterapkan oleh masyarakat Dayak Tomun Lamandau sejak jaman nenek moyang dan pengetahuan ini diturunkan secara lisan dari satu generasi ke generasi yang lebih muda.

(8)

78

dikarenakan banyaknya pendatang yang datang ke Kalimantan khususnya daerah Kabupaten Lamandau sehingga ketika musim kemarau tanpa mengenal waktu masyarakat yang sudah tidak memahami tentang sistem pamali ini akan melakukan kegiatan manuba. Kegiatan manuba yang dilakukan dengan sembarangan tanpa adanya norma adat yang berlaku biasa disebut dengan Manuba Ilegal yaitu kegiatan Manuba yang biasanya dilakukan oleh masyarakat di mana dalam pelaksanaannya tidak ada kordinasi yang jelas dan pesertanya juga hanya ± sekitar 4-8 orang saja. Kegiatan ini biasanya dilakukan spontan dan masyarakat biasanya hanya fokus pada mencari ikan. Akar tuba yang dipakai biasanya dicampur dengan bahan kimia lainnya seperti racun hama, petisida, tiodan, potas dan decis. Kegiatan ini biasanya dilakukan di danau atau kolam. Masyarakat yang ikut serta dalam Manuba ilegal ini biasanya adalah masyarakat pendatang dan juga beberapa masyarakat lokal yang sudah tidak begitu memahami tentang pengetahuan lokal dan adat istiadat mereka.

Berbeda dengan masyarakat adat yang berada di Desa Batu Tunggal, mereka masih mematuhi sistem pamali ini, hal ini dikarenakan masyarakat masih percaya terhadap akibat yang akan mereka terima jika mereka tidak mengikuti larangan ini. Dalam hal mencari ikan biasanya masyarakat masih menggunakan peralatan tradisional dalam menangkap ikan seperti menggunakan jala (Menyala), menyuar2, menajur, memancing (Memancig’ng),

Menengkala’3, bubu4, memukat5, Menanghu’6, Mangap’m7,

Nyelabu8.

2 Menyuar artinya mencari ikan dengan cara menombak. Kegiatan mencari ikan

dengan cara menyuar biasanya dilakukan pada malam hari dengan menggunakan alat bantu penerangan seperti senter, obor dan lampu suar.

3 Mencari ikan dengan cara memasang anyaman bambu yang kurang lebih menyerupai

botol raksasa, di mana bagian yang satu lebih besar dari pada bagian ujung yang lain. Bagian ujung tertutup oleh bambu yang menyerupai helai-helai, sebagai jalan masuk ikan. Ujung dari anyaman bambu ini selalu menghadap kearah hulu sungai.

4 Mencari ikan dengan cara memasang perangkap ikan yang telah dianyam dari bambu

(9)

b. Larangan tentang membuang ampas tuba.

Dalam pelaksanaan ritus Manuba Ba Adat, akar tuba yang sudah dipukul dan diperas akan meninggalkan ampas dan ampas ini bagi masyarakat Dayak Tomun Lamandau yang berada di Desa Batu Tunggal disebut sebagai ampas tuba. Ampas tuba yang sudah diperas tersebut tidak boleh dibuang sembarangan. Masyarakat biasanya akan membawa ampas tuba tersebut ke ladang mereka dan ampas tersebut akan dijemur dan kemudian dibakar di ladang. Fungsi dari ampas tuba yang dibakar ini adalah bisa mengusir segala macam hama yang akan mengganggu tanaman yang ada di ladang. Hal tersebut sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Sugianto (1984) mengenai ekstrak dari akar tuba. Menurutnya akar tuba yang telah dikeringkan dapat digunakan sebagai insektisida alami.

Selain yang sudah dipaparkan di atas, masyarakat Dayak Tomun Lamandau juga mempunyai pengetahuan lokal yang berhubungan dengan merawat lingkungan yang dipraktikkan dalam ritus Manuba Ba Adat, seperti pengetahuan masyarakat tentang waktu ikan memijah. Tanpa sadar masyarakat Dayak Tomun Lamandau sebenarnya mempunyai pengetahuan yang sudah diturunkan oleh nenek moyang mengenai karakteristik ikan yang berada di Sungai.

Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan oleh Mackinnon dkk (2000) di beberapa sungai di Kalimantan, yaitu sebelum musim penghujan yang akan tiba pada bulan Oktober, biasa-

5 cara mencari ikan dengan cara memasang nilon yang telah dianyam terlebih dahulu

dengan berbagai ukuran, nilon ini dipasang atau direntangkan di sungai yang arusnya agak tenang. Fungsinya untuk menghadang ikan.

6 cara menangkap ikan dengan menggunakan rotan yang sudah dianyam berbentuk

cekung, kemudian alat ini digunakan untuk menggiring ikan supaya mudah untuk ditangkap. Nama alat yang digunakan adalah tanghu’.

7 Menangkap ikan dengan cara diraba menggunakan tangan. Kegiatan ini biasanya

dilakukan pada saat musim kemarau atau pada waktu air sungai sedang dangkal.

8 Cara menangkap ikan dengan menombak. Nama alat yang digunakan adalah

(10)

80

nya ikan akan menuju anak sungai yang lebih kecil dan terus ke daratan menuju tempat yang akan terlanda banjir untuk memijah dan mencari makan. Biasanya telur akan menjadi masak dengan cepat dan dapat menetas dalam waktu beberapa hari. Ketika anak-anak ikan menetas, hal ini akan bertepatan pada ledakan pertumbuhan ganggang yang merupakan produktivitas tumbuhan dan binatang invertebrata setelah banjir. Berdasarkan pemikiran Mackinnon, maka dapat disimpulkan bahwa ketika ritus Manuba Ba Adat dilaksanakan tidak akan membunuh anak-anak ikan, dan berdasarkan beberapa wawancara, kegiatan ritus Manuba Ba Adat tidak mempengaruhi jumlah ikan yang mereka tangkap karena menurut mereka ikan yang selama ini mereka dapatkan dari hasil di sungai masih cukup untuk menenuhi kebutuhan konsumsi ikan mereka.

(11)

Peran Ritus

Manuba Ba Adat

dalam Pembangunan

Berkelanjutan

Dalam konteks keberlanjutan kehidupan masyarakat adat dan lingkungannya, kearifan lokal dari ritus Manuba Ba Adat memberikan kontribusi dalam memberikan pengetahuan tentang sistem konservasi secara adat. Hal ini sejalan dengan pemikirannya Siswadi (2010), menurutnya kearifan lokal merupakan modal sosial dalam pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan, sehingga perlu untuk dikaji dan ditempatkan pada posisi strategis untuk dikembangkan menuju pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan kearah yang lebih baik. Melihat peran kearifan lokal dalam konteks pembangunan berkelanjutan Syafa’at (2008) menegaskan bahwa sistem kearifan lokal masyarakat adat sangat diperlukan untuk memberikan masukan yang sangat penting untuk mengembangkan pembangunan berkelanjutan dalam pengelolaan sumber daya alam.

Sistem kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat adat merupakan nilai-nilai dari pengetahuan lokal masyarakat yang diturunkan secara turun temurun oleh nenek moyang mereka. Dalam konteks keberlanjutan ekologi masyarakat Dayak Tomun Lamandau, praktik merawat lingkungan terlihat dalam interaksi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, seperti adanya sistem Pamali (Larangan), dan juga terlihat dalam kegiatan ritus Manuba Ba Adat. Praktik merawat lingkungan yang dilakukan oleh masyarakat Dayak merupakan hubungan mutualisme antara manusia dan alamnya sehingga keberlanjutan ekologi dalam konteks masyarakat lokal dapat terjalin dengan baik dan dapat menunjang kehidupan mereka.

(12)

bersama-82

sama. Kearifan lokal seperti itu telah terbukti ampuh menyelamatkan suatu kawasan beserta isinya dengan berbagai bentuk larangan yang disertai dengan sanksi adat bagi yang melanggarnya. Bagi mereka yang melanggar ketentuan tersebut akan dikenai denda yang besarnya ditetapkan oleh kepala adat setempat. Kearifan lokal akan menjamin keberhasilan karena di dalamnya mengandung norma dan nilai-nilai sosial yang mengatur bagaimana seharusnya membangun keseim-bangan antara daya dukung lingkungan alam dengan gaya hidup dan kebutuhan manusia. Begitu juga dengan budaya sasi kelapa yang diterapkan di Desa Ngilngof, Maluku Tenggara. Budaya Sasi Kelapa merupakan bagian dari kearifan lokal mengenai konsep konservasi. Sasi merupakan sistem “larangan” yang bersifat melindungi sesuatu atau hasil tertentu dalam batas waktu tertentu dan diberlakukan dengan tanda tertentu dan mempunyai sifat atau ketentuan hukum yang berlaku untuk umum. Sasi kelapa adalah salah satu bagian dari sasi darat yang dilakukan pada sumberdaya alam di darat. Sasi dimaksudkan untuk mengatur perilaku masyarakat dalam memanfaatkan sumberdaya alam di sekitar mereka. Berdasarkan temuan di lapangan oleh Renjaan dkk (2013), budaya sasi dapat berjalan dengan baik karena adanya partisipasi dan kesadaran masyarakat lokal terhadap hubungan harmonis mereka terhadap alam, selain itu adanya sanksi adat yang diberlakukan dan dipatuhi oleh masyarakat walaupun hukum yang berlaku masih merupakan hukum lisan.

(13)

kebenarannya oleh suatu masyarakat dan mewarnai perilaku hidup masyarakat tersebut. Tindakan nyata, sikap dan perilaku manusia terhadap lingkungan yang mengandung nilai-nilai pelestarian ekosistem adalah bagian dari kecerdasan ekologis suatu masyarakat. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kecerdasan ekologis masyarakat Bajo tampak dalam tradisi melaut mamia kadialo, pengelolaan permukiman, perilaku dalam memperoleh hasil tangkapan dan pengetahuan masyarakat tentang gejala alam laut dan pesisir. Diharapkan nilai-nilai ini dapat direkonstruksi dan disosialisasikan sehingga menjadi identitas masyarakat pesisir lainnya (Utina, 2012).

Analisa Kritis

Dalam analisa kritis, penulis hendak memaparkan tentang tantangan yang dihadapi oleh masyarakat adat mengenai sistem pengetahuan lokal masyarakat tentang konservasi yang tertuang dalam kegiatan ritus Manuba Ba Adat jika dihadapkan pada realitas pembangunan yang terjadi di Kalimantan.

Dalam konteks pembangunan berkelanjutan ada tiga pilar utama yang harus diperhatikan dan harus memiliki porsi yang seimbang yaitu ekonomi, lingkungan dan sosial. Akan tetapi berdasarkan realitasnya sangat sulit untuk membagi porsi yang sama terhadap ketiga aspek yang telah ditawarkan dalam konteks pembangunan yang berkelanjutan tersebut. Hal ini dapat terlihat dalam konteks Kalimantan, di mana pembangunan ekonomi dengan sasaran utama pada pertumbuhan ekonomi masih terlihat dominan, contohnya menjamurnya perusahaan HTI9 dan perkebunan kelapa

sawit. Dampak yang sudah dapat dirasakan oleh masyarakat lokal adalah dampak lingkungan yang ditimbulkan akibat dari aktifitas ekonomi tersebut, seperti tercemarnya sungai dan danau akibat dari limbah yang dihasilkan. Menurut Mackinnon dkk (2000:3), pencemaran sungai karena pembukaan hutan, limbah industri, limbah rumah tangga dari penambangan emas tanpa ijin, telah menyebabkan

(14)

84

banyak sungai menjadi tercemar dan dapat menyebabkan kerugian sebagian sumber daya ikan. Menurutnya pembangunan di Kalimantan dapat menyebabkan keuntungan ekonomi jangka pendek jika tanpa adanya perencanaan yang seksama karena dampak dari keuntungan ekonomi ini adalah kerusakan lingkungan jangka panjang.

Dalam konteks masyarakat Dayak Tomun Lamandau, praktik merawat lingkungan yang tertuang dalam ritus Manuba Ba Adat sangat memberi kontribusi dalam keberlanjutan ekologi, akan tetapi dengan adanya sistem pertanian modern yang sudah tidak menggunakan pupuk organik membuat air menjadi terkontaminasi sehingga keberlanjutan ekologi khususnya ikan menjadi terganggu. Sehingga ketersediaan ikan hanya cukup untuk konsumsi sendiri. Menurut masyarakat Dayak Tomun Lamandau yang berada di Desa Batu Tunggal, ketersediaan ikan yang berada di Sungai Bulik sangat cukup untuk mencukupi kebutuhan konsumsi ikan mereka, akan tetapi berdasarkan dinas perikanan, ketersediaan ikan sudah tidak mencukupi kebutuhan masyarakat. Hal ini dikarenakan ikan yang dihasilkan bukan hanya untuk konsumsi pribadi saja tetapi juga untuk diperjual belikan.

(15)

barat maka lebih tepat disebut masyarakat yang bersifat dualistik atau dual society.

Referensi

Dokumen terkait

Saat ini korupsi terkesan memasuki ... Reformasi yang diharapkan menuju Indonesia lebih baik ternyata tidak sesuai dengan apa yang … Pemberantasan korupsi di

Demikian agar pengumuman ini diketahui oleh seluruh peserta pelelangan kemudian atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih. POKJA ULP Kegiatan Pembangunan Sarana

Penentuan pH larutan HCl dari pencampuran gas HCl ke dalam air yang volumnya dianggap tidak berubah sesuai keadaan gas umum.

In terms of the content of the Shari’ah report, 19 percent of IFIs in Malaysia indicated that the Shari’ah report contained information on duties and services of the Shari’ah board,

Pokja ULP Kegiatan Pembangunan gedung kantor Pekerjaan Pengawas Pembanguan Gedung DPU Kota Tegal Pada Dinas Pekerjaan Umum Kota Tegal akan melaksanakan Seleksi Sederhana

Salah satu cara yang ditempuh oleh pemerintah Indonesia untuk mencegah OPTK yang mempunyai resiko tinggi yaitu dengan menerapkan Pest Risk Analysis (PRA) pada polong kacang tanah

Salah satu cara yang ditempuh oleh pemerintah Indonesia untuk mencegah OPTK yang mempunyai resiko tinggi yaitu dengan menerapkan Pest Risk Analysis (PRA) pada polong kacang tanah

Tarekat Naqsyabandiyyah Khalidiyyah masuk dan berkembang pesat di Malaysia melalui silsilah mursyid dari para ulama Nusantara yang belajar Islam di Timur Tengah, khususnya di