• Tidak ada hasil yang ditemukan

Formulasi Krim Anti-Aging Yang Mengandung Minyak Kelapa Murni (Virgin Coconut Oil) Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Formulasi Krim Anti-Aging Yang Mengandung Minyak Kelapa Murni (Virgin Coconut Oil) Chapter III V"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini dilakukan secara eksperimental meliputi pembuatan sediaan krim minyak kelapa murni dengan konsentrasi 5, 10, 15 dan 20%, pemeriksaan terhadap sediaan (uji homogenitas, uji pH, penentuan tipe emulsi, uji stabilitas sediaan), pengelompokan sukarelawan, uji iritasi terhadap sukarelawan dan uji kemampuan sediaan sebagai anti-aging.

3.1 Alat dan Bahan 3.1.1 Alat - alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah: skin analyzer dan

moisture checker, lumpang porselin, stamfer, cawan porselin, alat-alat gelas, penangas air, pH meter, dan neraca analitik.

3.1.2 Bahan - bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: aquadest, asam stearat, setil alkohol, sorbitol, propilen glikol, trietanolamin, metil paraben, minyak kelapa murni (VCO), metil biru, larutan dapar pH asam (pH 4,01), larutan dapar pH netral (pH 7,01).

3.2 Sukarelawan

(2)

3.3 Formula Sediaan Krim

3.3.1 Formula Standar Krim m/a (Young, 1972) R/ Asam stearat 12

Setil alkohol 0,5

Sorbitol 5

Propilen glikol 3 Trietanolamin 1

Gliserin 1-5 tetes Metil paraben q.s

Parfum q.s

Akuades ad 100

3.3.2 Formula Sediaan Krim

Formula krim yang digunakan dimodifikasi tanpa gliserin karena fungsinya sama dengan propilen glikol, sorbitol sebagai humektan. Formula dasar krim sebagai berikut :

R/ Asam stearat 12 Setil alkohol 0,5

Sorbitol 5

Propilen Glikol 3 Trietanolamin 1 Metil Paraben 0,1

Parfum q.s

(3)

Konsentrasi minyak yang digunakan dalam pembuatan sediaan krim anti -aging masing-masing adalah 5, 10, 15, dan 20% (Nst, 2015). Formulasi dasar krim tanpa minyak kelapa murni dibuat sebagai blanko dan sebagai baku pembanding digunakan krim anti-aging dari pasaran (Pond’s age miracle). Rancangan formulasi dijelaskan pada Tabel 3.1 sebagai berikut :

Tabel 3.1. Komposisi bahan dalam krim

Bahan Konsentrasi (gram)

Krim F0

(Blanko) Krim F1 (5%) Krim F2 (10%) Krim F3 (15%) Krim F4 (20%) Minyak

kelapa Murni

- 5 10 15 20

Dasar

krim 100 95 90 85 80

3.3.3 Pembuatan sediaan krim

(4)

3.4 Pemeriksaan terhadap sediaan krim 3.4.1 Pemeriksaan homogenitas

Sejumlah tertentu sediaan jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang sesuai, sediaan harus menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar (Ditjen POM, 1979).

3.4.2 Penentuan tipe emulsi sediaan

Penentuan tipe emulsi sediaan dilakukan dengan penambahan sedikit biru metil ke dalam sediaan, jika larut sewaktu diaduk, maka emulsi tersebut adalah tipe minyak dalam air (Ditjen POM, 1985).

3.4.3 Pengukuran pH sediaan

Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan pH meter. Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar pH netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat menunjukkan harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan air suling, lalu dikeringkan dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang 1 gram sediaan dan dilarutkan dalam 99 ml air suling. Kemudian elektroda dicelupkan dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH sampai konstan. Angka yang ditunjukkan pH meter merupakan pH sediaan (Rawlins, 2002).

3.4.4 Pengamatan stabilitas sediaan

(5)

3.5 Uji Iritasi Terhadap Sukarelawan

Percobaan ini dilakukan terhadap 12 orang sukarelawan untuk mengetahui apakah sediaan yang dibuat dapat menyebabkan kemerahan, gatal dan pengkasaran pada kulit.

Cara: Kosmetika dioleskan di bagian belakang telinga, kemudian dibiarkan selama 24 jam dan lihat perubahan yang terjadi berupa kemerahan, gatal dan pengkasaran pada kulit (Wasitaatmadja, 1997).

3.6 Pengujian aktivitas anti-aging

Pengujian aktivitas anti-aging menggunakan sukarelawan sebanyak 18 orang dan dibagi menjadi 6 kelompok, yaitu:

Kelompok I : 3 orang sukarelawan untuk krim F0 (blanko)

Kelompok II : 3 orang sukarelawan untuk krim F1 (konsentrasi minyak kelapa murni 5%) Kelompok III : 3 orang sukarelawan untuk krim F2

(konsentrasi minyak kelapa murni 10%) Kelompok IV : 3 orang sukarelawan untuk krim F3

(konsentrasi minyak kelapa murni 15%) Kelompok V : 3 orang sukarelawan untuk krim F4

(konsentrasi minyak kelapa murni 20%) Kelompok VI : 3 orang sukarelawan untuk krim F5

pembanding (produk pasaran)

(6)

dilakukan dengan pengolesan krim sebutir jagung sekitar 0,05 g hingga merata seluas area yang telah ditandai, krim dioleskan berdasarkan kelompok yang telah ditetapkan di atas, pengolesan dilakukan sebanyak 2 kali sehari selama 4 minggu. Perubahan kondisi kulit diukur setiap minggu selama 4 minggu dengan menggunakan skin analyzer.

3.7 Analisis data

(7)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pemeriksaan Terhadap Sediaan Krim 4.1.1 Hasil pemeriksaan homogenitas

Dari hasil pengamatan homogenitas krim anti-aging yang mengandung minyak kelapa murni (VCO) diperoleh bahwa semua sediaan krim yang dibuat tidak terdapat butiran kasar, seperti terlihat pada Lampiran 7 halaman 55.

4.1.2 Hasil penentuan tipe emulsi sediaan

Hasil penentuan tipe emulsi sediaan krim dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan gambarnya pada Lampiran 7 halaman 55.

Tabel 4.1 Data kelarutan metil biru pada sediaan krim

No Formula Kelarutan Biru Metil pada Sediaan Ya Tidak

1 F0  −

2 F1  −

3 F2  −

4 F3  −

5 F4  −

6 F5  −

Keterangan: F0 : Blanko (dasar krim)

F1 : Krim minyak kelapa murni (VCO) 5% F2 : Krim minyak kelapa murni (VCO) 10% F3 : Krim minyak kelapa murni (VCO) 15% F4 : Krim minyak kelapa murni (VCO) 20% F5 : Krim pembanding

(8)

mudah menyebar di permukaan kulit, tidak lengket dan mudah dihilangkan dengan pencucian.

4.1.3 Hasil pengukuran pH sediaan

Hasil pengukuran pH sediaan krim minyak kelapa murni (VCO) dilakukan dengan menggunakan pH meter.

Tabel 4.2 Data pengukuran pH sediaan krim

Formula 0 1 Lama Pengamatan (Minggu) 2 3 4 12

F0 6,9 6,9 7,0 7,1 7,2 7,3

F1 6,5 6,5 6,6 6,7 6,9 7,0

F2 6,4 6,5 6,7 6,8 6,9 7,0

F3 6,4 6,6 6,8 6,9 6,9 7,0

F4 6,3 6,5 6,6 6,7 6,8 6,9

F5 6,8 6,8 6,8 6,8 6,8 6,8

Keterangan: F0 : Blanko (dasar krim)

F1 : Krim minyak kelapa murni (VCO) 5% F2 : Krim minyak kelapa murni (VCO) 10% F3 : Krim minyak kelapa murni (VCO) 15% F4 : Krim minyak kelapa murni (VCO) 20% F5 : Krim pembanding

Pengukuran pH sediaan dilakukan pada saat setelah selesai dibuat, kemudian setelah penyimpanan 4, 8, 9, 10, 11, dan 12 minggu. Hasil pengukuran pH tiap formula menunjukkan bahwa dengan meningkatnya konsentrasi minyak kelapa murni (VCO) maka pH sediaan semakin rendah, namun perubahan tersebut masih dalam standar persyaratan pH untuk sediaan krim yaitu antara pH 5-8 (Balsam, 1972). Sedangkan untuk krim pembanding tidak mengalami perubahan pH.

4.1.4 Hasil pengamatan stabilitas sediaan

(9)

yang berbeda pada permukaan atau dasar emulsi. Oleh sebab itu, perlu dilakukan uji evaluasi selama 3 bulan dan dianggap sebagai stabilitas minimum yang harus dimiliki oleh suatu emulsi. Berikut data hasil pengamatan stabilitas selama 90 hari dapat dilihat pada Tabel 4.3 di bawah ini.

Tabel 4.3 Data hasil pengamatan terhadap kestabilan sediaan krim pada saat sediaan selesai dibuat, 7, 14, 21, 28 dan 90 hari

No Formula Keterangan: F0 : Blanko (dasar krim)

F1 : Krim minyak kelapa murni (VCO) 5% F2 : Krim minyak kelapa murni (VCO) 10% F3 : Krim minyak kelapa murni (VCO) 15% F4 : Krim minyak kelapa murni (VCO) 20% F5 : Krim pembanding

x : Perubahan warna y : Perubahan bau z : Pemisahan fase  : Terjadi perubahan - : Tidak terjadi perubahan

Berdasarkan data yang diperoleh, menunjukkan bahwa masing-masing formula yang telah diamati selama 90 hari memberikan hasil yang baik yaitu tidak mengalami perubahan warna, bau dan pemisahan fase. Gambar sediaan krim setelah dibuat dan setelah disimpan selama 90 hari dalam suhu kamar dapat dilihat pada Lampiran 6 halaman 54.

(10)

teroksidasi. Sediaan emulsi dikatakan tidak stabil jika mengalami Floculation, coalesent, creaming, breaking dan inversi.

Menurut Ansel (1989), suatu emulsi menjadi tidak stabil akibat penggumpalan dari pada globul-globul dari fase terdispersi. Rusak atau tidaknya suatu sediaan emulsi dapat diamati dengan adanya perubahan warna dan perubahan bau. Untuk mengatasi kerusakan bahan akibat adanya oksidasi dapat dilakukan dengan penambahan suatu antioksidan. Kerusakan juga dapat ditimbulkan oleh jamur atau mikroba, untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan dengan penambahan pengawet. Pengawet yang digunakan dalam formulasi krim minyak kelapa murni (VCO) adalah nipagin.

Hasil Uji Iritasi Terhadap Kulit Sukarelawan

Hasil uji iritasi terhadap kulit sukarelawan yang dioleskan pada kulit yang tipis di bagian belakang telinga dibiarkan selama 24 jam.

Tabel 4.5 Tabel 4.4. Data hasil uji iritasi terhadap kulit sukarelawan

Reaksi iritasi Sukarelawan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1 Kemerahan - - - -

2 Gatal - - - -

3 Pengkasaran kulit - - - - Keterangan: + : kemerahan

++ : gatal

+++ : pengkasaran kulit - : tidak terjadi

(11)

oleh sediaan krim minyak kelapa murni (VCO) yang dioleskan ke kulit. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sediaan krim minyak kelapa murni (VCO) yang dibuat aman untuk digunakan.

Hasil Pengujian Aktivitas Anti-Aging

Pengujian efektivitas anti-aging menggunakan skin analyzer Aramo, parameter uji meliputi pengukuran kadar air (moisture), pori (pore), banyaknya noda (spot) dan keriput (wrinkle). Pengukuran efektivitas anti-aging dimulai dengan mengukur kondisi awal kulit punggung tangan. Kemudian dioleskan krim minyak kelapa murni (VCO) setiap pagi dan malam hari. Seminggu sekali diukur perubahannya, sampai 4 kali pengukuran. Data yang diperoleh pada setiap parameter anti-aging diuji normalitas dengan Shapiro-Wilk test, diperoleh nilai p ≤ 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data tidak terdistribusi normal, sehingga dilakukan uji non parametrik Kruskal Wallis untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antar formula dalam memulihkan kulit kemudian dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney untuk mengetahui pada formula mana yang terdapat perbedaan secara signifikan. Hasil uji statistik dapat dilihat pada Lampiran 9 halaman 63-82.

Kadar air (moisture)

Pengukuran kadar air dilakukan dengan menggunakan alat moisture checker

(12)

formula kecuali blanko mengalami peningkatan kadar air dari dehidrasi menjadi normal.

Tabel 4.5 Data hasil pengukuran kadar air (moisture) pada punggung tangan sukarelawan setelah pemakaian krim anti-aging selama 4 minggu

Formula Suka- Relawan Kadar air (%) an kadar air Peningkat-(%)

Dehidrasi 0-29; Normal 30-50; Hidrasi 51-100 (Aramo, 2012) F0 : Blanko (dasar krim)

(13)

Pada sukarelawan yang memakai krim dengan formula formula F4 (krim minyak kelapa murni (VCO) 20%) memiliki persentase peningkatan kadar air yang lebih tinggi dari formula F0, F1, F2, F3, dan F5. Grafik pengaruh pemakaian krim anti-aging terhadap kadar air kulit dapat dilihat pada Gambar 4.1 dan 4.2.

0

awal minggu 1 minggu 2 minggu 3 minggu 4

kad

Gambar 4.1 Grafik hasil pengukuran kadar air (moisture) pada punggung tangan sukarelawan kelompok blanko, krim minyak kelapa murni (VCO) 5; 10; 15; 20% dan krim pembanding selama 4 minggu

0 sukarelawan kelompok blanko, krim minyak kelapa murni (VCO) 5; 10; 15; 20% dan krim pembanding setelah 4 minggu

(14)

krim anti-aging setiap minggu selama 4 minggu. Hasil analisis statistik setelah 4 minggu pemakaian krim anti-aging menunjukkan bahwa terdapat perbedaan peningkatan kadar air yang signifikan (p ≤ 0,05) antara blanko dengan semua krim minyak kelapa murni (VCO) dan pembanding. Akan tetapi, antara F2, F3, F4 dengan F5 tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p > 0,05).

4.3.2 Pori (pore)

Pengukuran pori menggunakan perangkat skin analyzer yaitu dengan lensa perbesaran 60 kali dengan warna lampu sensor berwarna biru, pada waktu melakukan pengukuran kehalusan kulit, maka secara otomatis pengukuran pori ikut terbaca. Hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel 4.6, yang menunjukkan bahwa pori punggung tangan semua kelompok sukarelawan sebelum pemakaian krim anti-aging adalah beberapa besar (20-39). Setelah pemakaian krim

anti-aging selama 4 minggu, hasil pengukuran pori pada sukarelawan yang memakai krim minyak kelapa murni mengalami perubahan yang tidak berarti .

Data selanjutnya dianalisis dengan menggunakan uji non parametrik Kruskal Wallis. Hasil analisis statistik dari pengukuran pori menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (p ≤ 0,05) antar formula setelah pemakaian krim

anti-aging pada minggu keempat. Hasil analisis statistik setelah 4 minggu pemakaian krim anti-aging menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan (p ≤ 0,05) antara blanko dengan semua krim minyak kelapa murni (VCO) dan pembanding. Akan tetapi, antara F2, F3, F4 dengan F5 tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p > 0,05).

(15)

Tabel 4.6 Data hasil pengukuran pori (pore) pada punggung tangan sukarelawan setelah pemakaian krim anti-aging selama 4 minggu

Formula Suka- relawan Pori Pengecilan pori

Kecil 0-19; Beberapa besar 20-39; Sangat besar 40-100 (Aramo, 2012). F0 : Blanko (dasar krim)

F1 : Krim minyak kelapa murni (VCO) 5% F2 : Krim minyak kelapa murni (VCO) 10% F3 : Krim minyak kelapa murni (VCO) 15% F4 : Krim minyak kelapa murni (VCO) 20%

(16)

0

awal minggu 1 minggu 2 minggu 3 minggu 4

Por sukarelawan kelompok blanko, krim minyak kelapa murni (VCO) 5; 10; 15; 20% dan krim pembanding selama 4 minggu

0

Gambar 4.4 Grafik pengecilan pori (pore) pada punggung tangan sukarelawan kelompok blanko, krim minyak kelapa murni (VCO) 5; 10; 15; 20% dan krim pembanding setelah 4 minggu

Ukuran pori-pori berhubungan erat erat dengan kehalusan pada kulit. Semakin kecil ukuran pori-pori pada kulit menunjukkan semakin halus kulit tersebut, sebaliknya semakin besar ukuran pori-pori menunjukkan semakin kasar kulit tersebut.

(17)

sehingga menyebabkan jerawat lebih mudah timbul (Muliyawan dan Suriana, 2013).

4.3.3 Noda (spot)

Pengukuran banyaknya noda dengan menggunakan perangkat skin analyzer dengan lensa perbesaran 60 kali dengan warna lampu sensor jingga. Hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel 4.7, yang menunjukkan bahwa punggung tangan kelompok sukarelawan F0, F1, F3, F4, F5 sebelum pemakaian krim anti-aging memiliki banyak noda (40-100) sedangkan pada punggung tangan kelompok sukarelawan F2 sebelum pemakaian krim anti-aging memiliki beberapa noda (20-39).

Setelah pemakaian krim anti-aging selama 4 minggu, hasil pengukuran noda pada sukarelawan yang memakai krim formula F1, F3, F4, F5 mengalami pengurangan noda, yaitu dari banyak noda menjadi beberapa noda. Formula F4 lebih baik dalam mengurangi noda pada kulit dibandingkan dengan formula F0, F1, F2, F3 dan F5. Hal ini menunjukkan bahwa semakin banyak kandungan minyak kelapa murni yang ada di dalam sediaan krim maka semakin besar peranannya dalam mengurangi jumlah noda pada kulit yang diakibat oleh sinar matahari.

Data selanjutnya dianalisis dengan menggunakan uji non parametrik Kruskal Wallis. Hasil analisis statistik dari pengukuran noda menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (p ≤ 0,05) antar formula setelah pemakaian krim

anti-aging pada minggu keempat.

Hasil analisis statistik setelah 4 minggu pemakaian krim anti-aging

(18)

(F0), F1 dengan semua krim minyak kelapa murni dan pembanding. Akan tetapi, antara F2, F3, F4 dengan F5 tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p > 0,05). Tabel 4.7 Data hasil pengukuran noda (spot) pada punggung tangan sukarelawan

setelah pemakaian krim anti-aging selama 4 minggu

Formula Suka- Relawan Noda Pengurangan noda

Sedikit 0-19; Beberapa noda 20-39; Banyak noda 40-100 (Aramo, 2012) F0 : Blanko (dasar krim)

(19)

Grafik pengaruh dan grafik persentase peningkatan pemakaian krim

anti-awal minggu 1 minggu 2 minggu 3 minggu 4

N sukarelawan kelompok blanko, krim minyak kelapa murni (VCO) 5; 10; 15; 20% dan krim pembanding selama 4 minggu

0

Gambar 4.6 Grafik pengurangan noda (spot) pada punggung tangan sukarelawan kelompok blanko, krim minyak kelapa murni (VCO) 5; 10; 15; 20% dan krim pembanding setelah 4 minggu

(20)

tironase membentuk melanin. Jumlah melanin dalam keratinosit dalam kulit menentukan warna kulit seseorang. Sinar matahari yang berlebihan juga dapat meningkatkan pembentukan melanosom dan melanin. Semakin banyak sinar matahari yang terkena kulit menyebabkan semakin aktif pembentukan melanin dan menimbulkan pembentukan bintik-bintik noda berwarna coklat pada kulit (Fitzpatrick, dkk., 1983; Putro, 1998).

Keriput (wrinkle)

Pengukuran keriput dengan menggunakan perangkat alat skin analyzer

menggunakan lensa perbesaran 10 kali dengan warna lampu sensor berwarna biru. Hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel 4.8, yang menunjukkan bahwa punggung tangan semua kelompok sukarelawan sebelum pemakaian krim

anti-aging adalah berkeriput (20-52). Setelah pemakaian krim anti-aging selama 4 minggu, hasil pengukuran keriput pada semua kelompok sukarelawan tidak mengalami perubahan yang berarti. Grafik pengaruh pemakaian krim anti-aging

terhadap jumlah keriput kulit sukarelawan selama 4 minggu dapat dilihat pada Gambar 4.7

Hasil analisis statistik dari pengukuran keriput menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (p ≤ 0,05) antar formula setelah pemakaian krim

(21)

Tabel 4.8 Data hasil pengukuran keriput (wrinkle) punggung tangan sukarelawan setelah pemakaian krim anti-aging selama 4 minggu

Formula Suka- relawan

Keriput Penguran

Tidak berkeriput 0-19; Berkeriput 20-52; Berkeriput parah 53-100 (Aramo, 2012) F0 : Blanko (dasar krim)

F1 : Krim minyak kelapa murni (VCO) 5% F2 : Krim minyak kelapa murni (VCO) 10% F3 : Krim minyak kelapa murni (VCO) 15% F4 : Krim minyak kelapa murni (VCO) 20% F5 : Krim pembanding

(22)

0

awal minggu 1 minggu 2 minggu 3 minggu 4

K

Gambar 4.7 Grafik hasil pengukuran keriput (wrinkle) pada Punggung tangan sukarelawan kelompok blanko, krim minyak kelapa murni (VCO) 5; 10; 15; 20% dan krim pembanding selama 4 minggu

0

Gambar 4.8 Grafik pengurangan keriput (wrinkle) pada punggung tangan sukarelawan kelompok blanko, krim minyak kelapa murni (VCO) 5; 10; 15; 20% dan krim pembanding setelah 4 minggu

Grafik persentase peningkatan pemakaian krim anti-aging terhadap keriput kulit sukarelawan selama 4 minggu dapat dilihat pada Gambar 4.8

(23)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

a. Minyak Kelapa Murni (VCO) dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan krim yang homogen dengan tipe emulsi minyak dalam air, pH 6,3-7,0, tidak menimbulkan iritasi kulit dan stabil pada penyimpanan selama 90 hari dalam suhu kamar.

b. Krim minyak kelapa murni (VCO) 20% menunjukkan efektivitas

anti-aging paling baik dengan meningkatnya kadar air sebesar 7,66%, mengecilnya pori sebesar 37,2%, mengurangi noda sebesar 50,2% dan mengurangi keriput sebesar 22,5% dibandingkan dengan formula krim lainnya.

5.2 Saran

a. Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk dapat menguji aktivitas antibakteri dari sediaan krim minyak kelapa murni (VCO).

Gambar

Tabel 4.1 Data kelarutan metil biru pada sediaan krim
Tabel 4.2 Data pengukuran pH sediaan krim
Tabel 4.3 Data hasil pengamatan terhadap kestabilan sediaan krim pada saat sediaan selesai dibuat, 7, 14, 21, 28 dan 90 hari
Tabel 4.5 Tabel 4.4.
+7

Referensi

Dokumen terkait

join Fans Page Facebook kami, juga channel telegram

Blending theoretical and experimental studies, bridging the function of sin- gle neurons to that of neural networks and linking membrane phenomena to animal or human be- haviours,

[r]

ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PEMILIHAN UMUM TAHUN 2014.. PARTAI

Advá Mendes Silva

Pada suatu jaringan yang dibangun dengan protokol TCP/IP (misal : Internet), untuk setiap station dialokasikan suatu pengenal unik berupa alamat sebesar 4 byte, yang disebut sebagai

Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas otonomi dan tugas

Dalam wilayah ini negara sebagai entitas berdaulat di ruang publik dapat membuat pembatasan, yaitu sesuai dengan pasal 18 ayat (3) dengan tujuan untuk melindungi keamanan,