• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Rendahnya Posyandu yang Aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Gambir Baru Kecamatan Kisaran Timur Kabupaten Asahan Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-Faktor yang Memengaruhi Rendahnya Posyandu yang Aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Gambir Baru Kecamatan Kisaran Timur Kabupaten Asahan Chapter III VI"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian pada proposal ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu metode penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dalam pelaksanaannya.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Puskesmas Gambir Baru, Kecamatan Kisaran Timur Kabupaten Asahan Kota Kisaran. Hal ini dimaksudkan untuk melihat faktor-faktor apa saja yang memengaruhi rendahnya posyandu yang aktifdi wilayah kerja puskesmas tersebut, karena menurut data Profil Kesehatan Kabupaten Asahan tahun 2015 Puskesmas Gambir Baru merupakan puskesmas yang paling rendah jumlah posyandu yang aktifnya di Kelurahan Kisaran Timur pada tahun 2015 dan merupakan puskesmas dengan posyandu yang aktif dari tahun 2013-2015 menunjukkan trend yang pencapaiannya naik turun. Penelitian ini juga dilakukan di posyandu yang ada di wilayah kerja Puskesmas Gambir Baru.

3.2.2 Waktu Penelitian

(2)

3.3 Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini adalah orang-orang yang terkait dengan posyandu yang aktif di Puskesmas Gambir Baru sebagai triangulasi sumber yang dapat diminta sebagai narasumber guna memenuhi kriteria penelitian. Sehingga didapatkan informan : 1. Kepala Puskesmas, 2. Kepala Lingkungan, 3. Bidan, 4. Kader Posyandu, 5. Ibu yang memiliki bayi atau balita

3.4 Sumber Data

Dalam setiap penelitian,peneliti di tuntut untuk menguasai teknik

pengumpulan data sehingga menghasilkan data yang relevan dengan penelitian.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis data kualitatif dari sumber

primer dan sumber sekunder.

3.4.1 Data Primer

Data primer adalah sumber data yang secaralangsung memberikan data

kepada pengumpul data (Sugiyono, 2012). Sumber primer ini berupa catatan hasil

wawancara yang diperoleh melalui wawancara yang penulis lakukan.

3.4.2 Data Sekunder

Sumber data sekunder merupakan sumber data yang tidak memberikan

informasi secara langsung kepada pengumpul data. Sumber data sekunder ini

dapat berupa hasil pengolahan lebih lanjut dari data primer yang disajikan dalam

bentuk lain atau dari orang lain (Sugiyono, 2012). Data ini digunakan untuk

mendukung infomasi dari data primer yang diperoleh baik dari wawancara,.

Penulis juga menggunakan data sekunder hasil dari studi pustaka. Dalam studi

(3)

yaitu literatur-literatur yang berhubungan dengan penelitian ini.

Adapun data menurut Arikunto (2010) mengatakan bahwa sumber data dibagi menjadi tiga macam, yakni:

1. Narasumber (Informan)

Sumber data yang berupa orang, yaitu: Kepala Puskesmas, Kader posyandu, Petugas Kesehatan, Ibu-Ibu dan lain-lain.

2. Peristiwa atau Aktivitas

3. Sumber data yang berupa tempat (sarana dan prasarana) yang ada di lingkungan Posyandu wilayah kerja Puskesmas Gambir Baru Kecamatan Kisaran Timur Kabupaten Asahan.

4. Dokumen/Arsip

Sumber data yang berupa simbol. Misal : Latar belakang posyandu, visi misi dan tujuan posyandu yang ada di wilayah kerja Puskesmas Gambir Baru Kabupaten Asahan, dan data yang relevan dengan hasil kegiatan posyandu. 3.5 Tehnik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data yakni membicarakan tentang bagaimana cara penulis mengumpulkan data. Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa metode dalam pengumpulandata sebagai berikut:

1. Metode Observasi (pengamatan)

Metode observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan panca indera mata dan dibantu dengan panca indera lainnya.Marshall menyatakan bahwa, “Through observation, the researcher learn

(4)

penulis belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut.Adapun observasi yang dilakukan penulis termasuk dalam jenis observasi partisipasif. Yaitu penulis terlibat langsung dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atauyang digunakan sebagai sumber data penelitian. Sambil melakukan pengamatan, penulis ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data.

2. Metode Wawancara (interview)

Metode wawancara/interview adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewancara dengan responden/orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara.Dalam menggunakan metodeini peneliti mengadakan tanya jawab secara langsung dengan membawa instrumen penelitian sebagai pedoman pertanyaan tentang hal-hal yang akan ditanyakan dengan cara menanyakan beberapa pertanyaan untuk mencari data tentang faktor faktor yang mempengaruhi posyandu yang aktif di wilayah kerja Puskesmas Gambir Baru Kabupaten Asahan yang kemudian satu persatu di perdalam dan mengoreknya lebih lanjut.

3. Metode Dokumentasi

(5)

3.6 Tehnik Analisis Data

Moleong 2007 dalam bukunya mengatakan bahwa analisis data adalah upayayang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Adapun langkah-langkah dalam teknik analisis datadalam penelitian ini adalah: 1. Reduksi Data

Reduksi data diawali dengan menerangkan, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting terhadap isi dari suatu data yang berasal dari lapangan, sehingga data yang telah direduksi dapat memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil pengamatan. Dalam proses reduksi data ini, peneliti dapat melakukanpilihan-pilihan terhadap data yang hendak dikode, mana yang dibuang, mana yang merupakan ringkasan, cerita-cerita apa yang sedang berkembang. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.

2. DisplayData

(6)

3. Verifikasi dan Simpulan

Sejak awal pengumpulan data peneliti harus membuat simpulan-simpulan sementara. Dalam tahap akhir, simpulan-simpulan tersebut harus dicek kembali (diverifikasi) pada catatan yang telah dibuat oleh peneliti dan selanjutnya kearah simpulan yang mantap. Penarikan simpulan bisa jadi diawali dengan simpulan tentative yang masih perlu disempurnakan. Setelah data masuk terus menerus dianalisis dan diverifikasi tentang kebenarannya, akhirnya didapat simpulan akhir lebih bermakna dan lebih jelas. Simpulan adalah intisari dari temuan penelitian yang menggambarkan pendapat-pendapat terakhir yang berdasarkan pada uraian-uraian sebelumnya. Simpulan akhir yang dibuat harus relevan dengan fokus penelitian, tujuan penelitian dan temuan penelitian yang sudah dilakukan pembahasan.

3.7 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian menurut Arikunto (2010 )merupakan alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis, sehingga mudah diolah. Instrumen yang digunakan oleh peneliti dalam hal ini adalah instrumen pokok dan instrumen penunjang. Instrumen pokok adalah manusia itu sendiri sedangkan instrumen penunjang adalah pedoman observasi dan pedoman wawancara, tetapi yang saya gunakan hanya pedoman wawancara.

(7)

mampu memahami serta menilai berbagai bentuk dari interaksi di lapangan. Menurut Moleong (2007) Kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif adalah sekaligus merupakan perencana, pelaksana, pengumpulan data, analisis, penafsir data, pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya.

2. Instrumen kedua dalam penelitian ini adalah dengan metode wawancara 3.8 Pemeriksaan Keabsahan Data

Agar dalam proses selanjutnya kita dapat mengetahui apa saja yang telah ditemukan dan di interpretasi di dalam lapangan, maka kita perlu mengetahui kredibilitasnya dengan menggunakan teknik perpanjangan kehadiran peniliti di lapangan, observasi yang diperdalam, triangulasi (sumber, metode, penelitian dan teori) dan pelacakan kesesuaian hasil. Selanjutnya perlu dilakukan pengecekan dapat atau tidaknya ditransferke latar lain (transferability), ketergantungan pada konteksnya (dependability) dan dapat tidaknya dikonfirmasikan kepada sumbernya (confirmability). Jadi, yang dimaksud dengan keabsahan data adalah bahwa setiap keadaan harus memenuhi; (1) mendemonstrasikan nilai yang benar, (2) menyediakan dasar agar hal itu dapat diterapkan, dan (3) memperbolehkan keputusan luar yang dapat dibuat tentang konsistensi dari prosedurnya dan kenetralan dari temuan dan keputusan-keputusannya.

1. Perpanjangan Keikutsertaan

(8)

Perpanjangan keikutsertaan berarti peneliti tinggal di lapangan penelitian sapai kejenuhan pengumpulan data tercapai. Jika hal tersebut dilakukan maka akan membatasi:

• Membatasi gangguan dari dampak peneliti pada konteks. • Membatasi kekeliruan penelitian.

• Mengkonpensasikan pengaruh dari kejadian-kejadian yang tidak biasa atau

pengaruh sesaat.

2. Ketekunan Pengamatan

Ketekunan pengamatan yaitu secara konsisten mencari interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan atau tentative. Mencari suatu usaha yang membatasi berbagai pengaruh dan mencari apa yang dapat diperhitungkan dan apa yang tidak dapat. Hal ini berarti peneliti hendaknya mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol. Kemudian ia menelaahnya secara rinci sampai pada suatu titik sehingga pada pemerikasaan tahap awal tempak salah satu atau seluruh faktor yang ditelaah sudah dipahami dengan cara yang biasa.

3. Triangulasi

(9)

dengan apa yang dikatakannya secara pribadi,(3) membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu, (4) membandingkan keadaan dan prespektif seseorang dengan berbagaipendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang berada, orang pemerintahan dan (5) membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. 3.9 Tahap Penelitian

1.Tahap Pra-lapangan

Dalam tahap pra-lapangan, ada beberapa tahap kegiatan yang telah peneliti siapkan demi lancarnya proses penelitian dilapangan. Tahapan-tahapan tersebut yaitu:

• Menyusun Rancangan Penelitian

• Memillih Lapangan Penelitian • Mengurus Perizinan

• Menjajaki dan Menilai Lapangan

• Memilih dan Memanfaatkan Informan • Menyiapkan Perlengkapan Penelitian

• Persoalan Etika Penelitian

2.Tahap Pekerjaan Lapangan Di dalam tahap pekerjaan lapangan atau prosesdi lapangan nantinya, maka dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:

a. Memahami Latar Penelitian dan Persiapan Diri 1. Pembatasan Latar dan Peneliti

(10)

3. Pengenalan Hubungan Peneliti diLapangan 4. Jumlah Waktu Studi

b. Memasuki Lapangan 1. Keakraban Hubungan 2. Mempelajari Bahasa 3. Peranan Peneliti

c. Peran Serta (Pengumpulan Data) 1. Pengarahan Batas Studi 2. Mencatat Data

3. Petunjuk tentang Cara Mengingat data 4. Kejenuhan, Keletihan dan Istirahat

5. Meneliti Suatu Latar yang di dalamnya terdapat Pertentangan 6. Analisis di Lapangan

3.Tahap Analisis Data

(11)

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1 Geografi

Puskesmas Gambir Baru terletak di Jalan FL.Tobing Kelurahan Gambir Baru Kecamatan Kisaran Timur. Puskesmas ini merupakan salah satu dari dua puskesmas yang terdapat di Kecamatan Kisaran Timur Kota Kisaran Kabupaten Asahan. Puskesmas Gambir Baru memiliki wilayah kerja terdiri dari enam kelurahan yaitu Kelurahan Gambir Baru, Lestari, Karang Anyer, Kisaran Naga, Kisaran Timur, Teladan. Terdapat dua Puskesmas Pembantu (Pustu) yang terletak di Kelurahan Kisaran Naga dan Teladan (Profil Puskesmas Gambir Baru, 2015).

Puskesmas Gambir Baru memiliki luas wilayah kerja 2063 m² yang mencakup tiga kelurahan dengan batas wilayah :

1. Sebelah Utara berbatas dengan Kecamatan Meranti 2. Sebelah Timur berbatas dengan Kelurahan Selawan 3. Sebelah Selatan berbatas dengan Kelurahan Kedai Ledang 4. Sebelah Barat berbatas dengan Kelurahan Mekar Baru 4.1.2 Demografi

(12)

Komposisi penduduk berdasarkan presentase penduduk berumur 10 tahun keatas yang melek huruf sejumlah 0 dari 2.173 dan presentase penduduk berumur 10 tahun keatas menurut tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan dengan rincian sebagai berikut : Penduduk tamat SD pada tahun 2015 terdapat jumlah laki-laki sebanyak 2296 orang dan perempuan 2332 orang, SLTP laki-laki sebanyak 2179 dan perempuan 2004 orang, SLTA dengan jumlah laki-laki sebanyak 2830 dan perempuan 2615 orang, Akademi/Diploma III laki-laki sebanyak 493 dan perempuan 760, Universitas/Diploma IV laki-laki sebanyak 564 orang dan perempuan 715 orang, sedangkan jumlah penduduk yang tidak/belum pernah sekolah laki-laki sebanyak 840 orang dan perempuan 817 orang (Profil Kesehatan Puskesmas Gambir Baru 2015).

4.1.3 Sarana Pelayanan Kesehatan

Sarana Kesehatan yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Gambir Baru terdiri dari 2 Puskesmas Pembantu, 44 Posyandu dan sarana kesehatan swasta yaitu : 13 Praktek Dokter, 20 Praktek Bidan, 3 Rumah Sakit, 1 BPS. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut :

(13)

4.1.4 Tenaga Kesehatan

Tenaga kesehatan yang bertugas di Puskesmas Gambir Baru Tahun 2015 sebanyak 42 orang. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut :

Tabel 4.2 Daftar Petugas Kesehatan di Puskesmas Gambir Baru Tahun 2015 No Unit Kerja Bidan Perawat Perawat Farmasi Kesmas Gizi

Gigi

1 Gambir Baru 16 2 13 3 2 6

2 Lestari 0 0 0 0 0 0

3 Karang Anyer 0 0 0 0 0 0

4 Kisaran Timur 0 0 0 0 0 0

5 Kisaran Naga 0 0 0 0 0 0

6 Teladan 0 0 0 0 0 0

Jumlah 16 2 13 3 2 6 Sumber : Profil Puskesmas Gambir Baru Tahun 2015

4.2 Karakteristik Informan

(14)

Tabel 4.3 Karakteristik Informan

No Nama Umur Jenis Pendidikan Jabatan (Tahun) Kelamin Terakhir

1 dr.Riana Minerva 55 Perempuan S1 Kepala

Sibarani Puskesmas

2 Indira Ningsih 45 Perempuan DIII Bidan

Am.keb Kebidanan

3 Delima, Am.Keb 42 Perempuan DIII ` Bidan

4 Kartini 54 Perempuan SMA Kader

Posyandu

5 Salmah 50 Perempuan SMA Kader

Posyandu

6 Zakia Pulungan 25 Perempuan SMA Ibu

Bayi/Balita

7 Yessi Rahayu 35 Perempuan SMA Ibu

Bayi/Balita

8 Renita Hasibuan 36 Perempuan SMA Ibu

Bayi/Balita 9 Rismawati Saragih 33 Perempuan SMA Ibu

Bayi/Balita

10 Anshori 59 Laki-Laki SMA Kepala

Lingkungan 4.3 Wawancara Faktor yang memengaruhi rendahnya posyandu yang aktif

di Puskesmas Gambir Baru Kecamatan Kisaran Timur Tahun 2015

(15)

dapat disimpulkan bahwa rendahnya posyandu aktif disebabkan sebagian masyarakat kurang memiliki pengetahuan atau pemahaman dari sebagian masyarakat mengenai posyandu kurangnya sosialisasi secara luas mengenai apa itu posyandu dan apa kegunaan ataupun manfaat dari posyandu itu serta kegiatan apa saja yang diberikan oleh posyandu baik itu dari kader maupun pihak lain yang terkait. Namun ada beberapa ibu balita disini sudah cukup bersedia untuk mengikuti pelaksanaan posyandu karena mereka di bekali dengan pengetahuan mengenai posyandu yang cukup baik.

4.3.2 Pernyataan Informan tentang Ketersediaan Kader di Posyandu

Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang dilakukan penulis kepada 10 orang informan tentang ketersediaan kader di posyandu untuk tahun 2015 dapat disimpulkan bahwa kader tidak menyebar informasi sehingga hal tersebut akan membuat rendahnya ketersediaan mereka dalam partisipasi pelaksanaan posyandu.

4.3.3 Pernyataan Informan tentang Ketersediaan Bidan

(16)

4.3.4 Pernyataan Informan tentang Ketersediaan Dana, Sarana dan Prasarana dalam Pelaksanaan Posyandu

Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang dilakukan penulis kepada 10 orang informan tentang ketersediaan dana, sarana dan prasarana di posyandu dapat disimpulkan bahwa sumber dana untuk mendukung pelaksanaan posyandu yang tersedia dari Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan hanya sebatas dana transportasi kader saja. Dana tersebut hanya untuk kegiatan posyandu seharusnya tidak hanya berupa dana transportasi kader saja.

4.3.5 Pernyataan Informan tentang Sebelum Pelaksanaan Posyandu

Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang dilakukan penulis kepada 10 orang informan tentang sebelum pelaksanaan posyandu di posyandu untuk tahun 2015 di peroleh dapat disimpulkan bahwa kader puskesmas yang kurang aktif dalam menyebarkan informasi mengenai posyandu sehingga hal ini berimbas dengan rendahnya partisipasi ibu balita untuk mengunjungi posyandu

4.3.6 Pernyataan Informan tentang Saat Pelaksanaan Posyandu

Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang dilakukan penulis kepada 10 orang informan tentang saat pelaksanaan posyandu di posyandu untuk tahun 2015 dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan kegiatan tidak berjalan sesuai jadwal pelaksanaan kegiatan posyandu. Seharusnya dilakukan secara tepat waktu sehingga tidak membuat lama menunggu ibu balita.

4.3.7 Pernyataan Informan tentang Sesudah Pelaksanaan Posyandu

(17)

saat setelah pelaksanaan posyandu, maka akan mempengaruhi rendahnya kunjungan ibu balita untuk ke posyandu karena mereka merasa tidak diperhatikan kondisi kesehatan balitanya.

4.3.8 Pernyataan Informan tentang Perencanaan Kegiatan Posyandu

Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang dilakukan penulis kepada 1 orang informan tentang perencanaan kegiatan posyandu di posyandu untuk tahun 2015 dapat disimpulkan bahwa keterbatasan jumlah dana yang disediakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan yang menyebabkan tidak berjalannya posyandu seperti yang direncanakan dan berimbas dengan rendahnya posyandu aktif di Wilayah Kerja Puskemas Gambir Baru.

4.3.9 Pernyataan Informan tentang Pengorganisasian Kegiatan Posyandu Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang dilakukan penulis kepada 1 orang informan tentang pengorganisasian kegiatan posyandu di posyandu untuk tahun 2015 dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh fungsi pengorganisasian terhadap rendahnya posyandu aktif di wilayah Kerja Puskesmas Gambir Baru hal ini disebabkan karena semua petugas untuk melaksanakan kegiatan posyandu sudah dibagi tugasnya secara adil dan sudah diberi latihan tertentu untuk memaksimalkan mereka dalam menjalankan tugasnya.

4.3.10 Pernyataan Informan tentang Pelaksanaan Kegiatan Posyandu

(18)

disebabkan hambatan yang diterima pada saat melakukan fungi pelaksanaan yaitu dana yang terbatas sehingga susah untuk mengalokasikan dana tersebut, tugas kader yang tidak sesuai dengan rencana, banyak hal yang harus dipersiapkan sehingga waktu yang direncanakan tidak sesuai dengan apa yang direncanakan. 4.3.11 Pernyataan Informan tentang Pengawasan Kegiatan Posyandu

Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang dilakukan penulis kepada 1 orang informan tentang pengawasan kegiatan posyandu di posyandu untuk tahun 2015 dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh fungsi pengawasan terhadap rendahnya posyandu aktif di wilayah Kerja Puskesmas Gambir Baru. Hambatan yang diterima yaitu sulitnya mengawasi tugas bidan dan kader pada saat sebelum dan sesudah pelaksanaan posyandu secara langsung

4.3.12 Pernyataan Informan tentang Keaktifan kegiatan posyandu

Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang dilakukan penulis kepada 10 orang informan tentang keaktifan kegiatan posyandu di posyandu untuk tahun 2015 dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh kegiatan posyandu terhadap rendahnya posyandu aktif di wilayah Kerja Puskesmas Gambir Baru. Kegiatan posyandu tetap dilakukan setiap 8 kali dalam setahun sehingga ibu balita juga akan datang ke posyandu sesuai dibukanya kegiatan posyandu tersebut.

(19)

PEMBAHASAN

5.1 Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Pelaksanaan Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Gambir Baru

5.1.1 Input

A. Sumber Daya Manusia 1. Kunjungan Ibu Bayi/Balita

(20)

kesehatan anaknya selain itu banyaknya informasi yang diperoleh ibu tentang pentingnya melakukan deteksi perkembangan kesehatan anak berpengaruh terhadap partisipasinya untuk berkunjung ke posyandu.

Akan tetapi pernyataan diatas bertolak belakang dengan pernyataan informan bidan I dan II, kader posyandu I dan II, ibu balita I, ibu balita III, dan ibu balita IV dapat diketahui bahwa ibu balita disini sudah cukup bersedia untuk mengikuti pelaksanaan posyandu karena mereka dibekali dengan pengetahuan mengenai posyandu yang cukup baik. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dari (Sari, 2015) yang menyimpulkan bahwa ada pengaruh antara tingkat pengetahuan ibu terhadap partisipasi / kunjungan ibu balita ke Posyandu. Namun berdasarkan informasi dari kepala puskesmas mengatakan bahwa masyarakat hanya mengetahui kegiatan posyandu sebatas pemberian makan tambahan seperti bubur. Masih banyak juga dari masyarakat setempat yang belum mengetahui lebih mendalam mengenai posyandu, kegiatan apa yang dilakukan serta manfaat dari posyandu itu sendiri.

2. Ketersediaan Kader

(21)

masyarakat berpartisipasi dalam pemberdayaan masyarakat dan pembangunan partisipatif (Kemenkes, 2011).

Pengaruh kader terhadap rendahnya posyandu aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Gambir didukung oleh pernyataan Kepala Lingkungan, Ibu balita I, II, III dan IV dan bidan I dan II yaitu kader tidak menyebar informasi sehingga hal tersebut akan membuat rendahnya ketersediaan mereka dalam partisipasi pelaksanaan posyandu. Selain tu kepala puskesmas dan kepala lingkungan menyatakan bahwa pada hari sebelum maupun hari setelah posyandu, mereka juga belum maksimal dengan tugasnya untuk menyebarluaskan informasi hari posyandu dan mengevaluasi hasil kegiatan posyandu sehinggga dapat meningkatkan posyandu yang aktif. Namun kepala puskesmas menyatakan bahwa kinerja dari kader posyandu sudah dikatakan baik pada saat pelaksanaan posyandu dan berharap mereka berupaya dalam mengumumkan kegiatan posyandu agar para ibu–ibu yang memiliki balita menjadi lebih mengetahui tentang adanya posyandu dan balitanya bisa menjadi sehat. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Irsal (2013) yang menyatakan bahwa ada hubungan peran kader dengan partisipasi ibu untuk berkunjung ke posyandu.

(22)

bahwa kegiatan mereka sebelum pelaksanaan posyandu yaitu mengundang para ibu yang memiliki balita untuk hadir pada saat posyandu. Namun, hambatan mereka pada saat melakukan tugas yaitu sikap para ibu yang terkadang acuh dengan kehadiran mereka selain itu dana yang disediakan untuk mereka mengundang para ibu setempat masih tidak cukup.

(23)

3. Ketersediaan Bidan

Berdasarkan hasil penelitian menunjuukan bahwa tidak ada faktor bidan yang menyebabkan rendahnya posyandu aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Gambir Baru. Menurut Kepala Puskesmas, Bidan disini tidak diberikan pelatihan apapun. Mereka hanya dilatih pada saat kegiatan kuliahnya. Adapun jumlah mereka terdiri dari 5 orang. Tugas bidan pada saat pelaksanaan posyandu diantaranya yaitu pelayanan imunisasi, pelayanan Keluarga Berencana (KB), pengobatan pemberian pil tambah darah (pil besi), vitamin A, dan obat-obatan lainnya Hasil wawancara dengan kepala puskesmas dan kepala lingkungan mengatakan bahwa tugas bidan pada saat pelaksanaan posyandu sudah baik, terampil, dan juga ramah terhadap ibu–ibu yang hadir pada saat posyandu.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Ibu Balita I, II, III dan IV, Kader I, Kader II, Kepala Lingkungan mengatakan bahwa kinerja bidan setempat sudah baik dan terampil. Mereka senang dengan bidan disana karena bidan setempat melayani mereka dengan baik dan ramah. Selain itu ibu balita I/II juga mengatakan bahwa bidan setempat juga terampil dalam melaksanakan tugasnya dan memberikan anjuran penggunaan obat sesuai dosisnya

(24)

sehingga mereka kadang tidak maksimal dalam melakukan tugasnya. Adapun jumlah bidan desa pada saat pelaksanaan posyandu yaitu berjumlah 5 orang. Mereka mengatakan bahwa diri mereka sudah terlatih untuk melakukan tugas pada saat posyandu karena pelatihan tersebut sudah mereka lakukan pada saat perkuliahan. Mereka menyarankan agar pemerintah lebih mengangggarkan dana untuk kesehatan terutama dalam hal posyandu sehingga membuat balita menjadi lebih sehat.

Uraian diatas sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Purba (2001) yang menyatakan bahwa adanya peran bidan yang baik akan berhubungan dengan tingginya kunjungan ibu balita ke posyandu.

B. Ketersediaan Dana, Sarana dan Prasarana

(25)

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Puskesmas mengatakan bahwa sumber dana untuk mendukung pelaksanaan posyandu yang tersedia dari Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan hanya sebatas dana transportasi kader saja. Dana tersebut hanya untuk kegiatan posyandu seharusnya tidak hanya berupa dana transportasi kader saja. Kegiatan posyandu juga memerlukan dana yang lain agar posyandu tersebut berjalan dengan baik seperti dana untuk program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) bagi bayi/balita.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kader I dan II, dana yang disediakan untuk mereka mengundang para ibu setempat masih tidak cukup. Sedangkan Berdasarkan hasil wawancara dengan bidan dalam menjalankan tugasnya tersebut terdapat hambatan yaitu seperti timbangan yang dapat dikatakan kurang layak untuk digunakan selain itu keterbatasannya jumlah obat–obatan yang akan dibagikan kepada masyarakat. Selain itu, jumlah bidan disana juga masih kurang sehingga mereka kadang tidak maksimal dalam melakukan tugasnya.

(26)

Balita III mengeluh masalah jarum suntik yang mungkin saja tidak diganti. Tetapi ibu Balita IV merasa sudah puas dengan sarana yang disediakan oleh Puskesmas.

Uraian diatas didukung oleh penelitian Yanti dkk (2015), yang menyimpulkan bahwa sarana dan prasarana berhubungan dengan keberlangsungan posyandu, baik dari buku register, penimbangan sampai pelayanan kesehatan yang kader di dampingi oleh petugas kesehatan. Misalnya imunisasi yang harus di lakukan oleh petugas kesehatan tetapi pendataan bayi dan balita di lakukan oleh kader yang langsung turun ke masyarakat. Kader juga banyak memberikan penyuluhan kepada sasaran posyandu sehingga sangat di butuhkan pelatihan kesehatan,ataupun poster yang merupakan sarana dan prasarana untuk terjun ke masyarakat.

5.1.2 Faktor Proses

A. Tata Cara Pelayanan Kesehatan 1. Sebelum Hari Pelaksanaan

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh faktor sebelum hari pelaksanaan posyandu terhadap rendahnya posyandu aktif di wilayah Kerja Puskesmas Gambir Baru. Menurut Kepala Puskesmas, Ibu balita I , II, III dan IV dan bidan I dan II hal ini disebabkan oleh kader puskesmas yang kurang aktif dalam menyebarkan informasi mengenai posyandu sehingga hal ini berimbas dengan rendahnya partisipasi ibu balita untuk mengunjungi posyandu.

(27)

sesudahnya, kader juga melakukan pendataan di masyarakat dan menjadi agen penyebar informasi.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada Kepala Puskesmas, Kader I dan II, Bidan I dan II, dan Kepala Lingkungan mengatakan kegiatan yang dilakukan sebelum pelaksanaan kegiatan posyandu sudah hampir sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Kemenkes RI (2011) yaitu mempersiapkan tempat pelaksanaan posyandu, mempersiapkan sarana posyandu kebutuhan, dan mempersiapkan bahan PMT (Pemberian Makanan Tambahan). Namun ada beberapa kegiatan yang belum seluruhnya dilakukan contohnya seperti belum seluruhnya informasi yang di dapat oleh ibu balita tersebar secara merata.

2. Pada Saat Hari Pelaksanaan

Berdasarkan hasil penelitian terdapat pengaruh faktor hari pelaksanaan posyandu terhadap rendahnya posyandu aktif di wilayah Kerja Puskesmas Gambir Baru. Menurut informasi dari ibu balita II, pelaksanaan kegiatan tidak berjalan sesuai jadwal pelaksanaan kegiatan posyandu. Seharusnya dilakukan secara tepat waktu sehingga tidak membuat lama menunggu ibu balita.

(28)

Berdasarkan informasi dari kepala puskesmas I dan II, Ibu balita I, II, III dan IV dan bidan I dan II, kegiatan posyandu akan berjalan dengan lancar apabila ibu balita dapat menghargai aturan pada saat posyandu. Ada beberapa perilaku yang menunjukkan ibu balita tidak mematuhi peraturan seperti tidak membawa KMS, dan balita mereka sering menangis dalam pelaksanaan kegiatan posyandu sehingga membuat pelaksanaan posyandu menjadi tidak lancar.

Menurut informasi dari Kepala Puskesmas, kegiatan yang ada di posyandu sudah berjalan dengan baik, hanya saja kadang si ibu tidak membawa Kartu Menuju Sehat (KMS) dengan alasan hilang, atau belum dapat. Padahal dari buku KMS tersebut para petugas kesehatan dapat melihat perkembangan berat badan atau kesehatan anaknya.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap Kepala Puskesemas, Kepala Lingkungan, Ibu Balita I, III dan IV mengatakan bahwa kegiatan yang dalam posyandu sudah dilakukan sesuai standart yang ditetapkan oleh Kemenkes RI (2011) diantaranya yaitumeja I untuk proses pendaftaran, meja II untuk penimbangan berat badan, meja III untuk pencatatatan hasil penimbangan meja IV untuk penyuluhan kesehatan, meja V untukpemberian pelayanan seperti imunisasi, vitamin.

3. Setelah Hari Pelaksanaan

(29)

pelaksanaan posyandu baik itu dalam hal penyuluhan, pendataan, maupun perawatan seperti yang seharusnya. Menurut ibu balita I dan II, apabila kader dan bidan desa tidak melakukan tugas pada saat setelah pelaksanaan posyandu, maka akan mempengaruhi rendahnya kunjungan ibu balita untuk ke posyandu karena mereka merasa tidak diperhatikan kondisi kesehatan balitanya.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Novi, (2007) dengan menyimpulkan bahwa adanya hubungan antara pelaksanaan manajemen posyandu seperti pada kegiatan perencanaan maupun pelaksanaan posyandu dengan rendahnya posyandu aktif. Apabila manajer puskesmas tidak melakukan pelaksanaan manajemen maka akan membuat rendahnya kegiatan posyandu di wilayah kerja Puskesmas Gambir Baru Kabupaten Asahan.

(30)

bidan desa tidak bisa menunggu terlalu lama, Selain itu, ibu balita juga tidak tergerak dalam hal penggalangan dana untuk kegiatan posyandu.

B. Pelaksanaan Fungsi Manajemen 1. Fungsi Perencanaan

Berdasarkan hasil penelitian terdapat pengaruh fungsi perencanaan terhadap rendahnya posyandu aktif di wilayah Kerja Puskesmas Gambir Baru. Menurut kepala puskemas, hal ini disebabkan oleh keterbatasan jumlah dana yang disediakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan yang menyebabkan tidak berjalannya posyandu seperti yang direncanakan dan berimbas dengan rendahnya posyandu aktif di Wilayah Kerja Puskemas Gambir Baru.

Uraian diatas didukung oleh penelitian Yanti dkk (2015), yang menyimpulkan bahwa sarana dan prasarana berhubungan dengan keberlangsungan posyandu, baik dari buku register, penimbangan sampai pelayanan kesehatan yang kader di dampingi oleh petugas kesehatan. Misalnya imunisasi yang harus di lakukan oleh petugas kesehatan tetapi pendataan bayi dan balita di lakukan oleh kader yang langsung turun ke masyarakat. Kader juga banyak memberikan penyuluhan kepada sasaran posyandu sehingga sangat di butuhkan pelatihan kesehatan,ataupun poster yang merupakan sarana dan prasarana untuk terjun ke masyarakat.

(31)

a. Merencanakan jumlah kader yang akan dibutuhkan dalam kegiatan posyandu.

b. Merencanakan apa saja tugas yang akan dilakukan kader

c. Merencanakan jumlah bidan yang akan dibutuhkan dalam kegiatan posyandu.

d. Merencanakan apa saja tugas yang akan dilakukan bidan.

e. Merencanakan lokasi yang akan menjadi tempat kegiatan posyandu. f. Merencanakan waktu yang akan menjadi pelaksanaan posyandu.

g. Merencanakan jumlah dana yang akan dibutuhkan dalam kegiatan pelaksanaan posyandu.

h. Merencanakan alokasi dana dalam kegiatan pelaksanaan posyandu.

i. Merencanakan sarana apa saja yang dibutuhkan dalam kegiatan posyandu. j. Merencanakan jumlah sarana yang dibutuhkan dalam kegiatan posyandu. k. Merencanakan metode penyuluhan yang tepat yang akan diberikan untuk

kegiatan posyandu. 2. Fungsi Pengorganisasian

(32)

Berdasarkan penjelasan tersebut, pengorganisasi dapat dipandang sebagai wadah kerjasama sekelompok orang (organisasi sifatnya statis) dan sebagai suatu proses kerjasama dan bagaimana tata cara staf mencapai tujuan (organisasi sifatnya dinamis). Organisasi juga dapat dipandang sebagai alat pimpinan untuk mencapai tujuan organisasi (Muninjaya, 2011).

Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh kepala puskesmas dan kepala lingkungan, adapun fungsi pengorganisasian yang dilakukan sudah sesuai dengan teori Muninjaya (2011) yaitu

1. Mengorganisasikan apa saja tugas kepala puskesmas

2. Mengorganisasikan apa saja tugas kader sebelum pelaksanaan posyandu 3. Mengorganisasikan apa saja tugas kader pada saat pelaksanaan posyandu 4. Mengorganisasikan apa saja tugas kader setelah pelaksanaan posyandu. 5. Mengorganisasikan apa saja tugas bidan desa sebelum pelaksanaan

posyandu

6. Mengorganisasikan apa saja tugas bidan desa pada saat pelaksanaan posyandu

7. Mengorganisasikan apa saja tugas bidan desa setelah pelaksanaan posyandu

3. Fungsi Pelaksanaan

(33)

sehingga susah untuk mengalokasikan dana tersebut, tugas kader yang tidak sesuai dengan rencana, banyak hal yang harus dipersiapkan sehingga waktu yang direncanakan tidak sesuai dengan apa yang direncanakan.

Uraian diatas didukung oleh penelitian Yanti dkk (2015), yang menyimpulkan bahwa sarana dan prasarana berhubungan dengan keberlangsungan posyandu, baik dari buku register, penimbangan sampai pelayanan kesehatan yang kader di dampingi oleh petugas kesehatan. Misalnya imunisasi yang harus di lakukan oleh petugas kesehatan tetapi pendataan bayi dan balita di lakukan oleh kader yang langsung turun ke masyarakat. Kader juga banyak memberikan penyuluhan kepada sasaran posyandu sehingga sangat di butuhkan pelatihan kesehatan,ataupun poster yang merupakan sarana dan prasarana untuk terjun ke masyarakat.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dikemukakan oleh Wisnuwardani (2012) insentif berhubungan dengan kinerja kader posyandu untuk memotivasi kader kesehatan dan menjadi bukti pembinaan dari puskesmas. Peran kader tidak hanya penimbangan pada posyandu, tetapi juga sebelum dan sesudahnya, kader juga melakukan pendataan di masyarakat dan menjadi agen penyebar informasi.

Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh kepala puskesmas dan kepala lingkungan, adapun fungsi pelaksanaan yang dilakukan sudah sesuai dengan teori Muninjaya (2011) yaitu :

(34)

2. Melaksanakan alokasi dana sesuai dengan yang direncanakan.

3. Melaksanakan apa saja tugas kepala puskesmas sesuai dengan yang direncanakan.

4. Melaksanakan apa saja tugas kader sebelum pelaksanaan posyandu sesuai dengan yang direncanakan.

5. Melaksanakan apa saja tugas kader pada saat pelaksanaan posyandu sesuai dengan yang direncanakan.

6. Melaksanakan apa saja tugas kader setelah pelaksanaan posyandu sesuai dengan yang direncanakan.

7. Melaksanakan apa saja tugas bidan sebelum pelaksanaan posyandu sesuai dengan yang direncanakan.

8. Melaksanakan apa saja tugas bidan pada saat pelaksanaan posyandu sesuai dengan yang direncanakan.

9. Melaksanakan apa saja tugas bidan setelah pelaksanaan posyandu sesuai dengan yang direncanakan.

4. Fungsi Pengawasan

(35)

Berdasarkan informasi yang disampaikan oleh kepala puskesmas dan kepala lingkungan, adapun fungsi pengawasan yang dilakukan sudah sesuai denga teori Muninjaya (2011) yaitu :

1. Mengawasi alokasi dana sesuai dengan yang direncanakan.

2. Mengawasi tugas kader sebelum pelaksanaan posyandu sesuai dengan yang direncanakan.

3. Mengawasi tugas kader pada saat pelaksanaan posyandu sesuai dengan yang direncanakan.

4. Mengawasi tugas kader setelah pelaksanaan posyandu sesuai dengan yang direncanakan.

5. Mengawasi tugas bidan sebelum pelaksanaan posyandu sesuai dengan yang direncanakan.

6. Mengawasi tugas bidan pada saat pelaksanaan posyandu sesuai dengan yang direncanakan.

7. Mengawasi tugas bidan setelah pelaksanaan posyandu sesuai dengan yang direncanakan.

5.1.3 Faktor Output

a. Keaktifan ibu dalam kegiatan posyandu

(36)

puskesmas, pada tahun 2014 dan 2015 posyandu hanya dilakukan sebanyak 7 kali dalam setahun. Pada tahun 2016 dibuka hanya 8 kali dalam setahun. Hal ini memang tidak sesuai dengan peraturan Renstra Kementrian Kesehatan Tahun 2015–2019 yang menyatakan bahwa posyandu dilakukan satu kali dalam sebulan. Namun menurut kepala puskesmas, tidak banyak yang ingin datang ke posyandu atau posyandu sering dalam keadaan sepi dengan kunjungan ibu balita.

Berdasarkan informasi dari ibu balita I, III dan IV mengatakan bahwa dirinya 8 kali dalam mengikuti kegiatan posyandu dengan alasan hal ini dapat membuat balita yang dimilikinya menjadi lebih sehat dan terbebas dari penyakit. Selain itu mereka jadi lebih mengetahui manfaat dan kesehatan untuk balitanya maupun keluarganya. Uraian diatas didukung oleh penelitian Ary, dkk (2014), menunjukkan bahwa ibu akan membawa anak balitanya ke posyandu apabila ibu merasa tindakan tersebut bermanfaat dan sebaliknya. Presentase ibu yang tidak membawa balitanya ke posyandu terlihat masih tinggi karena ibu tidak merasakan manfaat dari posyandu tersebut

(37)

pengetahuan. Pada penelitian ini secara keseluruhan ibu yang mempunyai tingkat pengetahuan baik rata-rata mempunyai tingkat perilaku berkunjung ke posyandu yang baik, tapi ada beberapa responden yang mempunyai tingkat pengetahuan yang baik tetapi mempunyai tingkat perilaku kunjungan yang kurang. Dari alasan yang dikemukakan ibu balita kepada penulis diketahui penyebab kurangnya kuantitas kunjungan responden tersebut dikarenakan kesibukan ibu balita yang berlebih, dan setelah dikaji lebih dalam diketahui bahwa responden mencari alternatif lain untuk pemenuhan kebutuhan kesehatan balita dengan memeriksakan anak ke institusi kesehatan yang lain diwaktu-waktu senggang

(38)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

1. Adapun faktor input yang mempengaruhi rendahnya posyandu yaitu

• Ketersediaan Sumber Daya Manusia

Kegiatan posyandu ini masih kurang didukung oleh ketersediaan kader. Kader kurang memberikan informasi pada saat kegiatan posyandu, kurangnya pelatihan yang di berikan kepada kader, membuat kader tidak aktif dalam menjalankan program posyandu dan jumlah bidan yang tersedia masih kurang dalam standar pelayanan posyandu pada umumnya.

2. Adapun faktor proses yang memengaruhi rendahnya posyandu yang aktif yaitu

a. Pada saat sebelum, saat hari posyandu, dan setelah hari posyandu, kader tidak menjalankan tugasnya sebagaimana mestinya.

b. Kegiatan posyandu tidak berjalan sesuai dengan yang direncanakan, dilaksanakan maupun pada saat pengawasan sehingga membuat rendahnya posyandu aktif.

3. Adapun faktor output yang mempengaruhi rendahnya posyandu yang aktif yaitu

• Ibu balita tidak aktif untuk datang ke posyandu karena kurangnya

(39)

6.2 Saran

I. Dinas Kesehatan Kabupaten Asahan

1. Memberikan pelatihan/pembinaan secara rutin bagi para pelaksana kegiatan posyandu khususnya kader.

II. Kepala Puskesmas Gambir Baru

1. Diharapkan dapat memotivasi petugas kesehatan dalam peran kader dalam pelaksanaan posyandu bayi/balita.

2. Diharapkan agar dapat menjalankan pelaksanaan manajemen posyandu dengan baik dan benar.

3. Diharapkan untuk dapat membuka posyandu satu kali dalam satu bulan sesuai dengan aturan Kementrian Kesehatan RI.

III. Kader Posyandu

1. Diharapkan kader posyandu bayi/balita dapat lebih aktif dalam menjalankan peranannya.

2. Dapat memberikan sosialisasi kepada masyarakat dan mengajak masyarakat tersebut agar mereka mau ikut berpartisipasi dalam kegiatan posyandu bayi/balita.

IV. Bidan

1. Diharapkan dapat meningkatkan kinerja kerjanya pada saat pelaksanaan posyandu.

(40)

IV. Ibu Balita

1. Diharapkan untuk hadir ke posyandu secara rutin.

Gambar

Tabel 4.1 Distribusi Sarana pelayanan kesehatan di wilayah kerja PuskesmasGambir Baru Tahun 2015
Tabel 4.2 Daftar Petugas Kesehatan di Puskesmas Gambir Baru Tahun 2015
Tabel 4.3 Karakteristik Informan

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

DJP Sumatera Utara I Tahun Anggaran 2016 (lelang ulang) dengan Kode Lelang (17265011 ) , dengan ini kami umumkan bahwa pemenang pelelangan tersebut adalah

Ber dasar kan hal-hal ter sebut di atas, maka Panitia Pengadaan Jasa Konsultansi Dinas Tata Kota Bandar Lampung mengumumkan pemenang dan pemenang cadangan penyedia jasa

Berdasarkan hasil implementasi algoritma AHP dan k-means pada recommendation system, dengan menerapkan algoritma AHP dan K-Means pada data produk komputer personal,

Tahap ini dilakukan penyatuan unit antena serta. perakitan

Skripsi yang berjudul “STRATEGI KOMUNIKASI DALAM MEREKRUT ANGGOTA (Studi Deskriptif Kualitatif tentang Strategi Komunikasi KOMPAS-USU dalam Merekrut

Hasil dari implementasi didapatkan bahwa antena Yagi. dapat bekerja pada frekuensi kerja WLAN 2,4