Kelompok 4
A. Pengertian Budaya Kerja
A.1 Arti Definisi / Pengertian Budaya Kerja
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang, dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke
generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.
Kerja merupakan sesuatu yang dikeluarkan oleh seseorang sebagai profesi, sengaja dilakukan untuk mendapatkan penghasilan. Kerja dapat juga di artikan sebagai pengeluaran energi untuk kegiatan yang
dibutuhkan oleh seseorang untuk mencapai tujuan tertentu
Budaya Kerja adalah suatu falsafah dengan didasari pandangan hidup sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan dan juga pendorong yang dibudayakan dalam suatu kelompok dan tercermin dalam sikap menjadi perilaku, cita-cita, pendapat, pandangan serta tindakan yang terwujud sebagai kerja atau bekerja.
A.2 Model – model Budaya Kerja
1. Budaya Kerja Autoritarian Budaya kerja jenis ini menumpukan kepada ‘command and control’. Kuasa dan autoriti dalam organisasi biasanya terpusat kepada pemimpinnya yang seringkali disanjung sebagai , hero’ .Pekerja akan diharapkan untuk memperlihatkan kesetiaan yang tinggi kepada pemimpin. Arahan dan peraturan dihantar dari atas menuju ke dasar organisasi.
Budaya bentuk ini seringkali diamalkan dengan berkesan dalam
organisasi yang bersaiz kecil seperti pemiagaan keluarga, syarikat kecil dan firma sederhana. Bagaimanapun terdapat agensi swasta yang
melaksanakan budaya kerja ini dimana keputusan ditentukan oleh pengasas atau pemegang saham utama, manakala pekerja tidak mempunyai suara kecuali sebahagian kecil individu dalam organisasi yang diberi kepercayaan oleh pemilik atau pemegang saham utama tadi. Asas kepercayaan boleh berdasarkan kepada unsure nepotisme,
kronisme, peribadi atau mungkin juga kecekapan.
2. Budaya Kerja Birokratik Budaya kerja birokratik ini berasaskan kepada konsep bahawa organisasi boleh diurus dengan cekap menerusi kaedah pengurusan bersifat impersonal, rasional, autoriti dan formaliti.
Impersonal bermaksud setiap pekerja tertakluk kepada peraturan dan prosedur yang sama dan harus menerima layanan yang sama. Peraturan dan prosedur tersebut adalah dilaksanakan secara formal untuk
mengingatkan pekerja akan etika dan keperluan yang dikehendaki daripada mereka.
Jawatan dalam organisasi adalah disusun mengikut hierarki supaya tanggungjawab, penyeliaan, autoriti dan akauntabiliti jelas dan mudah diikuti. Manakala untuk mempastikan kelancaran dan kecekapan kerja, pengkhususan tugas dilakukan iaitu dengan memecah- mecahkan kerja menjadi lebih spesifik supaya pekerja mudah menguasai dan cekap melakukannya. Dalam masa yang sama, faktor meritokrasi digunapakai dalam organisasi iaitu pengambilan pekerja, kenaikan pangkat dan pemberian ganjaran diberi berdasarkan kebolehan dan prestasi kerja masing-masing.
3. Budaya Kerja Fungsional Organisasi-organisasi kerja yang berjaya di Barat sering mengamalkan budaya kerja fungsional atau ‘project-based’ ini. Dalam konsep fungsional, kerja dalam organisasi dibagi dan
ditugaskan kepada individu atau pasukan tertentu. Projek yang paling penting akan diserahkan kepada pekerja atau sekumpulan pekerja yang paling berkemampuan. Apabila projek tersebut selesai, maka tugas individu atau kumpulan akan selesai dan kumpulan baru pula akan dibentuk bagi melaksanakan projek yang lain.
Oleh itu, struktur kumpulan adalah fleksibel dan interaksi adalah berasaskan kemahiran dan hormat-menghormati. Keputusan akan diperolehi selepas perbincangan, perundingan dan persetujuan para anggota projek. Oleh itu kejayaan dinilai berasaskan kebolehan
menyempurnakan projek yang memuaskan pelanggan. Bekerja secara bersama bagi menjayakan sesuatu projek ini membentuk solidariti pekerja dan mendorong penyesuaian antara personaliti yang berbeza kerana mereka sama-sama bertanggungjawab kepada kejayaan
organisasi.
seringkali menyebabkan mereka kurang terikat kepada peraturan dan prosedur. Kenaikan pangkat sepenuhnya bergantung kepada meritokrasi kerana setiap orang perlu membuktikan bahawa mereka memberi
sumbangan yang lebih daripada orang lain kepada organisasi.
5. Budaya Kerja Tawar Menawar Dalam organisasi jenis ini, kesatuan pekerja diiktiraf sebagai bagian utama dalam organisasi. Kesatuan sekerja berfungsi untuk menjaga kepentingan pekerja dan membantu pengurusan mencapai matlamat organisasi. Perundingan dan tawar menawar berlangsung berdasarkan perundangan dan prosedur yang diakui oleh kedua-dua belah pihak. Meskipun pertikaian dan
pertentangan pendapat kadangkala berlaku antara kesatuan sekerja dan majikan, tetapi ia sering dapat diselesaikan di meja rundingan. Dari satu segi pihak pengurusan boleh mendapat pandangan wakil kesatuan
sekerja bagi melaksanakan peraturan, sistem dan ganjaran. Manakala kesatuan sekerja akan mempastikan hak, kepentingan dan kebajikan pekerja diberi jaminan. Secara keseluruhannya pendekatan ini yang berkonsepkan hubungan rapat majikan pekerja bertujuan untuk mewujudkan situasi menang-menang antara kedua belah pihak.
6. Budaya Kerja Kolektif Dikatakan bahawa antara kunci kejayaan
organisasi Jepun adalah kebolehan mereka untuk menggunakan idea dan cadangan pekerja bawahan. Ini karena pekerja adalah ‘pemilik proses kerja’ dan mereka lebih mengetahui tentang sistem dan tatacara melaksanakan kerja berbanding orang lain. Dengan itu pekerja diberi peluang untuk mengemukakan cadangan dan kreativitas bagi
memperbaiki proses kerja, sistem dan prosedur.
A.3 Cara - cara menumbuhkan etos kerja kepada
individu
1. Menumbuhkan sikap optimis :
– Mengembangkan semangat dalam diri
– Peliharalah sikap optimis yang telah dipunyai – Motivasi diri untuk bekerja lebih maju
2. Jadilah diri anda sendiri : – Lepaskan impian
– Raihlah cita-cita yang anda harapkan 3. Keberanian untuk memulai :
– Jangan buang waktu dengan bermimpi – Jangan takut untuk gagal
– Menghargai waktu (tidak akan pernah ada ulangan waktu) – Jangan cepat merasa puas
5. Kosentrasikan diri pada pekerjaan : – Latihan berkonsentrasi
– Perlunya beristirahat
6. Bekerja adalah sebuah panggilan Tuhan(Khasanah, 2004)
A.4 Terbentuknya Budaya Kerja
Budaya kerja timbul akibat hasil belajar bersama antar anggota yang dirasa merupakan jalan yang benar untuk memahami, berpikir, dan merasakan satu sama lain agar bisa memecahkan masalah yang ada.
Schein sendiri membagi budaya kerja menjadi tiga tingkatan, yaitu:
1. Perilaku dan Artifact
Perilaku adalah tingkatan yang mudah sekali terlihat, seperti perilaku otoriter, luwes, maupun perilaku yang keras. Perilaku yang ada pada karyawan atau anggota dalam perusahaan dapat mencerminkan nilai-nilai tertentu.
2. Nilai-nilai
Berbeda dengan tingkat perilaku dan artifact, nilai-nilai tidak terlihat, hanya saja nilai-nilai bisa terungkap melalui pola-pola tertentu. Misalnya saja nilai keterbukaan bisa terungkap dari perilaku yang mau mendengarkan segala kritik dan saran. Atau misal nilai hemat bisa terungkap dari bekerja dengan menggunakan kertas seminimal mungkin.
3. Keyakinan
Tingkat keyakinan ini memang tingkat yang paling dalam dibandingkan kedua nilai di atas. Di samping tingkat ini tidak mudah dilihat, keyakinan juga terdiri dari berbagai asumsi dasar. Misalkan orang yang punya nilai kepercayaan akan punya prioritas tinggi yang akan terungkap dalam perilakunya, yakni seperti mudah percaya pada orang lain.
Selain Schein, Tosi, Rizzo, Carroll (1994) juga menjelaskan tentang pengertian budaya kerja.
Menurut Tosi, Rizzo, Carroll, budaya kerja adalah
“ … the patterned way of thinking, feeling, and reacting that exist in a organization or its subsectors. It is the unique “mental programming” of that organization, which is a reflection of its modal organization personality.”
A.5 Manfaat Budaya Kerja
Manfaat Budaya Kerja Perusahaan secara umum :
a. Meningkatkan jiwa gotong royong b. Meningkatkan kebersamaan
d. Meningkatkan jiwa kekeluargaan
e. Meningkatkan rasa kekeluargaan
f. Membangun komunikasi yang lebih baik
g. Meningkatkan produktivitas kerja
h. Tanggap dengan perkembangan dunia luar 2.4.2 Manfaat budaya bagi pegawai
a. Memberikan arah dan pedoman berperilaku
b. Menyamakan langkah dan visi dalam melaksanakan tugas c. Meningkatkan komitmen
d. Mendorong pegawai untuk mencapai prestasi kerja yang optimal
e. Meningkatkan produktivitas pegawai dari waktu kewaktu. 2.4.3 Manfaat budaya bagi perusahaan
a. Sebagai identitas
Suatu bangsa, kelompok, komunitas, perorangan sudah bisa diketahui identitasnya hanya dari sudut budayanya. Misalnya kesatuan militer, karyawan perusahaan, sudah bisa dibedakan, dari seragamnya, dari mutu pekerjaannya, dari bahasanya, dari pandangan atau falsafah nya.
b. Sebagai sumber Inspirasi
Dengan menilai kelebihan, kelemahan, adanya kekosongan, orang bisa berpikir melakukan penyempurnaan, menciptakan temuan baru,
menghilangkan yang tidak relevan.
c. Kebanggaan
Suatu negara, perusahaan yang sudah mampu mencapai tingkat budaya yang tinggi pada bidangnya, maka sudah pasti menjadi kebanggaan perusahaan, organisasi, negara, atau seseorang, misalnya sudah mampu membuat alat transportasi yang paling maju, pertanian paling maju, teknologi paling maju, berkualitas, murah.
d. Sebagai komoditi
Budaya sebagai sumber komoditi merupakan budaya yang bisa
menghasilkan wing, misalnya karya seni, candi, mesin, ikan panggang.
e. Sebagai pengikat
Budaya sebagai pengikat kebersamaan sharing, kita bisa melihat dari bahasa, dari simbol atau lambang, dari kesamaan perasaan atau nasib, dan kesamaan pandangan, kesamaan kepentingan, orang bisa
f. Sebagai kekuatan
Budaya itu timbal ada lahir melalui proses dan sangat selektif, mengapa terselektif dalam prosesnya, karena akan tampil yang memenuhi
harapan yang lebih baik, bahkan kalau perlu sangat baik.
g. Sebagai pola perilaku
Budaya berfungsi sebagai pola perilaku, merupakan pedoman bagi orang dalam bermasyarakat dan dalam perusahaan, misalnya, rajin, patuh aturan, bersemangat, haus, prestasi. Orang negara maju menghargai waktu, malu korupsi, jadi maling.
h. Sebagai warisan
Karya budaya baik berupa fisik (benda) maupun non fisik (bahasa, aksen) adalah warisan yang ditinggal pendahulu, ya1ng penerima waris adalah terstruktur kebawah, warisan lalu ke sekarang, warisan yang ditularkan atasan kepada bawahan. Selain itu juga ada tujuan atau Manfaat Budaya Kerja bagi perusahaan Budaya kerja memiliki tujuan untuk mengubah sikap dan juga perilaku SDM yang ada agar dapat meningkatkan
produktivitas kerja untuk menghadapi berbagai tantangan di masa yang akan datang.
Soal Dan Jawaban:
1. Kerja adalah sumber kemakmuran. Pendapat tersebut dikemukakan oleh ....
a.Robert Malthus b.Francois Quesnay c.David Ricardo d.Adam Smith
2. Perluasan kesempatan kerja dapat ditempuh melalui ....
a.Peningkatan kegiatan ekonomi b.Penambahan jumlah sekolah c.Peningkatan produktivitas angkatan kerja d.Penambahan industri padat karya 3.Pengembangan industri padat karya merupakan cara memperluas kesempatan kerja yang dikemuka kan oleh ....
a.Smith b.Keynes c.Soemitro d.Malthus
4. Seorang yang telah bekerja dan memenuhi syarat-syarat sebagai seorang pekerja penuh disebut …
a. Employment b. Labor force c. Unemployment d. Full employment 5. Para ibu rumah tangga atau anak sekolah digolongkan sebagai … a. Pengangguran b. Pengangguran terselubung
c. Angkatan kerja d. Tenaga kerja 6. Kelompok angkatan kerja disebut juga …
a. Man power b. Labor c. Labor force d. Nonlabor
7.Suatu keadaan yang memperlihatkan tersedianya lapangan kerja yang siap untuk diisi oleh para pencari kerja dinamakan...
a.Kesempatan kerja b.Keadaan kerja c.Lapangan kerja d.Angkatan kerja
8. Penduduk yang berada di usia 15 - 64 tahun yang mampu bekerja jika ada permintaan kerja dinamakan ...
a. Pekerja b. Angkatan kerja c. Tenaga kerja d. Pencari kerja 9. Kelompok angkatan kerja yang telah mendapat pekerjaan disebut ... a. Wirausaha b. Tenaga kerja c. Pekerja d. Pengangguran 10. Apabila seorang bekerja 15 jam seminggu ia tergolong ... a. Pekerja sampingan b. Pekerja penuh