• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Strategi Genius Learning PENER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Penerapan Strategi Genius Learning PENER"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN STRATEGI GENIUS LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL

BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SDN MURTAJIH 1

PAMEKASAN

Dina Rosita

PGSD FIP Universitas Negeri Surabaya, pgsd_dina@yahoo.com

Mungit Sudianto

PGSD FIP Universitas Negeri Surabaya

Pelaksanaan penelitian ini dilatar belakangi oleh adanya masalah yang dihadapi oleh siswa kelas IV SDN Murtajih 1 Pamekasan pada mata pelajaran PKn. Motivasi serta ekspektasi siswa untuk mempelajari PKn sangat rendah, siswa merasa kesulitan memahami informasi yang disampaikan oleh guru, terbukti dari hasil observasi yang dilakukan peneliti bahwa dari 27 siswa hanya 9 siswa (28,23%) yang mencapai KKM, sedangkan 18 siswa (71,87%) belum mencapai KKM. Masalah diatas timbul karena dalam proses pembelajaran guru tidak memilih strategi pembelajaran tertentu, Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana aktivitas guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa dengan menerapkan strategi Genius Learning. Penilitian ini merupakan penelitian jenis penelitian tindak kelas (PTK) kolaborasi yang terdiri dari beberapa siklus. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan tes Pada kegiatan pembelajaran dengan menerapkan strategi Genius Learning aktivitas guru, aktivitas siswa dan hasil belajar siswa mengalami peningkatan, aktivitas guru pada siklus I 68,7%, siklus II 85,9%. Aktivitas siswa pada siklus I 65,6%, siklus II 85,9% dan hasil belajar siswa pada siklus I 66,7% menjadi 96,2% pada siklus II. kata kunci: Strategi Genius Learning, hasil belajar

Abstract

The background of this research comes from problem that experienced by students in 4 graders at SDN Murtajih 1 Pamekasan on Pkn lesson. Students’ motivation and expectation to learn PKn is low, they feel difficult on understanding the information which is given by the teacher, it is proven by the result of the observation that the researcher done that from 27 students only 9 students (28,23%) who reach the Completeties Minimum Criteria, whereas 18 students (71,87%) did not reach the Completeties Minimum Criteria. The problem comes because the teacher does not choose any strategy on the teaching-learning process. The purpose of this research is to know how is the teacher’s and students’activities, and students’ learning outcome. This is an classroom action research collaboration which is comprise of some cycles. The data collection technique uses observation and test. On the teaching learning activity which is use Genius Learning Strategy, the teacher’s activities is increase in two cycles, in cycle I is 68,7%, and in cycle II is 85,9%. Students acctivities in cycle I is 65,6%, and in cycle II is 85,9%. Students’ learning outcome in cycle I is 66,7% and cycle II is 96,2%.

Key term : Genius Learning Strategy, Learning outcomes

PENDAHULUAN

Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Pkn) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan untuk membina dan mengembangkan siswa atau peserta didik agar menjadi warga Negara yang baik atau secara umum mengetahui, menyadari, dan melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai warga Negara. Dalam kurikulum KTSP 2006 menyatakan bahwa pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan memiliki tujuan sebagai berikut: (1) Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam

(2)

secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

Proses pendidikan tidak terlepas dari kegiatan belajar mengajar di kelas. Kegiatan belajara mengajar sangat ditentukan oleh kerja sama antara guru dengan siswa, guru dituntut untuk mampu menyajikan dan menyampaikan materi pelajaran dengan optimum. Oleh karena itu diperlukan kreatifitas dan gagasan yang baru untuk mengembangkan cara menyajikan dan menyampaikan materi, yaitu guru harus mampu memilih strategi tertentu, metode dan media yang tepat untuk menyampaikan materi kepada siswa.

Salah satu tugas pendidik atau guru adalah menciptakan suasana pembelajaran yang efektif, efesien, dan menyenangkan serta dapat memotivasi siswa untuk senantiasa belajar dengan baik dan dapat membangun kreativitas peserta didik tidak hanya menguasai ilmu pengetahuan tetapi juga dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di dalam masyarakat luas. Suasana pembelajaran yang demikian akan berdampak positif dalam pencapaian prestasi belajar yang optimal. Oleh karena itu, guru sebaiknya memilih strategi, yang tepat. Ketidaktepatan dalam penggunaan strategi, akan menimbulkan kejenuhan bagi siswa dalam menerima materi yang disampaikan sehingga materi kurang dapat dipahami yang akan mengakibatkan rendahnya prestasi belajar siswa . Pembelajaran pada dasarnya adalah proses penambahan informasi dan kemampuan baru. Ketika kita berpikir informasi dan kemampuan apa yang harus dimiliki oleh siswa, maka pada saat itu juga kita semestinya berpikir strategi apa yang harus dilakukan agar semua itu dapat tercapai secara efektif dan efesien. Oleh karena itu, sebelum menentukan strategi pembelajaran yang dapat digunakan, ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan yaitu (1) Pertimbangan yang berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai, (2) Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran, (3) Pertimbangan dari sudut siswa , (4) Pertimbangan-pertimbangan lainnya. Tidak semua strategi pembelajaran dapat diterapkan pada suatu proses pembelajaran karena situasi dan kondisi berbeda. Strategi yang digunakan harus sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. (Sanjaya,2006:130).

Berdasarkan observasi yang dilakukan peniliti pada tanggal 12 Desember 2015 di SDN Murtajih 1 Pamekasan tentang aktivitas pembelajaran PKn di kelas IVA bahwa dalam menyampaikan materi guru tidak menggunakan strategi tertentu, guru hanya menggunakan metode ceramah, media papan tulis dan beberapa media gambar, jika memungkinkan maka guru membuat media sesuai dengan materi, Beberapa siswa sudah bisa menerima informasi yang disampaikan guru dengan baik,

sehingga hasil belajar mencapai KKM bahkan lebih, namun masih banyak siswa siswa yang belum bisa menerima informasi yang disampaikan guru sehingga hasil belajar pada mata pelajaran PKn belum mencapai KKM. Dilihat dari ketuntasan nilai individu berdasarkan KKM, diperoleh hasil bahwa dari 27 siswa hanya 9 siswa (28,23%) yang mencapai KKM. Sedangkan 18 siswa (71,87%) belum tuntas atau belum mencapai KKM. Tampak pula bahwa aktivitas belajar siswa masih rendah. Terlihat dari siswa yang cenderung ribut, banyak mengobrol dan tidak menyimak materi yang disampaikan oleh guru, serta proses timbal balik antara guru dengan siswa belum berjalan optimal.

Penggunaan metode ceramah dan penugasan saja dalam proses pembelajaran PKn dapat mengakibatkan pembelajaran PKn kurang efektif. Metode ceramah cenderung teoritis dan komunikasi yang terjadi hanya satu arah yaitu guru menjadi satu-satunya sumber belajar serta kurang melibatkan siswa dalam PBM. Dalam metode ceramah ini hanya terjadi transfer informasi dari guru ke siswa, siswa sebagai pendengar yang pasif. Sedangkan tiap siswa mempunyai gaya belajar yang berbeda-beda yang juga selalu berubah. Informasi akan masuk ke dalam otak siswa dan tak terlupakan seumur hidup. apabila informasi tersebut ditangkap berdasarkan gaya belajar siswa tersebut. Artinya, setiap guru harus mahir mengajar dengan strategi pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar siswa (Chatib, 2014: 33). Seperti yang sudah diketahui, gaya belajar sangat menentukan prestasi siswa di dalamnya. Menurut Gunawan (2012: 139), hasil riset menunjukkan bahwa murid yang belajar dengan menggunakan gaya belajar mereka yang dominan, saat mengerjakan tes, akan mencapai nilai yang jauh lebih tinggi dibandingkan bila mereka belajar dengan cara yang tidak sejalan dengan gaya belajar mereka.

Situasi kelas seperti ini dapat mempengaruhi minat siswa sehingga banyak siswa yang merasa kurang senang dengan mata pelajaran PKn. Selain materinya yang memang banyak menuntut hafalan, cara guru mengajarpun kurang begitu diminati siswa. Apabila minat siswa untuk mempelajari PKn rendah maka motivasi serta ekspektasi siswa untuk mempelajari lebih dalam tentang pelajaran PKn itu sendiri akan rendah. Dengan motivasi dan ekspektasi yang rendah, hal ini akan mempengaruhi hasil belajar Pkn siswa. Tingkat ekspektasi yang kita berikan kepada siswa akan memiliki nilai yang berbanding lurus dengan hasil belajar siswa. Jika tingkat ekspektasi siswa tinggi terhadap pelajaran maka akan seiring dengan peningkatan hasil belajar siswa pada pelajaran tersebut dan sebaliknya.

(3)

kondusif dapat dicapai dengan memperhatikan kesiapan belajar siswa. Selama ini guru sudah memperhatikan kesiapan belajar siswa yaitu dengan memperhatikan kesiapan fisik siswa akan tetapi guru masih belum memperhatikan kesiapan belajar melalui kesiapan psikis siswa, padahal manusia itu tidak hanya terdiri dari tubuh fisik. Manusia terdiri dari badan dan batin. Batin sendiri terdiri dari empat komponen yaitu pikiran, ingatan, perasaan, dan kesadaran. Agar proses pembelajaran dapat berhasil dengan optimal, guru harus mengakomodasikan kedua aspek ini, yaitu badan dan batin.Jadi dalam pelaksanaan pembelajaran guru harus memperhatikan aspek perasaan atau emosi siswa, kesiapan mereka untuk belajar baik secara fisik maupun psikis, agar siswa dapat mengikuti pembelajaran secara aktif dan menyenangkan, yang kerap terjadi adalah guru masuk kelas, murid duduk dengan manis dan diam, lalu guru langsung mengajar.

Untuk itu diperlukan suatu strategi pembelajaran dengan rangkaian pendekatan praktis dalam upaya meningkatkan hasil pembelajaran yaitu strategi Genius Learning. Strategi pembelajaran Genius Learning adalah rangkaian praktis dalam upaya meningkatkan hasil belajar. Upaya peningkatan ini dicapai dengan menggunakan pengetahuan yang berasal dari berbagai disiplin ilmu seperti pengetahuan tentang cara kerja otak, cara kerja memori, motivasi, konsep diri, kepribadian, emosi, perasaan, pikiran metakognisi gaya belajar, multiple intelegensi atau kecerdasan majemu, teknik memori, teknik membaca, teknik mencatat, dan teknik belajar lainnya (Gunawan, 2007: 8). Pendekatan yang digunakan dalam Genius Learning membantu anak didik untuk bisa mengerti kekuatan dan kelebihan mereka yang dapat dikembangkan yang sesuai dengan gaya belajar mereka masing-masing, anak didik akan memahami proses belajar yang benar, sesuai dengan kepribadian dan keunikan mereka masing-masing.

Dalam penerapan strategi pembelajaran Genius Learning siswa diposisikan sebagai pusat dari proses pembelajaran atau subjek pendidikan, tidak seperti yang selama ini kerap terjadi dimana siswa diposisikan sebagai objek penelitian.

Upaya peningkatan hasil belajar siswa dalam strategi Genius Learning dicapai dengan menggunakan pengetahuan yang berasal dari berbagai disiplin ilmu seperti pengetahuan tentang cara:

a. Kerja otak: menurut Maclean dalam (Chatib,2014: 4), yang telah mengembangkan teori otak TriuneBrain yaitu, otak kita sebenarnya terdiri dari tiga bagia otak yaitu: (1) otak reptil, berfungsi mengatur gerak refleks dan keseimbangan koordinasi pada tubuh manusia, otak inilah yang memerintahkan tubuh kita bergerak jika terjadi bahaya atau melindungi kita dari bahaya fisik dengan pendekatan “LARI” atau

“LAWAN”. Pada saat otak reptil aktif, orang tidak dapat berpikir, yang berperan adalah INSTING dan langsung bereaksi. Otak reptil akan aktif apabila seseorang merasa takut, stres, terancam, marah, kurang tidur, atau kondisi tubuh lelah. Otak reptil disebut juga sang penjaga, ia akan membukakan pintu masuk arus informasi kebagian otak berikutnya. Otak ini akan dapat terpuaskan jika lingkungan fisik di sekelilingnya nyaman dilihat dan dirasakan. (2) otak mamalia, merupakan otak yang berfungsi sebagai pengendali emosi, membantu mempertahankan keseimbangan hormonal, rasa haus, rasa lapar, pusat kesenangan, rasa memiliki, dan mengendalikan ingatan jangka panjang. dan (3) otak neo cortex, berperan dalam proses berfikir, berbicara, melihat, dan mencipta. Apabila seseorang dalam keadaan senang, tenang, dan rileks, maka otak neo cortex dapat aktif dan bisa digunakan untuk berpikir. Dalam proses belajar-mengajar antara guru dengan siswa, arus informasi dalam otak ini tentunya juga terjadi. Artinya, jika otak reptil siswa tidak terpuaskan dalam proses belajar, maka selera belajar tidak akan optimal, dan jika selera belajar rendah, maka motivasi belajar dan hasil belajar akan cenderung rendah pula. b. Cara kerja memori, terdapat dua macam bentuk

memori yaitu memori jangaka pendek dan memori jangka panjang. Memori jangka pendek berguna menampung informasi yang masuk ke pikiran kita. Rentang waktu maksimal untuk menyimpan informasi di memori ini sangat singkat yaitu sekitar 15-30 detik. Memori ini hanya berfungsi sebagai penampungan sementara untuk informasi yang akan diolah (Gunawan,2007: 73). Memori jangka panjang adalah kemampuan untuk menyimpan informasi secara permanen untuk rentang waktu mulai beberapa bulan, tahun bahkan sampai seumur hidup (Gunawan, 2007: 74). Cara murid memproses informasi baru yang diajarkan di dalam kelas sudah tentu mempunyai pengaruh terhadap hasil pembelajaran dan berpengaruh pula terhadap kemampuan daya ingat. c. Motivasi, menurut Mc. Donald (dalam Sadirman

2006: 73), menyebutkan bahwa motivasi sebagai perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Motivasi adalah rangsangan, dorongan ataupun pembangkit tenaga yang dimiliki seseorang dalam melaksanakan sesuatu yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

(4)

e. Kepribadian merupakan pola perilaku dan cara berpikir yang khas, yang menentukan penyesuaian diri individu terhadap lingkungannya.

f. Emosi dan perasaan, emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu kedaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak, menurut (Goleman, 1999: 513). g. Pikiran adalah suatu hasil proses yang berkaitan

dengan aktivitas otak dengan memanfaatkan koordinasi panca indra

h. Metakognisi adalah suatu bentuk kognisi, proses berpikir urutan kedua atau lebih tinggi yang melibatkan kontrol aktif atau proses kognitif.

i. Multiple Intelegence, merupakan teori kecerdasan yang dimunculkan oleh Dr. Howard Gardner. Menurut Gardner (dalam Gunawan, 2007: 229) bahwa kecerdasan bukanlah suatu yang bersifat tetap. Kecerdasan akan lebih tepat kalau digambarkan sebagai suatu kumpulan kemampuan atau keterampilan yang dapat ditumbuhkan dan dikembangkan. Dalam teori multiple intellegence (Gunawan, 2007: 231) terdapat delapan jenis kecerdasan yaitu: (1) linguistik: kemampuan dalam bidang bahasa, (2) matematika dan logika: suka ketepatan dan menyukai berpikir abstrak dan terstruktur, (3) visual dan spasial: berpikir dengan menggunakan gambar, termasuk gambaran mental, cakap bekerja dengan peta, grafik dan diagram, menggunakan gerakan untuk membantu pembelajaran, (4) musik: sensitif terhadap mood dan emosi, menyukai dan mengerti musik, (5) interpersonal: mudah bergaul, mediator, pintar berkomunikasi, (6) intrapersonal: mengerti perasaan sendiri, dapat memotivasi diri sendiri, mengerti siapa dirinya, mengerti dan sangat memperhatikan nilai dan etika hidup, (7) kinestetik: kemampuan mengendalikan fisik yang sangat baik, ahli dalam pekerjaan tangan, suka menyentuh dan memanipulasi obyek, (8) naturalis: mencintai lingkungan/alam, mampu menggolongkan obyek, mengenali, berinteraksi dengan hewan dan tumbuhan.

j. Teknik memori, merupakan sebuah teknik memasukkan informasi ke dalam otak sesuai dengan cara kerja otak. Ada delapan teknik memori yang bisa digunakan dalam pembelajaran yaitu: (1) teknik rantaian kata: dalam teknik ini kita merantaikan atau menyambung kata-kata yang ingin kita hapalkan dengan membuat suatu cerita; (2) teknik plesetan kata: dalam teknik ini kita menggantikan kata sulit yang ingin kita hapal dengan kata lain yang bunyinya mirip dan lucu; (3) sistem pasak lokasi: teknik ini sangat efektif bekerja karena teknik ini mengakses

dan mengaktifkan memori semantik dan episodik; (4) teknik akrostik: teknik menghapal dengan cara mengambil huruf depan dari materi yang ingin dihapal, kemudian huruf depan ini digabungkan dan dibuat suatu singkatan atau cerita; (5) teknik kata kunci: digunakan untuk mengingat data berupa kalimat panjang, dengan mencari kata kuncinya; (6) teknik menghapal rumus; (7) teknik pasak nomor: suatu teknik yang mengubah data berupa angka menjadi data berupa gambar (Gunawan, 2007: 108) k. Teknik membaca, seorang pembaca perlu menentukan

teknik membaca yang digunakan agar informasi yang dibaca sesuai dengan tujuannya. Menurut Tampubolon dalam (Rahim, 2011: 52) Ada empat teknik yang bisa digunakan dalam membaca yaitu: (1) baca pilih (Selecting); (2) baca lompat (Skipping); (3) baca layap (Skimming); (5) baca tatap (Scanning. l. Teknik mencatat, mencatat merupakan salah satu

usaha untuk meningkatkan daya ingat. Otak manusia dapat menyimpan segala sesuatu yang dilihat, didengar dan dirasakan. Tujuan pencatatan ini adalah untuk mengingat informasi yang tersimpan dalam memori tanpa mencatat dan mengulangi informasi, siswa hanya mampu mengingat sebagian kecil materi yang diajarkan (Gunawan, 2007: 131).

m. Teknik belajar lainnya (Gunawan, 2007: 2).

Dalam (Gunawan, 2007: 7) Presuposisi atau asumsi dasar yang kita pakai dalam mendefinisikan kecerdasan dalam strategi Genius Learning adalah sebagai berikut: 1) Setiap orang dilahirkan genius. Setiap orang

dilahirkan dengan suatu kombinasi kecerdasan beragam. Karena perbedaan perjalanan dan pengalaman hidup, maka timbul perbedaan dalam dominasi dan tingkat perkembangan kecerdasan yang kita miliki. Kondisi sosial dan budaya serta sifat dan proses pembelajaran yang kita alami akan menentukan seberapa cepat atau lambat proses perkembangan kecerdasan ini terjadi.

2) Kecerdasan adalah suatu fenomena yang unik. Ada banyak cara dimana seseorang melihat dan mengerti dunia disekelilingnya dan cara ia mengungkapkan pengertian yang ia dapatkan.

3) Konsep diri seseorang berbanding lurus dengan potensi yang ia gali dan kembangkan. Semakin baik konsep diri yang berhasil ia bangun, semakin baik pula ia mampu memaksimalkan penggunaan potensi yang ia miliki.

4) IQ tinggi sangat membantu keberhasilan akademik, namun bukan satu-satunya faktor utama. IQ rendah (dalam konotasi yang positif) bukan garansi kegagalan.

(5)

sangat penting dalam upaya menghilangkan berbagai hambatan yang menghambat perkembangan kecerdasan. Guru melakukannya dengan menggunakan strategi dan teknik yang tepat untuk membantu mengembangkan kecerdasan anak didik. 6) Kecerdasan berkembang dalam 4 tahap yaitu : (1)

stimulasi, (2) penguatan, (3) belajar dan mengerti, (3) transfer dan pengaruh.

7) Berpikir dapat diajarkan. Metakognisi atau yang kita kenal dengan istilah berpikir mengenai proses berpikir, juga meliputi aspek belajar cara belajar yang benar, menggunakan teknik bertanya yang benar.

Strategi Genius Learning disusun berdasarkan hasil riset mutakhir mengenai berbagai disiplin ilmu, terutama cara kerja otak dan memori. (Lubis dan Sari: 161) Strategi Genius Learning yang disusun berdasarkan tata cara kerja otak dan memori menekankan beberapa prinsip utama dalam proses pembelajaran, antara lain sebagai berikut :

a. Sesi jawab (auditorial) atau sebaliknya setelah menerangkan hal-hal yang siswa kurang mengerti (auditorial), lalu meminta siswa untuk mencatatnya (visual). Otak akan berkembang dengan maksimal dalam lingkungan yang kaya akan stimulus multi sensori dan tantangan berpikir. Lingkungan demikian akan menghasilkan jumlah koneksi yang lebih besar diantara sel-sel otak.

b. Besarnya pengharapan/ ekspektasi berbanding lurus dengan hasil yang dicapai. Otak selalu berusaha mencari dan menciptkan arti dari suatu pembelajaran. Proses pembelajaran berlangsung pada level pikiran sadar dan pikiran bawah sadar. Motivasi akan meningkat saat murid menetapkan tujuan pembelajaran yang positif dan bersifat pribadi. c. Lingkungan belajar yang aman adalah lingkungan

belajar yang memberikan tantangan tinggi namun dengan tingkat ancaman rendah. Dalam kondisi ini otak neo-cortex dapat diakses dengan maksimal sehingga proses berpikir dapat dijalankan dengan maksimal.

d. Otak sangat membutuhkan umpan balik yang bersifat segera dan mempunyai banyak pilihan. Hasil riset yang dilakukan intensif di luar negeri oleh para oakar seperti Eruc Jensen, David Sousa, dan peneliti lainnya membuktikan bahwa otak kita sangat bergantung pada umpan balik (feed back) untuk bisa berhasil dalam proses pembelajaran (Gunawan, 2007: 190).

e. Musik membantu proses pembelajaran dengan tiga cara. Pertama musik membantu anak men-charge otak. Kedua musik membantu merileks otak sehingga otak siap untuk belajar. Dan ketiga, musik dapat

digunakan untuk membawa informasi yang ingin dimasukkan kedalam memori.

f. Ada berbagai alur dan jenis memori yang berbeda yang ada pada otak kita. Dengan menggunakan teknik dan strategi yang khusus, kemampuan untuk mengingat dapat ditingkatkan.

g. Kondisi fisik dan emosi saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. Untuk bisa mencapai hasil pembelajaran secara maksimal, kedua kondisi ini, yaitu kondisi fisik dan kondisi emosi harus benar-benar diperhatikan.

h. Setiap otak adalah unik dengan kapasitas pengembangan yang berbeda berdasarkan pada pengalaman pribadi. Ada beberapa jenis kecerdasan. Kecerdasan dapat dikembangkan dengan proses pengajaran dan pembelajaran yang sesuai.

i. Walaupun terdapat perbedaan fungsi antara otak kiri dan otak kanan, namun keduanya bisa bekerja sama dalam mengolah informasi.

(6)

tetapkan tujuan: Tahap ini merupakan Goal-setting. Guru harus mengajarkan kepada murid cara untuk mencapai hasil yang telah ditetapkan, dengan menggunakan bahasa murid itu sendiri. minta murid untuk membuat goal secara detail secara tertulis (Gunawan, 2007: 345). (5) pemasukan informasi: pada tahap ini saatnya guru memberikan informasi kepada siswa, menurut (Gunawan, 2007: 346) informasi yang akan diajarkan harus disampaikan dengan melibatkan berbagai gaya belajar. Metode penyampaian harus bisa mengakomudasi gaya belajar visual, auditori dan kinestetik dan bila memungkinkan juga mengomodasikan gaya penciuman dan pengecapan. Menurut (Gunawan, 2007: 139) hasil riset menujukkan bahwa murid yang belajar dengan menggunakan gaya belajar mereka yang dominan, saat mengerjakan tes, akan mencapai nilai yang jauh lebih tinggi dibandingkan bila mereka belajar dengan cara yang tidak sejalan dengan gaya belajar mereka. (6) aktivasi: proses aktivasi merupakan proses yang membawa murid kepada satu tingkat pemahaman yang lebih dalam terhadap materi yang diajarkan. Dalam Strategi Genius Learning menggunakan teori Multiple Intelegensi dari Howard Gardner untuk mengakses berbagai kecerdasan yang ada dalam diri murid (Gunawan, 2007: 350). Aktivasi bisa dilakukan dengan menggunakan aktivitas yang dilakukan seorang diri, secara berpasangan atau

secara berkelompok guna membangun

kemampuankomunikasi dan kerja sama/kelompok. (7) demonstrasi: proses guru menguji pemahaman murid dengan memberikan ujian. Hanya bedanya, dalam lingkaran sukses Genius Learning , kita langsung menguji pemahaman murid pada saat itu juga. Ini bertujuan untuk benar-benar mengetahui sampai dimana pemahaman murid dan sekaligus merupakan saat yang sangat tepat untuk bisa memberikan umpan balik. (8) ulangi (review) dan jangkarkan: h. Tinjauan ualang dan jangkarkan, pada tahap ini dilakukan pengulangan dan penjangkaran pada akhir setiap sesi dan sekaligus membuat kesimpulan dari apa yang telah dipelajari. Ini bermanfaat untuk meningkatkan daya ingat dan meningkatkan afektivitas dari proses pembelajaran (Gunawan, 2007: 356).

Hasil belajar adalah perubahan tingkah laku peserta didik akibat proses kegiatan belajar mengajar, yang berupa perubahan dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotor (Purwanto, 2014: 46). Hasil belajar sangat erat kaitannya dengan belajar atau proses belajar.

Benjamin S. Bloom (dalam Ngalim Purwanto, 2000: 44-47) menyebutkan enam jenis perilkau ranah kognitif , yaitu : (1) Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian kaidah, teori, prinsip, atau metode,

(2) Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari (3) Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru. Misalnya, mengguakan prinsip, (4) Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya mengurangi masalah menjadi bagian yag telah kecil, (5) Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru, misalnya kemampuan menyusun suatu program, (6) evaluasi, mencakup kemmapuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan hal berdasarkan criteria tertentu, misalnya, kemampuan menilai hasil ulangan. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah prestasi belajar yang dicapai oleh siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar yang ditandai dengan suatu perubahan dan tingkah laku seseorang.

Menurut Sudjana (2008:22-23) hasil dibedakan menjadi tiga tipe, yaitu :

a. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni (1) pengetahuan atau ingatan, (2) pemahaman, (3) aplikasi, (4) analisis, (5) sintesis, dan (6) evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.

b. Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yakni (1) penerimaan, (2) jawaban atau reaksi, (3) penilaian, (4) organisasi, dan (5) internalisasi.

c. Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomorik, yakni (1) gerakan reflex, (b) keterampilan gerakan dasar, (3) kemampuan perceptual, (4) keharmonisan atau ketepatan, (5) gerakan keterampilan kompleks, (6) gerakan ekspresif dan interpretative.

Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Diantara ketiga ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran. Disini peneliti juga menggunakan hasil belajar ranah kognitif untuk penilaian terhadap siswa.

Sugihartono, dkk (2007:76-77), menyebutkan factor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar sebagai berikut: a. Faktor internal adalah factor yang ada di dalam diri

individu yang sedang belajar. Faktor internal meliputi: factor jasmani dan factor psokologi. b. Faktor eksternal adalah factor yang ada di luar

(7)

Berdasarkan faktor diatas, peneliti memperhatikan faktor internal dan eksternal siswa dalam strategi Genius Learning.

METODE

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas kolaborasi yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran. Penelitian tindak kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan, yang terjadi dalam sebuah kelas secara bersama (Arikunto, 2013: 130). Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran dikelasnya).

Menurut Mulyasa (2009:89-90) secara umum Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bertujuan untuk: (1) memperbaiki dan meningkatkan kondisi-kondisi belajar serta kualitas pembelajaran, (2) meningkatkan layanan professional dalam onteks pembelajaran, khususnya layanan kepada peserta didik sehingga tercipta layanan prima, (3)memberikan kesempatan kepada guru berimprovisasai dalam melakukan tindakan pembelajaran yang direncanakan secara tepat waktu dan sasarannya, (4) memberikan kesempatan kepada guru mengadakan pengkajian secara bertahap terhadap kegiatan pembelajaran yang dilkaukan sehingga tercipta perbaikan yang berkesinambungan, (5) membiasakan guru mengembangkan sikap ilmiah, terbuka, dan jujur dalam pembelajaran. Penelitian tindak kelas kolaborasi dilakukan dengan berkolaborasi (kerja sama) antara praktisi (guru, kepala sekolah, siswa dll) dan peneliti dalam pemahaman, kesepakatan tentang permasalahan, pengambilan keputusan yang akhirnya melahirkan kesamaan tindakan (action).

Namun secara khusus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran PKn pada materi memberikan contoh sederhana pengaruh globalisasi di lingkungannya di SDN Murtajih 1 Pamekasan.

Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model penelitian yang diungkapkan oleh Kemmis dan Taggart yang merupakan pengembangan dari model Kurt Lewin. Model ini mencakup beberapa siklus dan pada masing-masing siklus meliputi 4 tahapan yaitu: (1) Planning atau perencanaan, (2) Acting atau pelaksanaan, (3) Observing atau pengamatan, (4) Reflecting atau refleksi.

Tempat penelitian dilaksanakan di SDN Murtajih 1 Pamekasan. Alasan peneliti memilih lokasi ini karena SDN Murtajih 1 Pamekasan merupakan sekolah dimana peneliti menemukan suatu masalah dalam proses belajar mengajar pada mata pelajaran PKn, serta SDN Murtajih 1

Pamekasan termasuk sekolah yang terbuka artinya terbuka bagi mahasiswa yang ingin melaksanakan observasi dan penelitian.

Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV SDN Murtajih 1 Pamekasan sebanyak 27 siswa yang terdiri dari 16 perempuan dan 11 laki-laki. Pemilihan subjek didasarkan pada fakta yang didapat pada saat melakukan observasi .

Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan peneliti dengan bekerjasama dengan guru kelas, dimana guru kelas sebagai sebagai pelaksana sedangkan peneliti sebagai pengamat pembelajaran. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, tiap siklus dengan waktu 4x35 menit (2 kali pertemuan). Setiap siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan dan pengamatan, refleksi. Perencanaan merupakan persiapan segala sesuatu yang dibutuhkan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dalam perencanaan dilakukan langkah-langkah sebagai berikut: menganalisis kurikulum, membuat silabus, menyusun RPP, membuat kisi-kisi soal, membuat evaluasi hasil belajar, membuat LKS, membuat media media pembelajaran, menyusun instrumen penelitian yaitu berupa lembar observasi aktivitas dan aktivitas siswa.

Pelaksaan tindakan merupakan deskripsi pelajaran tindakan yang akan dilakukan. Pembelajaran dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan pada tiap siklus. Kegiatan pembelajaran pertama dilaksanakan pada hari kamis dan jum’at tanggal 10 dan 11 Maret 2015 dengan alokasi waktu tiap pertemuan 2x35 menit. Siklus II dilaksanakan pada kamis dan jum’at pada tanggal 17 dan 18 Maret dengan alokasi waktu 2x35 menit setiap pertemuan. Pengamatan atau observasi dilaksanakan secara bersamaa dengan pelaksanaan tindakan, kegiatan ini dilakukan oleh peneliti. Tujuan observasi ini adalah untuk mengamati aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

Pada tahap refleksi, data hasil pengamatan dikumpulkan dan dianalisis untuk mengetahui tingkat keberhasilan pada siklus I. Jika terjadi hambatan atau ketidaktercapaian tujuan penelitian dan hasil belajar siswa yang masih belum meningkat maka akan dilakukan perbaikan pada siklus II. Penelitian yang dilakukan pada siklus I dijadikan sebagai acauan untuk merancang proses pembelajaran pada siklus berikutnya.

Teknik pengumpulan data adalah hal yang sangat penting dalam penelitian karena tujuan dari penelitian adalah memperoleh data. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa teknik untuk melakukan pengumpulan data, diantaranya: (1) teknik observasi, (2) teknik tes)

(8)

pencatatan terhadap keadaan atau perilaku objek sasaran. Observasi dilakukan pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Observasi digunakan untuk memperoleh data kualitatif, yakni data aktivitas guru dan aktivitas siswa selama proses pembelajaran dengan menerapkan strategi Genius Learning .

Teknik tes Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2013: 193). Tes hasil belajar siswa digunakan untuk memperoleh data kuantitatif. Tes hasil belajar yang digunakan berupa lembar evaluasi. Tes ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa pada materi yang disampaikan guru.

Teknik analisis data merupakan langkah yang sangat penting dalam sebuah penelitian. Data yang telah terkumpul berupa hasil pengamatan dan hasil tes siswa, data ini tidak akan bermakna tanpa dianalisis dan diolah dan di interpretasikan dengan tujuan agar informasi tersebut memiliki makna.

Adapun analisis data hasil observasi dan tes menggunakan rumus sebagai berikut:

Analisis data hasil observasi

Keterangan:

P : Persentase frekuensi yang muncul ∑f : Jumlah aktivitas terlaksana N : Jumlah aktivitas keseluruhan

(Winarsunu, 2015: 20)

Analisis data hasil tes hasil belajar

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah: (1) aktivitas guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran mencapai ≥75%, (2) aktivitas siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran mencapai ≥75% dari keseluruhan aktivitas, (3) siswa secara klasikal tuntas belajar jika mencapai ≥75%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini akan disajikan hasil penelitian tentang upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn melalui penerapan strategi Genius Learning pada siswa kelas IV SDN Murtajih 1 Pamekasan dapat

diuraikan berdasarkan siklus-siklus tindakan pembelajaran, dimana setiap siklus terdapat tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Hasil pengamatan aktivitas guru yang dilakukan observer yaitu peneliti sendiri didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 1. Aktivitas Guru NO Aspek Yang

Diamati

Siklus

I II

1 Suasana

Kondusif

3 3,5

2 Hubungkan 3 3,5

3 Membuat

gambaran besar dan tetapkan

tujuan

2,5 3

4 Pemasukan

informasi

2 3,5

5 Melakukan

aktivasi

3 3,5

6 Mengerjakan LKS

3 3,5

7 Melakukan

demonstrasi

2 3

8 Melakukan

tinjauan ulang atau menjangkarkan.

3,5 4

Jumlah 22 27,5

Rata-rata 2,75 3,43

Persentasi Ketuntasan 68,7% 85,9%

Tabel 2. Perbandingan Aktivitas Guru Siklus I-II NO Aktivitas Guru Persentase

1 Siklus I 68,7%

2 Siklus II 85,9%

(9)

68,7

85,9

0 20 40 60 80 100

Siklus I Siklus II

Diagram 1. Persentase Aktivitas Guru

Berdasarkan diagram 1, dapat dilihat bahwa pada siklus I diperoleh persentase aktivitas guru sebesar 68,7%. Ini menunjukkan bahwa aktivitas guru selama proses pembelajaran sudah cukup baik namun masih belum mencapai indikator keberhasilan yang ditetapkan yaitu >80%. Selama pembelajaran pada siklus I terdapat beberapa aspek yang sangat tinggi dan tinggi. Adapun aspek yang dikatagorikan sangat tinggi adalah (tahap suasana kondusif, tahap hubungkan, melakukan aktivasi, membimbing mengerjakan LKS dan membimbing mengerjakan tinjauan ulang atau jangkarkan) selanjutnya aspek yang dikatagorikan tinggi namun belum mencapai indikator keberhasilan adalah (tahap membuat gambaran besar dan tetapkan tujuan, pemasukan informasi, melakukan demonstrasi).

Pada siklus II diperoleh persentase aktivitas guru sebesar 85,9%. Dikarenakan guru sudah melaksanakan pembelajaran dengan perbaikan yang sudah direncanakan pada siklus sebelumnya sehingga aktivitas guru pada siklus ini meningkat. Selama pembelajaran pada siklus II semua aspek dikatagorikan sangat tinggi dan mencapai indikator keberhasilan

Dengan demikian aktivitas guru selama siklus I-II mengalami peningkatan. Persentase di siklus I 68,7% menjadi 85,9% di siklus II Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas guru dengan menerapkan Strategi Genius Learning pada mata pelajaran PKn materi Pengaruh Globalisasi kelas IV SDN Murtajih 1 Pamekasan sudah mengalami peningkatan yang lebih baik dari siklus I sampai siklus II dan sudah mencapai indikator keberhasilan dan telah dikatakan berhasil.

Pengamatan aktivitas siswa pada pembelajaran ini dilakukan oleh peneliti sebagai observer. Hasil dari pengamatan tersebut dapat disajikan sebagai berikut:

Tabel 3. Aktivitas Siswa NO Aspek Yang

Diamati

Siklus

I II

1 Suasana Kondusif (Melakukan Brain

Gym)

3,5 4

2 Hubungkan

(berpartisipasi melakukan apersepsi)

2 3,5

3 Tetapkan tujuan (membuat Goal)

2 3

4 Memperhatikan penjelasan guru

2 3

5 Melakukan aktivasi 3 3,5

6 Mengerjakan LKS 3 4

7 Berpartisipasi melakukan demonstrasi

2 3

8 Berpartisipasi melakukan tinjauan

ulang atau menjangkarkan.

3,5 3,5

Jumlah 21 27,5

Rata-rata 2,62 3,43

Persentasi Ketuntasan 65,6% 85,9%

Tabel 4. Perbandingan Aktivitas Siswa Siklus I-II

Skor yang didapat

Persentase (%)

Siklus I 21 65,6%

Siklus II 27,5 85,9%

Pada tebel 3 dan 4, dapat dilihat skor yang didapat dan persentase aktivitas siswa selama pembelajaran menggunakan strategi Genius Learning . Hasil perhitungan persentase aktivitas siswa di atas dapat disajikan ke dalam bentuk diagram sebagai berikut:

65,6

85,9

0 20 40 60 80 100

Siklus I Siklus II

(10)

Pada diagram 2, dapat dilihat bahwa pada siklus I diperoleh persentase aktivitas siswa sebesar 65,6%. Ini menunjukkan bahwa aktivitas siswa selama proses pembelajaran sudah baik namun belum mencapai indikator keberhasilan yaitu >80%. Selama pembelajaran pada siklus I terdapat beberapa aspek yang dikatagorikan sangat tinggi dan tinggi. Adapun aspek yang dikatagorikan sangat tinggi dan sudah mencapai indikator keberhasilan adalah (suasana kondusif, melakukan aktivasi, mengerjakan LKS dan berpartisipasi dalam proses tinjauan ulang atau jangkarkan) sedangkan aspek yang dikatagorikan tingi namun belum mencapai indikator keberhasilan adalah ( hubungkan, tetapkan tujuan, memperhatikan penjelasan guru, melakukan demonstrasi). Pada siklus II diperoleh persentase aktivitas siswa sebesar 85,9% dikarenakan siswa sudah melaksanakan pembelajaran dengan perbaikan yang sudah direncanakan pada siklus sebelumnya sehingga aktivitas siswa pada siklus ini meningkat . selama pembelajaran pada siklus II semua aspek sudah dikatagorikan sangat tinggi dan sudah mencapai indikator keberhasilan.

Dengan demikian aktivitas siswa selama siklus I-II telah mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas siswa dengan penerapan Strategi Genius Learning pada materi pengaruh globalisasi pada siswa kelas IV SDN Murtajih 1 Pamekasan sudah mengalami peningkatan yang lebih baik dan sudah mencapai indikator keberhasilan dan telah dikatakan berhasil.

Berikut ini merupakan data hasil belajar siswa dalam pembelajaran dengan menerapkan Strategi Genius Learning selama dua siklus.

Tabel 3. Data Hasil Belajar Siswa Siklus I-II

KETERANGAN SIKLUS

SIKLUS I SIKLUS II

TUNTAS 18 26

TIDAK

TUNTAS 9 1

JUMLAH

SISWA 27 27

JUMLAH 1867 2279

RATA-RATA 69,1 84,4

PERSENTASE

(%) 66,7% 96,2%

Berikut ini hasil perhitungan ketuntasan belajar siswa secara klasikal di atas dapat disajikan kedalam diagram berikut:.

66,7

96,2

0 20 40 60 80 100 120

Siklus I Siklus II

Diagram 3. Data Hasil Belajar Siswa Siklus I-II II

Berdasarkan penyajian dan analisis data tersebut, dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa selama kegiatan pembelajaran dengan menerapkan Strategi Genius Learning pada mata pelajaran PKn materi pengaruh globalisasi kelas IV SDN Murtajih 1 Pamekasan. Persentase siklus I sebesar 66,7%, setelah diadakan perbaikan, persentase pada siklus II menjadi 96,2%. Hasil belajar mengalami peningkatan yang cukup pesat dan telah mencapai indikator keberhasilan.

Hal ini dikarenakan guru berhasil menciptakan suasana kondusif baik secara fisik maupun psikis terhadap siswa dengan cara melakukan Brain Gym yang dikombinasikan dengan musik. Gunawan (2007), Brain gym adalah serangkaian gerakan tubuh yang sederhana yang digunakan untuk memadukan semua bagian otak untuk meningkatkan kemampuan belajar, harga diri dan rasa kebersamaan, peneliti menerapkan Brain gym yang dikombinasikan musik dengan tujuan untuk membantu siswa kembali pada kondisi mental yang optimal untuk memulai pembelajaran, sehingga dalam proses pembelajaran siswa tidak merasa tertekan, tegang dalam artian siswa benar-benar siap menerima informasi dengan baik sehingga didapatkan hasil belajar yang maksimal, ternyata Brain Gym yang dikombinasikan dengan musik memang benar meningkatkan prestasi belajar siswa yang sangat signifikan sesuai dengan yang diungkapkan Paul Dennison dan Gail E. Dennison dalam (Gunawan,2007: 271), bahwa otak terbagi menjadi 3 fungsi yaitu fungsi dimensi lateral, dimensi pemusatan, dimensi fokus, Brain Gym membuat ketiga dimensi ini dapat menyatu dan terintegrasi secara menyeluruh. Hal ini akan mengakibatkan peningkatan prestasi yang sangat signifikan.

(11)

dengan materi sehingga membuat siswa lebih aktif dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan guru, guru juga berhasil membuat gambaran besar sebagai folder bagi siswa untuk menerima informasi dari guru, guru berhasil membantu siswa membuat goal yang artinya guru membimbing siswa untuk memahami pentingnya materi ini untuk dipelajari dan apa saja yang harus siswa dapatkan dari materi ini.

Dalam menyampaikan informasi, guru menyampaikan informasi sesuai dengan gaya belajar siswa dengan cara menggunakan metode dan media yang variatif sehingga materi mudah dipahami siswa. Hasil riset menunjukkan bahwa murid yang belajar dengan menggunakan gaya belajar mereka yang dominan, saat mengerjakan tes, akan mencapai nilai yang jauh lebih tinggi dibandingkan bila mereka belajar dengan cara yang tidak sejalan dengan gaya belajar mereka (Gunawan, 2007:138). Ternyata memang benar berdasarkan penelitian yang dilakukan bahwa dengan memperhatikan gaya belajar siswa dalam pemasukan materi dapat memudahkan siswa untuk memahami materi, dan hasil tes menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelas IV SDN Murtajih 1 Pamekasan mengalami peningkatan yang signifikan.

Guru berhasil membimbing siswa untuk melakukan aktivasi sesuai dengan kecerdasan siswa yang dominan, jadi guru memberikan kebebasan kepada siswa untuk melakukan aktivasi sesuai dengan kemampuannya. Guru berhasil membuat proses jangkarkan atau tinjauan ulang secara bersama-sama dengan tujuan untuk meningkatkan daya ingat dan meningkatkan aefektivitas dari proses pembelajaran, guru menciptakan proses tinjauan ulang dan jangkarkan dengan suasana yang menyenangkan dan bebas dari stres.

Jadi Strategi Genius Learning adalah salah satu strategi pembelajaran yang telah berhasil meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan berbagai pengetahuan yang berasal dari berbagai disiplin ilmu seperti pengetahuan tentang cara kerja otak, cara kerja memori, motivasi, konsep diri, kepribadian, emosi, perasaan, pikiran, metakognisi, gaya belajar, mulptiple intellegence, teknik memori, teknik membaca, teknik mencatat dan teknik belajar lainnya.

PENUTUP

Simpulan

Berdasarkan rumusan masalah dan hasil penelitian yang telah dibahas pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran pada mata pelajaran PKn dengan menerapkan Strategi Genius Learning pada siswa kelas IV SDN Murtajih 1 Pamekasan

berjalan dengan baik. Berdasarkan data hasil keterlaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Aktivitas guru selama kegiatan pembelajaran dengan menerapkan Strategi Genius Learning mengalami peningkatan terhadap proses pelaksanaan pembelajaran, dari siklus I sampai siklus II aktivitas guru mencapai indikator keberhasilan yang telah ditentukan, yaitu pada siklus I persentasenya adalah 68,7% , pada silus II 85,9% .

2. Aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran dengan menerapkan Strategi Genius Learning mengalami peningkatan terhadap proses pelaksanaan pembelajaran, dari siklus I sampai siklus II aktivitas siswa mencapai indikator keberhasilan yang telah ditentukan, yaitu pada siklus I persentasenya adalah 65,6%, pada siklus II 85,9%.

3. Peningkatan hasil belajar siswa selama kegiatan pembelajaran dengan menerapkan Strategi Genius Learning mengalami peningkatan yang signifikan dari siklus I sampai siklus II yaitu pada siklus I persentasenya adalah 66,7%, dan siklus II 96,2%.

Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan peneliti memberikan saran sebagai berikut:

1. Bagi Guru: Dalam pelaksanaan pembelajaran sebaiknya guru memilih dan menerapkan strategi tertentu yang sesuai dengan materi, karakter peserta didik, yaitu dengan menerapkan strategi Genius Learning untuk mencapai tujuan pembelajaran. 2. Bagi sekolah: Hendaknya sekolah membekali guru

untuk menguasai dan menerapkan strategi Genius Learning, sehingga pembelajaran akan lebih menarik dan bermakna, siswa lebih termotivasi dan aktif berpartisipasi dalam pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru (teacher centered) melainkan berpusat pada siswa (student centered) sehingga hasil belajarpun meningkat.

.DAFTAR PUSTAKA

Chatib, Munif. 2014. Gurunya Manusia. Bandung: Mizan Media Utama

Gunawan, Adi. 2007. Genius Learning Strategy. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Sardiman. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

(12)

Goleman, Daniel. 1999. Kecerdasan Emosi untuk Mencapai Puncak Prestasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Rahim, Farida. 2011. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara

Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta

Sanjaya, Wina. 2006. Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana

Purwanto. 2014. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Sudjana, Nana. 2008. Penilaian Hasil Belajar Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Sugihartono, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan.

Gambar

Tabel 3. Aktivitas Siswa
Tabel 3. Data Hasil Belajar Siswa Siklus I-II

Referensi

Dokumen terkait

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 t ent ang Pendidikan Tinggi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 158, Tambahan Lembaran Ne- gara Republik Indonesia Nomor

Penelitian ini menunjukkan bahwa OMSK dengan kolesteatoma pada anak sering menyebabkan ketulian dengan derajat sangat berat dan pada rantai osikular sering hanya

Analisa Bivariat Hubungan Pelaksanaan Tugas Kesehatan Keluarga tentang Hipertensi dengan Kualitas Hidup Lansia dengan

Apabila perusahaan memiliki stok yang cukup untuk produksi maka akan langsung melakukan proses pengerjaan, tetapi jika kita tidak memiliki stok yang cukup kita

Prediksi ini dapat menjadi masukan bagi siswa dan pihak sekolah untuk mempertimbangkan lokus pengendalian sebagai faktor yang dapat memengaruhi konsep diri akademik

Adanya promosi penjualan yang dilakukan juga sangat membantu GM (Game Master) dalam menawarkan produk tersebut, sehingga promosi penjualan menjadi alat yang efektif baik

Karena rerata kelas eksperimen lebih besar dengan kelas kontrol maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan pemahaman matematik siswa yang pembelajarannya

Penilaian Diri Siswa dan Hasil Belajar yang di dapat setelah Bimbingan Kelompok Penilaian diri yang telah dilakukan siswa pada pertemuan ketiga bertujuan untik mengetahui