• Tidak ada hasil yang ditemukan

jurnal No22 Thn13 Juni2014. pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "jurnal No22 Thn13 Juni2014. pdf"

Copied!
127
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

BADAN PENDIDIKAN KRISTEN PENABUR (BPK PENABUR)

I S S N : 1412-2588

Jurnal Pendidikan Penabur (JPP) dapat dipakai sebagai medium tukar pikiran, informasi, dan penelitian ilmiah para pemerhati masalah pendidikan.

Penanggung Jawab Ir. Budi Tarbudin, MBA.

Pemimpin Redaksi Prof. Dr. BP. Sitepu, M.A.

Sekretaris Redaksi Rosmawati Situmorang

Dewan Editor Prof. Dr. BP. Sitepu, M.A. Prof. Dr. Theresia K. Brahim Dr. Ir. Hadiyanto Budisetio, M.M.

Dr. Elika Dwi Murwani, M.M. Etiwati, S.Pd., M.M. Ir. Budyanto Lestyana, M.Si.

Alamat Redaksi :

Jln. Tanjung Duren Raya No. 4 Blok E Lt. 5, Jakarta Barat 11470 Telepon (021) 5606773-76, Faks. (021) 5666968

(3)

Jurnal Pendidikan Penabur

Nomor 22/Tahun ke-13/Juni 2014

ISSN: 1412-2588

Daftar Isi i

Pengantar Redaksi ii - v

Meningkatkan Pemahaman Studi Lanjut melalui Metode Debat Aktif dalam Layanan Bimbingan

Kelompok, Cahyo Purnomo, 1-11

Penggunaan Kombinasi Metode Penilaian Diri Secara Aktif dan Diskusi dalam Bimbingan Kelompok untuk Meningkatkan Pengaturan Diri dalam Belajar, Pratama Manihuruk, 12-22

Meningkatkan Kemampuan Menulis Kreatif Puisi Siswa melalui Metode Latihan, Sakila, 23-33

Efektivitas Implementasi Kebijakan Sistem Kepangkatan dan Kenaikan Pangkat Pegawai Guru,

Elika Dwi Murwani, 34-46

Meningkatkan Kepuasan Kerja Guru melalui Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Komunikasi

Asertif Guru, Hendrik Gunawan, 47-58

Meningkatkan Kinerja dan Komitmen Organisasi Berdasarkan Kemampuan, Kepuasan Kerja, Pembelajaran, dan Pengambilan Keputusan, Upi Isabella Rea, 59-71

Partisipasi Johann Heinrich Pestalozzi dalam Pendidikan Karakter Siswa melalui Pendidikan Agama Kristen, Maria Evvy Yanti, 72-83

Perbedaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 dan Kurikulum 2013 untuk Jenjang Sekolah

Dasar, Hilda Karli, 84-96

Isu Mutakhir: Menimbang Ulang Proses Penilaian di Sekolah, Mudarwan, 97-106

Resensi buku:10 Karakter yang Harus Dimiliki Guru yang Sangat Efektif, Lisa Kumalanty, 107-110

(4)

etelah diberlakukannya Undang-undang N0. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, sistem pemerintahan Indonesia berubah dari sentralisasi ke desentralisasi yang intinya terjadi pergeseran wewenang pengambilan keputusan dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah, khususnya ke Pemerintah Daerah tingkat Kabupaten/Kota. Pergeseran

wewenang ini diharapkan dapat membuat pengambilan keputusan kebijakan dan operasional lebih cepat, akurat, dan relevan dengan kondisi serta kebutuhan daerah setempat sehingga lebih efektif dan lebih efisien. Dalam jangka panjang, desentralisasi itu akan memacu dan mempercepat pembangunan daerah sehingga kesejahteraan masyarakat dapat terwujud sesuai dengan kemampuan masing-masing daerah.

Desentralisiasi bermakna memperluas wilayah wewenang organisasi di tingkat lebih rendah dengan tidak mengabaikan prinsip atau nilai dasar yang dianut organisasi secara keseluruhan. Keberhasilan desentralisasi tergantung pada konsistensi

penerapannya serta kemampuan penerima wewenang. Pemberi wewenang harus percaya bahwa yang diberi wewenang akan menggunakan wewenang secara benar dan keputusan yang diambil adalah untuk mencapai tujuan organisasi. Pemberi wewenang akan berfokus memantau, mengevaluasi dan mengendalikan keputusan-keputusan penerima wewenang. Apabila pengambil keputusan-keputusan di tingkat bawah tidak atau kurang mampu menggunakannya maka keputusan yang diambil tidak efektif dan tidak efisien. Lebih jauh lagi, dapat mengakibatkan penyalahgunaan wewenang yang berakibat buruk terhadap organisasi secara keseluruhan. Keberhasilan desentralisasi tergantung kemampuan penerima wewenang memahami serta menghayati visi, misi, dan tujuan organisasi serta komitmen mewujudkannya, di samping kemampuan manejerial dan kepemimpinan yang unggul.

Komitmen terhadap organisasi berhubungan dengan loyalitas atau kesetiaan pada nilai-nilai organisasi yang terlihat pada pertimbangan dan premis yang dipergunakan dalam mengambil keputusan organisasi. Setiap keputusan diambil dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan jangka pendek, menengah, atau panjang organisasi. Semakin tinggi komitmen, semakin tinggi pula kesetiaan pada organisasi sehingga membuat individu secara berangsur mengintegrasikan dan mengidentifikasikan dirinya sama dengan organisasi. Apabila keadaan ini sudah tercapai, tanggung jawab terhadap dan rasa memiliki organisasi menjadi tinggi serta

memotivasi bekerja keras, berbakti, dan berkorban untuk organisasi. Komitmen dan loyalitas mengurangi fungsi pengawasan tetapi meningkatkan fungsi koordinasi.

Kebijakan desentralisasi dengan memberikan otonomi ke Pemerintah Daerah tingkat Kabupaten/Kota juga berdampak pada

(5)

pengelolaan pendidikan di daerah dengan berperannya Bupati/ Walikota dan Kepala Dinas Pendidikan mengambil keputusan/ kebijakan pendidikan. Pengambil keputusan di kedua tingkat itu strategis dan mempengaruhi langsung kegiatan, mutu, serta pemerataan pendidikan dasar dan menengah di daerah. Sungguhpun standar nasional pendidikan ditetapkan secara terpusat, pengangkatan dan penempatan pendidik dan tenaga kependidikan menjadi wewenang Pemerintah Daerah tingkat Kabupaten/Kota. Apabila wewenang ini tidak dipergunakan secara tepat, proses pendidikan di satuan pendidikan dapat terganggu sehingga standar proses dan standar kelulusan tidak tercapai.

Berbarengan dengan kebijakan desenteralisasi, di pendidikan dasar dan menengah diperkenalkan konsep manajemen berbasis sekolah (MBS) yang pada dasarnya memberikan wewenang kepada kepala sekolah, guru, orangtua serta masyarakat melalui komite sekolah, dan kadang-kadang mengikutsertakan peserta didik dalam proses pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan

pendidikan di satuan pendidikan. Otonomi yang diberikan kepada sekolah dalam MBS ialah membuat keputusan berkaitan dengan kegiatan operasional sekolah, pendanaan, usul pengangkatan/ perpindahan/pemberhentian pendidik dan tenaga kependidikan, pengembangan kurikulum dan program kegiatan sekolah, pengaturan kalender pendidkan, pengadaan buku pelajaran serta sumber belajar/pembelajaran lainnya. Dalam melaksanakan MBS itu, pengambilan keputusan di tingkat sekolah memperhatikan rambu-rambu yang berlaku secara nasional dan daerah, seperti Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Standar Nasional Pendidikan yang menetapkan standar minimal isi, proses, kompetensi lulusan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pendidik dan tenaga kependidikan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan.

Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional serta Standar Nasional Pendidikan memberikan daerah dan sekolah rambu-rambu dalam menggunakan otonomi pengelolaan pendidikan termasuk dalam melaksanakan MBS. Dalam penerapan Kurikulum 2013 (K 13) , sebagai salah satu unsur Standar Isi, setiap sekolah harus memenuhi tuntutan K 13 dalam proses pembelajaran termasuk silabus dan buku teks pelajaran yang disusun secara terpusat. Peluang bagi sekolah mengembangkan K 13 secara kreatif dengan berinovasi dalam pembelajaran menjadi terbatas, sungguhpun guru diberikan kebebasan dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) setiap pertemuan pembelajaran. Sementara itu Standar Penilaian dan Standar Kelulusan memberikan ruang untuk ujian nasional (UN) yang kemudian dijadikan orientasi tujuan dan proses pembelajaran di banyak sekolah.

Dalam kenyataannya sekolah negeri sendiri memperoleh otonomi pengelolaan pendidikan berbasis sekolah dengan berbagai rambu dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Dinas Pendidikan di tingkat Propinsi dan Kabupaten/Kota. Hasil

(6)

dengan berbagai rambu yang membuatnya tidak leluasa menerapkan MBS itu sehingga beberapa wewenang itu tidak dapat diterapkan, misalnya dalam pengadaan buku teks pelajaran dan perpustakaan serta pengadaan dan perbaikan sarana dan prasarana sekolah pendidikan, termasuk juga pengalokasian dan penggunaan dana operasional sekolah. Di samping itu, hasil pemantauan juga menunjukkan MBS tidak atau kurang berjalan di sejumlah sekolah karena kepala sekolah tidak mampu melaksanakan dan

mengembangkannya. Sungguhpun demikian, banyak juga sekolah yang berkembang dan berhasil meningkatkan mutunya karena berhasil menerapkan MBS dengan dukungan orang tua, masyarakat, Pemerintah Daerah, serta sponsor yang mendampingi sekolah tersebut.

Sekolah swasta juga tidak luput dari berbagai rambu yang dapat membatasi kreativitas dan usaha kepala sekolah dan guru

meningkatkan mutu proses dan hasil pendidikan. Sungguhpun tidak sepenuhnya tergantung pada pemerintah, sekolah swasta diawasi dan dibina oleh Pemerintah dengan menggunakan berbagai standar pendidikan. Di samping itu Yayasan yang menaungi sekolah swasta memberikan rambu-rambu kepada kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan untuk melaksanakan visi dan misi Yayasan. Tidak jarang terjadi rambu-rambu yang datang dari berbagai pihak tidak sinkron sehingga menyulitkan posisi sekolah.

Sebagai organisasi, lembaga pendidikan memiliki ciri khas yang membedakannya dengan organisasi nonpendidikan. Lembaga pendidikan berfungsi melayani setiap individu dengan memberikan kesempatan dan kemudahan belajar dengan gaya belajar masing-masing sehingga memperoleh kemampuan yang mereka perlukan dalam mengembangkan dan meningkatkan kualitas hidupnya. Dilihat dari sistem, peserta didik merupakan masukan yang diberikan pengalaman belajar dalam proses pendidikan sehingga menjadi keluaran sebagai lulusan yang bermutu. Akan tetapi dalam memberikan pengalaman belajar, peserta didik tidak boleh

diperlakukan sebagai mengolah bahan mentah dengan

menggunakan mesin di industri. Peserta didik memiliki jasmani, roh, pikiran, naluri, emosi, dan perasaan serta harus diperlakukan secara manusiawi sebagai mahluk ciptaan Tuhan. Pendapat bahwa peserta didik adalah seperti kertas putih polos yang dapat ditulisi atau digambar sesuai dengan keinginan guru, sebagaimana diteorikan oleh John Locke, sudah lama ditinggalkan. Walaupun diakui bahwa lingkungan mempunyai pengaruh terhadap proses dan hasil

pendidikan, teori itu kemudian disempurnakan dengan memperlakukan peserta didik sebagai subjek dan bukan objek pendidikan.

(7)

peserta didik. Strategi pembelajaran pun berkembang dari mengajar pesera didik (pendekatan satu arah) dengan memberikan

pengetahuan sebanyak-banyaknya dengan penilaian berbasis menghafal (pengetahuan), berubah menjadi membelajarkan peserta didik atau membuat mereka aktif belajar dengan penilaian berbasis kemampuan. Memahami bagaimana peserta didik belajar, para ahli mengembangkan teori belajar seperti belajar berbasis masalah, belajar dengan menemukan, belajar berbasis proyek, belajar berbasis masalah, belajar dengan berkolaborasi,dan belajar dengan bekerja sama, yang semuanya membuat peserta didik menjadi pelaku aktif belajar. Perkembangan strategi belajar itu berkaitan erat dengan perkembangan teori behaviorisme, kognitivisme, dan

konstruktivisme yang menjelaskan bagaimana manusia itu belajar dan berprilaku. Teori-teori belajar ini juga dijadikan pertimbangan dalam mengembangkan K 13. Pembelajaran tematis berbasis kegiatan, serta pendekatan ilmiah (scientific inquiry), serta penilaian berbasis kemampuan yang seimbang sikap, pengetahuan dan keterampilan menjadi contoh penciri K 13.

Uraian sebelumnya menunjukan mengelola dan memimpin satuan pendidikan dengan berbagai rambu yang harus dipedomani memerlukan keahlian tersendiri. Teori manjemen dan kepemimpinan umum tidak dapat diterakan begitu saja dalam dunia pendidikan. Kepala satuan pendidikan diharapkan berfungsi sebagai (a) tutor yang membantu pendidik, tenaga kependidikan, dan siswa melaksnakan tugasnya secara professional, (b) pelayan yang memberikan kemudahan serta memenuhi kebutuhan semua pemangku kepentingan (stakeholders) pendidikan, serta (c) perancang yang merencanakan pengembangan pendidikan di satuan pendidikan.

Jurnal Pendidikan PENABUR Edisi Juni 2014 ini memuat berbagai tulisan berkaitan dengan pengelolaan sekolah termasuk pengelolaan pembelajaran untuk mewujudkan pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan. Pendidik dan tenaga kependidikan merupakan ujung tombak dalam menjalankan fungsi sekolah sebagai lembaga pendidikan. Komitmen dan kesetiaan mereka terhadap tugasnya dipengaruhi oleh sistem pengembangan karier mereka di sekolah, termasuk tata cara penilaian kinerja, kenaikan pangkat serta jabatan yang berakibat langsung pada pendapatan dan kesejahterannya. Tulisan dengan Efektivitas Implementasi Kebijakan Sistem Kepangkatan Dan Kenaikan Pangkat Pegawai (KKPP) Guru di BPK PENABUR melaporkan hasil penelitian sejauh mana kebijakan sistem KKPP guru di BPK PENABUR telah

(8)

kepemimpinan kepala sekolah dan kepuasan kerja guru juga menjadi salah satu ulasan dalam Edisi ini.

Keberhasilan manajemen dan kepemimpinan di lembaga pendidikan terwujud secara nyata dalam proses pembelajaran di dalam kelas, seperti upaya guru dalam menciptakan pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, efektif, efisien, dan menyenangkan. Dalam kaitannya dengan proses pembelajaran, Edisi ini memuat laporan penelitian tentang meningkatkan pemahaman studi lanjut melalui metode debat aktif dalam layanan bimbingan kelompok, penggunaan kombinasi metode penilaian diri secara aktif dan diskusi dalam bimbingan kelompok untuk meningkatkan pengaturan diri dalam belajar. Tentu banyak metode dan teknik pembelajaran lain yang dapat dikembangkan oleh guru melalui penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan mutu dan hasil pembelajaran.

Dalam pendidikan dan pembentukan karakter peserta didik, pendidikan agama dan peran orang tua sangat penting sebagaimana terlihat dalam K 13 yang berbeda dengan Kurikulum 2006,

sebagaimana juga dibahas dalam beberapa tulisan berikut termasuk isu mutakhir yang mempersoalkan sekolah belajar atau menilai. Pembentukan karakter peserta didik akan lebih efektif kalau

dilakukan dengan contoh atau teladan perilaku. Dalam konteks yang demikianlah, Edisi ini memuat resesensi buku dengan tema

pengembangan karakter guru.

Untuk melengkapi edisi ini, dipaparkan pula Profil BPK PENABUR Cimahi, yang secara terus menerus mengem-bangkan pengelolaan pendidikannya agar dapat memberikan pelayanan yang lebih baik dan lebih bermutu berlandaskan nilai-nilai Kristiani. Jurnal Penabur Edisi Juni 2014 ini terbit menyongsong tahun ajaran baru 2014/2015. Dewan Redaksi mengucapkan selamat bekerja dan sampai bertemu lagi pada Edisi Desember 2014 yang akan datang.

(9)

Meningkatkan Pemahaman Studi Lanjut Melalui Metode Debat Aktif

Meningkatkan Pemahaman Studi Lanjut melalui

Metode Debat Aktif dalam Layanan Bimbingan Kelompok

Cahyo Purnomo

E-mail : dominggo_coy@yahoo.co.id SMPK BPK PENABUR Gading Serpong Jakarta

Penelitian

Abstrak

emilih studi lanjut setamat dari jenjang SMP bisa merupakan keadaan yang sulit bagi para siswa yang masih dalam kategori remaja. Keadaan itu semakin dipersulit karena pemahaman remaja belum terarah dan sangat tergantung oleh pihak luar, yaitu teman bahkan harapan orangtua. Pengalaman menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang mengalami kesulitan untuk membuat keputusan pilihan studi lanjutnya berdasarkan pemahaman yang tepat tentang kualitas diri dan informasi sekolah lanjutan. Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling ( PTBK ) yang dilakukan selama empat bulan dalam Tahun Pelajaran 2012 – 2013 ini, dimaksudkan untuk membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman studi lanjutnya melalui metode debat aktif dalam layanan bimbingan kelompok. Setelah melalui dua kali siklus, hasilnya siswa berani membuat keputusan pilihan studi lanjutnya berdasarkan pemahaman diri dan informasi yang tepat tentang pilihan studi lanjutnya. Berdasarkan hasil penelitian, guru disarankan untuk menggunakan metode pembelajaran yang mengajak siswa lebih aktif dalam menggali informasi tentang pilihan studi lanjut sehingga membuat siswa lebih aktif, mau berbagi informasi dan menyenangkan yang pada akhirnya siswa dapat membuat keputusan berdasarkan pemahaman yang dimilikinya.

Kata – kata kunci : Studi lanjut, metode debat aktif, bimbingan kelompok. Enhancing the Understanding of Further Study Through

Active Debate in Group Consulting Service Abstract

Choosing higher education after from junior high school can be the hardest situation for students who are categorized as teenagers. This situation gets more complicated because their lack of understanding of higher education. Peer group and parents’ expectations are the other things which intricate their decision. Study shows that many students still have the difficulties to make decesion for their higher education based on accurate self quality understanding and information. Guidance and Councelling Action Research (PTBK) been done for 4 months in 2013 – 2014 term, was made to help students develop their understanding of their further study by conducting active debate in group counseling. After 2 cycles of sessions, it shows that the students are able to make decision about their further study based on their self understanding and information. According to the study, teachers are suggested to use a teaching method which makes students to be more active in gaining information about their furtheir education and are willing to share information. At the end, the students are able to make their own decision according to their own understanding.

(10)

Pendahuluan

Lembaga pendidikan khususnya sekolah merupakan wadah pembentukan pribadi peserta didik ke arah yang lebih baik. Pembentukan pribadi tersebut mencakup perkembangan dalam aspek fisik, mental dan intelektual. Perkembangan tersebut dalam rangka mempersiapkan sumber daya manusia yang siap menghadapi kompetisi di dunia kerja. Dalam hal ini sekolah sebagai sarana membentuk lulusan yang berkualitas dan memiliki kompetensi yang memadai untuk kariernya pada masa yang akan datang.

Di Indonesia upaya-upaya dalam mempersiapkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas dan memiliki keunggulan kompetitif dapat kita lihat dalam Undang-Undang no. 20 tahun 2003 Pasal 3, BAB II, h.6 yaitu :

“Pendidikan Nasional berfungsi mengem-bangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Djumhur dan Surya (1975: 9) mengulas tentang sekolah sebagai suatu lembaga yang menyelenggarakan pendidikan formal mempunyai peran yang penting dalam usaha mendewasakan anak dan menjadikannya sebagai anggota masyarakat yang berguna, sekolah turut pula bertanggung jawab atas anggota masyarakat yang dihasilkannya.

Berdasarkan asesmen guru BK mengenai pertanyaan setamat SMP para peserta didik mau kemana untuk melanjutkan studi lanjutnya, 60% hingga 80% peserta didik belum mengetahui mau kemana melanjutkan studi mereka. Hal yang sudah dilakukan oleh guru BK adalah memberikan layanan informasi berkaitan dengan informasi SMA dan SMK yang dapat dipilih siswa. Permasalahan yang terjadi di kalangan para peserta didik kelas IX SMPK PENABUR Gading Serpong adalah kesulitan

dalam memilih studi lanjut. Hal tersebut ditunjukkan dengan perilaku bingung menentukan mau masuk SMA atau SMK yang akan dipilih. Masih ada perbedaan keinginan antara orang tua dan siswa mengenai sekolah yang akan dipilih, dan belum dapat memutuskan mengenai bidang karir yang akan ditekuni dimasa depan.

Untuk mengatasi kesulitan tersebut diper-lukan layanan dari seorang guru bimbingan dan konseling dalam usaha memberikan arahan dan petujuk kepada siswa dalam menentukan karir pada masa mendatang. Tanpa bimbingan dan arahan guru bimbingan konseling, siswa tidak akan mendapatkan gambaran tentang masa depannya yang disesuaikan dengan bakat, minat dan kemampuan yang dimilikinya. Oleh karena itu sangat penting guru pembimbing membantu peserta didik dalam menentukan pilihan studi lanjut.

Bimbingan dan konseling memiliki peranan penting dalam membantu permasalahan siswa terutama dalam hal memilih program studi lanjutan. Untuk membantu siswa dalam hal tersebut perlu diberikan layanan bimbingan dan konseling yang lebih terarah, yaitu dengan menerapkan layanan bimbingan kelompok dengan metode debat aktif.

(11)

Meningkatkan Pemahaman Studi Lanjut Melalui Metode Debat Aktif

masalah dalam penelitian ini adalah

“Bagaimana meningkatkan pemahaman peserta didik dalam pemilihan studi lanjut melalui layanan bimbingan kelompok dengan metode debat aktif?”

Bertolak dari rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, penelitian tindakan bimbing-an konseling dilakukbimbing-an dengbimbing-an tujubimbing-an berikut. 1. Mencari metode bimbingan yang tepat untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam pemilihan studi lanjut sehingga dapat membuat keputusan dengan berda-sarkan informasi yang benar dan mempertimbangkan kemampuan diri. 2. Mengujicobakan metode debat aktif dalam

bimbingan kelompok untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap pemilihan studi lanjut.

3. Melatih siswa untuk menggali berbagai informasi tentang sekolah lanjutan sehing-ga densehing-gan informasi itu siswa dapat memutuskan pilihan studi lanjutnya dengan tepat sesuai kemampuan diri. Secara umum peneliti berharap bahwa melalui penelitian ini banyak manfaat yang bisa disimpulkan dan dipelajari baik bagi peneliti sendiri selaku guru pembimbing maupun bagi pihak lain yang peduli dan berkepentingan bagi tumbuh dan kembangnya siswa dalam hal pemilihan studi lanjut. Secara spesifik peneliti merumuskan maanfaat penelitian ini sebagai berikut.

1. Bagi siswa, memiliki pemahaman menyele-saikan masalah dalam memilih studi lanjut setamat SMP.

2. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling, dapat dijadikan bahan masukan dalam melaksa-nakan layanan bimbingan kelompok untuk membantu peserta didik dalam memilih studi lanjut setamat SMP.

3. Bagi sekolah, dapat dijadikan bahan masukan dalam merencanakan program sekolah khususnya dalam pendampingan dan informasi studi lanjut setamat SMP. 4. Bagi orangtua murid, dapat dijadikan

masukan untuk melihat kondisi keinginan anak dengan disesuaikan kemampuannya dalam pemilihan studi lanjut setamat SMP.

Kajian Pustaka

Pengertian Layanan Bimbingan Kelompok

Bimbingan merupakan terjemahan dari guidance yang di dalamnya terkandung beberapa makna. Sertzer & Stone dalam Winkel (1981 : 66 ) mengemukakan bahwa guidance is the process of helping individuals to understand themselves and their word. Winkel (1981 : 65) mengemukakan bahwa guidance mempunyai hubungan dengan guiding : “showing a way” (menunjukkan jalan), leading (memimpin), conducting (menuntun), giving instructions (memberikan petunjuk), regulating (mengatur), governing (mengarahkan) dan giving advice (memberikan nasehat). Bimo ( 2010 : 6 ) mengemukakan bimbingan merupakan suatu pertolongan yang menuntun. Menurut Prayitno dan Erman ( 2004 : 95 ), bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam membuat pilihan dan penyesuaian yang bijaksana. Penggunaan istilah bimbingan seperti dikemukakan di atas tampaknya proses bimbingan lebih menekankan kepada peranan pihak pembimbing. Hal ini tentu saja tidak sesuai lagi dengan arah perkembangan dewasa ini, ketika klienlah yang justru dianggap lebih memiliki peranan penting dan aktif dalam proses pengambilan keputusan serta bertanggung-jawab sepenuhnya terhadap keputusan yang diambilnya.

Kelompok dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ( 2008 : 658 ) adalah kumpulan manusia yang merupakan kesatuan beridentitas dengan adat istiadat dan sistem norma yang mengatur pola interaksi antarmanusia itu. Kelompok yang dimaksud adalah sekumpulan siswa yang berada dalam satu situasi dan memiliki kemiripan dalam masalah yang dihadapi. Kelompok ini merupakan subyek layanan bimbingan dan konseling yang membutuhkan pendampingan dan pengentasan dalam masalah yang dihadapinya, yaitu penentuan pemilihan studi lanjut setamat SMP.

(12)

tepat. Winkel menuliskan bahwa bimbingan kelompok merupakan layanan bimbingan yang diberikan kepada lebih dari satu orang pada waktu yang bersamaan. Selanjutnya, Winkel juga berpendapat bahwa dalam bimbingan kelompok para siswa akan menemukan pengalaman yang khas dalam proses yang dialaminya dalam aktifitas layanan. Dalam layanan bimbingan kelompok, masing – masing siswa dapat memberikan tambahan informasi dan juga bahkan membantu siswa yang lain dalam

pengetasan masalah. Melalui kegiatan sharing semua anggota dalam kelompok dapat memberikan masukan dan pendapatnya. Hal itu akan memperkaya siswa dalam pemahaman dan pengertiannya terhadap topik yang sedang dibahas.

Metode Debat Aktif

Metode yang diberikan kepada siswa dalam rangka penyampaian materi bimbingan kelompok perlu dipersiapkan dengan baik agar menimbulkan ketertarikan dan mendorong aktifnya para peserta didik. Membuat pembelajaran yang  menarik dan sekaligus mengaktifkan siswa banyak caranya, antara lain dengan model debat aktif. Model pembelajaran debat aktif  merupakan modifikasi dari model-model diskusi terbuka yang terjadi di kalangan kampus. Namun saat ini mulai dikembangkan untuk para peserta didik di sekolah baik siswa SMA maupun SMP. Pelaku debat perlu banyak menguasai konsep atau argumentasi yang kuat agar mampu mempertahankan pendapatnya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata debat ( 2008 : 301 ) berarti pembahasan dan pertukaran pendapat mengenai suatu hal dengan saling memberi alasan untuk mempertahankan pendapat masing – masing. Aktif dalam Kamus yang sama ( 2008 : 31 ) berati giat berusaha. Kegiatan debat menuntut siswa terlebih dahulu mencari informasi sebanyak mungkin, sehingga dalam proses debat siswa dapat mempertahankan pendapatnya serta mampu memberikan alasan yang bersifat realistik dan mengandung kebenaran. Tiap – tiap siswa dalam proses debat dapat memberikan argumentasi masing – masing sesuai pengetahuan dan pemahamannya. Maidar dan

Mukti ( 1988 : 40 ) mengatakan peserta debat dapat bertukar pikiran secara konstruktif dan kolektif untuk menganalisis data yang fundamental.

Model pembelajaran debat aktif tersebut dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Membuat sebuah pernyataan yang kontroversi terhadap materi yang telah kita berikan sebelumnya. Misalnya dalam hal ini keuntungan masuk SMA atau masuk SMK. b. Bentuk siswa dalam 2 kelompok besar di

dalam kelas.

c. Satu kelompok adalah sebagai kelompok PRO atau pendukung pernyataan tersebut, sementara satu kelompok yang lain adalah sebagai kelompok KONTRA atau kelompok yang menolak pernyataan tersebut.

d. Silakan tanyakan kepada kelompok PRO, mengapa mereka mendukung pernyataan tersebut. Alasan-alasan apa yang menguatkan pernyataan tersebut ?

e. Sementara untuk kelompok KONTRA harus mempertahankan pendapatnya tersebut juga disertai dengan argumentasi yang masuk akal.

f. Atur lalu-lintas debat agar tidak terjadi debat kusir.

Manfaat Peningkatan Pemahaman Studi Lanjut melalui Metode Debat Aktif

Metode debat aktif dalam meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap pemilihan studi lanjutnya merupakan pengintegrasian berbagai kemampuan dan kemahiran intelektual peserta didik itu sendiri. Manfaat metode debat aktif dalam peningkatan pemahaman studi lanjut antara lain sebagai berikut.

a. Peserta didik dapat mengenal (mendeskrip-sikan) karakteristik diri (minat, nilai, kemampuan, dan ciri-ciri kepribadian), yang darinya peserta didik dapat mengiden-tifikasi bidang studi yang sesuai dengan dirinya.

(13)

Meningkatkan Pemahaman Studi Lanjut Melalui Metode Debat Aktif

pekerjaan, pengaruh perkembangan teknologi terhadap bidang kerja tertentu, kontribusi yang dapat diberikan dalam bidang pekerjaan tertentu pada masyarakat, dan tuntutan kemampuan kerja dalam bidang-bidang pekerjaan tertentu di masa depan.

c. Peserta didik mampu mengidentifikasi berbagai bidang pendidikan yang tersedia dan relevan dengan berbagai bidang pekerjaan.

d. Peserta didik mampu mengambil keputusan karier bagi dirinya sendiri, merencanakan langkah-langkah konkrit untuk mewujudkan perencanaan kelanjutan studinya yang realistik bagi dirinya. e. Peserta didik mampu menyesuaikan diri

dalam mengimplementasikan pilihannya dan mampu merencanakan pilihannya sesuai dengan karier yang diharapkannya. Bimbingan dan Konseling di SMP diarahkan untuk membantu peserta didik dalam perencanaan dan pengarahan kegiatan serta dalam pengambilan keputusan yang membentuk pola karier tertentu dan pola hidup yang akan memberikan kepuasan bagi dirinya dan lingkungannya.

Bimbingan dan Konseling dapat dimanfaatkan oleh setiap peserta didik yang secara khusus mengalami hambatan dalam menentukan pilihan program studi lanjutannya. Melalui konseling karier, siswa akan lebih mantap dalam melaksanakan proses pembelajaran di jenjang pendidikan selanjutnya.

Pemilihan Studi Lanjut setamat SMP

a. Pengertian merencanakan studi lanjut Wajib belajar sembilan tahun di Indonesia disosialisasikan tahun 1995dan hanya sampai pada tingkatan menengah pertama atau setelah tamat dan lulus dari sekolah dasar. Akan tetapi bukan tidak mungkin, beberapa siswa yang akan melanjutkan sekolah pada jenjang yang lebih tinggi sehingga mampu menunjang inteligensi dan kompetensi yang dimilikinya. Pada era globalisasi seperti ini tidak menutup kemungkinan bahwa setiap pekerjaan membutuhkan tenaga yang profesional di bidangnya. Untuk mewujudkan semua itu

maka individu harus memiliki kompetensi yang cukup. Berbicara tentang pekerjaan tampaknya sulit untuk dipisahkan dari yang namanya persekolahan, sebab sekolah sebagai wadah untuk mempersiapkan diri masuk pada kehidupan di masyarakat. Oleh karena itu, sekolah harus bisa mempersiapkan peserta didiknya sesuai dengan apa yang dibutuhkan masyarakat. Bimo (2010 : 204 ) berpendapat bahwa bimbingan karier pada jenjang SMP juga dibutuhkan oleh siswa, baik untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi maupun untuk mencari pekerjaan yang karena alasan tertentu tidak dapat melanjutkan sekolahnya. Jangka panjang bimbingan karier di jenjang SMP diperlu-kan agar para siswa bisa berpikir runtut untuk jenjang pendidikannya, artinya program pilihan sekolah sejalan dari jenjang SMP sampai ke perguruan tinggi. Pada akhirnya pilihan studi berkaitan dengan pilihan pekerjaan yang nantinya akan digelutinya.

b. Langkah-langkah dalam Merencanakan dan Memilih Studi Lanjutan

Untuk memilih suatu sekolah tak lepas dari prospek masa depan individu yang dapat mendukung cita-citanya. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa ada perbedaan sekolah lanjutan antara sekolah umum dan sekolah kejuruan. Sekolah umum memper-siapkan siswanya untuk melanjutkan ke perguruan tinggi. Sedangkan sekolah kejuruan mempersiapkan siswanya untuk masuk dunia kerja atau siap kerja.

(14)

individu akan memilih sekolah yang menurut mereka sangat bermutu dan berkua-litas. Sedangkan mereka yang memandang bahwa sekolah hanya sebagai modal untuk bekerja, mereka akan memilih sekolah yang biasa saja, yang penting bisa sekolah. Hal tersebut juga dipengaruhi oleh impian peserta didik dalam menentukan pilihan karier mereka. Setelah lulus dari jenjang SMP, peserta didik dapat memilih apakah akan melanjutkan ke SMA/MA/SMK atau cukup mengikuti kursus yang ada sesuai dengan pilihan kariernya masing – masing.

Metode Peneltian

Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan Bimbingan dan Konseling (action research) dengan menggunakan model spiral Kemmis dan Taggart. Rochiati ( 2005 : 66 – 67 ) mengemukakan salah satu model penelitian tindakan adalah model spiral, terdiri atas empat tahapan, yaitu perencanaan ( plan ), tindakan ( act ), pengamatan ( observe ) dan refleksi (reflect ). Hal

ini dimaksudkan untuk mendapatkan hasil penggunaan layanan bimbing-an kelompok dengan metode debat aktif untuk meningkatkan pemaha-man peserta didik dalam memilih program studi lanjut setamat SMP. Metode penelitian tindakan bim-bingan dan konseling diartikan sebagai suatu kajian reflektif yang dilakukan konselor/ guru pembimbing dalam meningkatkan kemam-puannya berpikir secara rasional dan bertindak untuk memperbaiki kualitas bimbingannya terhadap siswa.

Subjek penelitian adalah siswa kelas IX SMPK BPK PENABUR Gading Serpong tahun pelajaran 2012/ 2013 dan setelah proses pengamatan dipilihlah satu kelas sebagai subyek penelitian, yaitu 9 D . Alasan pemilihan subyek penelitian adalah karena setelah guru bimbingan dan konseling mengadakan bimbingan kelas beberapa kali satu kelas ini belum juga bisa merumuskan pilihan studi lanjutnya secara maksimal. Melihat kondisi siswa yang menunjukkan kemampuan yang rendah dalam perencanaan kariernya tersebut, guru

pembim-bing terpanggil untuk melakukan pendam-pingan secara khusus melalui layanan bimbingan kelompok dengan metode debat aktif. Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling ini dilaksanakan selama empat bulan pada tahun pelajaran 2012/ 2013, dari akhir bulan Juli 2012 sampai dengan bulan Oktober 2012. Waktu yang diperlukan untuk bimbingan dan konseling di dalam kelas adalah 5 jam pelajaran, dan 1 jam pelajaran berlangsung selama 45 menit.

Jadwal penelitian untuk merencanakan tahapan penelitian.

a. Tahap perencanaan

Tahap perencanaan dimulai dari proses asesmen sampai dengan penyusunan materi layanan tindakan. Tahap perenca-naan ditampilkan di tabel 1.

b. Tahap tindakan

Tahap tindakan dimulai dari kegiatan bimbingan kelompok di kelas, yaitu aktifitas pembelajaran melalui metode debat aktif.

Setiap kelas dari subyek penelitian di bagi kedalam dua kelompok besar, yaitu kelompok kontra dan kelompok yang pro terhadap alternatif pilihan kelanjutan studi. Tiap kelompok akan memberikan argumentasi berdasarkan pengetahuan terhadap suatu pilihan kelanjutan studi. c. Tahap pengamatan

Pihak yang melakukan pengamatan adalah guru bimbingan dan konseling sendiri sebagai peneliti dan dibantu oleh satu rekan guru pelajaran yang lain. Pengamatan ini berdasarkan lembar observasi untuk

meli-Tabel 1: Kegiatan Perencanaan

No. Kegiatan Waktu

1. Asesmen masalah Awal Juli 2012 2. Analisis hasil asesmen Minggu ke 2 Juli 2012 3. Penyusunan materi

layanan tindakan Minggu ke 3 Juli 2012

4. Menentukan jadwal

(15)

Meningkatkan Pemahaman Studi Lanjut Melalui Metode Debat Aktif

hat keaktifan setiap siswa dalam proses debat. Tahap pengamatan juga dilanjutkan dengan kegiatan survei untuk mengetahui apakah siswa sudah bisa memutuskan pilihan studi lanjut dari berbagai alternatif pilihan yang ada. Hal tersebut dilakukan setelah proses debat dianggap sudah menggali banyak informasi tentang alterna-tif pilihan sekolah lanjutan diungkapkan oleh siswa.

d. Tahap refleksi

Tahapan ini ingin melihat efektifitas dari proses secara keseluruhan bimbingan kelompok dengan metode debat aktif dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap pemilihan studi lanjut. Proses ini melihat secara teknis maupun praktis kegiatan debat yang dilakukan. Secara teknis maksudnya langkah – langkah kegiatan debat dan seca-ra pseca-raktis artinya siswa dapat memutuskan alternatif pilihan studi lanjut. Peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil metode debat dalam meningkatkan pemahaman siswa serta menyusun rencana tindakan selanjutnya jika masih diperlukan. Tahapan di atas merupakan satu siklus dalam PTK bimbingan dan konseling. Dalam penelitian kali ini peneliti melaku-kan dua kali siklus untuk memaksimalmelaku-kan hasil dan pencapaian tujuan penelitian. Untuk medapatkan data yang diperlukan peneliti dalam penelitian ini digunakan instrument pengumpulan data sebagai berikut. 1. Angket, untuk siswa kelas IX SMPK BPK PENABUR Gading Serpong tahun pelajaran 2012/ 2013.

2. Lembar observasi yang disusun untuk memperoleh gambaran langsung tentang proses kegiatan. Observasi tindakan dilakukan oleh rekan guru lain yang bertindak sebagai observer.

Analisis data yang digunakan penelitian ini adalah teknik kuantitatif yang berupa perhitungan sederhana dan teknik kualitatif yang berupa uraian.

Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini menjawab masalah penelitian ini, yaitu: “Bagaimana meningkatkan

pemaha-man peserta didik dalam pemilihan studi lanjut melalui layanan bimbingan kelompok dengan metode debat aktif ?”. Hasil penelitian disusun berdasarkan hasil pengamat-an, catatan kejadian selama kegiatan bimbingan kelompok dengan metode debat aktif berlang-sung dan beberapa komentar tanggapan rekan guru yang ikut dalam proses observasi di kelas. Kerangka bimbingan kelompok dengan metode debat aktif untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap pilihan studi lanjut.

1. Pembukaan

Guru Bimbingan dan Konseling memimpin jalannya bimbingan kelompok dengan metode debat. Guru BK menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilakukan dan memberikan norma yang berlaku selama kegiatan debat berlangsung. Kelas dibagi dua, yaitu separoh kelas sebagai kelompok pro dan yang lain kelompok kontra. Kemudia guru BK membuka debat dengan membacakan topik debat yaitu setuju masuk SMA atau masuk SMK. Setiap kelompok diminta menunjuk satu teman sebagai juru bicara untuk membacakan argumentasi awal mereka.

2. Penyampaian Gagasan

Moderator memberikan kesempatan kepada perwakilan tiap kelompok untuk menyam-paikan gagasan atau pendapat yang telah dipersiapkan sebelumnya. Waktu yang disediakan untuk pemaparan pendapat adalah lima sampai tujuh menit. Setelah pemaparan pendapat selesai dilanjutkan dengan tanggapan dari pendapat kelompok lawan. Proses tersebut diatur oleh moderator sehingga bisa berjalan dengan tertib dan teratur. Tiap kelompok bisa memberikan argumentasi dan penolakan-nya terhadap pendapat dari kelompok lawan dengan memberikan informasi – informasi yang akurat untuk mempertahan-kakan pendapatnya dan mempengaruhi pendapat kelompok lawan.

3. Partisipasi siswa

(16)

suasana bisa berjalan dengan aktif dan menyenangkan. Tiap siswa dihargai penda-pat dan informasi yang diberikannya karena tiap informasi yang diberikan akan berdampak terhadap peningkatan pemaha-man seluruh siswa dalam pemilihan studi lanjut.

4. Penutupan Debat

Moderator merangkum hasil debat dengan membacakan hal yang disepakati bersama yaitu keuntungan dan kerugian masuk SMA dan kerugiannya serta keuntungan masuk SMK. Moderator juga memberikan catatan berkaitan dengan informasi yang belum jelas atau masih samar untuk bisa ditindaklanjuti diperte-muan berikutnya. Hasil kegiatan debat aktif dalam layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang studi lanjut

Siklus pertama, dilaksanakan pada hari senin, 03 September 2012

1. Topik : setuju masuk SMA atau masuk SMK 2. Guru sebagai moderator membagi kelas ke dalam dua kelompok pro dan kelompok kontra yaitu kelompok yang setuju masuk SMA dan kelompok yang tidak setuju masuk SMA demikian juga dengan yang pro masuk SMK dan yang kontra masuk SMK. Guru menentukan satu siswa sebagai juru bicara awal untuk membacakan pernyataan kelompok mereka, untuk merangsang konfrontasi dari kelompok lawan. Posisi duduk diatur sedemikian rupa sehingga setiap kelompok bisa saling berhadapan dengan tujuan semua siswa dapat fokus dan memperhatikan jalannya debat dan juga memperhatikan informasi yang diberikan oleh teman yang lain.

3. Pelaksanaan kegiatan debat :

a. Moderator memberikan kesempatan kepada juru bicara untuk membacakan argumentasi kelompok mereka dalam waktu lima sampai tujuh menit. b. Setelah setiap kelompok

menyam-paikan pendapat dan argumentasinya, moderator mengatur jalannya debat antar kelompok yang pro dan kontra sehingga baik kelompok pro dan kelompok kontra masing – masing memiliki kesempatan untuk

memberi-kan argumentasi dan pendapatnya dengan leluasa dan bersemangat. c. Sekalipun jawaban atau argumentasi

dari peserta debat terkadang kurang tepat, guru berusaha tidak menyela karena bisa mematikan proses debat. Untuk itu guru membuat catatan yang dibacakan pada akhir proses debat sebagai rangkuman jalannya debat. d. Pada tahap akhir debat, moderator

merangkum hasil debat dengan membacakan keuntungan dan kerugian masuk SMA serta keuntungan dan kerugian masuk SMK. Masuk SMA keuntungannya adalah temannya banyak, melatih siswa dalam pengem-bangan nalar, jenjang pendidikan bisa dilanjutkan ke PT, dan kerugiannya adalah siswa tidak terampil jika akan langsung bekerja; keuntungannya masuk SMK adalah siswa sudah terampil jika langsung bekerja, siswa dapat melanjutkan ke PT, lebih fokus karena langsung kepeminatan, dan kerugiannya adalah jika salah jurusan siswa akan rugi waktu dan biaya serta menjadi tidak termotivasi belajarnya. 4. Observasi

a. Juru bicara nampak bersemangat ketika membacakan pendapat dan argumen-tasi awal kelompoknya masing – masing, sehingga bisa menghidupkan suasana pada awal proses debat. b. Siswa peserta debat beberapa nampak

masih binggung dan tidak memberikan pendapat ketika moderator memberi-kan kesempatan untuk berbicara. c. Informasi yang disampaikan oleh

peserta kurang didukung dengan data dan fakta yang menguatkan pendapat mereka. Pendapat mereka hanya sebatas asumsi dan perkiraan saja. 5. Refleksi

a. Dari 34 siswa di satu kelas subyek penelitian ini nampak 10 anak yang aktif dalam memberikan tanggapan dan argumentasi beserta informasi yang mendukung.

(17)

Meningkatkan Pemahaman Studi Lanjut Melalui Metode Debat Aktif

lanjut setamat SMP, baik ke SMA maupun ke SMK.

c. Catatan : untuk pelaksanaan putaran berikutnya perlu dicari upaya agar siswa bisa lebih aktif lagi dalam memberikan argumentasi dan penda-patnya. Oleh sebab itu pada akhir debat guru bimbingan dan konseling memberikan informasi bahwa kegiatan debat akan dilanjutkan di pertemuan berikutnya. Untuk itu, siswa diberi tugas untuk mencari informasi sebanyak mungkin berkaitan dengan SMA dan SMK.

Siklus kedua, dilaksanakan pada hari senin, 10 September 2012

1. Topik : setuju masuk SMA atau masuk SMK 2. Guru sebagai moderator membacakan kembali hasil debat mingu lalu untuk mengingatkan semua siswa apa saja yang sudah diungkapkan dalam proses debat saat itu. Moderator juga mengingatkan kembali norma dalam proses debat sehingga proses bisa berjalan dengan tertib dan lancar.

3. Pelaksanaan kegiatan debat yang kedua : a. Moderator memberikan kesempatan

kepada juru bicara yang lain untuk membacakan argumentasi kelompok mereka dalam waktu lima sampai tujuh menit. Pembacaan argumentasi kali ini terlihat ada penambahan informasi berkaitan dengan lapangan pekerjaan yang berkaitan dengan pilihan studi mereka dan juga informasi tentang jurusan di PT yang bisa diambil sesuai pilihan studinya.

b. Setelah juru bicara membacakan pendapat dan argumentasinya, banyak siswa yang langsung mengangkat tangan untuk segera menanggapi pernyataan kelompok lawan. Situasi tersebut memancing kelompok lawan juga memberikan penolakan dengan informasi mereka.

c. Terlihat pendapat dan argumentasi yang disampaikan kali ini tidak hanya sekedar asumsi tetapi sudah disertai dengan fakta dan data yang mereka dapat dari berbagai sumber baik itu

artikel, informasi dari alumni maupun pengalaman orangtua yang sudah melalui proses pembelajaran sampai mereka bekerja.

d. Pada tahap akhir debat, moderator membacakan kembali keuntungan dan kerugian masuk SMA dan keuntungan dan kerugian masuk SMK serta menambahkan dengan informasi – informasi baru yang muncul selama debat pada tahap ke dua ini. Seperti informasi lapangan pekerjaan yang bisa digeluti siswa sesuai pilihan studinya sampai pada pilihan jurusan ketika di Peguruan Tinggi.

4. Observasi

a. Juru bicara memberikan penambahan dengan data dan informasi baru yang segera direspon oleh kelompok lawan sehingga jalannya debat nampak bersemangat.

b. Suasana debat begitu aktif karena secara keseluruhan siswa terlibat dalam proses debat itu sendiri baik menolak, memberikan informasi bahkan memberi-kan penilaian terhadap tanggapan kelompok lawan jika data dan informasinya tidak akurat.

c. Debat dalam tahap dua ini menunjuk-kan argumentasi juga disertai dengan fakta dan informasi yang akurat, sehingga proses debat nampak tidak sekedar menolak atau tidak setuju tetapi juga memberikan penambahan wawas-an dwawas-an pengertiwawas-an bagi seluruh peserta baik yang pro maupun yang kontra. 5. Refleksi

a. Secara keseluruhan dari 34 siswa di satu kelas subyek penelitian ini nampak suasana yang aktif dalam memberikan tanggapan dan argumentasi berserta informasi yang mendukung.

b. Dari hasil angket ada 33 siswa yang sudah bisa memutuskan pilihan studi lanjut setamat SMP, baik ke SMA maupun ke SMK dan hanya 1 siswa yang belum bisa memutuskan pilihannya.

(18)

bisa memutuskan pilihan studi lanjutnya. Dilakukan konseling individual oleh guru BK agar diketahui penyebabnya dan ditemukan solusinya. Berdasarkan lembar pengamatan dan observasi terlihat siswa yang sudah bisa memutuskan alternatif pilihan studi lanjut setamat SMP dari siklus debat yang pertama sampai siklus debat yang kedua terus mengalami peningkatan, yaitu dari 12 siswa yang bisa memutuskan alternatif pilihan studi lanjut pada siklus debat yang pertama menjadi 33 siswa pada siklus debat yang kedua baik pada pilihan masuk SMA maupun pilihan masuk SMK. Sedangkan dari aspek keaktifan dan kualitas debat juga mengalami peningkatan. Pada siklus debat yang pertama masih sedikit siswa yang aktif bahkan argumentasi yang diberikan masih pada tahap asumsi. Akan tetapi, pada siklus debat yang kedua secara keseluruhan suasana debat berlangsung aktif dan bersemangat, bahkan agumentasi yang diberikan tidak sekedar asumsi tetapi sudah disertai dengan data dan fakta yang menguatkan pendapat mereka. Dengan demikian, peneliti berpendapat bahwa tujuan bimbingan kelompok melalui metode debat aktif untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang pilihan studi lanjut setamat SMP mencapai hasil yang memuaskan. Selain itu, hasil ini juga didukung oleh komentar dan kesan rekan guru yang terlibat dalam proses observasi. Proses debat begitu seru dan menggali begitu banyak informasi yang secara umum dapat digunakan siswa dalam memutuskan alternatif pilihan studi lanjut setamat SMP. Bukti pendukung lain adalah pada akhir Oktober 2012 siswa ketika mengisi angket tentang pilihan studi lanjut setamat SMP 100 % siswa sudah bisa memutuskan bahkan menuliskan nama sekolah yang akan menjadi pilihannya setamat SMP.

Simpulan

Kesimpulan

Melihat proses pendampingan yang dilakukan kepada siswa yang mengalami kesulitan khususnya dalam merencanakan karier masa depannya, ada beberapa pendekatan yang bisa dilakukan oleh guru pembimbing dalam membantu siswa. Pendekatan tersebut perlu

dipahami dengan baik agar proses yang akan dijalani tidak saja mendapatkan hasil akan tetapi lebih dari itu, siswa bertumbuh dalam kesadaran pentingnya mengadakan sebuah perencanaan studi lanjut dimasa depannya demi pencapaian profesi pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan kapasitas individu tersebut.

Masalah merencanakan masa depan berkaitan dengan pemilihan program studi lanjut setamat SMP akan terus menjadi pergumulan bagi siswa-siswi dan tentunya membutuhkan ketrampilan yang baik dari pihak sekolah, khususnya tenaga layanan bimbingan. Karena secara tidak langsung guru pembimbing memiliki tanggung jawab moral sekaligus tanggung jawab institusi untuk mendampingi siswa dalam merencanakan pilihan studinya.

Upaya meningkatkan pemahaman siswa tentang pilihan studi lanjut dalam layanan bimbingan kelompok melalui metode debat aktif ternyata sungguh dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang pilihan studi lanjut, yang pada akhirnya siswa berani membuat alternatif keputusan terhadap pilihan studi lanjut setamat SMP.

(19)

Meningkatkan Pemahaman Studi Lanjut Melalui Metode Debat Aktif

untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang pilihan studi lanjut dalam proses pendam-pingan siswa dapat mendorong keaktifan siswa untuk menggali berbagai sumber informasi tentang pilihan studi lanjut setamat SMP. Pada akhirnya, informasi itu bisa menjadi bahan pertimbangan dalam membuat alternatif keputusan pilihan studi lanjutnya.

Pelaksanaan upaya meningkatkan pemahaman siswa tentang studi lanjut layanan bimbingan kelompok melalui metode debat aktif tidak seluruhnya dapat berjalan dengan lancar. Adapun hambatan yang dialami antara lain :

1. Kurangnya data dan informasi yang akurat menyebabkan siswa tidak dapat berargu-mentasi dengan benar, hanya memberikan asumsi – asumsi. Hal itu sangat berpenga-ruh terhadap peningkatan pemahaman siswa yang dalam kondisi bimbang membuat keputusan.

2. Bagi siswa yang kurang senang berbicara atau siswa yang dalam zona nyaman akan cenderung pasif dan hanya menerima informasi tanpa mau terlibat aktif. Sementara siswa yang senang berbicara akan cenderung lebih dominan dalam mempertahankan pendapatnya.

3. Dalam proses debat bukan mencari siapa yang benar dan siapa yang salah, tetapi menggali begitu banyak data dan informasi yang pada akhirnya digunakan sebagai pertimbangan membuat keputusan pilihan studi lanjut. Akan tetapi ada siswa yang cenderung menyalahkan dan merendahkan pendapat teman.

Saran

Dari hasil penelitian dalam layanan bimbingan kelompok melalui metode debat aktif untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap studi lanjut setamat SMP, ada beberapa hal yang baik untuk dipertimbangkan oleh teman – teman guru BK, yaitu sebagai berikut. Pertama, ketidakmampuan siswa dalam membuat keputusan pilihan studi lanjut sesungguhnya karena mereka belum memiliki informasi yang memadai. Oleh sebab itu peran guru pembimbing sangat diperlukan dalam pemberian layanan kepada siswa untuk menjawab kebutuhan mereka. Kedua, bentuk

layanan informasi dalam layanan bimbingan kelompok harus dikemas sekreatif mungkin oleh guru pembimbing agar informasi yang disampaikan tidak hanya sekedarnya saja, akan tetapi juga mempertimbangkan keaktifan siswa, suasana yang menyenangkan dan yang terpenting adalah menjawab kebutuhan siswa. Ketiga, metode debat aktif dalam layanan bimbingan kelompok sangat jarang dilakukan oleh guru pembimbing, akan tetapi berdasarkan pengalaman peneliti metode ini sangat tepat bagi siswa karena menggali informasi tidak hanya dari guru tetapi siswa juga menggali dari berbagai sumber. Dalam proses debat siswa juga diajarkan untuk berbagi informasi, sehingga semua siswa bisa menggunakan informasi itu sebagai bahan pertimbangan dalam memutuskan pilihan studi lanjutnya. Keempat, bagi guru yang akan menerapkan metode debat aktif dalam layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap pilihan studi lanjut perlu memperhatikan kelamahan – kelemahan yang ada seperti yang disampaikan pada tiga kendala di atas agar pelaksanaannya bisa berjalan dengan maksimal.

Daftar Pustaka

Sunarya (2008). Konsep dan aplikasi bimbingan dan konseling. Jurusan Ilmu Pendidikan dan Bimbingan: Universitas Pendidikan Indonesia

Winkel, W.S,. (1997) Bimbingan dan konseling di Institusi Pendidikan. Jakarta: Gramedia Hidayat dan Badrujaman. (2009) Cara mudah

melakukan penelitian tindakan kelas. Jakarta: Trans Info Media

Maidar dan Mukti. (1988) Pembinaan kemampuan berbicara bahasa Indonesia. Jakarta. Erlangga

Suyadi. (2012) Buku panduan guru profesional penelitian tindakan kelas (PTK) dan penelitian tindakan sekolah (PTS). Yogyakarta: ANDI Prayitno dan Erman. (2004) Dasar – dasar bimbingan dan konseling. Jakarta: Pusat Perbukuan DEDIKNAS dan Rineka Cipta Walgito, Bimo. (2010) Bimbingan dan konseling

(studi dan kasus). Yogyakarta: ANDI Wiriaatmadja, Rochiati . (2005) Metode penelitian

(20)

Penggunaan Kombinasi Metode Penilaian Diri Secara

Aktif dan Diskusi dalam Bimbingan Kelompok untuk

Meningkatkan Pengaturan Diri dalam Belajar

Pratama Manihuruk

E-mail : moneyuruk_prtm@yahoo.com SMAK 1 BPK PENABUR Jakarta

P

Abstrak

enelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pengaturan diri dalam belajar menggunakan kombinasi metode penilaian diri secara aktif dan diskusi dalam bimbingan kelompok. Penelitian tindakan bimbingan dan konseling ini dilaksanakan di SMAK 1 PENABUR Jakarta, Januari-Maret 2013. Setelah melalui 2 (dua) siklus, penelitian ini dapat meningkatkan pengaturan diri dalam belajar. Ternyata kombinasi metode penilaian diri dan metode diskusi dapat meningkatkan pengaturan diri dan partisipasi siswa dalam belajar sehingga meningkatkan hasil belajarnya. Penelitian ini memberikan saran bagaimana penerapan kombinasi diterapkan sehingga efektif.

Kata-kata kunci: Layanan bimbingan dan konseling, metode penilaian diri, metode diskusi, pengaturan diri.

Application of Discussion Method and Actively Self-assessment Technique in Group Guidance to Improve Self-regulated Learning

Abstract

The objective of this research was to improve Self-Regulated Learning of XI-Natural Science SMAK 1 PENABUR through the application of discussion method and actively self-assessment technique. Guidence and Counseling Action Research method was used in this research. Two research cycles were executed in this action research. Based on data and research results, actively self-assessment technique could invite students to evaluate themselves about their goals at school. They will be able to improve their self-Regulated Learning. Then they can achieve good academic results at school. The use of discussion method could enhance student involvement where students are more active in learning process. Several important things were discovered during research activities: (a) the application of actively self-assessment technique could draw students’ attention to participate in series of activities (b) the application of discussion method could make student more active and directly involved in learning process (c) some students felt bored with long duration discussions and if they were carried out in the afternoon. The implication of this research is application of discussion method and actively self-assessment technique could improve students’ Self-Regulated Learning.

(21)

Penggunaan Kombinasi Metode Penilaian Diri

Pendahuluan

Layanan bimbingan dan konseling menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari penyeleng-garaan pendidikan di sekolah. Layanan bimbingan dan konseling memiliki peran penting membantu siswa agar dapat mengenal, menerima diri sendiri dan lingkungannya serta mengambil keputusan dan mewujudkan diri sebagai pribadi yang utuh sesuai tugas perkembangan dalam rentang usia yang dilaluinya, baik itu perkembangan fisik, intelektual, emosi, sosial, maupun perkembang-an moral-spiritual.

Program layanan bimbingan dan konseling komprehensif dirancang untuk mengimplemen-tasikan tujuan bimbingan konseling. Pemberian layanan bimbingan dan konseling didasarkan atas pencapaian tugas perkembangan siswa, pengembangan potensi yang dimiliki siswa, dan pengentasan masalah siswa. Tugas perkem-bangan dirumuskan sebagai standar kompetensi yang harus dicapai siswa.(Dirjen Dikti, 2007:9) Hasil atau prestasi belajar menjadi salah satu faktor pencapaian tugas perkembangan siswa dan tidak lepas dari kegiatan belajar siswa. Jika aktivitas belajar siswa baik, maka seharusnya hasil belajar siswa pun juga berbanding sejajar, sehingga semakin baik siswa belajar, semakin baik pula hasil belajarnya.

Mencapai hasil belajar yang baik bukanlah hal yang mudah bagi remaja, banyak permasalahan yang dihadapi. Keberhasilan remaja menyelesaikan hal ini mengantarkannya ke suatu kondisi penyesuaian sosial yang baik dalam keseluruhan hidupnya. Proses perkem-bangan remaja tidak selalu dapat berjalan dalam alur linier, lurus, atau searah dengan potensi, harapan, dan nilai-nilai yang dianut.

Hal ini juga terjadi di SMAK 1 PENABUR Jakarta, yang mendapat kategori unggulan tetapi tidak berjalan lurus dengan kondisi siswa karena beberapa siswa belum mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan sekolah. Berdasarkan pengamatan peneliti, kegiatan pembelajaran di sekolah berlangsung dengan baik, guru mata pelajaran menyampaikan materi pelajaran dengan

sungguh-sungguh, serta siswa pun menyimak materi yang disampaikan dengan seksama.

Berdasarkan hasil konseling kepada siswa-siswa yang nilainya di bawah KKM dan wawancara kepada guru mata pelajaran yang terkait, diketahui faktor penyebab siswa tidak mencapai nilai KKM di SMAK 1 PENABUR adalah pengaturan diri dalam belajar. Di sinilah peranan bimbingan dan konseling sangat diperlukan untuk membantu mengentaskan permasalahan siswa tersebut.

Dalam layanan bimbingan dan konseling komprehensif terdapat empat komponen layanan, yaitu : (1) layanan dasar bimbingan, (2) layanan responsif, (3) perencanaan individual, dan (4) dukungan sistem. (Dirjen Dikti, 2007, h.19). Layanan dasar dapat diartikan sebagai proses pemberian bantuan kepada seluruh konseli melalui kegiatan penyiapan pengalaman terstruktur secara klasikal atau kelompok yang disajikan secara sistematis. Layanan dasar ini bertujuan mengembangkan perilaku jangka panjang sesuai dengan tahap dan tugas perkembangan yang diperlukan dalam pengembangan kemampuan memilih dan mengambil keputusan dalam menjalani kehidupannya. Layanan dasar ini berfokus pada perilaku yang dikembangkan menyangkut aspek-aspek pribadi, sosial, belajar dan karir.

Salah satu implementasi layanan dasar adalah bimbingan kelompok yang merupakan layanan yang diberikan dalam suasana kelompok. Bimbingan kelompok diselengga-rakan untuk memberikan informasi yang bersifat personal, vokasional, dan sosial. Layanan ini bertujuan untuk membantu semua siswa agar dapat berkembang secara optimal, dalam aspek pribadi, sosial, belajar, dan karir. Selain itu, layanan bimbingan kelompok juga bertujuan membantu siswa dalam pencapaian tugas-tugas perkembangannya dan sebagai upaya antisipasi permasalahan yang mungkin akan dihadapi siswa.

(22)

afektif dan psikomotor. (Prayitno, 1999: 309). Dalam prakteknya, beberapa metode itu dapat dikombinasikan sesuai dengan tujuan dan keadaan.

Berdasarkan uraian di atas, kombinasi metode penilaian diri secara aktif dan metode diskusi dapat mengatasi masalah di SMAK 1 PENABUR yang disebutkan sebelumnya. Melalui metode penilaian diri secara aktif memungkinkan siswa mengukur pengaturan diri dalam belajar (Silberman, 2009: 217). Selain itu, metode kombinasi ini juga memungkinkan siswa berbagi sikap tentang belajar kepada anggota kelompok. Untuk lebih meningkatkan keterlibatan dan keaktifan siswa, metode ini dikombinasikan dengan metode diskusi yang dapat mengembangkan kemampuan yang lebih baik dengan cara memberikan kesempatan menyatakan pemikiran siswa. Metode ini memungkinkan siswa meningkatkan pengatur-an diri siswa dalam belajar.

Berangkat dari pemikiran yang telah diuraikan, peneliti tertarik mengadakan penelitian penggunaan kombinasi metode penilaian diri secara aktif dan metode diskusi dalam layanan bimbingan kelompok untuk meningkatkan pengaturan diri dalam belajar. Dengan demikian, masalah penelitian dirumuskan sebagai berikut: “Apakah penggu-naan kombinasi metode penilaian diri secara aktif dan metode diskusi dalam layanan bimbingan kelompok dapat meningkatkan pengaturan diri dalam belajar siswa?”

Dengan merujuk pada pendapat Boekaerts (2000 : 14) dan Boekaerts, Heckhaussen (1998 : 15) , pengaturan diri diartikan sebagai peran aktif individu dalam proses berpikir, motivasi dan berperilaku yang direncanakan dan dibiasakan berulang-ulang demi mencapai suatu tujuan yang diinginkan. Sedangkan dengan mengacu pada pendapat Garrison yang dikutip oleh Anwar Kasim (2005: 1), belajar dimaknai sebagai proses perubahan secara tingkah laku, kognisi dan afeksi akibat interaksi yang terjadi antara individu dengan lingkungannya.

Mencermati pengertian pengendalian diri dan belajar serta merujuk pada pendapat Zimmerman (1989 : 329) dan Hoyle (2010 : 1), dalam penelitian ini yang dimaksud dengan

pengaturan diri dalam belajar adalah peran aktif siswa dalam proses berpikir, motivasi dan berperilaku yang direncanakan dan dibiasakan berulang-ulang agar siswa mampu mengem-bangkan potensi kognisi yang ditandai dengan kemampuan berfikir, afeksi, psikomotor dan pembentukan sikapnya

Berdasarkan kajian teori yang dilakukan, penelitian ini menggunakan hipotesis tindakan, dengan menggunakan kombinasi metode diskusi dan teknik penilaian diri secara aktif, maka akan meningkatkan pengaturan diri dalam belajar siswa. Dengan hipotesis yang demikian,

penelitian ini bertujuan meningkatkan pengaturan diri dalam belajar pada siswa kelas XI IPA SMAK 1 PENABUR. Di samping itu hasil penelitian ini diharapkan dapat mendorong siswa untuk mengatur dirinya dalam belajar sehingga dapat meningkatkan hasil belajarnya. Sedangkan guru bimbingan dan konseling dapat menggunakan hasil penelitian ini memperluas wawasan dan mengembangkan layanan dasar bimbingan dan konseling. Sebagai suatu penelitian, hasilnya diharapkan dapat bermanfaat sebagai rujukan dalam melakukan penelitian sejenis dan penelitian lebih lanjut.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMAK 1 PENABUR Jakarta pada jam pelajaran bimbingan dan konseling pada bulan Januari – Maret 2013. Partisipan dalam penelitian ini adalah 8 (delapan) siswa kelas XI IPA SMAK 1 PENABUR yang hasil belajarnya belum mencapai KKM.

(23)

Penggunaan Kombinasi Metode Penilaian Diri

suatu putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi (Hidayat & Aip, 2012).

Tahapan penelitian ini mengacu pada prosedur pelaksanaan PTBK yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

Perencanaan

Langkah-langkah perencanaan yang dilakukan adalah (a) menentukan masalah penelitian, (b) menentukan tindakan, (c) merancang perencana-an tindakperencana-an, (d) merperencana-ancperencana-ang instrumen penelitian, (e) menentukan indikator penelitian, dan (f) menentukan teknik refleksi.

Pelaksanaan

Menentukan materi/pokok bahasan

Dalam penelitian ini, peneliti menyajikan topik bahasan tertentu pada setiap pertemuan sebagai

Tabel 1: Perencanaan Topik Bahasan Siklus I

Topik Bahasan/Tema

Pengaturan Diri dalam Belajar

(Pengertian Pengaturan Diri, Tujuan, Pengertian Belajar, dan Strategi Pengaturan Diri Dalam Belajar)

Strategi Pengaturan Diri Dalam Belajar

(Self-evaluating, Organizing and transforming, Goal-setting and planning, Seeking information, Keeping records and monitoring, Environmental structuring, Self-consequating, Rehearsing and

memorizing, Seeking social assistance, Reviewing records)

Tabel 2: Perencanaan Tindakan Teknik Penilaian Diri Secara Aktif dan Metode Diskusi

No Langkah Kegiatan

1 Integratif

-Guru menjelaskan pengertian, manfaat, tujuan, dan strategi pengaturan diri dalam belajar

Guru memberikan pertanyaan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa

2 Fiksasi

-Guru mengarahkan siswa untuk berdiskusi dalam kelompok Guru membimbing siswa selama diskusi berlangsung

Guru memberikan umpan balik mengenai hal yang benar dalam diskusi, juga mengontrol luas nya diskusi

3 Otonom -- Membuat kesimpulan atau laporan dari hasil diskusi Membuat penilaian terhadap pelaksanaan diskusi

sarana untuk meningkatkan pengaturan diri siswa dalam belajar. Topic bahasan yang akan diberikan pada setiap pertemuan akan dijelaskan pada tabel 1.

Merencanakan prosedur kegiatan

Pada tabel 2 merupakan rencana tindakan yang akan dilaksanakan.

Pengamatan

Dalam pengamatan dikumpulkan data yang ber-kaitan dengan proses dan hasil sesuai tabel 3.

Refleksi

(24)

Tabel 3: Instrumen yang Digunakan dalam Pengamatan Penelitian

Hipotesis Tindakan Indikator Keberhasilan Data Pedoman

Observasi

Metode Penilaian diri secara aktif dan metode diskusi dapat

meningkatkan

pengaturan diri siswa dalam belajar

Proses

Metode Penilaian diri secara aktif dan metode diskusi dapat meningkatkan pengaturan diri siswa dalam belajar

Pelaksanaan kegiatan.

Pedoman Observasi

Metode Penilaian diri secara aktif dan metode diskusi dapat meningkatkan pengaturan diri siswa dalam belajar

Memperhatikan, intensitas mengemukakan pendapat, intensitas bertanya.

Pedoman observasi, catatan anekdot

Metode Penilaian diri secara aktif dan metode diskusi dapat meningkatkan pengaturan diri siswa dalam belajar

Penilaian siswa terhadap pelaksanaan diskusi disertasi tanggapan dan saran

Angket

Metode Penilaian diri secara aktif dan metode diskusi dapat meningkatkan pengaturan diri siswa dalam belajar

Metode Penilaian diri secara aktif dan metode diskusi dapat meningkatkan pengaturan diri siswa dalam belajar

Hasil Belajar Lembar hasil belajar

mengetahui sejauh mana pencapaian tindakan dalam mengatasi masalah.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah (a) observasi, (b) catatan anekdot, dan (c) angket kepuasan. Keabsahan data diperiksa menggunakan kriteria keabsahan data menurut Lincoln dan Guba (dalam Hidayat & Aip, 2012, h.169) antara lain sebagai berikut.

1. Keterpercayaan (credibility)

Derajat keterpercayaan merupakan kriteria untuk mengukur keabsahan data yang berfungsi melaksanakan kegiatan penemuan sedemikian rupa sehingga

tingkat keabsahan data dapat dicapai dan menunjukan derajat keterpercayaan hasil penemuan tindakan kelas ini.

2. Keteralihan (transferability)

Keteralihan menunjukan bahwa hasil data penelitian berkaitan dengan konteks dan tidak dapat digeneralisasikan pada kelompok yang lebih luas.

3. Kebergantungan (dependability)

Kebergantungan memungkinkan adanya perubahan dan instabilitas.

4. Kepastian (confirmability)

(25)

Penggunaan Kombinasi Metode Penilaian Diri

Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Siklus I Deskripsi Data

a. Prosedur Pelaksanaan Tindakan Pertemuan Pertama

Pertemuan pertama dilakukan pada hari Rabu, 16 Januari 2013. Pada pertemuan ini, guru pembimbing menjelaskan mengenai kegiatan yang akan dilakukan di ruang bimbingan kelompok. Guru pembimbing menjelaskan bahwa pertemuan ini siswa akan diberikan layanan mengenai pengaturan diri dalam belajar dengan menggunakan kombinasi metode penilaian diri secara aktif dan metode diskusi. Kemudian guru pembimbing mengemuka-kan mengenai metode penilaian diri secara aktif. Metode ini dikombinasikan dengan diskusi dengan tujuan memecahkan suatu masalah dengan melibatkan siswa secara aktif sehingga dicapai suatu pema-haman bersama mengenai setrategi penga-turan diri. Setelah menjelaskan tujuan dari metode tersebut, guru pembimbing menga-rahkan siswa untuk memulai diskusi mengenai belajar dan pengaturan diri. Kemudian siswa membuat rangkuman hasil diskusi. Pertemuan Kedua

Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Rabu, 23 Januari 2013. Kelompok memba-has mengenai strategi-strategi dalam mengatur diri untuk belajar. Di kegiatan ini guru pembimbing, mengarahkan siswa untuk membuat penilaian diri secara aktif untuk strategi yg ia jalankan pada saat belajar di sekolah. Penilaian ini dilakukan pada saat pertemuan selanjutnya,

Pertemuan Ketiga

Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Rabu, 6 Februari 2013. Pada pertemuan ini anggota kelompok melakukan penilaian dirinya sendiri diawal kegiatan, menilai apakah sudah menjalankan strategi yang didiskusikan sebelumnya sudah diterap-kan dalam belajar di sekolah. Setelah itu, anggota memulai mendiskusikan kembali mengenai strategi pengaturan diri dalam

belajar, mengenai hambatan dan kesulitan penerapan strategi-strategi tersebut. b. Keaktifan Siswa

Guru pembimbing menggunakan pedoman observasi untuk mengetahui tingkat keaktifan siswa selama bimbingan kelom-pokdengan mengelompokan 3 indikator untuk mengukur keaktifan siswa. Indikator tersebut terdiri dari mendengarkan, intensitas bertanya dan mengemukakan pendapat.

Berdasarkan pengamatan, didapat hasil bahwa pada pertemuan pertama, semua anggota kelompok (8 siswa) memperhatikan arahan dari guru pembim-bing mengenai kegiatan yang dilakukan. Kemudian melakukan diskusi dalam kelompok, namun terdapat 4 siswa yang masih malu-malu mengeluarkan pendapat-nya, terdapat 2 siswa yang aktif dalam mengeluarkan pendapat.

Pada pertemuan kedua, terdapat penurunan pada indikator mendengarkan ada 2 siswa yang mengobrol saat diskusi berlangsung. Kemudian ada peningkatan pada indikator bertanya terdapat 4 (empat) siswa yang bertanya, begitu juga pada indikator mengemukakan pendapat ada 3 siswa yang sering mengeluarkan pendapat.

Pada pertemuan ketiga, merupakan perte-muan terakhir semua anggota kelompok melakukan penilaian diri secara aktif pada strategi pengaturan diri dalam belajar. Pada pertemuan ini seluruh anggota kelompok kurang aktif dalam berdiskusi ini ditunjuk-an dari hditunjuk-anya 2 siswa yditunjuk-ang mengajukditunjuk-an pertanyaan, dan 2 siswa yang sering mengeluarkan pendapat.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pada siklus I, siswa belum terlibat secara aktif dalam diskusi terutama pada pertemuan ketiga. Hal tersebut dikarenakan pada siklus ini, kegiatan diskusi belum melibatkan siswa secara menyeluruh dan hanya didominasi oleh siswa-siswa tertentu.

(26)

Tabel 4: Penilai Diri Siswa terhadap Strategi Pengaturan Diri dalam Belajar

No Strategi

Nilai

RD EC TH TW BH AJ SS CB

1 Evaluasi diri 7 7 7 7 8 7 7 7

2 Mengorganisasi dan membentuk 7 7 7 7 7 7 7 7

3 Menentukan tujuan dan merencanakan 7 7 8 7 8 7 7 7

4 Mencari informasi 8 7 7 7 8 7 7 8

5 Menyimpan dan memantau 6 7 7 7 7 7 7 7

6 Mengatur lingkungan 7 7 6 7 6 6 7 7

7 Konsekuensi diri 7 8 8 7 8 7 7 7

8 Mendengar dan mengingat kembali 7 7 7 7 7 7 7 7

9 Mencari bantuan sosial 8 7 7 7 7 7 7 7

10 Meninjau kembali catatan 7 7 7 7 7 7 8 7 Guru pembimbing membuat angket untuk

mengetahui tanggapan siswa terhadap kegiatan layanan. Angket tersebut berisi pertanyaan seputar kegiatan yang dilakukan. Pertanyaan tersebut meliputi kebutuhan siswa terhadap materi yang diberikan, kepuasan siswa terhadap diskusi dan materi serta memberi saran dan kritik terhadap pelaksanaan diskusi.

Berdasarkan hasil angket tersebut didapat hasil, dalam hal kepuasan terhadap penyampaian materi dengan menggunakan diskusi, 5 siswa merasa puas dan 3 siswa merasa tidak puas. Data lain menyebutkan 8 siswa menyatakan bahwa materi yang diberikan dibutuhkan oleh mereka. Kritik yang dituliskan oleh siswa terhadap pelaksanaan diskusi antara lain adalah tidak semua siswa mendengarkan meteri yang dibahas dalam diskusi. selain kritik siswa juga menyampaikan saran yaitu siswa menyampaikan pelaksanaan diskusi lebih menyenangkan dan guru pembimbing lebih jelas dalam menjelaskan cara berdiskusi sehingga siswa paham dalam mengenai pelaksanaan diskusi.

d. Penilaian Diri Siswa dan Hasil Belajar yang di dapat setelah Bimbingan Kelompok Penilaian diri yang telah dilakukan siswa pada pertemuan ketiga bertujuan untik mengetahui tingkat (dari skor yang diberi) pengaturan yang sudah dilakukan oleh siswa selama proses belajar di sekolah. Adapun hasil dari penilaian tersebut sesuai tabel 4.

Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa hasil tingkat pengaturan diri anggota bimbingan kelompok dengan kategori baik, hanya ada beberapa siswa yang menilai dirinya di setiap indikator dengan skor 6 (cukup).

Mengingat kembali tujuan dari pemberian layanan bimbingan kelompok ini adalah untuk meningkatkan pengaturan diri dalam belajar siswa agar terjadi peningkatan hasil belajar siswa. Karena,permasalahan yang dihadapi oleh siswa adalah sulitnya mengatur diri dalam belajar.

Refleksi

Kelemahan yang dirasakan oleh guru pembimbing adalah :

Gambar

Tabel 3: Instrumen yang Digunakan dalam Pengamatan Penelitian
Tabel 4: Penilai Diri Siswa terhadap Strategi Pengaturan Diri dalam Belajar
Tabel 5: Penilai Diri Siswa terhadap Strategi Pengaturan Diri dalam Belajar
Tabel 1: Aktivitas Siswa Menulis Kreatif PuisiMelalui Media Gambar Pemandangan Alam pada Siklus  I
+7

Referensi

Dokumen terkait

Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya penyimpangan terhadap salah satu asumsi klasik yang mensyaratkan adanya homokedastisitas. Pengujian ada

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diungkapkan, hipotesis tindakan dalam penelitian adalah penerapan Think Talk Write diduga dapat meningkatkan hasil belajar

Dari data-data yang didapatkan pada pengujian jarak perpindahan target pada sumbu x sebelum robot mulai berbelok, dapat diambil kesimpulan bahwa sistem pelacakan objek dan

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan suatu permasalahan sebagai berikut: “Adakah kontribusi yang berarti (signifikan) dari Mata Kuliah Simulasi

Hasil dari negoisasi harga, diperoleh kesepakatan adanya penurunan harga dari harga penawaran yang diajukan, yang akan dipakai sebagai harga

Selain itu, peningkatan motilitas spermatozoa juga disebabkan kandungan lain pada daun kenikir yaitu antioksidan vitamin C yang dapat meredam stres oksidatif

Pemberian gabapentin dengan dosis 10 nmol/mencit dan baclofen dosis 1 nmol/mencit dapat meningkatkan waktu ketahanan terhadap stimulus panas setara dengan kelompok kontrol

Pemindahan Gambar pada Plat Menggunakan Kertas Karbon (Sumber: Dokumentasi Pribadi).