• Tidak ada hasil yang ditemukan

dalam diri anak.

Dalam dokumen jurnal No22 Thn13 Juni2014. pdf (Halaman 84-88)

Partisipasi Johann Heinrich Pestalozzi dalam Pendidikan Karakter

membuat bunyi yang berarti asal mula bahasa.

2) Kekuatan daya imajinasi yang belum teratur tetapi penuh dengan kemampuan memupuk perasaan, dari situ timbullah kesadaran akan semua bentuk.

3) Kekuatan membuat bunyi yang berarti asal mula bahasa.

Pengetahuan yang disampaikan kepada anak didik dikelompokkan berdasarkan kesamaan sifatnya sehingga memudahkan mereka untuk memahami hubungan yang berlaku di antara beberapa objek. Anak didik dapat diarahkan untuk melihat persamaan beberapa gagasan objek yang berbeda sebelum merumuskan kesimpulan.9 Dengan demikian, menjauhkan mereka dari pandangan yang dogmatis dan memiliki kecenderungan memutlakkan suatu pandangan.

Berlakunya hukum alam sebagai pengeta- huan bagi anak didik tidak menghambat mereka untuk bertumbuh dalam proses belajar. Hukum alam yang dipelajari tidak dapat memenuhi kebutuhan manusia secara utuh. Perkembangan manusia memerlukan hukum kehidupan moral dan rohani untuk mencapai tujuan pengalaman pendidikan yaitu menghasilkan manusia yang benar.10 Pestalozzi berminat mengembangkan pokok iman anak didik dalam bidang pendidikan. Pertumbuhan iman anak didik merupakan hasil dari pengalaman kasih. Pandangan tersebut menyatakan bahwa Pestalozzi menegaskan kasih yang telah dinyatakan kepada anak adalah pondasi untuk mereka melakukan pekerjaan. Tanpa kasih, kekuatan intelektual tidak berkembang secara alami. Pestalozzi bertindak sebagai orang tua dari anak-anak yang didiknya sehingga mereka merasakan berada dalam lingkungan kasih yang nyata. Anak belajar mengenal Allah pada saat ibunya menyebut nama Allah dihadapannya. Pestalozzi menyatakan bahwa ia ingin mengarahkan pendidikan pada kekuatan alamiah yang dimiliki manusia dan diterangi oleh Allah sehingga terpelihara di dalam hati para orang tua dan mereka akan tumbuh dalm kasih kepada Allah dan manusia.11 Allah dipahami hadir dalam setiap fenomena alam kehidupan manusia. Pengenalan kepada Allah mulai diberikan

kepada anak didik untuk menanamkan perkembangan moral dan rohani mereka. Pendidikan yang penuh dengan kasih mendorong anak didik untuk bersemangat belajar sehingga tercipta suasana yang menumbuhkan pengetahuan, semangat dan kasih. Ia mengembangkan suatu roh dalam bidang pendidikan baru, yaitu menanamkan kasih yang tulus kepada anak-anak.12

Atas dasar teologis dan psikologis PAK yang ditulisnya, Pestalozzimerumuskan implementasi PAK bagi anak didiknyasebagai berikut.

a. Hakikat PAK

Pestalozzi adalah seorang pendidik yang belajar dari pengalaman mengajar di kelas. Ia tidak merumuskan teori belajar tanpa melalui pengalaman belajar bersama dengan anak didik. Bagi Pestalozzi teori yang disusun tidak terlepas dari praktik. Teori dibangun berdasarkan praktik dan mengalami perbaikan ketika dipraktikkan kembali. Menurutnya Pendidikan Agama Kristen melibatkan kekuatan alam dan pancaindera manusia. Melalui pendekatan praktik dan teori dalam pendidikan, ia menyatakan arti PAK sebagai suatu usaha untuk memperlengkapi kemampuan anak didik dengan memperhatikan kebutuhan dasar di tempat mereka hidup. Menurut pendapatnya, perbaikan pendidikan bagi anak miskin di Swiss harus dilaksanakan melalui praktik dan teori untuk memenuhi kebutuhan dasar sesuai dengan tempat tinggal mereka. Pendidikan bagi anak- anaka miskin diberikan dalam tiga bidang, yaitu: 1. Belajar menulis, membaca, dan berhitung 2. Latihan yang mempersiapkan mereka

mendapat pekerjaan dalam sektor perindustrian sederhana yang sedang berkembang.

3. Pendidikan moral dan keagamaan diperlukan untuk mendidik anak jujur, rajin dan saleh. 13

b. Tujuan Pendidikan Agama Kristen

Pestalozzi membagi tujuan PAK menjadi dua, yaitu tujuan umum dan khusus. Tujuan umum diarahkan untuk menghasilkan seorang yang bijaksana dan bajik dalam kehidupannya, manusiawi dalam semua hubungan dengan sesamanya dan hidup beriman sebagai makhluk yang bergantung pada Allah. Sementara itu

tujuan khusus untuk memperlengkapi pelajar

memperolah keterampilan yang diperlukan untuk memenuhi perannya dalam mendatang- kan kesejahteraan bagi masyarakat.14 Kedua tujuan ini saling melengkapi untuk menciptakan manusia berpendidikan moral kepada Allah dan menolong mereka untuk memiliki pengetahuan.

c. Konteks PAK

Pestalozzi menyebutkan ada tiga konteks PAK yang saling berhubungan. Ketiga konteks PAK tersebut dapat mempengaruhi keberhasilan pendidikan bagi anak-anak. Adapun ketiga konteks PAK itu adalah sebagai berikut.

1. Rumah Tangga

Terciptanya suasana kasih dan ketertiban dalam rumah tangga dapat mendukung terlaksananya PAK bagi anggota keluarga. Kasih sayang orang tua yang dilandasi dengan ketulusan dapat membangun kepercayaan dan sisi kemanusiaan dalam diri anak. Melalui roman karyanya yang berjudul Lienhard und Gertrud, Pestalozzi menggambarkan tentang pentingnya lingkungan rumah tangga sebagai lingkungan yang paling wajar dalam pelaksanaan PAK. Dalam lingkungan rumah tangga yang baik anak-anak dapat belajar tentang kerukunan hidup, menaati peraturan yang berlaku dalam rumah tangga, mendapatkan pengetahuan dan keterampilan serta mereka mengenal Allah dan merasakan kehadiran-Nya dalam kehidupan bersama di tengah-tengah keluarga.

2. Rumah Dermawan

Rumah dermawan milik golongan atas yang letaknya di suatu daerah yang luas dapat membantu terlaksananya pendidikan bagi anak-anak miskin yang tidak dapat bersekolah. Rumah dermawan tersebut dapat dipakai mereka untuk memperolah pengetahuan dan keterampilan sehingga memiliki gaya berpikir yang lebih maju. Mereka dapat memiliki rencana yang baik untuk usaha dan pekerjaan apa yang akan mereka lakukan untuk dapat memperbaiki kesejahteraannya.

Para dermawan yang memiliki pabrik dapat menyediakan kesempatan belajar bagi anak- anak pekerja mereka sehingga mendapatkan bimbingan, pengetahuan, dan keterampilan yang sesuai bidang pekerjaan tertentu. Para dermawan diharapkan dapat mengarahkan anak-anak untuk dapat belajar menabung hasil kerja mereka untuk membiayai usahanya.

3. Sekolah Dasar bagi Rakyat

Pestalozzi mengibaratkan pendidikan seperti rumah bertingkat. Pada tingkat atas kondisi pendidikan terlihat bagus dan diperlengkapi dengan peralatan mutakhir dan jumlah penghuni yang sedikit. Tingkat kedua jumlah penghuni lebih banyak tetapi tidak ada tangga yang menghubungkan dengan tingkat atas. Keadaan penghuni di lantai dasar jauh lebih parah dan jumlahnya begitu banyak. Pestalozzi melihat adanya perbedaan kesempatan bagi anak untuk mendapatkan pendidikan. Ia tidak menyetujui adanya tingkatan pendidikan yang bertingkat.

Pola pendidikan yang dipraktikkan Pestalozzi adalah Sekolah Dasar bagi anak miskin yang bersifat kerumahtanggaan atas dasar kasih, kebahagiaan, kedisiplinan dengan tujuan untuk membekali anak melalui pengetahuan yang disesuaikan dengan tahap perkembangan setiap anak. Ia menuangkan idenya melalui cerita dalam roman yang ditulisnya dengan judul Lienhard Und Gertrud. Dalam roman tersebut dituliskan bagaimana anak diajar mengerjakan pekerjaan bersama- sama dan mereka selalu dibacakan perikop Alkitab. Pola pendidikan yang dikembangkan tetap memperhatikan ketertiban perilaku anak melalui bimbingan yang mengarah pada kehidupan yang benar. Pengaturan waktu yang baik, penampilan yang bersih dan pemeliharaan terhadap benda yang ada di sekitar tempat pembelajaran. Hukuman bagi anak dimaksudkan untuk memperbaiki kesalahan yang telah dilakukan. Pengajar tetap menjalankan hukuman bagi anak dengan kebaikan hatinya untuk menolong mereka mengatasi kesalahannya, sehingga ia lebih

Partisipasi Johann Heinrich Pestalozzi dalam Pendidikan Karakter

banyak meluangkan waktunya untuk berbicara dengan mereka.

d. Pengajar

Pestalozzi menuliskan ada empat pengajar dalam pendidikan yang saling berhubungan. Mereka memberikan pengaruh yang besar bagi keberhasilan pelaksanaan pendidikan. Keempat pengajar itu adalah sebagai berikut.

1. Ibu

Kehidupan Pestalozzi yang sudah tidak memiliki ayah sejak berusia enam tahun turut mempengaruhi pandangannya tentang seorang ibu dalam pendidikan. Walaupun demikian ia tidak mengatakan bahwa hanya ibu yang dapat melakukan proses pendidikan bagi anaknya. Ia sendiri sebagai laki-laki bertindak seolah-olah sebagai ayah bagi anak didiknya di sekolah asrama. Ia memuji peranan seorang ibu sebagai pengajar bagi anaknya dalam keluarga. Ia dapat menolong anaknya untuk mengamati pelbagai objek yang ada dalam suatu rumah tangga. Ibu dapat membimbing anaknya untuk membedakan benda menurut sifatnya (keras, lunak, tinggi, pendek, berat, ringan, berwarna, berbunyi) dan memperbandingkan benda-benda yang sedang diamati. Seorang ibu dapat mengarahkan anaknya untuk memiliki pola pikir bahwa segala sesuatu disebabkan oleh sesuatu yang lain. Ia juga dapat membim- bing anaknya mengenal Allah. Penyebutan nama Tuhan dengan rasa hormat di hadapan anaknya dapat menumbuhkan pengenalan yang baik dan hormat dari mereka. Anak akan belajar untuk mengasihi Tuhan dengan segenap hatinya, jiwanya , kekuatannya dan akal budinya.

2. Guru Sekolah

Seorang guru sekolah adalah pengajar bagi anak setelah ibu mereka dalam keluarga. Peranan seorang guru dapat menentukan keberhasilan dan kegagalan pendidikan anak-anak. Pestalozzi menggambarkan dua macam guru dalam pengajaran kepada anak, yaitu guru yang baik dan tidak baik. Guru yang tidak baik memiliki sifat sebagai

berikut : angkuh serta hanya mementingkan diri sendiri, tidak mengenal disiplin dan kehidupannya di luar sekolah, dan tidak menghasilkan dampak yang baik bagi anak. Walaupun guru tersebut memiliki pengetahuan yang baik namun tidak cakap menyampaikannya kepada anak dan tidak melibatkan mereka dalam pengetahuan. Guru yang baik adalah dipenuhi oleh roh kasih, hikmat, dapat dipercaya serta memberikan pengajaran bagi anak didik untuk memperoleh keterampilan. Ia disukai oleh orang tua dan peserta didiknya karena apa yang telah dilakukannya bagi mereka. Orang tua merasa bahagia karena guru yang baik telah berhasil membantu anaknya memperoleh pendidikan yang bermutu, memiliki keterampilan yang berguna bagi masa depannya sekaligus juga dapat memperbaiki mutu kehidupan masyarakat di desa. Usaha menggali dan menemukan bakat yang tersembunyi dalam diri anak didiknya terus dilakukan melalui pengembangan kegiatan belajar sesuai dengan bakat yang dimiliki mereka. Guru yang baik memiliki rasa kepedulian yang besar, mampu berempati, dan rela berkorban bagi anak-anaknya.

3. Teman Sebaya

Seorang anak dapat menjadi pengajar bagi teman-temannya ketika mereka mengalami kesulitan memahami mata pelajaran yang dipelajarinya. Mereka dapat saling menolong untuk memahami mata pelajaran tersebut sehingga mereka tidak hanya menjadi murid yang hanya menerima bimbingan tetapi juga membimbing temannya yang lain. Pestalozzi berpendapat bahwa sangatlah penting untuk mengutamakan perhatian pada pemikiran anak didik. Setiap anak didik dibimbing untuk terbiasa memahami setiap pengetahuan yang diajarkan. Setiap anak didik juga dibimbing untuk dapat mencari perbandingan dan mempertimbangkan setiap pengetahuan. Hal ini dipraktikkan supaya anak tidak terjebak dalam konsep indoktrinasi.

4. Pengalaman Hidup

Pestalozzi memberikan pelajaran umum kepada setiap peserta didik tanpa membedakan keadaan mereka. Pelajaran umum yang diajarkan berdasarkan pengalaman hidup mereka. Materi yang diajarkan bertujuan untuk mengantisipasi setiap kondisi yang mereka hadapi untuk dapat mencari solusi berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya. Materi pelajaran khusus juga diajarkan sesuai dengan bakat anak didik. Upaya mengembangkan bakat dapat dilakukan oleh mereka sendiri dengan memperhatikan setiap hal yang terjadi dalam pengalaman hidupnya. Pestalozzi hendak mengatakan bahwa pengalaman pendidikan tidak hanya dapat diperoleh dari sekolah dan rumah tetapi dari pengalaman hidup yang mereka alami.

5. Pelajar

Setiap anak, baik laki-laki maupun perempuan, mendapat kesempatan untuk memperoleh pengetahuan. Pada awalnya Pestalozzi mengajar anak miskin yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Ia mengajar kerajinan tangan selain pengetahuan dasar lainnya. Bagi anak laki- laki diajari keterampilan yang berhubungan dengan pekerjaan tukang kayu sedangkan anak perempuan diajari keterampilan yang berhubungan dengan pekerjaan rumah tangga (menjahit, memasak, memelihara anak). Pestalozzi berpendapat bahwa mendidik anak perempuan menjadi seorang ibu adalah penting karena seorang ibu dapat memegang peranan pendidikan bagi anaknya kelak. Apabila dana yang tersedia cukup memadai perlu diimbangi dengan kesediaan para pemuda untuk terpanggil menjadi tenaga pengajar. Pemerintah perlu mendirikan perguruan tinggi yang akan mendidik dan melatih para calon pengajar tersebut. Mereka dapat dididik bagaimana menjadi pengajar yang baik.

Pada kenyataannya Pestalozzi diperhadapkan dengan situasi yang berlainan dengan apa yang diinginkannya. Banyak pemuda yang berbakat dan pintar tidak

terpanggil untuk pengajar. Profesi pengajar tidak dijunjung tinggi baik oleh masyarakat maupun negara. Panggilan hidup di luar pengajar masih dianggap lebih penting dan bermakna sehingga gaji pengajar tidak setara dengan besarnya pendapatan profesi lainnya. Pestalozzi mencermati hal tersebut dengan berusaha untuk tetap mencari pengajar yang terbaik yang akan membimbing peserta didik dengan memperhatikan pendapatan yang patut didapatkannya. Ia memiliki keyakinan jika segala sesuatu yang berkaitan dengan pendidikan termasuk pendanaan untuk fasilitas sekolah serta pendapatan bagi pengajar diperbaiki sesuai dengan keahliannya.

Simpulan

Dalam dokumen jurnal No22 Thn13 Juni2014. pdf (Halaman 84-88)