• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembahasan Masalah

Dalam dokumen jurnal No22 Thn13 Juni2014. pdf (Halaman 97-105)

Kurikulum sebagai rencana untuk pengalaman siswa di kelas dan di sekolah agar tercapai tujuan yang disusun secara tertulis pengalaman belajar, program belajar, dan hasilnya. KTSP 2006 adalah kurikulum yang lebih menekankan pada kemandirian sekolah untuk menyusun

kurikulum sendiri bersifat otonomi daerah dan meningkatkan mutu pendidikan yang siap kerja. Sedangkan Kurikulum 2013 adalah tindak lanjut dari Kurikulum Berbasis Kompetensi 2004 yang lebih menekankan pada karakter siswa dan

kompetensi yang dimiliki siswa setelah lulus dalam menghadapi globalisasi.

Perbedaan Kurikulum 2013 dan KTSP 2006 dikaji dari beban belajar, struktur - kerangka kurikulum, dan penilaian sesuai tabel 3. Dari Tabel 3: Perbedaan Kurikulum KTSP 2006 dengan Kurikulum 2013

ASPEK KTSP 2006 Kurikulum 2013

1 Pengembangan pendidikan

Ada 3 aspek pengembangan pendidikan di SD yaitu: sikap, pengetahuan dan keterampil- an.

Ada 4 aspek pengembangan pendidikan di SD yaitu: spiritual keagamaan, sikap personal-sosial, pengetahuan dan keterampilan. 2 Pendekatan

pembelajaran

Pembelajaran tematik dilaksanakan kelas 1-3 SD

Pembelajaran tematik dilaksana- kan kelas 1-6 SD

3 Jumlah mata pelajaran

Tingkat SD ada 10 mata pelajaran yang diajarkan yaitu Pend. Agama, PKn, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, SBK, Pend. Jasmani dan Kesehatan serta Muatan Lokal dan Pengembangan diri.

Tingkat SD ada 8 mata pelajaran yang diajarkan yaitu Pend. Agama, PPKn, Bahasa Indonesia, Matematika, SBK, IPA, IPS, Pend. Jasmani dan Kesehatan

4 Kompetensi mata pelajaran

Mata pelajaran tertentu men- dukung kompetensi tertentu

Tiap mata pelajaran mendukung semua kompetensi (sikap, keterampilan, pengetahuan) 5 Beban belajar Beban belajar kelas 1-3 SD 26-

28 jam perminggu ; kelas 4-6 SD 32 jam perminggu

Beban belajar kelas 1-3 SD 30-32 jam perminggu; kelas 4-6 SD 36 jam perminggu

6 Keterkaitan kompetensi mata pelajaran

Mata pelajaran di rancang berdiri sendiri dan memiliki kompetensi dasar sendiri

Mata pelajaran dirancang terkait satu sama lainnya dan memiliki kompetensi dasar yang diikat oleh kompetensi inti dari tiap kelas

7 Kedudukan mata pelajaran bahasa indonesia

Bahasa Indonesia sejajar dengan mata pelajaran lain

Bahasa Indonesia sebagai penghe- la mata pelajaran lain (sikap, keterampilan dan berbahasa) 8 Jenis kurikulum Tiap jenis konten pembelajaran

di ajarkan terpisah (separated curriculum)

Bermacam jenis konten pembela- jaran diajarkan terkait dan terpa- du satu sama lain (cross curriculum

atau intergrated curriculum)

9 Tematik di laksanakan pada kelas

Tema yang diajarkan pada kelas 1-3 SD setiap sekolah boleh menentukan sendiri.

Tema yang diajarkan pada kelas 1-6 SD sudah ditentukan oleh Pemerintah.

10 Model tematik digunakan sekolah

Sekolah dapat menggunakan model pembelajaran tematik jaring laba-laba atau terpadu.

Sudah ditentukan oleh

pemerintah model pembelajaran tematik terpadu yang digunakan.

Perbedaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 dan Kurikulum 2013

ASPEK KTSP 2006 Kurikulum 2013

11 Kedudukan IPA dan IPS

Kelas 1-3 SD Mata pelajaran IPA dan IPS berdiri sendiri namun dalam proses belajar diintegrasi-kan dengan mata pelajaran lainnya.

Kelas 1-3 SD Mata pelajaran IPA dan IPS sudah terintegrasi dengan bahasa Indonesia sehingga dalam konten IPA dan IPS menjadi materi dari bahasa Indonesia untuk diintegrasikan dengan mata pelajaran lainnya.

12 Kedudukan TIK Teknologi (Komputer) diajar- kan sebagai mata pelajaran terpisah (eks-kul)

Teknologi (Komputer) diajarkan terintegrasi dengan mata pelajaran lainnya

13 Kedudukan bahasa inggris

Bahasa Inggris diajarkan sebagai mata pelajaran terpisah

Bahasa Inggris dimasukkan pada ekstra kurikuler

14 Kegiatan pramuka

Pramuka tidak sebagai mata pelajaran wajib di sekolah

Pramuka sebagai mata pelajaran wajib pada ekstra kurikuler 15 Ujian akhir

tingkat satuan pendidikan

Ujian Nasional dilakukan sebagai penilaian akhir untuk jenjang pendidikan tertentu disusun oleh Pemerintah dan dilakukan secara national. Selain untuk penentuan

kelulusan juga untuk penilaian diri sekolah (benchmarking).

Ujian Mutu Tingkat Kompetensi sebagai penilaian akhir untuk jenjang pendidikan tertentu disu- sun oleh Pemerintah dan dilaku- kan secara nasional. Siswa kelas 2 dan 4 mengikuti Ujian Tingkat Kompetensi yang dilakukan oleh propinsi/kabupaten.

16 Proses penilaian yang digunakan

Penilaian dilakukan secara proses saat proses kegiatan belajar berlangsung dan akhir pembelajaran seperti Ulangan harian, UTS, UKK, EBTA/ EBAT (SKL). Penilaian proses 3 katagori yaitu psikomotor, afeksi dan kognitif .Dalam pelaksanaannya hanya kognitif saja. KKM ditentukan oleh dinas pendidikan setempat.

Penilaian dilakukan secara proses saat proses kegiatan belajar berlangsung dan akhir pembel- ajaran seperti Ulangan harian, UTS, UAS. Penilaian proses 3 katagori yaitu psikomotor, afeksi dan kognitif. KKM ditentukan sesuai karakteristik anak

17 Format raport untuk siswa

Format raport menggunakan angka dengan skala 1-10 . Penilaian 3 ranah pengetahuan, sikap dan keterampilan

menjadi satu kesatuan utuh yang sudah diolah dalam bentuk angka.

Format raport menggunakan huruf dengan skala 1-4 . Penilaian 3 ranah pengetahuan, sikap dan keterampilan terpisah sehungga dapat terlihat jelas melalui deskripsi yang dijabarkan.

tabel di atas bahwa penyusunan RPP oleh guru ada perbedaan antara KTSP 2006 dan Kurikulum 2013. Pada KTSP 2006 Standar isi ditentukan dulu oleh pemerintah lalu dikembangkan menjadi Standar Kompetensi lulusan yang

dijabarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dari setiap mata pelajaran yang selanjutnya dikaji dan dijabarkan oleh guru menjadi indikator pembelajaran dan materi pembelajaran. Jadi sebuah mata pelajaran mendukung sebuah

kompetensi. Mata pelajaran dirancang berdiri sendiri dan memiliki KD sendiri merujuk pada 3 aspek pengembangan yaitu: sikap, pengetahuan dan keterampilan. Proses penyusunan RPP pada KTSP 2006 urutannya sebagai berikut.

Kurikulum 2013 ditentukan Standar Kompetensi Lulusan dengan melihat aspek kebutuhan selanjutnya dijabarkan menjadi Standar Isi dan Kompetensi Inti lalu Kompetensi Dasar dari setiap mata pelajaran yang selanjutnya disusun indikator dan materi pelajaran. Artinya setiap mata pelajaran mendukung semua kompetensi (spiritual keagamaan, sikap personal-sosial, pengetahuan dan keterampilan) dan mata pelajaran dirancang terkait satu dengan lainnya dan memiliki Kompetensi Dasar yang diikat oleh Kompetensi Inti dari tiap kelas. Urutan penyusunan RPP untuk Kurikulum 2013 sebagai berikut.

Oleh karena itu beban belajar pada Kurikulum 2013 menjadi bertambah 4 jam pelajaran per minggu walaupun jumlah mata

pelajaran yang diberikan berkurang. Strategi pembelajaran tematik dilakukan pada kelas 1-6 SD dengan mata pelajaran IPA dan IPS menjadi materi pelajaran bahasa Indonesia dan PPKn menjadi pengembangan karakter siswa dari semua kesatuan mata pelajaran yang diikat dalam sebuah tema pendekatan terpadu termasuk teknologi informasi. Pada KTSP 2006 strategi pembelajaran terpadu dilakukan pada siswa kelas 1-3 SD dengan bahasa Indonesia sejajar dengan mata pelajaran lain. IPA,IPS dan Teknologi Informasi pun berdiri sendiri. Jadi walaupun pendekatan terpadu tetapi setiap mata pelajaran masih berdiri sendiri. Kelas 4-6 SD tidak dilakukan pembelajaran tematik.

Standar Isi

Standar Kompetensi

Lulusan

Standar Kompe- tensi dan Kom-

petensi Dasar Materi dan Indikator Pemilihan media dan penilaian Silabus RPP Standar Isi Standar Kompetensi Lulusan Kompetensi Inti Materi dan Indikator Pemilihan media dan penilaian Silabus RPP Kompetensi Dasar

Penilaian yang digunakan pada KTSP 2006 yang menggunakan istilah kognitif, afeksi, psikomotor dan sedangkan Kurikulum 2013 menggunakan istilah yaitu pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Pada dasarnya KTSP 2006

dan kurikulum 2013 dalam penilaiannya menejaknkan pada 3 ranah yaitu bagaimana anak berpikir kritis dan keratif , bagaimana anak dapat bersikap sesuai sila pancasila , dan bagaimana anak dapat melakukan pekerjaan sesuai pengetahuan yang diterima saat belajar. Hanya pelaksanaan pada KTSP 2006 penekanan masih pada kognitif (pengetahuan). Pada dasarnya teknik penilaian yang digunakan sama yaitu unjuk kerja, penugasan, tertulis, portofolio, sikap, penilaian diri, proyek dan praktik. Diharapkan Kurikulum 2013 penilaian dapat dilakukan secara kesinambungan dan konsisten pada 3 aspek tersebut. Tiga aspek penilaian tertera dalam format LCK (laporan Capaian Kompetensi) untuk melihat perkembangan siswa dalam bentuk deskriptif dan skala 1-4 dengan

menggunakan huruf A,B, C atau D. KTSP 2006 masih menekankan kognitif sehingga format LCK dalam bentuk skala angka 1-10.

Tujuan diadakan Ujian Nasional (UN) menurut Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 153/U/2003 tentang Ujian Akhir Nasional Tahun Pelajaran 2003/2004 bahwa tujuan dan fungsi ujian nasional seperti yang tercantum dalam SK Mendiknas 153/U/ 2003 yaitu: Tujuan Ujian Nasional (Pasal 2): Mengukur pencapaian hasil belajar siswa. Mengukur mutu pendidikan di tingkat nasional, provinsi, kabupaten/kota, dan sekolah/ madrasah.Mempertanggungjawabkan penye- lenggaraan pendidikan secara nasional,

Perbedaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 dan Kurikulum 2013

propinsi, kabupaten/kota, sekolah/madrasah, dan kepada masyarakat. UN dilaksanakan setiap akhir tingkat dari satuan pendidikan. Masyarakat beranggapan bahwa sekolah yang mempunyai nilai UN dianggap memiliki reputasi yang baik. Oleh karena itu guru, kepala sekolah, siswa dan orang tua berlomba-lomba untuk mendapatkan nilai UN yang baik. pada akhirnya menghalalkan segala cara untuk mendapatkan nilai UN yang baik. Pembelajaran di kelas menjadi tempat latihan mengerjakan soal latihan untuk persiapan UN.

PP 32/2013 pasal 70 ayat 1 dan 2 bahwa UN ditiadakan untuk jenjang SD. dipertegas dengan pasal 72 bahwa kriteria kelulusan untuk jenjang SD dinyatakan dengan menyelesaikan semua aprogram pembelajaran, memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk seluruh mata pelajaran dna lulus ujian sekolah. Pada Kurikulum 2013 Ujian nasional ditiadakan diganti dengan output satuan pendidikan dibagi menjadi tahap Ujian Tingkat Kompetensi pada

Tabel 4: Perbandingan Kegiatan Pembelajaran di SD Antara KTSP 2006 dan Kurikulum 2013

KTSP 2006 Kurikulum 2013

Pendekatan kontekstual dan konstruktivis- me dengan menggunakan alam sebagai laboratorium dan menganggap siswa sudah punya pengetahuan.

Pendekatan ilmiah dengan mengamati, bertanya, mengelompokan, memperkirakan, menginferensi, menyimpulkan

Silabus dan RPP harus disusun oleh guru berdasarkan KD yang dikembangkan menjadi indikator

Silabus dan RPP sudah disusun oleh Pemerintah dalam buku pedoman guru dan buku untuk siswa

Pembelajaran menekankan pada aspek kognitif , afeksi dan psikomotor namun dalam pelaksanaannya masih pada kignitif saja termasuk penilaian masih berbentuk tes tertulis saja

Pembelajaran menekankan pada aspek sikap, pengetahuan, keterampilan dan mela- kukan penilaian berbentuk tes dan non tes.

Guru dibebankan pada admisnitrasi kelas sementara kegiatan mengajar menjadi prioritas kedua. Guru pasif dalam mencip- takan kegiatan pembelajaran yang menye- nangkan bagi siswa.

Guru tidak dibebani dengan admisnitrasi kelas sehingga kegiatan mengajar menjadi prioritas kesatu. Guru harus lebih kreatif dan inovatif dalam menciptakan kegiatan

pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa tapi bermakna.

Ada 3 tahap dalam pelaksanaan mengajar yaitu: Pembukaan, kegiatan inti berupa pembentukan kompetensi, Penutup dan diakhiri dengan penilaian dalam bentuk tertulis dan non tertulis.

Ada 4 tahap dalam pelaksanaan mengajar yaitu: Pemanasan & Apersepsi, Eksplorasi, Konsolidasi pembelajaran, Pembentukan sikap, kompetensi & karakter diakhiri dengan penilaian formatif.

kelas 2 dan 4 SD sedangkan Ujian Mutu Tingkat Kompetensi dilakukan pada kelas 6 SD. Ujian menjadi lebih bertahap dan tidak sekaligus ada pelaksaannnya di tingkat propinsi/kabupaten serta pemerintah. Bertujuan untuk pemetaan dan penjaminan mutu pendidikan di suatu satuan pendidikan.

Sebuah kurikulum akan berhasil mencapai tujuan jika pelaksanaan kurikulum diterapkan sesuai dengan kurikulum yang ada. Kepala sekolah dan guru yang menjadi penentu keberhasilan kurikulum dilihat dari output lulusan satuan pendidikan. Guru dibantu oleh kepala sekolah dalam mempersiapkan seluruh komponen untuk kegiatan proses belajar mengajar tentu sangat penting dalam keberhasilan kurikulum. ada beberapa perbedaan dari KTSP 2006 dan Kurikulum 2013 dapat dilihat pada tabel 4.

Dari tabel 4 dapat disarikan menjadi tahap persiapan mengajar dan proses pelaksanaan mengajar untuk dibahas berikut ini. Tahap

persiapan guru pada KTSP 2006 mempunyai kebebasan untuk mengembangkan Silabus dari KD yang ada. Kurikulum 2013 buku untuk siswa sudah disusun oleh pemerintah disertai buku guru untuk mempermudah dalam melaksanakan kegiatan di kelas. Buku tersebut disusun berdasarkan silabus yang disusun pemerintah. Termasuk format penilaian non tes dituangkan pada buku guru sebagai penuntun di kelas. Jumlah jam belajaran menjadi bertambah pada kurikukum 2013 diharapkan guru dapat melakukan penilaian non tes dan melakukan kegiatan yang melibatkan siswa berpikir aktif. Pekerjaan guru menjadi lebih ringan untuk administratif tetapi guru dituntut untuk mengembangkan secara kreatif dan inovatif proses kegiatan pembelajaran di kelas kearah student centered.

Metode pembelajaran pada KTSP 2006 dan Kurikulum 2013 bersifat aktif artinya siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran namun pada pelaksanaan KTSP 2006 masih dominan menggunakan ceramah dan latihan soal Lembar Kerja Siswa (LKS) saja. Diharapkan pada Kurikulum 2013 guru lebih proaktif dalam mengaktifkan pola pikir anak lebih aktif. Oleh karena dirinci dengan metode -metode ilmiah seperti kegiatan mengamati, bertanya, mengelompokan, memperkirakan, mengin- ferensi, dan menyimpulkan.

Kegiatan saat proses mengajar di kelas pada KTSP 2006 ada 3 tahap dalam pelaksanaan mengajar yaitu: Pembukaan, kegiatan inti berupa pembentukan kompetensi, Penutup dan diakhiri dengan penilaian dalam bentuk tertulis dan non tertulis. Namun dalam pelaksanaanya masih dominan pada kegiatan inti mendengarkan penjelasan guru dan mengerjakan soal latihan saja. Pada akhir pembelajaran suatu topik dilakukan evaluasi berupa tes tertulis , guru meniadakan peneiaian proses saat belajar berlangsung. Oleh karena itu pada Kurikulum 2013 dirinci lagi dengan 4 tahap dalam pelaksanaan mengajar yaitu: Pemanasan & Apersepsi, Eksplorasi, Konsolidasi pembel- ajaran, Pembentukan sikap, kompetensi dan karakter diakhiri dengan penilaian formatif. Penilaian proses dilakukan saat proses eksplorasi, konsolidasi dan pembentukan sikap serta komptensi saat proses pembelajaran

berlangsung selain evaluasi akhir berupa tes tertulis untuk mengukur sejauh mana pengetahuan yang diserap siswa selama belajar berlangsung.

Simpulan

Kesimpulan

Pada dasarnya KTSP 2006 dan Kurikulum 2013 adalah roh dari KBK 2004 namun dalam pelaksanaannya KTSP 2006 lebih menekankan pada kemandirian dan bagaimana memberdayakan satuan pendidikan melalui pemberian kewenangan (otonomi) kepada lembaga pendidikan dan mendorong sekolah untuk mengambil keputusan secara partisipatif dalam pengembangan kurikulum. Kurikulum 2013 lebih menekankan pada bagaimana menciptakan manusia yang mandiri, mampu memecahkan masalah, mempunyai kepribadian yang kuat, inovatif dan kreatif dan menguasai teknologi sebagai akibat bonus demografi dan perkembangan pesatnya teknologi.

Struktur KTSP 2006 mengelompokkan mata pelajaran di SD menjadi 3 bagian A,B dan C. Mata pelajaran Kelompok A adalah kelompok mata pelajaran yang kontennya dikembangkan oleh pusat. Mata pelajaran Kelompok B adalah muatan lokal dan kelompok C adalah pengembangan diri yang dikembangkan oleh pemerintah daerah. Struktur Kurikulum 2013 mengelompokkan mata pelajaran di SD menjadi 2 kelompok yaitu kelompok A dan B. Mata pelajaran Kelompok A adalah kelompok mata pelajaran yang kontennya dikembangkan oleh pusat. Mata pelajaran Kelompok B yang terdiri atas mata pelajaran Seni Budaya dan Prakarya serta Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan adalah kelompok mata pelajaran yang kontennya dikembangkan oleh pusat dan dilengkapi dengan konten lokal yang dikem- bangkan oleh pemerintah daerah. Berdasarkan Kompetensi Inti disusun mata pelajaran dan alokasi waktu yang sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan.

Ada perbedaan jumlah jam pelajaran perminggu tatap muka untuk KTSP dan Kurikulum 2013. Jumlah jam per minggu KTSP untuk kelas 1-3 SD sebanyak 28 JP dan kelas 4- 6 SD 32 JP . Kurikulum 2013 kelas 1 sebanyak 30

Perbedaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 dan Kurikulum 2013

JP, kelas 2 sebanyak 32 JP, kelas 3 sebanyak 34 JP dan kels 4-6 SD sebanyak 36 JP. Jumlah jam pelajaran per minggu dari kelas 1-6 SD KTSP lebih sedikit daripada Kurikulum 2013 hal ini dimaksudkan agar pada Kurikulum 2013 kegiatan eksplorasi dan penilaian otentiknya dapat terlaksana maksimal.

Dalam proses penyusunan RPP pada KTSP 2006, SI ditentukan oleh pemerintah lalu dikem- bangkan menjadi SKL yang kemudian dijabar- kan menjadi SK dan KD dari setiap mata pelajaran. Selanjutnya, dikaji dan dijabarkan oleh guru menjadi indikator pembelajaran dan materi pembelajaran. Pada Kurikulum 2013 ditentukan SKL dengan melihat aspek kebutuhan selanjutnya dijabarkan menjadi SI dan KI lalu KD dari setiap mata pelajaran yang selanjutnya disusun indikator dan materi pelajaran. Artinya sebuah setiap mata pelajaran mendukung semua kompetensi (spiritual keagamaan, sikap personal-sosial, pengetahuan dan keterampilan) dan mata pelajaran diran- cang terkait satu sama lainnya dan memiliki KD yang diikat oleh KI dari tiap kelas. Oleh karena itu, guru sebagai ujung tombak dalam implemen- tasi kurikulum pada KTSP lebih menekankan administratif semata sedangkan Kurikulum 2013 lebih menekankan pada penciptaan proses pembelajaran yang inovatif dan kreatif idealnya. Output satuan pendidikan adalah lulusan siswa. KTSP 2006 kualitas lulusan didominasi oleh UN yang menjadi patokan keberhasilan pembelajaran sedangkan pada Kurikulum 2013 UN tidak ada, ujian sekolah diadakan untuk mengukur kelulusan siswa pada satuan pendi- dikan selama 6 tahun menempuh pendidikan.

KTSP 2006 dan Kurikulum 2013 masih mengukur ranah kognitif, afeksi dan psikomotor siswa untuk melihat sejauh mana kompetensi anak setelah menempuh pembelajaran selama 6 tahun. Kepala sekolah dan guru harus kreatif dan mandiri dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran di kelas dan sekolah agar dapat tercipta pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna.

Saran

Perlu adanya peningkatan keprofesionalan SDM (guru, kepala sekolah, pengawas, dll) dalam berbagai kegiatan yang berkesinambungan dan

dapat dipertanggungjawabkan seperti kemampuan menggunakan teknologi informasi untuk mengembangkan keprofesionalan. Contoh lain, kepala sekolah sebagai manajer dapat memfasilitasi guru agar data mengem- bangkan diri dengan berbagai fasilita sepreti pelatihan, studi banding, melakukan PTK, melakukan lesson studi secara berkesinam- bungan artinya bukan proyek semata kalau ada supervisi baru dilaksanakan.

Kepala sekolah tidak mengurus hal administratif saja tetapi meluangkan waktu untuk mensupervisi kelas dan memberikan masukan pada guru. Pengawas sekolah dapat membantu guru dan kepala sekolah dalam melaksanakan kurikulum baik di kelas atau sekolah bukan menjugde sekolah buruk atau bagus. Sekolah binaan sebagai tanggung jawab dari pengawas harus dibina. Pengawas sekolah datang ke sekolah secara mendadak sehingga guru tidak harus merekayasa proses pembelajar- an di kelas agar terlihat bagus dan menarik saat ada pengawas atau kepala sekolah.

Pengawas melakukan pendampingan dan pembekalan pada guru yang telah dispuervisi agar guru dapat mengubah pola pikir dan mengajar yang masih kurang baik ke arah yang lebih baik secara terus menerus. Sosialisasi kurikulum jangan terlalu teoritis tetapi lebih ke arah praktik bagaimana pelaksanaan kurikulum di kelas dan di sekolah. Guru dan Kepala sekolah bukan akan dijadikan pakar kurikulum. Ketidak mengertian dari guru dan kepala sekolah saat disosialisasikan kurikulum akan memberi dampak tidak melaksanakan kurikulum dengan baik. pelaksanaan kurikulum sekedar adminis- tratif saja. Hal ini akan memberikan dampak kurikulum berubah tapi dalam pelaksanaannya tidak pernah berubah.

Portofolio (non tes) perlu dipikirkan bagaimana mengorganisasikan dokumen siswa agar setiap siswa mendapat kesempatan untuk mendapatkan penilaian non tes secara adil artinya dokumen penilaian non tes setiap siswa disimpan sejak siswa kelas 1 hingga kelas 6 untuk dilihat bagaimana perkembangannya saat kelulusan siswa bukan sekedar administratif saja. Guru, Kepala sekolah serta Orang tua mampu mengintepretasikan data penilaian portofolio.

Daftar Pustaka

Fogarty, Robin. (1991). How to integrate the curricula. New York City: Skylight Pub Himpunan Peraturan Perundang-undangan.

(2009). Sisdiknas. Bandung: Fokusmedia Herr, J. dan Larson, Y.R. (2000). Creative resourses

for the early childhood classroom. USA: Delmar Thompson Learning

Hamalik, Oemar. (2011). Dasar-dasar pengembangan kurikulum. Bandung: Rosda Karya

Hurlock, Elisabeth. (1980). Psikologi perkembangan.. Edisi ke-5.Jakarta: Erlangga

Kostelnik, M.J., et.al. (1991). Teaching young children using themes. Avenue: Good Year Books

Longstreet, Wilma. dan Shane, Harold. (1993). Curriculum for a new millenium. New York: Longman

Mulyasa,E. (2011). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Rosda Karya Mulyasa,E. (2013). Pengembangan dan

Implementasi Kurikulum 2013. Bandung:Rosda Karya

Miller, John. & Seller, Wayne. ( 1985). Curriculum, prespective and practice. New York: Long Man

Nasution, S. (2011). Asas-asas kurikulum. Jakarta: Bumi Aksara

Peraturan Pemerintah 19/2006 tentang Standar Nasional Pendidikan

Peraturan Pemerintah 32/2013 tentang Standar Nasional Pendidikan

Isu Mutakhir: Menimbang Ulang Proses Penilaian di Sekolah

eorang siswa Sekolah Dasar (SD) di sebuah sekolah unggulan mengadu kepada orang tuanya, ia tidak lagi ingin sekolah. Setiap hari ia sulit sekali bangun pagi dan segera mandi, harus dibujuk-bujuk. Setiap ingin ke sekolah anak itu rewel dan seringkali muntah. Orang tuanya panik dan segera mencari penyebab anak itu tidak lagi ingin sekolah. Setelah diselidiki, ternyata anak itu tidak betah berada di sekolah. Ia mengatakan, setiap hari sekolah membebaninya dengan ulangan, tugas dan pekerjaan rumah (PR) yang menumpuk. Sekolah tidak menjadi tempat yang

menyenangkan. Oleh karena itu, orang tuanya dengan terpaksa memindahkan anak itu ke sebuah SD

nonunggulan di dekat rumah. Seminggu berlalu, sebulan – dua bulan berjalan, anak itu menampakkan wajah ceria dan bahagia setiap ingin sekolah. Sekarang baginya, sekolah adalah rumah kedua. Sekolah tempatnya berada, tidak membebani anak-anak dengan berbagai tugas,

Mudarwan

E-mail: mudarwan.aci@gmail.com

Bidang Kurikulum dan Evaluasi BPK PENABUR Jakarta

Dalam dokumen jurnal No22 Thn13 Juni2014. pdf (Halaman 97-105)