• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Penelitian

Dalam dokumen jurnal No22 Thn13 Juni2014. pdf (Halaman 61-67)

Dari total responden 102 guru Sekolah Kristen Kalam Kudus, terdapat responden pria sebesar 30,4% dan perempuan sebesar 69,6%. Didapat data bahwa sebanyak 18 (18%) orang mengajar di jenjang TK/Kelompok Bermain, 34 (33%) orang mengajar di SD, 24 (23%) orang mengajar di SMP dan 26 (25%) orang mengajar di SMA/ SMK. Data responden sebanyak 26 (25%) guru mengajar di unit Tangki Lio, 23 (23%) guru mengajar di unit Green Garden, 38 (37%) guru mengajar di unit Kosambi Baru dan 15 (15%) guru mengajar di unit Alam Raya. Pendidikan terakhir guru-guru yang mengajar di Sekolah Kristen Kalam Kudus yaitu sebesar 11% lulusan SMA, 15% lulusan Diploma, 65% guru lulusan S1, dan 9% guru lulusan S2. Ditinjau dari masa kerja menunjukkan gambaran responden yaitu terdapat 5% guru yang bekerja kurang dari 5 tahun, 17% guru yang bekerja 6-10 tahun, 26%

guru yang bekerja 11-15 tahun, 19% guru yang sudah bekerja 16-20 tahun, 10% guru yang sudah bekerja 21-25 tahun, 1% guru yang sudah bekerja 26-30 tahun, dan 7% guru yang sudah mengajar lebih dari 31 tahun. Sebanyak 34% guru masih berstatus guru tidak tetap dan 66% guru berstatus guru tetap yayasan.

Uji Reliabilitas

Menurut hasil nilai Alpha yang di dapat menunjukkan kuesioner penelitian bersifat reliabel dan dapat dipergunakan untuk penelitian.

Analisis Statistik Deskriptif

Untuk variabel kepuasan kerja terdapat gambaran sebesar 66,12% menjawab setuju, sebesar 19,39% menjawab sangat tidak setuju dan sisanya menjawab netral sebesar 14,10%. Dengan demikian, secara umum dapat disimpulkan bahwa guru-guru menjawab setuju terhadap kepuasan kerjanya di Sekolah Kristen Kalam Kudus.

Nilai rata-rata mean yang diperoleh adalah sebesar 3,60. Deskriptor yang perlu diperhatikan oleh manajemen adalah tentang penerimaan gaji. Permasalahan gaji ini perlu menjadi perhatian khusus oleh pimpinan karena terlihat bahwa guru-guru masih merasa rendah tingkat kepuasannya dalam penerimaan gaji. Permasalahan kedua yaitu tentang perhatian manajemen sekolah terhadap kesejahteraan guru, manajemen sekolah perlu membuat pembaharuan terhadap program kesejahteraan

yang ada saat ini, karena guru-guru masih belum merasakan adanya kepedulian pihak sekolah terhadap kesejahteraan mereka.

Untuk variabel kepemimpinan kepala sekolah terlihat bahwa sebesar 76,27% menyatakan setuju, yang menjawab tidak setuju total 8,56% dan yang menjawab netral sebesar 15,17%. Nilai rata-rata mean yang diperoleh sebesar 3,80. Deskriptor rendah menggambarkan pada pemimpin suka memberikan motivasi melalui pemberian bonus, artinya keadaan sebenarnya adalah pemimpin jarang atau tidak pernah memberikan rangsangan berupa bonus kepada guru-gurunya maka nilai responden yang menjawab setuju sangat rendah.

Terlihat secara deskriptif untuk variabel komunikasi asertif bahwa responden yang menjawab setuju sebesar 84,71%, yang menjawab tidak setuju sebesar 4,45% dan sebanyak 10,84% menjawab netral. Nilai rata-rata mean komunikasi asertif guru adalah 3,97. Deskriptor-deskriptor yang rendah menggambarkan kemampuan diri guru dalam keberanian mengekspresikan pendapatnya, keberanian dalam menyatakan pendapatnya, perasaan dan keberatannya.

Pembahasan

Hasil Korelasi

Didapatkan nilai korelasi antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kepuasan kerja adalah 0,670. Nilai tersebut menyatakan bahwa kepuasan kerja dan kepemimpinan kepala sekolah memiliki hubungan yang kuat dan bersifat positif. Hasil korelasi antara komunikasi asertif guru dengan kepuasan kerja sebesar 0,433. Artinya, hubungan kedua variabel tersebut bersifat sedang dan positif. Hasil korelasi antara kepemimpinan kepala sekolah dengan komunikasi guru. Nilai korelasinya adalah 0,502, yang berarti bahwa hubungan kedua variabel bersifat sedang dan positif.

Tabel 3: Tabel Nilai Alpha

Variabel Cronbach’s N of Items Status Alpha

Kepuasan kerja 0,779 13 Reliabel

Kepemimpinan 0,890 19 Reliabel

Komunikasi asertif 0,828 14 Reliabel Sumber: Hasil pengolahan data (2013)

Meningkatkan Kepuasan Kerja Guru

Tabel 4: Korelasi Pearson Product Moment Korelasi Pearson

Tot__kepkerj Tot__kepmp Tot__asrtf

Tot__kepkerj 1 0,670 0,433

Tot__kepmp 0,67 1 0,502

Tot__asrtf 0,433 0,502 1 Sumber: Hasil pengolahan data (2013)

Dapat disimpulkan bahwa korelasi ketiga variabel yaitu kepemimpinan kepala sekolah, komunikasi asertif guru dan kepuasan kerja guru berhubungan secara positif ketika dikorelasikan secara dua variabel. Masing- masing variabel berhubungan searah. Artinya jika salah satu variabel naik nilainya maka variabel lain juga akan naik nilainya mengikuti secara signifikan.

Hasil Korelasi Linier Berganda

Nilai korelasi berganda yaitu R = 0,680, artinya variabel kepemimpinan kepala sekolah dan komunikasi asertif guru memiliki hubungan yang positif dan kuat terhadap variabel kepuasan kerja guru. Koefisien determinasi yaitu R2 menunjukkan nilai sebesar 0,451, artinya variabel kepemimpinan kepala sekolah dan komunikasi asertif guru mempengaruhi sebesar 45,1% terhadap variabel kepuasan kerja guru sedangkan 54,9% dipengaruhi oleh variabel lainnya.

Besarnya angka probabilitas atau signifikansi perhitungan ANOVA. Uji kelayakan regresi yang baik jika nilai signifikansi lebih kecil

Tabel 5: Hasil Model Summary pada Korelasi Berganda

Summary Regresi Linier

Model R R Square Adjusted R Std. Error of Square Estimate 1. 680a . .462 .451 382.028

a. Predictors: (Constant), Tot__asrtf, Tot__kepmp b. Dependent Variable: Tot__kepkerj 

Sumber: Hasil pengolahan data (2013)

dari 0,05 (Sarwono 2012, 190). Nilai F menunjukkan sebesar 42,476 dengan tingkat signifikansi 0,000. Karena angka 0,000 lebih kecil dari 0,05 maka model regresi ini sudah layak

untuk digunakan

memprediksi variabel kepuasan kerja guru. Artinya, kedua variabel independen berhubungan secara simultan terhadap kepuasan kerja

Persamaan regresinya adalah: Y = 12,659 + 0,373X1 +0,128X2

Dimana:

Y = Kepuasan kerja guru

X1 = Kepemimipinan kepala sekolah X2 = Komunikasi asertif guru Persamaan regresi tersebut berarti:

Persamaan regresi tersebut berarti:

1. Kontanta sebesar 12,659, artinya jika kepemimpinan kepala sekolah dan komuni- kasi asertif guru nilainya 0, maka tingkat kepuasan kerja guru nilainya sebesar 12,659. 2. Koefisien regresi variabel kepemimpinan kepala sekolah (X1) = 0,373, artinya jika kepemimpinan kepala sekolah mengalami kenaikan senilai 1 maka tingkat kepuasan kerja guru akan mengalami kenaikan sebesar 0,373 satuan dengan asumsi variabel X2 bernilai tetap.

3. Koefisien regresi variabel komunikasi asertif guru X2 = 0,128, artinya jika komunikasi asertif guru mengalami kenaikan senilai 1 maka tingkat kepuasan kerja guru akan mengalami peningkatan sebesar 0,128 dengan asumsi variabel X1 bernilai tetap.

Hasil Uji Hipotesis

Berdasarkan hasil nilai signifikasi probabilitas pada metode korelasi parsial diperoleh nilai sebesar 0,000 untuk korelasi variabel

kepemimpinan kepala sekolah dengan kepuasan kerja guru. Artinya terdapat hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kepuasan kerja guru dan nilai kekuatan hubungan sebesar 0,581 dan bersifat positif.

Berdasarkan nilai signifikansi yang dipero- leh melalui metode korelasi parsial sebesar 0,132, maka berarti probabilitas hasil perhitungan yaitu 0,132 > 0,05. Artinya, sesuai dengan hukum pengambilan keputusan hipotesis maka H0 diterima. Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara komunikasi asertif guru dengan kepuasan kerja guru.

Pada uji ANOVA terhadap nilai F dalam regresi linier terdapat angka probabilitas sebesar 42,476 dengan tingkat signifikansi 0,000. Uji kelayakan regresi yang baik jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (Sarwono 2012, 190). Karena angka 0,000 lebih kecil dari 0,05 maka dapat disimpulkan H0 ditolak, yang berarti terhadap hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dan komunikasi asertif guru dengan kepuasan kerja guru secara simultan.

Hipotesa pertama, yaitu kepemimpinan kepala sekolah dengan kepuasan kerja guru terbukti. Hasil penilitian ini menujukkan adanya hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kepuasan kerja guru. Sebanyak 66,12% menyatakan setuju bahwa guru-guru sebagai responden. Hasil penelitian ini sesuai juga dengan penelitian yang telah diadakan oleh Mehboob, Arif dan Jalal (2011: 2984) yang melakukan penelitian analisis efek dari perilaku supervisor terhadap kepuasan kerja bawahan- nya di beberapa universitas di Karachi, Pakistan. Kepemimpinan kepala sekolah dengan kepuasan kerja guru di Sekolah Kristen Kalam Kudus menunjukkan hubungan yang positif dengan kekuatan hubungan yang kuat. Meskipun komunikasi asertif dikontrol, tetap memiliki hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kepuasan kerja guru. Artinya, kepuasan kerja guru dapat dipengaruhi oleh kepemimpinan kepala sekolah namun juga dipengaruhi faktor lain seperti komunikasi asertif guru itu sendiri. Faktor-faktor tersebut juga terlihat pada pernyataan Locke (dalam Sholihah 2009: 73) menyebutkan sumber-sumber kepuasan kerja adalah serikat kerja, manajemen, kondisi kerja, dan keuntungan yang didapat.

Sedangkan menurut Munandar (dalam Ariati 2010: 118), faktor-faktor kepuasan kerja adalah ciri-ciri intrinsik pekerjaan, imbalan, supervisi, rekan kerja dan kondisi kerja.

Berbedanya karakter dan cara memimpin setiap kepala sekolah di Sekolah Kristen Kalam Kudus tidak memberikan arti yang berbeda terhadap nilai hubungan kepuasan kerja guru dengan kepemimpinan kepala sekolah. Artinya, para kepala sekolah di Sekolah Kristen Kalam Kudus sudah menerapkan prinsip kasih dan melayani dalam kepemimpinannya sebagai landasan seorang pemimpin Kristen. Pemimpin yang melayani memiliki karakteristik tersendiri yang menjadi ciri khas seorang pemimpin yang melayani (Kinicki dan Kreitner 2006: 360-361).

Deskriptor yang menunjukkan rendahnya kepuasan kerja guru adalah “Gaji yang saya terima sesuai dengan usaha yang dilakukan” dan indikator “pihak sekolah memperhatikan kesejahteraan gurunya”. Artinya, guru merasa tidak puas bukan karena kepemimpinan kepala sekolah tetapi lebih kepada faktor kesejah- teraannya, Sekolah Kristen Kalam Kudus mungkin belum memberikan pembayaran gaji sesuai standar atau mungkin tidak adanya bonus-bonus sebagai keuntungan hasil kerja dalam menunjang hasil jerih payahnya. Hanggraeni (2011: 16) menekankan faktor kepuasan kerja dibagi menjadi empat kelompok, yaitu lingkungan kerja, atasan/gaya kepemim- pinan, sifat pekerjaan dan aktivitas kerja, lalu terakhir adalah keuntungan kerja.

Pada hipotesis kedua yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara kepuasan kerja guru dengan komunikasi asertif guru. Hasil penelitian ini menunjukkan hubungan yang memiliki nilai sebesar 0,151. Nilai r yang rendah menunjukkan lemahnya hubungan antara komunikasi asertif guru dengan kepuasan kerja. Sedangkan, berdasarkan nilai signifikansi korelasi parsial dapat terlihat bahwa nilai signifikansinya sebesar 0,132 > 0,005 sehingga data responden tidak dapat digeneralisir ke populasi.

Hipotesis ketiga, menyatakan adanya hubungan antara kepuasan kerja dengan kepemimpinan kepala sekolah dan komunikasi asertif guru. Kepemimpinan kepala sekolah dan komunikasi asertif guru bersama-sama memiliki

Meningkatkan Kepuasan Kerja Guru

hubungan yang positif dengan kepuasan kerja guru. Hubungan tersebut dapat dilihat dari hasil korelasi berganda yaitu R = 0,680, artinya hubungan yang positif dan kuat terjadi antara kepemimpinan kepala sekolah dengan komuni- kasi guru terhadap variabel kepuasan kerja guru. Pada koefisien determinasi yaitu R2 menun- jukkan nilai sebesar 0,451, artinya variabel kepe- mimpinan kepala sekolah dan komunikasi asertif guru mempengaruhi sebesar 45,1% terha- dap variabel kepuasan kerja guru sedangkan 54,9% dipengaruhi oleh variabel lainnya.

Dalam penelitian ini tergambarkan juga tingkat pendidikan guru dalam kualifikasinya sebagai seorang pengajar. Sebanyak 65% guru sudah memiliki pendidikan S1, dan 9% lulusan S2. Tingkat pendidikan tentunya memiliki pengaruh terhadap persepsi mereka dalam menilai kepuasan kerja. Keterkaitan dengan kepemimpinan dan komunikasi asertif, hasil penelitian menunjukkan bahwa para guru sudah dapat memahami secara baik proses kepemimpinan dalam meningkatkan kepuasan kerjanya. Pola berpikir kritis dalam memahami kebijakan-kebijakan sekolah dapat terlihat melalui cara berkomunikasi guru yang digambarkan sebesar 84,71% responden menyatakan diri mereka sebagai seorang yang memiliki komunikasi asertif.

Responden yang berstatus guru tetap adalah sebesar 66% dan 34% nya masih berstatus guru tidak tetap. Persepsi seorang guru yang sudah berstatus tetap terhadap kepuasan kerja tentunya akan memiliki perbedaan dengan guru yang belum tetap. Keuntungan kerja yang diperoleh antara seorang guru tetap dengan tidak tetap sudah pasti memiliki perbedaan. Keuntungan kerja adalah pemberian keuntungan-keuntungan kerja yang dikenal sebagai manfaat, jika seseorang merasa bahwa pekerjaannya bisa memberikan banyak manfaat bagi dirinya maka kepuasan dirinya akan meningkat (Hanggraeni 2011: 16). Aspek kepuasan kerja yang umum terjadi adalah masalah pengakuan, kompensasi, dan supervisi (Kinicki dan Kreitner 2006: 164).

Simpulan

Kesimpulan

Kesimpulan terhadap ketiga variabel penelitian ini yaitu kepemimpinan kepala sekolah, komunikasi asertif guru dan kepuasan kerja guru, adalah:

1. Terdapat hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kepuasan kerja guru yang bersifat positif.

2. Tidak terdapat hubungan antara komunikasi asertif guru dengan kepuasan kerja guru 3. Terdapat hubungan antara kepemimpinan

kepala sekolah dan komunikasi asertif guru secara simultan dengan kepuasan kerja guru

Saran

Saran-saran yang dapat dikemukakan oleh peneliti berdasarkan hasil penelitian ini adalah: 1. Kepala sekolah sebagai pimpinan harus mampu menerapkan prinsip kepemimpinan Kristen dalam kepemimpinannya. Hal ini sejalan dengan visi misi Kalam Kudus sebagai sekolah Kristen yang bertujuan mengabarkan kabar baik bagi semua orang. 2. Guru sebagai pelaksana harian dalam menjalankan kegiatan belajar mengajar harus mampu meningkatkan sikap asertif dalam berkomunikasi. Guru-guru harus melakukan pekerjaanya dengan kesungguhan hati dan bersikap melayani kepada murid-murid didikannya. Sebab, guru juga adalah seorang pemimpin kelas. Ketidakpuasan dalam bekerja janganlah diungkapkan dalam sikap kerja sehingga siswa merasa tidak nyaman dengan cara mengajarnya, tetapi ketidakpuasan itu diungkapkan secara baik kepada pimpinan ataupun kepada yayasan dengan cara yang baik dan sopan. Sikap itulah yang merupakan sikap asertif yang harus terus dikembangkan oleh para guru di Sekolah Kristen Kalam Kudus.

3. Yayasan Kristen Kalam Kudus, disarankan lebih memperdulikan kesejahteraan guru-

gurunya. Melihat data guru yang didapat dalam penelitian ini, terlihat para guru Kristen Kalam Kudus begitu setia mengabdi dan melayani sampai puluhan tahun. Janganlah yayasan sampai lalai dalam menghargai kesetiaan para gurunya. Jika guru dapat mengalami kepuasan kerja dengan baik tentunya akan mempengaruhi sikap kerja mereka, dan jika para siswa nyaman dengan sikap kerja guru-guru tentu penurunan jumlah murid dapat diantisipasi dengan baik.

4. Karena keterbatasan waktu, maka penelitian ini hanya menggunakan metode kuantitatif. Untuk penelitian selanjutnya bisa dikembangkan dengan penelitian kualitatif dengan metode triangulasi data untuk menggali lebih dalam lagi faktor-faktor yang menyebabkan kepuasan kerja guru terjadi di Sekolah Kristen Kalam Kudus. Selain itu, pemelitian selanjutnya juga bisa mengembangkan variabel dengan menambah beberapa variabel seperti kinerja guru, komitmen guru dan lainnya.

Daftar Pustaka

Ariati, Jati. Subjective Well Being (Kesejahteraan Subjektif) dan Kepuasan Kerja Pada Staff Pengajar (Dosen) di Lingkungan Fakultas Psikologi Universitas Dipenogoro. Jurnal Psikologi Undip Vol. 8, no. No. 2 (Oktober 2010): 117-125.

Bass, Bernard M. (1985). Leadership and performance beyond expectations. New York: The Free Press.

Beall, William J. Seiler dan Melissa L. (2008). Communication: Making connections. Boston: Pearson Education, Inc.

Colquitt, Jason A., Jeffrey A. Lepine, dan Michael J. Wesson. (2011). Organizational behavior. 2nd ed. New Jersey: McGraw-Hill Davis, Keith dan John W. Newstrom. (1997).

Organizational behavior: Human behavior at work. New York: The Mcgraw-Hill Companies. Inc

Hanggraeni, Dewi. (2011). Perilaku organisasi: teori, kasus, dan analisis. Disunting oleh SE Muhammad Irfan Syaebani. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Hughes, Richard L, Robert C. Ginnett, dan

Gordon J. Curphy. (1996). Leadership: Enhancing the lessons of experience. Chicago: Irwin Book Team

Kinicki, Angelo dan Robert Kreitner. (2006). Organizational behavior: Key concepts, skills, and best practices. Boston: McGraw-Hill Lembaga Alkitab Indonesia. (2008). Jakarta:

Lembaga Alkitab Indonesia

Luthans, Fred. Organizational behavior. (2005). New York: Mc-Graw Hill, Inc

Robbins, Stephen P. (2006). Perilaku organisasi. 10th . Jakarta: PT INDEKS, Kelompok Gramedia

Robbins, Stephen P. dan Timothy A.(2009). Judge organizational behavior. New Jersey: Pearson Prentice Hall

Sarwono, Jonathan. (2012). Metode riset skripsi: Pendekatan kuantitatif (Menggunakan prosedur SPSS). Jakarta: PT Elex Media Komputindo

Shelton, Ken. (1997). A new paradigm of leadership. Jakarta: PT Elex Media Komputindo Sholihah, Afifatus. Hubungan antara kepangkatan

dan kepuasan kerja guru SMU Negeri se Kota Kediri. Jurnal Kependidikan Triadik Volume 12, no. No. 1 (April 2009): 71-76

Webb, Kerry S. Creating satisfied employees in Christian higher education: Research on leadership competencies. Christian Higher Education 8, no. 1 (January 2009): 18-31. Academic Search Complete, EBSCOhost (accessed January 14, 2013).

Wirjana, Bernardine R. dan Susilo Supardo. (2005). Kepemimpinan, dasar-dasar dan pengembangannya. Yogyakarta: Andi Yohana, Corry. Pengaruh profesionalisme, kepuasan

kerja dan komitmen organisasi terhadap kinerja guru di SMPN Pamulang-Tangerang Selatan. Jurnal EconoSains Volume 2, no. Nomor 2 (Agustus 2012): 131-143 Yudho, Bambang.(2006). How to become a christian

leader. Yogyakarta: Yayasan Andi Yukl, Gary. (2006). Leadership in organizations.

Meningkatkan Kinerja Pekerjaan dan Komitmen Organisasi

Meningkatkan Kinerja dan Komitmen Organisasi

Dalam dokumen jurnal No22 Thn13 Juni2014. pdf (Halaman 61-67)