• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 dan Kurikulum 2013 untuk Jenjang Sekolah Dasar

Dalam dokumen jurnal No22 Thn13 Juni2014. pdf (Halaman 92-94)

Hilda Karli

E-mail: temasain@gmail.com Universitas Terbuka-Bandung

K

Pendahuluan

Indonesia akan memasuki pasar ekonomi bebas tahun 2015 artinya harus mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang mampu bersaing dengan bangsa lain. Namun dari hasil studi Human Development Index (HDI), menunjukkan bahwa mutu sumber daya manusia Indonesia rendah. Angka Human Development Index (HDI salah satu indikator

angka partisipasi pendidikan masyarakat suatu negara. Tahun 2011 negara kita menempati urutan ke-124 dari 187 negara di dunia. Indonesia berada jauh dari posisi negara di Asia seperti negara Brunei yang menempati urutan ke-33, Malaysia menempati urutan ke-61, Thailand menempati urutan ke-103 dan Pilipina pada urutan ke-112 (Human Development Index,2011).

Masalah rendahnya mutu SDM Indonesia akan bermuara pada lembaga pendidikan yang

Abstrak

urikulum sebagai rencana untuk pengalaman belajar siswa di sekolah mencapai tujuan pendidikan dan menjamin adanya keseimbangan antara proses pendidikan dan pemakai lulusan. Oleh karena itu kurikulum disusun sesuai zamannya. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 disusun guna mempersiapkan lulusan siap masuk dunia kerja sedangkan Kurikulum 2013 disusun guna mempersiapkan lulusan mengahadapi era globalisasi. Perbedaan KTSP 2006 dan Kurikulum 2013 antara lain pada proses penyusunan RPP dan silabus, format rapor, pendekatan pembelajaran, beban belajar dan komponen mata pelajaran. Penilaian proses dan model pembelajaran yang disarankan pada hakekatnya sama.

Kata-kata kunci: Kurikulum, kompetensi, standar nasional pendidikan

Differences between the 2006 Curriculum and the 2013 Curriculum for Elementary Schools

Abstract

Curriculum as a plan for the students’s learning experience at schools to achieve educational goals and to match the educational process to the users. Therefore, the curriculum is to be developed and adjusted to its era. . Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 has been developed to prepare graduates to enter the workplace while Curriculum of 2013 has been developed to prepare graduates to face the globalization era. The differences between the two Curricula lie in the process of preparing lesson plans and syllabi, format of report cards, learning approach, the learning burden and subjects components. Assessment process and suggested learning model are principally similar.

Perbedaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 dan Kurikulum 2013

menghasilkan SDM. SDM bermutu terwujud jika didukung oleh pendidikan bermutu, penyediaan berbagai fasilitas sosial dan lapangan pekerjaan yang memadai. SDM bermutu adalah seseorang yang memiliki Intelektual Quotient, Emosional Quotient dan Sprituil Quotient yang tinggi dan terintegrasi. Aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan harus seimbang untuk menghasilkan pekerjaan yang bermutu.

Dalam UU No. 20/2003 melalui pendidikan diharapkan adanya peningkatan kualitas manusia menjadi manusia seutuhnya yang siap untuk berdaya saing baik domestik maupun internasional. Untuk mewujudkan peningkatan mutu manusia melalui pendidikan maka dalam misi rencana strategis Indonesia tahun 2010- 2014 adalah membentuk insan cerdas dan kompetetitif, cerdas spirituil, emosional dan sosial, intelektual dan kinestetik.

Hasil observasi pada 26 buah gugus SD di Kota Bandung menunjukkan metode ceramah masih digunakan dalam menyampaikan pelajaran pada siswa kelas 1-6. Pembelajaran masih berpusat pada guru. Siswa duduk dengan manis sambil mendengarkan apa yang dijelaskan oleh guru dan selanjutnya siswa diminta untuk mencatat apa yang ditulis oleh guru di papan tulis. Kegiatan seperti ini hampir dilakukan pada setiap mata pelajaran yang diberikan. Pembelajaran masih menekanankan pada hafalan dan kurang memotivasi siswa untuk berpikir kreatif dan kritis. Akibatnya proses pembelajaran yang terjadi menjadi kurang bermakna bagi kehidupan siswa sehari-hari. Hal ini memberi dampak pada rendahnya kemampuan membaca, menulis, dan berhitung siswa SD. Jika dikaitkan dengan hasil pengukuran dan penilaian pendidikan dasar yang dilakukan oleh PISA (Programme for International Student Assessment) untuk Matematika dan Membaca pada tahun 2012, Indonesia menempati urutan ke-60 dari 65 negara yang ikut serta untuk tes membaca. Kemampuan yang diukur PISA adalah kemampuan pengetahuan dan keterampilan membaca dari aspek struktur wacana, proses membaca, serta konteks pemanfaatan pengetahuan dan keterampilan membaca. Negara tetangga seperti Singapura menempati

urutan ke-5, negara Malaysia menempati urutan ke-55, negara Thailand menempati urutan ke- 53. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan untuk menguasai ilmu pengetahuan dan keterampilan hidup melalui membaca masih rendah untuk Indonesia bila dibandingkan dengan negara di Asia Timur. Hasil tes Matematika oleh PISA, Indonesia menempati urutan ke- 63 dari 65 negara. Negara Singapura menempati urutan ke-2. Thailand ke-52 dan Malaysia ke-57. Kemampuan berhitung diukur berdasarkan tiga dimensi yaitu: konten matematika, proses yang perlu dilakukan siswa ketika mengamati suatu gejala, menghubungkan gejala itu dengan matematika, kemudian memecahkan masalah yang diamatinya itu, situasi dan konteks yang digunakan dalam soal matematika. Hal ini disinyalir metode dan pendekatan yang digunakan tidak tepat untuk perkembangan siswa kelas 1-6 SD sebagai pondasi awal.

Dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1 dikemukakan, “Setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan”. Fungsi pendidikan tertuang dalam UU Sisdiknas 20/2003 pasal 3 yang berbunyi “... menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” Diperjelas lagi dalam PP No.19/2005 dan PP No. 32/2013 yang mengatakan bahwa pendidikan diatur dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP).

Kurikulum sebagai rencana program secara tertulis yang disusun oleh pemerintah dalam rangka mewujudkan tujuan UUD 1945, selalu berganti mengikuti perubahan zaman dan memecahkan masalah Di Indonesia saat ini sedang diujicoba Kurikulum 2013 sementara KTSP 2006 masih dilaksanakan pada sekolah yang tidak terpilih sebagai sekolah uji coba (piloting). Perubahan kurikulum ini menimbulkan pertanyaan untuk dikaji. Pertama ialah perbedaan struktur kurikulum Sekolah Dasar pada KTSP 2006 dengan Kurikulum 2013 dan kedua ialah perbedaan pelaksanaan kurikulum Sekolah Dasar pada KTSP 2006 dengan Kurikulum 2013.

Kajian Pustaka

Dalam dokumen jurnal No22 Thn13 Juni2014. pdf (Halaman 92-94)