• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komunikasi Asertif Guru

Dalam dokumen jurnal No22 Thn13 Juni2014. pdf (Halaman 55-61)

Hendrik Gunawan E-mail: trevhand2001@gmail.com SMP Kristen Kalam Kudus 3 Jakarta

Penelitian

P

Abstrak

enurunan jumlah siswa yang terjadi setiap tahunnya diduga karena kepuasan kerja guru yang rendah. Penelitian dilakukan bulan Maret 2013, bertujuan untuk menganalisis hubungan kepemimpinan kepala sekolah dan komunikasi asertif guru terhadap kepuasan kerja guru di Sekolah Kristen Kalam Kudus Jakarta. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitif dengan menggunakan simple random sampling dalam menentukan guru sebagai responden. Data diolah menggunakan statistik deskriptif, korelasi Pearson Product Moment, dan Regresi Linier Berganda. Hasil uji hipotesis penelitian menunjukkan pertama, terdapat hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kepuasan kerja guru dan memiliki nilai kekuatan hubungan sebesar 0,581 dan bersifat positif. Kedua, disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara komunikasi asertif guru dengan kepuasan kerja guru. Ketiga, terdapat hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dan komunikasi asertif guru dengan kepuasan kerja guru secara simultan dengan nilai korelasi regresinya sebesar R=0,680.

Kata-kata kunci: Kepemimpinan kepala sekolah, komunikasi asertif guru, dan kepuasan kerja guru

Improving Teachers’ Job Satisfaction through the Principal’s Leaership and the Teachers’ Assertive Communication

Abstract

The decreasing number of the students enrolled at the schools of Kristen Kalam Kudus in Jakarta is assumed resulted from the teachers’ job satisfaction. This research aimed at analyzing the correlation of the principal’s leadership and assertive communication towards the teachers’ job satisfaction at the schools of Kristen Kalam Kudus in Jakarta. The teachers were selected as respondents by using sample random sampling technique. The collected data were analyzed employing correlation descriptive statistics of Pearson Product Moment and Multiple Linear Regression. The tested hypothesis show firstly the positive correlation of the principal’s leadership to the teachers’ job satisfaction. Secondly, there is no correlation of the teachers’ assertive communication to the teachers’ job satisfaction. Thirdly, there is a correlation of both the principal’s leadership and the assertive communication towards the teachers’ job satisfaction.

Pendahuluan

Sebagai sebuah organisasi sekolah yang sudah berdiri lama bahkan sudah 40 tahun lebih berada di bidang yayasan pendidikan, Sekolah Kristen Kalam Kudus di Jakarta beberapa tahun belakangan ini mengalami berbagai masalah yang mengakibatkan banyak terjadi penurunan di berbagai bidang khususnya jumlah siswa. Kalam Kudus sebagai sebuah sekolah yang berlandaskan pendidikan Kristen memiliki pengalaman menghasilkan lulusan yang sudah berprestasi di masyarakat. Kualitas lulusan Kalam Kudus tidaklah diragukan lagi karena menghasilkan orang yang berprestasi, kreatif, dan takut akan Tuhan. Kalau dilihat dari kualitas lulusannya, seharusnya sekolah Kalam Kudus semakin maju dan semakin banyak orang tua mempercayakan pendidikan anaknya di sekolah itu. Namun, yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir adalah terjadi penurunan jumlah murid yang prosentasenya cukup bermakna sebagaimana terlihat pada tabel 1.

Berdasarkan analisis SWOT, Sekolah Kristen Kalam Kudus masih memiliki kekuatan yang dapat diandalkan seperti kualitas akademik yang baik jika disetarakan dengan sekolah-sekolah kompetitornya, pembinaan

Tabel 1: Data Siswa Sekolah Kristen Kalam Kudus Jakarta 2006/2007 sd 2012/2013

Tahun

Tangki G. Garden G. Garden Kosambi

Total LK PR JML LK PR JML LK PR JML LK PR JML 2006/2007 179 180 361 245 202 447 535 531 1066 94 84 178 2052 2007/2008 165 147 312 209 184 393 498 512 1000 98 92 190 1895 2008/2009 163 138 301 180 172 352 473 493 966 108 84 192 1811 2009/2010 136 127 263 159 171 420 454 462 913 98 88 186 1782 2010/2011 122 105 227 154 148 302 404 425 829 92 85 177 1535 2011/2012 129 105 234 148 137 285 396 407 803 92 85 177 1499 2012/2013 132 98 230 186 173 349 463 495 958 89 78 167 1704

Sumber: Tata Usaha (2012)

karakter yang baik terhadap siswanya, serta sejumlah lulusannya menjadi tokoh penting di masyarakat. Di sisi lain kelemahan Sekolah Kristen Kalam Kudus antara lain ialah minimnya fasilitas pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan teknologi informasi, tidak adanya perbaikan atau pemeliharaan gedung, besaran uang sekolah yang tidak sesuai lagi dengan tingkat perekonomian masayarakat karena setiap tahun mengalami kenaikan.

Dewasa ini kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan semakin meningkat sehingga semakin banyak orang tua ingin menyekolahkan anaknya di sekolah yang bermutu. Di samping itu Pemerintah juga memberikan kesempatan kepada swasta untuk ikut berperan serta dan bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pendidikan. Bahkan Pemerintah juga memberikan bantuan sarana prasarana, dana, dan tenaga ke sekolah swasta. Oleh karena itu Sekolah Kristen Kalam Kudus sebenarnya memiliki kesempatan untuk tumbuh

dan berkembang pada waktu sekarang dan masa yang akan datang.

Pendidikan di Indonesia secara kuantitas dan kualitas berkembang lebih baik. Banyak sekolah negeri dan swasta di kota-kota besar

Meningkatkan Kepuasan Kerja Guru

menjadi unggulan karena memiliki mutu yang baik dan beberapa di antaranya memiliki kualitas setara internasional dan berkolaborasi dengan lembaga pendidikan di luar negeri. Demikian juga dari segi fisik, banyak sekolah negeri dan swasta memiliki bangunan modern dilengkapi dengan saran dan prasarana mutakhir sehingga menarik minat masyarakat menyekolahkan anaknya ke sekolah itu. Bertambahnya jumlah sekolah bermutu menimbulkan persaingan semakin ketat antarsekolah. Di samping itu masyarakat semakin menginginkan anaknya memperoleh pendidikan bermutu dan berkarakter. Persaingan yang semakin ketat antarsekolah serta tuntutan masyarakat akan pendidikan bermutu menjadi tantangan bagi Sekolah Kristen Kalam Kudus kalau ingin tidak hanya bertahan hidup, tetapi berkembang serta mampu bersaing. Secara lengkap tabel 2 menggambarkan analisis SWOT atas Sekolah Kristen Kalam Kudus Jakarta.

Analisis SWOT memberikan informasi kepada pengelola Sekolah untuk meningkatkan kekuatan, menghilangkan kelemahan, memanfaatkan peluang, dan menyikapi tantangan secara positif untuk merumuskan strategi pengembangan ke depan. Untuk melaksanakan itu diperlukan kepala sekolah yang bertanggung jawab dan mampu memimpin sekolah sehingga unggul dalam bidang akade- mik dan karakter dan terus menerus meningkat- kan jumlah siswanya. Keberhasilan kepala sekolah memenangkan persaingan antarsekolah khususnya dari segi mutu pendidikan dan minat masyarakat tidak terlepas dari peran serta dan komitmen semua pemangku kepentingan di sekolah itu, khususnya guru yang menjadi mitra kerja langsung kepala sekolah.

Dalam memimpin dan mengelola sekolah, kepala sekolah diharapkan dapat menciptakan iklim kerja yang kondusif sehingga guru termotivasi melaksanakan tugas profesionalnya sebaik mungkin. Prestasi kerja perlu disertai dengan kepuasan kerja yang selanjutnya menjadi pendorong bagi guru untuk bekerja lebih keras lagi.

Pemenuhan kepuasan kerja guru menjadi tanggung jawab kepala sekolah sebagai pimpinannya. Kepemimpinan Kepala Sekolah Kristen hendaknya mengandung nilai-nilai Kristiani yang terkandung dalam Alkitab seperti

tertulis dalam Matius 23:10 yang berbunyi, “Janganlah pula kamu disebut pemimpin, karena hanya satu pemimpinmu, yaitu Mesias.”

Kepala sekolah sebagai pemimpin sekolah sangat mempengaruhi kepuasan kerja, kenyamanan, dan tingkat prestasi suatu sekolah. Indikator kepuasan kerja terlihat pada rendahnya ketidakhadiran, turnover, dan tingkat keluhan (Webb, 2009: 19). Kemampuan dan keterampilan kepemimpinan kepala sekolah adalah faktor penting efektifitas manajemen sebuah sekolah.

Sikap asertif dalam berkomunikasi antara atasan-bawahan menjadi suatu faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja. Keleluasaan menyatakan pendapat dan pikiran yang diberikan kepada guru akan membuat mereka merasa dipercaya dan memiliki kepercayaan diri dalam melaksanakan tugasnya. Jika guru tidak dapat dan tidak diberikan keleluasaan dalam menyatakan sikap asertifnya, kemungkinan guru akan apatis terhadap pemimpin karena mereka merasa tidak diberikan kesempatan untuk menyatakan apa yang terbaik dilakukan di lapangan sesuai keahlian mereka.

Pada kenyataannya, situasi yang mendukung komunikasi asertif sangatlah jarang ditemukan. Seorang pemimpin lebih menyukai setiap bawahannya turut dan tunduk kepada satu perintah saja yaitu yang berasal dari seorang pemimpin yang menjadi atasannya. Sikap pemimpin yang tidak terbuka dan tidak memberikan kesempatan dan kebebasan mengeluarkan pendapat kepada bawahannya akan menurunkan kepuasan kerja.

Secara umum Sekolah Kristen Kalam Kudus mengalami penurunan jumlah siswa, yang dapat terjadi karena faktor kepuasan kerja guru. Namun belum ada penelitian ilmiah dilakukan terhadap kepuasan kerja guru, kepemimpinan kepala sekolah, dan komunikasi asertif guru di Sekolah Kristen Kalam Kudus Jakarta.

Menurunnya jumlah siswa yang terjadi beberapa tahun belakangan ini adalah suatu masalah serius yang harus disoroti dengan cermat oleh pihak sekolah. Masalah ini merupakan akibat persaingan ketat dengan sekolah-sekolah kompetitor di sekitar dan juga semakin menurunnya kepercayaan orangtua memasukkan anaknya ke Sekolah Kristen Kalam

Tabel 2: Matriks Analisis SWOT Sekolah Kristen Kalam Kudus Jakarta Lingkungan Eksternal Lingkungan Internal 1 2 3 4 5 6 Opportunities Memperbaiki fasilitas sekolah Memperbaikisistem layanan administrasi di tata usaha Memperbaiki manajemen SDM Meningkatkan kesejahteraan guru melalui pemberian bene- fit dan standar gaji yang jelas Memberikan pelatihan guru untuk kinerja mengajar yang lebih baik

Mengambil dana bantuan pe- merintah untuk pengembangan dan peningkatan sekolah

1 2 3 4 5 Threats

Adanya sekolah-sekolah baru di lingkungan yang dekat sekolah

Failitas sekolah lain yang lebih memadai

Fasilitas Lapangan Olahraga yang baik

Pelayanan yang lebih baik di sekolah lain

Antipati persepsi orangtua terhadap sekolah

1 2 3

Strengths Kualitas akademik yang baik

Jumlah murid yang masih banyak Pembinaan yang baik terhadap siswa 1 2 3 4 5 Strategi (SO) Strengths-Opportunities Meningkatkan dan memperbai- ki sarana prasarana sekolah Memberikan pelatihan bagi guru-gurudi bidang IT dan pembelajaran

Melakukan penataran tentang jasa pelayanan kepada orang- tua dan siswa pada bagian Tata Usaha

Memanfaatkan dana bantuan operasional dari pemerintah untuk meningkatkan kesejah- teraan siswa, memperbaiki sarana, dan pelatihan guru Memberikan pembinaan berku- alitas kepada siswa melalui bimbingan yang profesional

1 2 3 4 Strategi (ST) Strengths-Threats Mengoptimalkan sarana dan prasarana, terutama memperba- iki lapangan Olahraga yang sudah tidak layak pakai Meningkatkan pelayanan melalui pelatihan service quality

terhadap orangtua siswa Menjalin kerjasama yang erat dengan orangtua melalui forum komunikasi maupun meningkatkan peran komite sekolah

Memberikan seminar kepada orangtua sebagai bentuk kerjasama dalam membina karakter siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Weakness

Uang sekolah tinggi Fasilitas minim Pelayanan ke orangtua kurang ramah

Kualitas guru yang masih minim S1 Sistem manajemen organisasi yayasan yang masih belum jelas Lokasi di dalam kompleks yang kurang diketahui masyarakat Tidak ada petunjuk lokasi sekolah

Tidak jelasnya anggaran yang disediakan sekolah

Struktur organisasi yang tidak jelas dalam menja- lankan operasional sekolah 1 2 3 4 5 6 7 8 Strategi (WO) Weakness-Opportunities Memperbaiki sarana prasarana Memberikan kesempatan bea- siswa kepada guru melanjut- kan pendidikan S1 atau S2 Mensosialisasikan program Yayasan secara transparan kepada guru dan karyawan Memperbaiki standar gaji dan menyeimbangkan antara Kewa- jiban dan Hak Guru dan Karyawan

Mensosialisasikan Program sekolah kepada Masyarakat melalui pemasangan Spanduk maupun Iklan.

Mengikuti program Pameran Pendidikan

Memberikan pelatihan dan sertifikasi pelayanan kepada bagian Tata Usaha

Mengoptimalkan dan mengem- bangkan sekolah melalui dana bantuan yang ada

1 2 3 4 5 Strategi (WT) Weaknesses-Threats Mengambil dana bantuan operasional sekolah dari peme- rintah untuk bantuan pengelo- laan sarana dan prasarana sekolah

Memberikan beasiswa prestasi bagi siswa yang kurang mampu

Bekerja sama dengan lembaga masyarakat untuk program sosial

Bekerjasama dengan Gereja Kalam Kudus untuk

memberikan bantuan beasiswa kepada siswa.

Memperbaiki sistem reward

kepada guru sehingga tidak terjadi turnover

Meningkatkan Kepuasan Kerja Guru

Kudus. Apabila ditelisik lebih mendalam, permasalahan ini mengindikasikan adanya masalah kepuasan kerja guru sehingga kinerja guru tidak optimal dan mengakibatkan penurunan kualitas pembelajaran yang memberikan dampak negatif pada mutu lulusan dan minat serta kepercayaan masyarakat. .

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut.

1. Apakah terdapat hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kepuasan kerja guru di Sekolah Kristen Kalam Kudus?

2. Apakah terdapat hubungan antara komunikasi asertif guru dengan kepuasan kerja guru di Sekolah Kristen Kalam Kudus? 3. Apakah terdapat hubungan antara kepemim- pinan kepala sekolah dan komunikasi aser- tif guru dengan kepuasan kerja guru secara simultan di Sekolah Kristen Kalam Kudus? Dengan rumusan masalah tersebut, penelitian ini bertujuan untuk (1) menganalisis hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kepuasan kerja guru di Sekolah Kristen Kalam Kudus, (2) menganalisis hubungan antara komunikasi asertif guru dengan kepuasan kerja guru di sekola Kristen Kalam Kudus, dan menganalisis hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dan komunikasi asertif guru dengan kepuasan kerja guru secara simultan di Sekolah Kristen Kalam Kudus.

Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja dapat diartikan sebagai sikap individu terhadap pekerjaannya. Seseorang yang memiliki kepuasan kerja tinggi akan memiliki sikap yang positif terhadap pekerjaannya. Sebaliknya, seseorang akan memiliki sikap negatif jika dirinya merasa tidak puas terhadap pekerjaannya (Davis 1993: 105, Hanggraeni 2011: 14 , Yohana 2012: 136).

Luthans (2005: 114) berpendapat bahwa kepuasan kerja merupakan keadaan emosional yang positif dari seseorang yang ditimbulkan dari penghargaan atas sesuatu pekerjaan yang telah dilakukannya. Robbins mendefinisikan kepuasan kerja sebagai suatu sikap umum terhadap pekerjaan seseorang, selisih antara banyaknya ganjaran yang diterima seorang

pekerja dan banyaknya yang mereka yakini seharusnya mereka terima (Kinicki dan Kreitner 2006: 164, Robbins 2009: 119). Menurut Luthans (dalam Yohana 2012: 136), lima faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja yaitu pekerjaan itu sendiri, gaji, kesempatan promosi, pengawasan, dan rekan kerja.

Dapat disimpulkan bahwa kepuasan kerja adalah suatu pemahaman, evaluasi, dan cara pandang seseorang terhadap pekerjaannya yang melekat secara psikologis dan muncul sebagai perilaku kerja. Kepuasan kerja merupakan sebuah hasil dari proses merasakan, sikap, dan emosi yang positif terhadap pekerjaan dan lingkungan kerjanya. Kepuasan kerja menunjuk pada keadaan emosional seseorang terhadap pekerjaannya. Kepuasan kerja optimal terjadi ketika apa yang didapat dari pekerjaannya itu melebihi dari harapan yang diperkirakannya.

Kepemimpinan Kristen yang Melayani

Kepemimpinan didefinisikan oleh Raven sebagai perilaku seseorang yang menduduki suatu posisi di kelompok dalam mempengaruhi, mengordinasikan serta mengarahkan orang- orang dalam kelompok sesuai dengan ekspektasi peran dari posisi tersebut (Wirjana 2005: 4). Harry Truman menyatakan bahwa seorang pemimpin adalah seseorang yang mampu mempengaruhi orang lain untuk melakukan apa yang tidak diinginkan serta tidak disukainya (Bass 1985: 17, Yukl 2006: 10).

Perbedaan antara kepemimpinan Kristen dengan kepemimpinan umum menurut Engstrom dan Dayton (Sudomo 2005, 65) adalah motivasinya. Kepemimpinan Kristen didasarkan pada kasih, ditujukan untuk pelayanan, dan dikendalikan oleh Kristus dan keteladanan-Nya. Pemimpin Kristen mencerminkan sepenuhnya sifat pengabdian tanpa pamrih, teguh, berani dan penuh kasih.

Menurut Ken Melrose pemimpin sebagai pelayan yang melayani tanpa mempraktikkan prinsip-prinsip melayani akan sulit melakukan tugas dan tanggung jawabnya. Greenleaf mendefinisikan sebagai seorang pemimpin yang tugas utamanya adalah melayani (Shelton 1997: 1; 309-311). Pemimpin yang melayani lebih mengutamakan pelayanan, bawahannya, pelanggan dan komunitas di atas prioritas diri

pemimpin itu sendiri. (Kinicki dan Kreitner 2006: 360-361).

Fungsi pemimpin yang melayani dalam penjelasan dalam Alkitab (Yudho 2006: 7-10) yaitu pemimpin sebagai gembala, pemimpin sebagai pelayan, pemimpin sebagai manajer, pemimpin sebagai guru.Kepemimpinan yang melayani dalam keKristenan adalah kemampuan untuk mengatur, mengarahkan, mempengaruhi dan menggerakkan bawahan- nya dengan menekankan pada kasih dan pelayanan Kristus serta menjadi pembimbing untuk membawa bawahannya kepada keselamatan dalam Kristus untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam konteks kepemimpinan kepala sekolah, seorang kepala sekolah harus mampu berkomunikasi, memotivasi diri sendiri dan bawahannya, memiliki pengetahuan umum dan Alkitabiah yang luas, kepekaan yang tinggi terhadap masalah di sekolah. Di samping itu ia memiliki intelegensi, kepribadian, integritas pribadi, nilai dan pengalaman manajerial, pemahaman kurikulum, serta ketegasan dan kewibawaan diri sebagai pelayan Allah untuk mampu membuat para guru dan karyawan sekolah mampu melakukan kegiatan tertentu yang bertujuan mencapai visi dan misi sekolah dengan kesadaran dan suasana penuh kasih.

Komunikasi Asertif

Komunikasi adalah suatu proses dimana terjadi perpindahan informasi dari pengirim kepada penerima informasi (Colquitt 2011: 422-423). Sementara menurut Robbins (2006: 392), komunikasi adalah proses perpindahan dan pemahaman makna dari satu gagasan, yang diteruskan dari seseorang ke orang lain.

Komunikasi asertif adalah kemampuan diri untuk berkomunikasi secara terbuka, menghar- gai diri sendiri dan orang lain (Beall 2008: 13). Hughes (1996: 253) menyatakan pada dasarnya sikap asertif adalah kemampuan untuk menyata- kan dengan tepat hak pendapatnya seperti orang lain dalam menyampaikan pendapatnya.

Dapat disimpulkan bahwa sikap asertif dalam berkomunikasi adalah suatu kemampuan berkomunikasi yang dilakukan secara jujur, terbuka dan penyampaian pesan yang tidak melukai perasaan orang lain tanpa

menghilangkan makna dari pesan yang disampaikan. Sikap asertif mengandalkan perasaan menghargai terhadap perasaan orang lain dan tentunya tidak menyingkirkan dari menghargai perasaan diri sendiri. Sikap asertif ini lebih menekankan pada karakterisik dari komunikasi yaitu hubungan antar manusia. Hubungan yang terjadi tentunya lebih bersifat positif ketika akhir dari suatu pesan disampaikan.

Kerangka Berpikir

Sikap kepemimpinan Kristen yang identik dengan melayani menjadi sebuah paradigma yang mendasar bagi seorang kepala sekolah di sekolah Kristen. Sikap melayani ini belum tentu dimiliki oleh setiap kepala sekolah sehingga masing-masing unit pasti memiliki situasi kerja dan kenyamanan yang berbeda. Artinya, semakin sikap kepemimpinan sekolah dapat diterima dengan baik oleh guru maka kepuasan kerja guru akan semakin baik pula atau sebaliknya. Dari uraian tersebut muncul dugaan bahwa terdapat hubungan kepemimpinan kepala sekolah terhadap kepuasan kerja guru.

Penelitian ini juga akan meninjau kepuasan kerja guru dari faktor kebebasan menyatakan pendapat, dengan kata lain kebebasan bersikap asertif dalam berkomunikasi di lingkungan kerja. Kebanyakan yang terjadi adalah kepala sekolah lebih bersikap otoriter ketika guru hendak menyampaikan pandangannya terhadap suatu permasalahan sehingga keputusan mutlak berada di pihak kepala sekolah. Kebebasan berpendapat menjadi suatu hak istimewa dan bersifat kebebasan otonomi dalam menyampailkan pendapat dan pandangan guru. Keadaan inilah yang membuat peneliti ingin menganalisis apakah faktor asertif guru memiliki hubungan yang positif terhadap kepuasan kerja guru atau sebaliknya. Artinya, semakin bersikap asertif maka kepuasan kerja guru semakin baik atau sebaliknya.

Maka, kepuasan kerja diduga dapat dicapai karena faktor kepemimpinan kepala sekolah dan sikap komunikasi asertif guru dalam lingkungan kerjanya. Tercapainya kepuasan kerja maka akan meningkatkan kualitas kerja guru dan guru mampu mengoptimalkan diri serta berkreasi

Meningkatkan Kepuasan Kerja Guru Kepemimpinan Kepala Sekolah Komunikasi Asertif Kepuasan Kerja Guru dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya.

Peneliti menduga bahwa kepuasan kerja guru akan meningkat jika dihubungkan dengan kepemimpinan kepala sekolah dan komunikasi asertif guru. Oleh karena itu, penelitian ini fokus pada hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dan komunikasi asertif guru terhadap kepuasan kerja guru.

Model Penelitian

Berdasarkan kerangka berpikir, peneliti menggambarkan model penelitian ini sebagai berikut:

Hipotesis Penelitian

Dalam penelitian ini, terdapat hipotesis penelitian sebagai berikut.

1. H0: Tidak ada hubungan antara kepemim- pinan kepala sekolah dengan

kepuasan kerja guru.

H1: Terdapat hubungan antara kepemim- pinan kepala sekolah dengan kepuasan kerja guru.

2. H0: Tidak ada hubungan komunikasi asertif guru dengan kepuasan kerja guru. H1: Terdapat hubungan antara komunikasi

asertif guru dengan kepuasan kerja guru.

3. H0:: Tidak ada hubungan antara kepemim- pinan kepala sekolah dan komunikasi asertif guru dengan kepuasan kerja guru secara simultan.

H1: Terdapat hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dan komunikasi asertif guru dengan kepuasan kerja guru secara simultan.

Metodologi Penelitian

Peneliti menggunakan metode penelitian kuantitif, yaitu penelitian yang menggunakan

teknik analisis menggunakan statistik deskriptif dengan statistik inferensial untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Penelitian ini menganalisa hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dan komunikasi asertif guru dengan kepuasan kerja guru di Sekolah Kristen Kalam Kudus.

Peneliti menggunakan metode survei, yaitu penelitian yang dilakukan pada populasi besar tetapi data yang dipelajari adalah data sampel dari populasi tersebut, sehingga dapat ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi dan hubungan antar variabel.

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Kristen Kalam Kudus di Jakarta. Subyek penelitian ini adalah guru-guru Sekolah Kristen Kalam Kudus, yang menjadi responden penelitian. Jumlah populasi penelitian sekitar 200 orang. Sample dipilih menggunakan teknik simple random sampling. Sampel penelitian ini berjumlah 102 guru, untuk lebih mendatakan hasil data yang normal, linear dan homogen. Sebelum dilaksanakan penelitian, diambil 30 orang guru untuk uji validitas dan reliabilitas instrumen pengukuran.

Dalam dokumen jurnal No22 Thn13 Juni2014. pdf (Halaman 55-61)