DENGUE
HAEMORRHAG
IC FEVER
(DHF)
PENGERTIAN
Penyakit infeksi oleh virus dengue yang
sering menyerang anak-anak
mengakibatkan perembesan plasma yang
ditandai dengan peningkatan kadar
hematokrit atau penumpukan cairan di
rongga tubuh. Gejala yang ditimbulkan
dengan manifestasi perdarahan dan
Host
alami DBD adalah manusia,
agent
nya adalah
virus
dengue
yang termasuk ke dalam famili
Flaviridae dan genus Flavivirus, terdiri dari 4
serotipe yaitu Den-1, Den-2, Den-3 dan Den-4
(Kurane I, 2007)
,
ditularkan ke manusia melalui
gigitan nyamuk yang terinfeksi, khususnya nyamuk
Aedes aegypti
dan
Ae. Albopictus
(WHO, 2010)
Masa inkubasi virus
dengue
dalam manusia
(inkubasi intrinsik) berkisar antara 3 sampai 14 hari
sebelum gejala muncul, gejala klinis rata-rata
muncul pada hari keempat sampai hari ketujuh,
sedangkan masa inkubasi ekstrinsik (di dalam
DD/DBD DERAJAT TANDA DAN GEJALA PEMERIKSAAN HASIL LABORATORIUM
DD
Demam disertai 2 atau lebih tanda :
mialgia, sakit kepala, nyeri
retroorbital, artralgia.
Leukopenia Trombositopenia
Tidak ada kebocoran plasma
DBD I Gejala diatas ditambah uji bendung positif
Trombositopenia (<100.000/ul) bukti
ada kebocoran plasma
DBD II ditambah dengan Gejala diatas perdarahan spontan
DBD III
Gejala diatas ditambah kegagalan sirkulasi (kulit dingin
dan lembab serta gelisah)
DBD IV
Syok berat disertai dengan tekanan
ETIOLOGI
Virus dengue termasuk group B
anthropod-borne virus
(arboviruses) dan sekarang dikenal sebagai genus
flavivirus, famili
Flaviviridae
, yang mempunyai 4 jenis
serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Serotipe
utama selama beberapa tahun terakhir adalah DEN-2 dan
DEN-3. Infeksi dari satu serotipe memberikan imunitas
seumur hidup terhadap serotipe tertentu tapi hanya
beberapa bulan imunitas terhadap serotipe lain
(Kariyawasam, Senanayake, 2010).
Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat
terinfeksi dengan 3 atau bahkan 4 serotipe selama
TANDA DAN GEJALA
Gejala penyakit demam berdarah sangat bervariasi
mulai dari yang tanpa gejala, demam, demam yang
disertai perdarahan yang disebabkan virus dengue
sampai shock. Biasanya ditandai dengan demam tinggi,
perdarahan, pembesaran hati dan kegagalan sirkulasi.
Demam dengue pada bayi dan anak berupa demam
ringan disertai timbulnya ruam makulopapular yaitu
ruam berbentuk bintik-bintik merah yang datar dan
menonjol.
Pada anak besar dan dewasa dikenal sindrom trias
dengue berupa panas tinggi mendadak, nyeri pada
anggota badan (kepala, bola mata, punggung dan
sendi), dan timbul ruam makulopapular (Ayu & Zulfito,
•
Demam tinggi selama 5-7 hari.
•
Mual, muntah, tidak nafsu makan, dan konstipasi.
•
Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit,
ptechie, echymosis, dan hematoma.
•
Epistaksis, hematemisis, melena, dan hematuri.
•
Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan ulu hati.
•
Sakit kepala.
•
Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah
bening.
•
Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan
MANIFESTASI
KLINIS
•Demam atau riwayat demam akut antara 2-7 hari biasanya bersifat bifasik.
•Manifestasi perdarahan yang biasanya terjadi : - Uji Torniquet positif
- Ptechie, ekimosis, atau purpura
- Perdarahan mukosa, saluran cerna, tempat bekas suntikan. - Hematemesis atau melena.
•Trombositopenia <100.000/ul
•Kebocoran plasma yang ditandai dengan :
- peningkatan nilai hematokrit >20% dibandingkan dengan usia dan jenis kelamin.
- penurunan nilai hematokrit >20% setelah pemberian cairan yang adekuat.
PATOFISIOLOGI
Arbovirus (melalui nyamuk
Aedes Aegypti
) masuk
kedalam peredaran darah manusia menyebabkan
infeksi virus dengue (viremia). Infeksi dari virus ini
mengaktifkan sistem komplemen tubuh sehingga
membentuk dan melepaskan zat C3a dan Csa, aktifnya
zat C3a dan Csa menstimulus PGE² di hipothalamus
yang menyebabkan Hipertermi. Hipertermi yang terjadi
akan meningkatkan reabsorbsi Na+ dan H20
Pertama, agregasi trombosit akan menyebabkan
trombositopenia atau penurunan jumlah trombosit dalam darah, kurangnya trombosit ini akan memicu resiko
perdarahan dan perdarahan.
Kedua, kerusakan endotel pembuluh darah akan merangsang dan mengaktivasi faktor pembekuan darah yang
menyebabkan terjadi Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) yang memicu adanya perdarahan.
Perdarahan yang terjadi akan menjadikan perfusi jaringan tidak efektif sehingga terjadilah hipoksia jaringan dan asidosis
metabolik. Asidosis inilah yang menjadikan pasien mengalami resiko syok (hipovolemik).
Ketiga, resiko syok hipovolemik mengakibatkan munculnya renjatan hipovolemik dan hipotensi sehingga terjadi kebocoran
Organ ekstravaskuler yang terkena akibat dari kebocoran
plasma adalah paru-paru, hepar, dan abdomen.
Pada paru-paru kebocoran plasma akan memicu
terjadinya efusi pleura yang mengakibatkan pola nafas
pasien tidak efektif.
Pada hepar kebocoran plasma akan menjadikan
hepatomegali yang kemudian terjadi penekanan
intraabdomen sehingga timbul nyeri dan mual, muntah.
Pada abdomen kebocoran plasma akan mengakibatkan
acites sehingga terjadi mual dan muntah yang sangat
berpengaruh pada kurangnya asupan nutrisi pada pasien
PATHWAYS
Arbovir us Arbovir us Trombositope nia Trombositope nia Peningkatan reabsorbsi Na+ dan H20 Peningkatan reabsorbsi Na+ dan H20 HIPERTER MI HIPERTER MI Viremi a Viremi a Mengaktifkan sistem komplemen Mengaktifkan sistem komplemen DIC DIC Resiko perfusi jaringan tidak efektif Resiko perfusi jaringan tidak efektif Hipoksia jaringan Hipoksia jaringan Merangsang dan mengaktivasi faktor pembekuan darah Merangsang dan mengaktivasi faktor pembekuan darah Perdarahan Perdarahan Resiko perdarahan Resiko perdarahan 2. Kerusakan endotel pembuluh darah 2. Kerusakan endotel pembuluh darah 1. Agregasi trombosit 1. Agregasi trombosit Permeabilitas membran meningkat Permeabilitas membran meningkat PGE2 Hipotala mus PGE2 Hipotala mus Membentuk & melepaskan zatC3a & CSa
Membentuk & melepaskan zat
C3a & CSa
3. Resiko syok hipovolemik
3. Resiko syok hipovolemik Permeabilitas membran meningkat Permeabilitas membran meningkat Kebocoran plasma Kebocoran plasma Renjatan hipovolemik dan hipotensi Renjatan hipovolemik dan hipotensi Ke ekstravaskuler Ke ekstravaskuler Kekurangan volume cairan Kekurangan volume cairan Abdomen Abdomen Ascites Ascites
Mual dan muntah
Mual dan muntah
KOMPLIKASI
•
Kehilangan cairan dan elektrolit.
•
Hiperpireksia.
•
Kejang demam (Halstead, 2011).
•
Efusi pleura.
•
Hepatomegali.
PENATALAKSANA
AN
PERTOLONGAN PERTAMA
•
Pertolongan pertama pada anak dengan demam
berdarah, pada saat anak demam berikan
tindakan pertolongan pertama seperti pada anak
demam biasanya.
•
Apabila demam tak kunjung turun hingga hari
•
Pengobatan untuk anak yang menderita DBD pada
dasarnya bersifat suportif yaitu mengatasi
kehilangan cairan plasma sebagai akibat
penningkatan permeabilitas kapiler dan sebagai
akibat perdarahan. Pasien DBD dianjurkan untuk
dirawat di ruang perawatan biasa, tetapi pada kasus
DBD dengan komplikasi diperlukan perawatan
intensif (Ayu & Zulfito, 2010).
•
Rasa haus dan dehidrasi dapat timbul karena demam
tinggi, tidak nafsu makan dan muntah. Maka anak
perlu diberikan minum banyak, bisa berupa air teh
dengan gula, sirup, susu, atau sari buah. Apabila
PENCEGAHAN
•
Meningkatkan daya tahan tubuh anak dengan
mengonsumsi makanan bergizi seimbang,
menjaga kebersihan diri, dan lingkungan.
•
Memutus rantai perkembang biakan nyamuk
dengan cara melakukan 3M yaitu mengurang bak
mandi, mengubur kaleng dan sampah, serta
menutup penampungan air bersih. Juga perlu
untuk dilakukan penaburan serbuk abate di
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
•
Pemeriksaan uji Tourniquet/
Rumple leed
Dinyatakan positif jika terdapat lebih dari 10
ptechiae
dalam diameter 2,8 cm di lengan bawah bagian depan
termasuk lipatan siku.
•
Pemeriksaan Hemoglobin
Kenaikan kadar hemoglobin >14 gr/100 ml. Pemeriksaan
kadar hemaglobin dapat dilakukan dengan metode sahli
dan fotoelektrik (cianmeth hemoglobin)
•
Pemeriksaan Hematokrit
•
Pemeriksaan Trombosit
Pemeriksaan jumlah trombosit ini dilakukan pertama kali
pada saat pasien didiagnosa sebagai pasien DHF,
Pemeriksaan trombosit perlu di lakukan pengulangan
sampai terbukti bahwa jumlah trombosit tersebut normal
atau menurun. Terjadi penurunan jumlah trombosit <
100.000 /µ l.
•
Pemeriksaan Leukosit
Kasus DHF ditemukan jumlah bervariasi mulai dari
lekositosis ringan sampai lekopenia ringan
•
Pemeriksaan Bleding time (BT)
Waktu perdarahan adalah waktu dimana terjadinya
perdarahan setelah dilakukan penusukan pada kulit cuping
telinga dan berhentinya perdarahan tersebut secara
spontan.
•
Pemeriksaan SGOT/SGPT
•
Pemeriksaan Clothing time (CT)
Sejumlah darah tertentu segera setelah diambil diukur
waktunya mulai dari keluarnya darah sampai membeku.
•
Pemeriksaan Limfosit Plasma Biru (LPB)
Menghitung jumlah limfosit plasma biru dalam 100 sel
jenis-jenis leukosit.
•
Pemeriksaan Homeostasis
Dilakukan pemeriksaan PT, APTT, Fibrinogen, D-Dimer,
atau FDP pada keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan
atau kelainan pembekuan darah.
•
Pemeriksaan Protein/Albumin
Dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocoran plasma
•
Pemeriksaan Ureum/Kreatinin
Bila didapatkan kegangguan fungsi ginjal.
•
Pemeriksaan Elektrolit
A. Pengkajian
•
Identitas pasien
Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak
dengan usia kurang dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat,
pendidikan, nama orang tua, pendidikan orang tua, dan
pekerjaan orang tua.
•
Keluhan Utama
Alasan atau keluhan yang menonjol pada pasien DHF datang ke
rumah sakit adalah panas tinggi dan pasien lemah.
Lanjutan...
Riwayat penyakit sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak dengan disertai menggigil dan saat demam kesadaran kompos mentis. Panas turun terjadi antara hari ke-3 dan ke-7, dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai keluhan
batuk pilek, nyeri telan, mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian,
nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV), melena atau hematemasis.
Riwayat penyakit yang pernah diderita
Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka
kemumgkinan akan timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.
Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka
kemumgkinan akan timbulnya komplikasi dapat dihindarkan.
Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi. Semua anak
dengan status gizi baik maupun buruk dapat berisiko, apabila ada
faktor predisposisinya. Anak yang menderita DHF sering mengalami
keluhan mual, muntah,dan nafsu akan menurun. Apabila kondisi ini
berlanjut dan tidak disertai pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka
anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status
gizinya menjadi kurang.
Kondisi lingkungan
sering terjadi pada daerah yang padat penduduknya dan
Pola kebiasaan
• Nutrisi dan metabolisme : frekuensi, jenis, pantangan,
nafsu makan berkurang, dan nafsu makan menurun.
• Eliminasi BAB: kadang-kadang anak mengalami diare atau
konstipasi.
• Sementara DHF grade III-IV bisa terjadi melena.
• Eliminasi BAK : perlu dikaji apakah sering kencing, sedikit
atau banyak, sakit atau tidak. Pada DHF grade IV sering terjadi hematuria.
• Tidur dan istirahat : anak sering mengalami kurang tidur
karena mengalami sakit atau nyeri otot dan persendian sehingga kualitas dan kuantitas tidur maupun istirahatnya kurang.
• Kebersihan : upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri
Diagnosa
Diagnosa
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan
berpindahnya cairan intraseluler ke ekstraseluler
(kebocoran plasma dari endotel)
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan
penumpukan cairan di rongga paru (effusi pleura)
3. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus
dengue
4. Nyeri berhubungan dengan agen cidera biologis
(penekanan intra abdomen)
5. Resiko perdarahan berhubungan dengan penurunan
kadar trombosit dalam darah
6. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh b/d intake nutrisi yang tidak adekuat akibat
mual dan nafsu makan yang menurun.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan defisit volume cairan
dapat terpenuhi
KH :
a. Menyatakan pemahaman faktor penyebab dan perilaku
yang, perlu untuk memperbaiki defisit cairan
b. Menunjukkan perubahan keseimbangan cairan, dibuktikan
oleh haluaran urine adekuat, tanda-tanda vital stabil,
membran mukosa lembab, turgor kulit baik.
c. Volume cairan cukup, input cukup, output tidak berlebih.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan defisit volume cairan
dapat terpenuhi
KH :
a. Menyatakan pemahaman faktor penyebab dan perilaku
yang, perlu untuk memperbaiki defisit cairan
b. Menunjukkan perubahan keseimbangan cairan, dibuktikan
oleh haluaran urine adekuat, tanda-tanda vital stabil,
membran mukosa lembab, turgor kulit baik.
c. Volume cairan cukup, input cukup, output tidak berlebih.
1.Kekurangan volume cairan berhubungan
dengan berpindahnya cairan intraseluler ke
ekstraseluler (kebocoran plasma dari endotel)
1.Kekurangan volume cairan berhubungan
Rencana tindakan:
a. Kaji keadaan umum pasien (lemah pucat, tachicardi) serta tanda-tanda vital.
Rasional : Menetapkan data dasar pasien, untuk mengetahui dengan cepat penyimpangan dari keadaan normalnya
b. Observasi adanya tanda-tanda syok.
Rasional : Agar dapat segera dilakukan t.indaka.n untuk menangani syok yang dialami pasien.
c. Berikan cairan intravaskuler sesuai program dokter.
Rasional : Pemberian cairan IV sangat penting bagi pasien yang mengalami defisit volume cairan dengan keadaan umum yang buruk karena cairan langsung masuk kedalam pembuluh darah.
d. Anjurkan pasien untuk banyak minum
Rasional : Asupan cairan sangat diperlukan untuk menambah volume cairan tubuh.
e. Kaji tanda dan gejala dehidrasi atau hipovolemik (riwayat muntah diare, kehausan turgor jelek).
Rasional : Untuk mengetahui penyebab devisit volume cairan, jika haluaran urine < 25 ml/jam, maka pasien mengalami syok
f. Kaji perubahan haluaran urine dan monitor asupan haluaran
2. Pola nafas tidak efektif berhubungan
dengan penumpukan cairan di
rongga paru (effusi pleura)
•
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan pola nafas menjadi efektif atau
normal
•
KH: Menunjukkan pola nafas efektif dan paru
jelas dan bersih.
•
Rencana tindakan:
a. Kaji frekuensi kedalaman pernafasan dan
ekspansi dada.
Rasional : Kecepatan biasanya meningkat,
dispnea dan terjadi peningkatan kerja nafas.
b. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya
bunyi nafas tambahan
c. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi.
Rasional : Duduk tinggi memungkinkan pengembangan paru dan
memudahkan pernafasan diafragma, pengubahan posis
meningkatkan pengisian udara segmen paru.
d. Bantu pasien mengatasi takut atau ansietas.
Rasional : Perasaan takut dan ansietas berat berhubungan dengan
ketidakmampuan bernafas atau terjadinya hipoksemia
3. Hipertermi berhubungan
proses infeksi virus dengue
3. Hipertermi berhubungan
proses infeksi virus dengue
Tujuan : Setelah
dilakukan tindakan
keperawatan
temperatur suhu
dalam batas normal
(36°-37° C).
K H :
a. Klien tidak
menunjukkan
kenaikan srihu
tubuh.
b. Suhu tubuh
dalam batas normal.
Tujuan : Setelah
dilakukan tindakan
keperawatan
temperatur suhu
dalam batas normal
(36°-37° C).
K H :
a. Klien tidak
menunjukkan
kenaikan srihu
tubuh.
b. Suhu tubuh
dalam batas normal.
Rencana tindakan:
a. Kaji saat timbulnya demam
Rasional : Untuk mengidentifikasi pola demam pasien b. Observasi tanda-tanda vital
Rasional : Tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui
keadaan umum pasien. c. Tingkatkan intake cairan.
Rasional : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh
meningkat sehingga perlu diimbangi asupan cairan d. Catat asupan dan keluaran
Rasional : untuk mengetahui ketidakseimbangancairan tubuh
e. Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai program dokter
Rasional : pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu
tinggi.
Rencana tindakan:
a. Kaji saat timbulnya demam
Rasional : Untuk mengidentifikasi pola demam pasien b. Observasi tanda-tanda vital
Rasional : Tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui
keadaan umum pasien. c. Tingkatkan intake cairan.
Rasional : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh
meningkat sehingga perlu diimbangi asupan cairan d. Catat asupan dan keluaran
Rasional : untuk mengetahui ketidakseimbangancairan tubuh
e. Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai program dokter
Rasional : pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu
v Pain Level, v Pain control, v Comfort level
Kriteria Hasil :
v Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri,
Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan
menggunakan manajemen nyeri
v Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
v Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
v Tanda vital dalam rentang normal
v Pain Level, v Pain control, v Comfort level
Kriteria Hasil :
v Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri,
Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan
menggunakan manajemen nyeri
v Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
v Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
v Tanda vital dalam rentang normal
Intevensi :
Pain Management
a. Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi
b. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
c. Kurangi faktor presipitasi nyeri
d. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal)
e. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
f. Ajarkan tentang teknik non farmakologi g. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri h. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
i. Tingkatkan istirahat
Analgesic Administration
a. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat b. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
Intevensi :
Pain Management
a. Lakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor
presipitasi
b. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
c. Kurangi faktor presipitasi nyeri
d. Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal)
e. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi
f. Ajarkan tentang teknik non farmakologi g. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri h. Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
i. Tingkatkan istirahat
Analgesic Administration
a. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas, dan derajat nyeri sebelum pemberian obat b. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi
4. Nyeri berhubungan dengan agen cidera
5. Resiko perdarahan berhubungan dengan penurunan
kadar trombosit dalam darah
5. Resiko perdarahan berhubungan dengan penurunan
kadar trombosit dalam darah
Tujuan : Tidak terjadi perdarahan
Kriteria : pulsasi kuat, Tidak ada tanda perdarahan lebih lanjut,
trombosit meningkat
Intervensi :
- Monitor tanda-tanda penurunan trombosit yang disertai tanda klinis.
Rasional : Penurunan trombosit merupakan tanda adanya kebocoran pembuluh darah yang pada tahap tertentu dapat menimbulkan tanda-tanda klinis seperti epistaksis, ptike.
- Monitor trombosit setiap hari
Rasional : Dengan trombosit yang dipantau setiap hari, dapat diketahui tingkat kebocoran pembuluh darah dan kemungkinan perdarahan yang dialami pasien. - Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga untuk melaporkan jika ada tanda perdarahan spt : hematemesis, melena, epistaksis.
Rasional : Keterlibatan pasien dan keluarga dapat membantu untuk penaganan dini bila terjadi perdarahan.
- Antisipasi adanya perdarahan : gunakan sikat gigi yang lunak, pelihara kebersihan mulut, berikan tekanan 5-10 menit setiap selesai ambil darah. Rasional : Mencegah terjadinya perdarahan lebih lanjut.
Intervensi :
- Monitor tanda-tanda penurunan trombosit yang disertai tanda klinis.
Rasional : Penurunan trombosit merupakan tanda adanya kebocoran pembuluh darah yang pada tahap tertentu dapat menimbulkan tanda-tanda klinis seperti epistaksis, ptike.
- Monitor trombosit setiap hari
Rasional : Dengan trombosit yang dipantau setiap hari, dapat diketahui tingkat kebocoran pembuluh darah dan kemungkinan perdarahan yang dialami pasien. - Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga untuk melaporkan jika ada tanda perdarahan spt : hematemesis, melena, epistaksis.
Rasional : Keterlibatan pasien dan keluarga dapat membantu untuk penaganan dini bila terjadi perdarahan.
6. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun.
6. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi. KH : Pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang dibutuhkan
atau diberikan .
Rencana tindakan:
a. Kaji keluhan mual dan muntah yang dialami oleh pasien Rasional : Untuk menetapkan cara mengatasinya.
b. Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering. Rasional : Untuk menghindari mual dan muntah
c. Jelaskan manfaat nutrisi bagi pasien terutama saat pasien sakit.
Rasional : Meningkatkan Pengetahuan pasien tentang nutrisi
sehingga motivasi pasien untuk makan meningkat.
d. Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur dan dihidangkan
saat masih hangat.
Rasional : membantu mengurangi kelelahan pasien dan meningkatkan asupan makanan.
e. Catat jumlah dan porsi makanan yang dihabiskan
Rasional : untuk mengetahui pemenuhan nutrisi pasien. f. Ukur berat badan pasien setiap hari.
Rasional : untuk mengetahui status gizi pasien Rencana tindakan:
a. Kaji keluhan mual dan muntah yang dialami oleh pasien Rasional : Untuk menetapkan cara mengatasinya.
b. Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering. Rasional : Untuk menghindari mual dan muntah
c. Jelaskan manfaat nutrisi bagi pasien terutama saat pasien sakit.
Rasional : Meningkatkan Pengetahuan pasien tentang nutrisi
sehingga motivasi pasien untuk makan meningkat.
d. Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur dan dihidangkan
saat masih hangat.
Rasional : membantu mengurangi kelelahan pasien dan meningkatkan asupan makanan.
e. Catat jumlah dan porsi makanan yang dihabiskan
Rasional : untuk mengetahui pemenuhan nutrisi pasien. f. Ukur berat badan pasien setiap hari.
7. Risiko syok hypovolemik b/d perdarahan yg
berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke
ekstravaskuler
7. Risiko syok hypovolemik b/d perdarahan yg
berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke
ekstravaskuler
Tujuan : Tidak terjadi syok hipovolemik Kriteria : Tanda Vital dalam batas normal Tujuan : Tidak terjadi syok hipovolemik Kriteria : Tanda Vital dalam batas normal
Intervensi :
- Monitor keadaan umum pasien
Rasional ; Untuk memonitor kondisi pasien selama perawatan terutama saat terdi perdarahan. Perawat segera mengetahui tanda-tanda presyok / syok
- Observasi vital sign setiap 3 jam atau lebih
Rasional : Perawat perlu terus mengobaservasi vital sign untuk memastikan tidak terjadi presyok / syok
- Jelaskan pada pasien dan keluarga tanda perdarahan, dan segera laporkan jika terjadi perdarahan
Rasional : Dengan melibatkan psien dan keluarga maka tanda-tanda perdarahan dapat segera diketahui dan tindakan yang cepat dan tepat dapat segera diberikan.
- Kolaborasi : Pemberian cairan intravena
Rasional : Cairan intravena diperlukan untuk mengatasi kehilangan cairan tubuh secara hebat.
Intervensi :
- Monitor keadaan umum pasien
Rasional ; Untuk memonitor kondisi pasien selama perawatan terutama saat terdi perdarahan. Perawat segera mengetahui tanda-tanda presyok / syok
- Observasi vital sign setiap 3 jam atau lebih
Rasional : Perawat perlu terus mengobaservasi vital sign untuk memastikan tidak terjadi presyok / syok
- Jelaskan pada pasien dan keluarga tanda perdarahan, dan segera laporkan jika terjadi perdarahan
Rasional : Dengan melibatkan psien dan keluarga maka tanda-tanda perdarahan dapat segera diketahui dan tindakan yang cepat dan tepat dapat segera diberikan.
- Kolaborasi : Pemberian cairan intravena
DAFTAR PUSTAKA
Bulan, Ayu. & Marendra, Zulfito., 2010. Smart Parents : Pintar Mengatur Menu & Tanggap Saat Anak Sakit. Jakarta : GagasMedia.
Depkes. 2006. Pencegahan dan Pemberantasan Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Jakarta : Depkes RI.
Halstead, S.B., 2011. Dengue Fever and Dengue Hemorrhagic fever. In Nelson Textbook of Pediatrics. 19th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders. pp.1147 - 1150.
Huda, Amin. & Kusuma, Hardhi., 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NIC. Yogyakarta : MediAction.
Kariyawasam, S. & Senanayake, H., 2010. Dengue infections during pregnancy: case series from a tertiary care hospital in Sri Lanka. The Journal of Infection in Developing Countries, pp.767 - 775.
Kurane I. 2007. Dengue Hemorrhagic Fever with Spesial Emphasis on Immunopathogenesis. Comparative Immunology, Microbiology & Infectious Disease. Vol 30:329-40.
Tantawichien, T., 2012. Dengue Fever and Dengue Haemorrhagic Fever in adolescents and adults. Paediatrics and International Child Health, 32, pp.22 - 27.