5 BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pengertian Manajemen
Manajemen adalah suatu pendidikan yang dinamis dan proaktif dalam menjalani suatu kegiatan di organisasi sedangkan manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan Asuhan Keperawatan secara profesional (Nursalam, 2002).
Manajemen keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam tatanan pelayanan nyata, yaitu di Rumah Sakit dan Komunitas sehingga perawat perlu memahami konsep dan aplikasi. Konsep manajemen keperawatan perencanaan berupa rencana strategi melalui pendekatan yaitu pengumpulan data, analisa SWOT dan menyusun langkah-langkah perencanaan, pelaksanaan secara operasional, khususnya dalam pelaksanaan metoda asuhan keperawatan, melakukan pengawasan dan pengadilan serta dokumentasi yang lengkap
B. Tahapan Proses Keperawatan 1. Pengkajian
Tahap ini merupakan awal dari proses keperawatan. Tahap pengkajian memerlukan kecermatan dan ketelitian untuk mengenal masalah. Keberhasilan proses keperawatan berikutnya sangat bergantung pada tahap ini.
a. Pengumpulan data
6 b. Sumber data
Klien
Keluarga/orang yang mengenal klien Tenaga kesehatan
Catatan yang dibuat oleh tenaga kesehatan Hasil pemeriksaan
c. Cara pengumpulan data Wawancara
Observasi
Pemeriksaan fisik
(Suardi & Bachtiar, 2002)
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang jelas, singkat, dan pasti, tentang masalah klien serta pengembangan yang dapat dipecahkan atau diubah melalui tindakan keperawatan.
Diagnosa keperawatan dapat dibagi menjadi: diagnosa keperawatan aktual, potensial, dan resiko.
Rumus diagnosa keperawatan adalah: Problem + Etiologi + Tanda/Gejala
Contoh: Nyeri akut b.d agen cidera: biologis yang ditandai dengan wajah tampak meringis kesakitan.
(Suardi & Bachtiar, 2002)
3. Perencanaan
Perencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah ditentukan. Tujuan perencanaan keperawatan adalah terpenuhinya kebutuhan klien.
7 a. Menentukan urutan prioritas masalah
Prioritas tertinggi diberikan pada masalah yang mempengaruhi kehidupan atau keselamatan klien. Masalah nyata mendapatkan perhatian atau prioritas lebih tinggi daripada masalah potensial dan resiko
b. Merumuskan tujuan keperawatan yang akan dicapai
Tujuan keperawatan adalah hasil yang ingin yang dicapai dari asuhan keperawatan untuk menanggulangi dan mengatasi masalah yang telah dirumuskan dalam keperawatan.
c. Menentukan rencana tindakan keperawatan
Menentukan rencana tindakan keperawatan adalah langkah penentu dalam tindakan keperawatan yang akan dikerjakan oleh perawat dalam rangka menolong klien, untuk mencapai suatu tujuan keperawatan. (Suardi & Bachtiar, 2002)
4. Implementasi
Tindakan keperawatan atau implementasi keperawatan adalah pelaksanaan perencanaan tindakan yang telah ditentukan dengan maksud agar kebutuhan klien terpenuhi secara optimal. Tindakan keperawatan dapat dilaksanakan sebagian oleh klien itu sendiri, oleh perawat secara mandiri, atau bekerjasama dengan anggota tim kesehatan lain. (Suardi & Bachtiar, 2002)
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah proses penilaian pencapaian tujuan serta pengkajian ulang rencana keperawatan. Hal-hal yang dievaluasi adalah:
Apakah asuhan keperawatan tersebut efektif ?
Apakah tujuan keperawatan dapat dicapai pada tingkat tertentu?
8 C. PENDOKUMENTASIAN
1. Pengertian dokumentasi
Dokumentasi adalah bahan komunikasi yang tertulis untuk mendukung informasi dan kejadian (Fioshbach. 1991). Jadi, dokumentasi asuhan keperawatan dokumentasi tentang fakta-fakta terhadap penyakit klien, gejala-gejala, diagnosa, mudah dan cepat diakses serta sistematis sehingga dapat dan memberikan informasi yang akurat.
2. Tujuan Dokumentasi Keperawatan
Memfasilitasi pemberian perawatan yang berfokus pada klien Memastikan kemajuan hasil yang berfokus pada klien
Memfasilitas komunikasi antara disiplin mengenai konsistensi tujuan dan kemajuan pengobatan
Teknik evaluasi
Pencatatan dan pelaporan dibuat untuk mempermudah penilaian terhadap perawatan yang telah diberikan pada klien dan dapat dipastikan apakah rencana yang diimplementasikan sudah mencapai kemajuan.
Penguatan kembali (reinforcement)
Catatan perawatan merupakan sumber untuk mendapatkan informasi tentang penanganan klien dan memberikan bukti adanya pelayanan.
Akreditasi
9 3. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Pendokumentasian
Asuhan Keperawatan
Elemen dari proses keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi
Catatan data dasar awal menggunakan format yang sistematis, serta berdasarkan sistem tubuh atau dari kepala sampai ke kaki. Data pengkajian dikumpulkan dan diletakkan sesuai dangan
format yang dirancang oleh institusi.
Diagnosa keperawatan diformulasikan dari data yang dikumpulkan .
Rencana keperawatan ditulis untuk setiap klien dan meliputi tujuan, hasil yang diharapkan, dan aktifitas keperawatan yang ditetapkan berdasarkan diagnosa keperawatan
Implementasi rencana keperawatan mencakup intervensi yang membuat klien dapat berpartisipasi dalam promosi dan pemeliharaan kesehatan dan juga untuk memaksimalkan potensi kesehatan.
Catatan evaluasi tentang perkembangan kesehatan dan percapaian tujuan yang diharapkan.
Aktifitas, prioritas dan tujuan intervensi berdasarkan respon klien terhadap perawatan atau perubahan dalam kondisi klien.
4. Pedoman Umum dalam Mendokumentasikan Proses Keperawatan
10 hitam atau biru dan tinta merah untuk obat- obatan. Apabila catatan tidak penuh jangan dikosongkan tetapi buat garis horizontal atau vertical sepanjang bagian yang kosong. Jika ada kesalahan, pernyataan yang salah jangan dicoret, tetapi harus dapat dibaca, selanjutnya diparaf. Pencatatan harus selalu dimulai, jam dan diakhiri dengan tanda tangan, nama jelas serta jabatan perawat
5. Dokumentasi sebagai Proses Keperawatan
Dokumentasi proses keperawatan sangat penting untuk dilakukan. a. Pendokumentasikan merupakan mekanisme komunikasi antara
anggota Tim pelayanan kesehatan. Ada hubungan bebagi disiplin ilmu yang terlibat dalam pelayanan kesehatanl;
Masing-masing disiplin ilmu informasi mutakhir klien melalui pengkajian
Agar informasi terpelihara dengan baik, maka perlu didokumentasikan
b. Dengan catatan yang akurat dapat membantu tercapainya hubungan yang kreatif antara klien dan provider.
c. Dapat mempermudah pelaksanaan pelayanan klien dan fokus asuhan keperawatan dapat ditentukan
d. Sesuai dengan empat peran yang harus dijalankan perawat, tanggung jawab dan tanggung gugat.
e. Data yang lengkap dapat digunakan untuk menentukan status kesehatan klien dan tingkat ketergantungan klien, sehingga dapat diperkirakan jumlah kebutuhan tenaga perawat.
11 6. Unsur-Unsur Dokumentasi Asuhan Keperawatan
Unsur-unsur dari dokumentasikan Asuhan Keperawatan diantaranya adalah:
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah pertama dalam proses keperwatan, dimana pada fase ini perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan klien secara sistematis, menyeluruh, akurat, dan berkesinambungan.
b. Mengumpulkan data
Meliputi pengumpulan data dasar yang mencakup informasi tentang klien:
Riwayat kesehatan dahulu, seperti riwayat alergi terhadap makanan atau obat tertentu, riwayat pernah dilakukan tindakan bedah,riwayat menderita penyakit kronis, dan lain-lain.
Riwayat kesehatan sekarang, seperti adanya perasaan nyeri, mual, ganguan tidur, dan lain-lain.
Pemeriksaan fisik, dalam hal ini perawat dapat menggunakan teknik inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi dengan prinsip pemeriksaan ”head to toe” (cephalocaudal) atau berdasrkan sistem tubuh, seperti sistem pernapasan , pencernaan, eliminasi dan lain-lain.
Pemeriksaan penunjang yang meliputi pemeriksaan laboratorium, radiology, CT Scan dan lain-lain.
Tipe data yang dikumpulkan yaitu: Data Subjektif, yaitu:
12 Data Objektif, yaitu:
Meliputi tanda dan gejala mengenai kondisi kesehatan klien dapat dilihat, didengar, dirasakan atau dicium serta data-data lain yang dapat diperoleh dari observasi dan pemeriksaan fisik.
c. Pengorganisasian data
Untuk mendapatkan data secara sistematis, perawat menggunakan format pengkajian, atau disebut juga pengkajian keperawatan. Format pengkajian dapat dimodifikasi sesuai dengan keadaan kesehatan klien. Dalam keperawatan, format pengakajian yang digunakan dapat didasarkan pada berbagai teori keperawatan, diantaranya:
Teori Gordon tentang fungsi kesehatan Teori Orem tentang perawatan diri Teori Roy tentang model adaptasi
Teori Maslow berdasarkan tigkat kebutuhan manusia d. Validasi data
Informasi yang telah dikumpulkan harus lengkap, akurat dan sesuai dengan keadaan klien sehingga dilakukan validasi atau pemeriksaan kembali terhadap data yang telah dikumpulkan. e. Pencatatan data
Untuk melengkapi pengkajian, dokumentasi data harus akurat dan mencangkup semua keadaan kesehatan klien dan tidak berdasrkan hasil intervensi perawat.
f. Diagnosa keperawatan
13 Tipe diagnosa keperawatan yaitu:
Aktual
Yaitu pernyataan tentang respon klien terhadap kesehatannya saat ini berdasarkan hasil pengkajian yang meliputi tanda dan gejala seperti jalan nafas tak efektif ansietas.
Resiko
Yaitu pernyataan klinis dari kondisi kesehatan klien dimana masalah lebih beresiko untuk menjadi actual pada klien tersebut dibanding dengan orang lain pada kondisi atau situasi yang sama.
Komponen dari diagnosa keperawatan yaitu: 1. Problem (masalah)
Menggambarkan masalah kesehatan klien atau responnya terhadap terapi yang diberikan oleh perawat yang dituliskan dalam beberapa kata, antara lain:
Perubahan (perubahan dari sebelumnya)
Gangguan (kelemahan, kerusakan, dan pengurangan)
Penurunan ( pengecilan dari segi ukuran, jumlah atau tingkat/derajat)
Tidak efektif (tidak menghasilkan efek yang sesuai) Akut (terjadi dalam waktu mendadak dan pendek)
Kronis (terjadi dalam waktu yang lama, berulang dan tetap) 2. Etiologi (penyebab)
Mengidentifikasi kemungkinan dari penyebab masalah kesehatandalam melakukan intervensi keperawatan yang mencakup tingkah laku, lingkungan sekitar atau gabungan dari keduanya.
3. Symptom (gejala)
14 g. Perencanaan
Perencanaan adalah tahap sistematik proses keperawatan yang melibatkan pembuatan suatu keputusan dan menyelesaikan masalah. Dalam perencanaan, perawat mengacu pada pengkajian data klien dan diagnostik sebagai acuan dan mewujudkan tujuan klien dan dan mendesain strategi keperawatan untuk mencegah, mengurangi masalah kesehatan klien.
Proses perencanaan keperawatan meliputi: a. Membuat prioritas perencanaan
Prioritas perencanaan adalah suatu proses dalam melakukan strategi keperawatan
b. Membuat tujuan dan kriteria hasil
Tujuan adalah penataan yang lebih luas tentang dampak dari intervensi keperawatan.
Kriteria hasil adalah pernyataan yang lebih spesifik dan diukur untuk mengevaluasi apakah tujuan tercapai.
h. Implementasi
Dalam proses keperawatan, implementasi merupakan suatu tahap dimana perawat melaksanakan rencana keperawatan dalam suatu tindakan. Implementasi terdiri dari melaksanakan tindakan keperawatan, mendelegasi dan mencatat apa yang dilakukan. Dalam melaksanakan tindakan keperawatan, perawat mencatat tindakan keperawatan, perawat mencatat tindakan yang dilakukan serta respon klien.
i. Evaluasi
15 D. KEWASPADAAN UNIVERSAL
1. Pengertian
Kewaspadaan Universal atau “Universal Precaution” adalah salah satu dari dua sistem yang direkomendasikan oleh Central Desease Control (CDC) ketika merebaknya kasus AIDS di tahun 1980-an. Kewaspadaan universal erat kaitannya dengan upaya yang diperlukan oleh tim kesehatan ketika menangani hal yang berkaitan dengan darah dan beberapa cairan tubuh yang terinfeksi, dimana demi keselamatan tim kesehatan perlu dilakukan perlindungan dari mereka yang mempunyai HIV positif, Hepatitis B, Hepatitis C atau penyakit menular lainnya sesuai dengan proses penularannya (Yayasan Spritia, 2006).
2. Penerapan Kewaspadaan Universal
Penerapan dapat diartikan sebagai suatu praktek atau implementasi dari kegiatan yang dilakukan secara berkesinambungan melalui proses yang diketahui atu didapatkan seseorang dari lingkungannya (Sofiah, 206).
Terkait prinsip penerapan kewaspadaan universal, sangat dipengaruhi oleh perilaku petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan sehingga perlu dilakukan penekanan untuk perubahan perilaku dalam upaya pencegahan dan penularan penyakit, yakni meliputi pengetahuan, sikap, maupun tindakan.
3. Prinsip Kewaspadaan Universal
16 Sementara pada pasien sumber penularan penyakit dapat terjadi melalui peralatan yang terkontaminasi atau menerima darah atau produk darah yang mengandung virus.
4. Komponen-komponen Pelaksanaan Kewaspadaan Universal
Prinsip utama kewaspadaan universal bagi pelayanan kesehatan adalah menjaga hygiene sanitasi individu, hygiene sanitasi ruangan, dan sterilisasi peralatan. Ketiga prinsip tersebut dapat dijabarkan dalam lima kegiatan, yaitu :
1. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
Cuci tangan adalah proses membuang debu secara mekanis dari kulit kedua belah tangan dengan memaki sabun dan air. Sedangkan dalm kebersihan tangan secara bermakna mengurangi jumlah mikroorganisme penyebab penyakit pada kedua tangan dan lengan serta meminimalkan kontaminasi silang. Cuci tangan tidak hanya mengurangi penyebaran infeksi dari petugas kesehatan tetapi juga dari pengunjung rumah sakit (Linda Tiejen, 2004).
Ada 2 teknik cuci tangan yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan, yaitu :
a. Cuci tangan dasar atau rutin
Teknik cuci tangan dasar atau rutin yang selalu diterapkan yakni menurut Standar Operasional Prosedur (SOP) Rumah Sakit Dr. M. Djamil Padang yang ditetapkan Januari 2006.
b. Cuci tangan bedah (surgical handscrub)
Menurt Nancy, dalam mengendalikan infeksi di kamar bedah ada lima D yang mesti diterapkan yaitu, Design, Discpline, Devices, Defense Mechanism, dan Drugs (Tiejen, 2004)
17 3. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai guna mencegah transmisi
infeksi.
Proses pengelolaan alat kesehatan dilakukan melalui empat tahap kegiatan yaitu :
dekontaminasi pencucian alat
desinfeksi dan sterilisasi penyimpanan alat kesehatan
4. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukan
Untuk pengelolaan jarum suntik yang telah dipakai harus dibuang langsung ke dalam tabung yang tertutup, anti bocor sebelum dibawa ke tempat insenerator, tanpa menyentuh atu memanipulasi bagian tajamnya seperti dibengkokkan, dipatahkan, atau ditutup kembali. Jika jarum terpaksa ditutup kembali (recapping), gunakanlah cara penutupan jarum dengan satu tangan untuk mencegah jari tertusuk. Sediakan penempatan wadah tahan tusukan yang telah diberi tanda dengan jelas dan ditempatkan sedekat mungkin, dimana benda tersebut ditemukan (WHO, 2005).
Pemakaian alat tajam yang telah digunakan untuk sekali pakai langsung dibuang ke dalam kontainer khusus yang tidak mudah tembus sebelum dibawa ke insenerator (Ramdhan, 2008)
5. Pengelolaan limbah, sanitasi ruangan dan penanganan terhadap kecelakaan kerja (Yayasan Spiritia, 2006).
Limbah yang berasal dari rumah sakit/sarana kesehatan secara umum dibedakan atas :
a. limbah medis b. limbah berbahaya c. limbah rumah tangga Sanitasi ruangan rumah sakit
18 bekerja untuk mengurangi jumlah bakteri yang ada (Handoko, 2007)
Fungsi sanitasi di rumah sakit adalah melakukan pengendalian terhadap kontaminasi di rumah sakit, melaksanakan pengolahan limbah secara baik dan benar, mengawasi serta membantu menciptakan keadaan lingkungan yang nyaman, bersih, dan selalu menegakkan peraturan perundangan di bidang sanitasi dan lingkungan
Penanganan terhadap kecelakaan kerja
Kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak diduga dan tidak diharapkan atau tidak dilatarbelakangi oleh unsur kesengajaan dan direncanakan (Astono, 2007).
Pajanan darah atau cairan tubuh dapat terjadi secara parenteral melalui tusukan, luka, percikan darah atau cairan tubuh pada mukosa mata, hidung atau mulut dan percikan pad kulit yang tidak utuh, kejadian seperti ini harus dicegah dan keselamatan petugas harus diutamakan.
Proses yang semestinya dilakukan apabila kecelakaan kerja telah terjadi yaitu :
kejadian harus didokumentasikan dan dilaporkan pada atasan, kepada panitia keselamatan dan kesehatan kerja, dan panitia infeksi nosokomial secepatnya
pemberian imunisasi apabila tersedia, diberikan kepada semua staff yang beresiko mendapat perlukan karena benda tajam. Setelah terjadi kecelakaan dan harus diberi konseling (WHO, 2005).
5. Ketersediaan Fasilitas, Sarana, dan Prasarana dalam Kewaspadaan Universal
19 institusi pelayanan kesehatan atau rumah sakit harus memastikan bahwa semua pedoman dan kebijakan mereka cocok diterapkan di lokasi pelayanan, dan sarana atau fasilitas yang dimiliki untuk kewaspadaan universal serta ketersediaan alatnya telah mencukupi. Pada prinsipnya ketersediaan fasilitas dan sarana sangat berguna untuk memudahkan petugas kesehatan dalam mematuhi praktek pengendalian infeksi, kebijakan serta standar operasional prosedur di dalm melaksanakan kewaspadaan universal. Untuk pencapaian ini, maka diperlukan :
Pengadaan SDM yang terlatih dalam pengembangan pengetahuan Sarana kesehatan yang diperlukan seperti pengadaan sarana cuci
tangan, air mengalir, sarung tangan disposable, serta alat pelindung diri lainnya, jarum suntik sekali pakai, wadah benda tajam, tempat peralatan steril dan bersih, alat-alat untuk proses disenfeksi dan sterilisasi, bahan-bahan atau larutan untuk pencucian, alat pengelolaan limbah yang memerlukan konstrusi khusus, seperti insenerator atau pilihan lain dari insenerator, sarana sterilisasi, peningkatan sistem ventilasi, peralatan laboratorium, obat anti retroviral, dan termasuk alat-alat untuk memantau serta mengawasi proses ulang yang harus dilakukan, semua ini harus tersedia dengan cukup walau berada dalm lingkungan dengan sumber daya yang terbatas (WHO, 2005)
E. SISTEM MODEL ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL
Sistem model asuhan keperawatan profesional merupakan suatu kerangka kerja yang mendefenisikan standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan dan system model asuhan keperawatan profesional. Dimana keberhasilan suatu asuhan keperawatan pada klien sangat ditentukan oleh metode pemberian asuhan keperawatan profesional.
Dasar pertimbangan asuhan keperawatan (MAKP) adalah: a. Sesuai dengan visi dan misi Rumah Sakit
20 d. Terpenuhinya kepuasan klien, keluarga dan masyarakat
e. Kepuasan kinerja perawat
f. Terlaksananya komunikasi yang adekuat antar perawat dan tim kesehatan
1. Jenis Model Asuhan Keperawatan Profesional a. Model fungsional
Model fungsional bedasarkan orientasi tugas dari filosofi Keperawatan, dimana perawat melaksakan tugas (tindakan) tertentu berdasarkan jadwal kegiatan yang ada. Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat pengelolaan dalam Asuhan Kperawatan sebagai pilihan utama.
Penanggung jawab Model fungsional adalah perawat yang bertugas pada tindakan tertentu, misalnya dalam pemasangan infus, pemberian obat, dan lain-lain.
Kelebihan dari metode fungsional yaitu:
1. Menekankan efesiensi, pembagian tugas yang jelas dan pengawasan
2. Sangat baik untuk Rumah Sakit yang kekurangan tenaga
3. Perawat senior menyibukan diri dengan tugas manajerial, sedangkan pasien di serahkan kepada perawat yunior dan atau yang belum berpengalaman.
Kekurangan dari metode fungsional yaitu:
1. Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat 2. Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak menerapakan proses
keperawatan
3. Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan keterampilan saja.
b. Model Kasus
21 Setiap pasien ditugaskan kepada semua perawat yang melayani semua kebutuhannya pada saat dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus biasanya ditetapkan satu pasien satu perawat, umumnya dilaksanakan untuk perawat private untuk perawatan khusus seperti isolasi, intensive care. Penanggung jawab pada Model Kasus adalah Manajer Keperawatan.
Kelebihan dari metode kasus yaitu:
1. Perawat lebih memahami kasus per kasus
2. Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih mudah Kelemahan dari metode kasus yaitu:
1. Belum dapat di identifikasi perawat penanggung jawab
2. Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama
c. Model Tim
Model Tim berdasarkan pada kelompok filosofi keperawatan. Enam – tujuh perawat profesional dan perawat associate bekerja sebagai suatu tim, disupervisi oleh tim. Metode ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang berbeda-beda dalam memberikan Asuhan Keperawatan terhadap sekelompok pasien, perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/grup yang terdiri dari tenaga profesional, teknikal dan pembantu dalam satu grup kecil yang saling membantu.
Penanggung jawab dalam Model Tim ini adalah Ketua Tim. Kelebihan dari metode ini adalah:
1. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh 2. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan
22 Kelemahan dari metode ini adalah:
Komunikasi antar anggota tim terbentuk terutama dalam bentuk konferensi tim, yang biasanya membutuhkan waktu dimana sulit untuk melaksanakan pada waktu-waktu sibuk.
d. Model Primer
Model primer berdasarkan pada tindakan yang komprehensif dari filosofi Keperwatan. Perawat bertanggung jawab terhadap semua aspek Asuhan Keperawatan dari hasil pengkajian, kondisi pasien untuk mengkoordinir Asuhan Keperwatan, dimana ratio Perawat: Pasien 1: 4 / 1:5
Metode penugasan dimana satu orang perawat bertanggung jawab penuh selama 24 jam terhadap Asuhan Keperawanan pasien mulai dari pasien masuk sampai keluar rumah sakit.
Model primer mendorong praktek kemandirian perawat dan terdapat kejelasan antara si pembuat rencana Asuhan dan pelaksana. Metode primer ini ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan koordinasi Asuhan Keperawatan selama pasien dirawat. Penanggung jawab pada model primer ini adalah Perawat primer.
Kelebihan dan sistem model primer adalah:
1. Bersifat kontinuitas dan komprehensif
2. Perawat primer mendapatkan akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan memungkinkan pengembangan diri.
3. Keuntungan terhadap pasien, perawat, dokter dan Rumah Sakit misalnya pasien merasa dimanusiakan karena terpenuhinya kebutuhan secara individu.
Kelemahan dan sistem model primer adalah:
23 kemampuan mengambil keputusan yang tepat menguasai keperawatan klinik dan mampu bekolaborasi dengan berbagai disiplin.
e. Model Modular
Model modular adalah suatu variasi dari metode keperawatan primer. Metode ini sama dengan model keperawatan tim karena baik perawat profesional maupun non profesional bekerja bersama dalam memberikan asuhan keperawatan dibawah kepemimpinan seorang perawat profesional. Disamping itu, dikatakan memiliki kesamaan dengan metode keperawatan primer karena dua atau tiga orang perawat bertanggung jawab atas sekelompok kecil pasien sejak masuk dalam perawatan hingga pulang bahkan sampai dengan waktu follow up care.
Sekalipun didalam memberikan asuhan keperawatan dengan menggunakan metode ini dilakukan oleh dua hingga tiga orang perawat, tanggung jawab yang paling besar tetap ada pada perawat profesional. Perawat profesional juga memiliki kewajiban untuk membimbing dan melatih non profesional. Apabila perawat profesional sebagi ketua tim dalam keperawatan modular ini tidak masuk, tugas dan tanggung jawab dapat digantikan oleh perawat profesional lainnya yang berperan sebagai ketua tim.
Peran perawat kepala ruang (nurse unit manager) diarahkan dalam hal membuat jadwal dinas dengan mempetimbangkan kecocokan anggota untuk bekerja sama dan berperan sebagai fasilitator, pembimbing serta motivator.
2. Fungsi Manajerial a. Kepala Ruangan
24 pelayanan keperawatan serta tata laksana personalia pada suatu ruangan atau bangsal Rumah Sakit.
Tanggung jawab Kepala Rungan: a. Perencanaan
Menunjukan ketua tim akan bertugas diruangan masing-masing
Mengikuti serah terima pasien di shift sebelumnya
Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien, gawat, transisi dan persiapan pulang bersama ketua tim
Mengidentifikasi strategi pelaksanaan keperawatan
Mengikuti visite dokter, untuk mengetahui kondisi, patofisiologi, tindakan medis, yang dilakukan. Program pengobatan dan mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan yang akan dilakukan terhadap pasien
Mengatur dan mengendalikan Asuhan Keperawatan Membimbing pelaksanaan Asuhan Keperawatan
Membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai Asuhan Keperawatan
Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah
Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang baru masuk
Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri Membantu membimbing terhadap pesrta didik keperawatan Menjaga terwujudnya visi dan misi Keperawatan dan rumah
sakit
b. Pengorganisasian
1) Merumuskan metode penugasan yang digunakan 2) Merumuskan tujuan metode penugasan
3) Membuat rincian ketua tim Anggota tim secara jelas
25 5) Mengatur dan mengendalikan tenaga Keperawatan membuat
proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari dll 6) Mengatur dan mengendalikan logistik ruangan 7) Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktek
8) Mendelegasikan tugas saat kepala ruangan tidak berada ditempat kepada ketua tim
9) Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi pasien
10) Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya 11) Identifikasi masalah dan cara penanganan
Pengarahan
Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim
Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas dengan baik
Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan, keterampilan dan sikap
Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan dengan Askep Pasien
Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan
dalam melaksanakan tugasnya
Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain Pengawasan
Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua tim maupun pelaksana mengenai Asuhan Keperawatan yang diberikan kepada pasien
26 Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan rencana keperawatan yang sudah disusun bersama ketua tim
27 b. Ketua Tim
Ketua Tim merupakan perawat yang memiliki tanggung jawab dalam perencenaan, kelancaran dan evaluasi dari askep untuk semua pasien yang di lakukan oleh Tim di bawah tanggung jawabnya (Nursalam 2003)
Tanggung Jawab ketua Tim: 1. Membuat perencanaan
2. Membuat penugasan, supervisi dan evaluasi
3. Mengenal / mengetahui kondisi pasien dan pendapat menilai tingkat kebutuhan pasien
4. Mengembangkan kemampuan anggota 5. Menyelenggarakan konference
c. Perawat Pelaksana
Perawat pelaksanaan adalah merupakan seorang tenaga keperawatan yang diberi wewenang untuk melaksanakan pelayanan/ Asuhan keperawatan di ruang rawat
Tanggung jawab perawat pelaksana
Dalam melaksanakan tugasanya perawat pelaksan diruang rawat bertanggung jawab kepada kepala ruangan / kepala instalasi terhadap hal-hal sebagai berikut:
1) Kebenaran dan ketepatan dalam mendokumentasikan pelaksanaan Asuhan keperawatan/kegiatan lainnya yang dilakukan
2) Kebenaran dan ketepatan dalam mendokumentasikan pelaksanaan Asuhan Keperawatan atau kegiatan lain yang dilakukan.
Wewenang Perawat Pelaksana
Dalam melaksanakan tugasnya, perawat pelaksana diruang rawat mempunyai wewenang sebagai berikut
1) Meminta informasi dan petunjuk kepada Ka tim mengenai Asuhan keperawatan
28 Uraian tugas perawat pelaksana
1) Memelihara keberhasilan ruang rawat dan lingkungan
2) Menerima pasien baru sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku 3) Memelihara keperawatan dan medis agar selalu dalam keadaan siap 4) Melakukan pengkajian keperawatan dan menentukan diagnosa sesuai
batas kewenangan
5) Menyusun rencana keperawatan sesuai dengan kemampuannya 6) Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien sesuai kebutuhan dan
batas kemampuanya antara lain :
Melaksanakan tindakan pengobatan sesuai program pengobatan Memberikan penyuluhan kesehatan kepada pasien dan keluarganya
mengenai penyakitnya
7) Melatih / membantu pasien untuk melakukan latihan gerak
8) Melaksanakan evaluasi tindakan, keperawatan sesuai batas kemampuannya
9) Mengobservasi kondisi pasien selanjutnya melakukan tindakan yang tepat berdasarkan hasil observasi sesuai batas kemampuannya
10) Berperan serta dengan anggota tim kesehatan dalam membahas kasus dan upaya meningkatkan mutu Asuhan Keperawatan