i
ABSTRAK
Analisis Yuridis terhadap Kebijakan Hambatan Kuantitatif dalam
General
Agreement on Tariff and Trade
(GATT) dan Undang-Undang Nomor 7 Tahun
2014 tentang Perdagangan
Amalia Wiliani
∗Budiman Ginting
**Mahmul Siregar
***Konsekuensi penting dari keanggotaan Indonesia dalam suatu organisasi dunia seperti World Trade Organization (WTO) yang memuat beberapa perjanjian yang salah satunya adalah Ketentuan Umum tentang Tarif dan Perdagangan (GATT) yang diratifikasi melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 pada tanggal 2 November 1994 mewajibkan Indonesia berhati-hati dalam memberlakukan peraturan ekonomi sebab Indonesia terikat oleh ketentuan-ketentuan dalam perjanjian tersebut. Salah satu prinsip dalam GATT/WTO tersebut adalah larangan terhadap kebijakan hambatan kuantitatif yang merupakan hambatan dalam perdagangan yang harus ditaati Indonesia dalam regulasi perdagangan yakni pada Undang-Undang Perdagangan Nomor 7 Tahun 2014.
Permasalahan yang timbul kemudian adalah bagaimana pengaturan perdagangan internasional dan pengaturan larangan hambatan kuantitatif dalam kerangka GATT/WTO serta bagaimana kebijakan hambatan kuantitatif dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan.
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum normatif yang dilakukan dengan meneliti bahan pustaka. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari berbagai literatur dan peraturan terkaitkemudian dianalisis dengan metode kualitatif.
Hambatan perdagangan dibagi kedalam dua jenis yakni hambatan tarif dan non-tarif yang mana hambatan kuantitatif dalam persetujuan GATT/WTO merupakan hambatan perdagangan yang bukan merupakan tarif bea masuk. Hambatan kuantitatif diterapkan melalui larangan dan pembatasan proteksi terhadap produk domestik melalui pembatasan kuantitatif seperti pengenaan kuota impor dan ekspor, pembatasan lisensi impor atau ekspor, pembatasan ekspor sukarela yang hal ini diatur dalam Article IX GATT 1947. Dikecualikan dari prinsip penghapusan hambatan kuantitatif dalam ketentuan GATT/WTO adalah dengan alasan negara yang mengalami kesulitan neraca pembayaran, industri domestik negara pengimpor mengalami kerugian yang serius akibat meningkatnya impor produk. Pun kebijakan hambatan kuantitatif dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan yakni terdapat dalam Pasal 50 Undang-Undang Perdagangan bersesuaian dengan GATT/WTO yang mana adanya pemberlakuan kebijakan pembatasan kuantitatif harus berdasarkan kondisi tertentu yang mana kebijakan ini termasuk bagian daripada bentuk pengendalian perdagangan luar negeri.
Kata Kunci: Perdagangan Internasional, Hambatan Kuantitatif.
∗
Mahasiswa Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. **
Pembimbing I, Staf Pengajar Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.
***
Pembimbing II, Staf Pengajar Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.