• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Yuridis Terhadap Perjanjian Kerjasama Perusahaan Pengangkutan Darat Dengan Perusahaan Pabrik Kelapa Sawit (Study Pengangkutan CPO di Bagan Batu)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Yuridis Terhadap Perjanjian Kerjasama Perusahaan Pengangkutan Darat Dengan Perusahaan Pabrik Kelapa Sawit (Study Pengangkutan CPO di Bagan Batu)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan manusia, pengangkutan memiliki peranan yang sangat penting.

Demikian juga halnya dalam dunia perdagangan, bahkan pengangkutan memegang

peranan yang mutlak, sebab tanpa pengangkutan perusahaan akan mengalami kesulitan

untuk dapat berjalan. Nilai suatu barang tidak hanya tergantung dari barang itu sendiri,

tetapi juga tergantung pada tempat dimana barang itu berada, sehingga dengan

pengangkutan nilai suatu barang akan meningkat.

Pembangunan sistem transportasi diarahkan pada peningkatan peranannya

sebagai urat nadi kehidupan ekonomi, sosial budaya politik dan pertahanan keamanan

antara lain dengan meningkatkan sarana dan prasarana transportasi serta penyempurnaan

pengaturannya yang selalu didasarkan pada kepentingan nasional. Pembangunan sistem

transportasi darat, laut dan udara termasuk manajemennya dilaksanakan secara

menyeluruh dan terpadu dengan memanfaatkan penguasaan ilmu pengetahuan dan

teknologi.

Dengan adanya barang-barang dan penumpang yang memerlukan angkutan, maka

tidak sedikit terdapat pengusaha-pengusaha ataupun perusahaan-perusahaan yang

membutuhkan bentuk jasa angkutan di dalam ketiga bidang jalur tranportasi yaitu

transportasi darat, laut dan udara, dimana kita ketahui untuk melakukan pengangkutan

orang atau barang ada izin misalnya untuk pengangkutan penumpang harus memiliki

karcis dan di dalam pengangkutan barang untuk melakukan suatu hubungan kerja

biasanya digunakan perjanjian baik itu tertulis maupun tidak tertulis, hal ini dikenal

dengan perjanjian pengangkutan.

Perjanjian merupakan suatu perbuatan yaitu perbuatan hukum, perbuatan yang

mempunyai akibat hukum. Perjanjian menimbulkan hak dan kewajiban. Pengertian

perjanjian kerjasama dapat kita lihat dalam Pasal 1313 KUHPerdata yaitu suatu perbuatan

dengan mana satu pihak atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih.

Perjanjian pengangkutan ini merupakan perjanjian consensuil (timbal balik) dimana pihak

pengangkut mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dari suatu

tempat ke tempat tujuan tertentu dan pengirim barang membayar biaya atau ongkos

(2)

Sebagai makhluk sosial, tentunya setiap orang akan saling berinteraksi satu

dengan yang lain. Bisa dikatakan bahwa manusia hidup saling bergantung dengan

manusia yang lain. Salah satu wujud interaksi manusia adalah dengan berupaya membuat

ikatan-ikatan satu dengan yang lain, yang berupa perjanjian. Mereka dalam melakukan

aktivitasnya saling bekerja sama dan saling membutuhkan baik dalam hal kehidupan

sosial, budaya bisnis dan lain sebagainya.

Sahnya suatu perjanjian itu sendiri tercantum dalam Pasal 1320 KUHPerdata

yaitu :

1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya

2. Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian

3. Suatu hal tertentu

4. Suatu sebab yang halal

Asas konsensualitas terkandung dalam Pasal 1320 ayat 1 KUHPerdata yang

mengharuskan adanya kata sepakat di antara para pihak yang membuat kontrak. Terhadap

pengangkutan di dalam kedudukannya sebagai pengatur hubungan antar anggota

masyarakat mengarahkan pada suatu perjanjian antara orang atau pihak yang mengangkut

barang atau orang dengan pihak pengirim atau yang menyuruh mengangkut barang.

Mengenai pengaturan dalam KUHPerdata diatur mengenai berbagai persetujuan tertentu,

seperti jual beli, sewa menyewa, tukar menukar barang, pemberian kuasa, perjanjian

borongan kerja dan lain lain.

Dan selain itu juga perbuatan perjanjian pengangkutan menurut sistem hukum

Indonesia tidak disyaratkan harus tertulis, cukup dengan lisan asal ada persetujuan

kehendak atau konsensius. Di dalam penuangan perjanjian tersebut tidak mutlak harus

tertulis dengan lisan pun bisa namun dengan syarat adanya persetujuan kehendak atau

konsensius.

Menurut Wiryono Prodjodikoro,2

Kerjasama adalah Perbuatan bantu membantu atau yang dilakukan bersama-sama. perjanjian adalah :

“Suatu perhubungan hukum mengenai benda antara dua pihak dalam mana salah satu

pihak berjanji untuk melakukan suatu hal, sedangkan pihak lain berhak menuntut

pelaksanaan janji.”

3

Menurut Utrecht,4

2Wiryono Prodjodikoro, Azas-azas Hukum Perjanjian, Alumni Bandung, 1997 hal 6

3

Subekti, Hukum Perjanjian, PT. Internusa, Jakarta 1999, hal 1

Hukum Perdata bertujuan menjamin adanya kepastian dalam

(3)

tetapi juga menjamin adanya kepastian hukum dalam hubungan seseorang dengan

pemerintahannya.

Pengangkutan menurut HMN Purwosutjipto,5

Asas proporsionalitas dalam kontrak diartikan sebagai asas yang mendasari

pertukaran hak dan kewajiban para pihak sesuai proporsi atau bagiannya.

Proporsionalitas pembagian hak dan kewajiban ini yang diwujudkan dalam seluruh

proses hubungan kontraktual, baik pada fase prakontraktual, pembentukan kontrak

maupun pelaksanaan kontrak. Asas proporsionalitas tidak mempermasalahkan

keseimbangan (kesamaan) hasil, namun lebih menekankan proporsi pembagian hak dan

kewajiban di antara para pihak.

adalah :

“Perjanjian timbal balik antara pengangkut dengan pengirim, dimana pengangkut

mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan atau orang dari

suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan pengirim mengikatkan

diri untuk membayar uang angkutan.”

6

Setiap kontrak mengikat para pihak yang membuatnya jika sudah tercapai sepakat

mengenai prestasi atau hal pokok dari kontrak tersebut. Kata sepakat yang dimaksud oleh

hukum cukup lisan saja, tidak perlu diformulasikan secara formal, karena bagi hukum

yang terpenting adalah apa yang diucapkan secara lisan oleh orang, menunjukkan bahwa

orang itu bernilai baik dan bertanggung jawab terhadap apa yang telah diucapkannya

secara lisan. Namun, jika yang terjadi sebaliknya, maka orang yang mengucapkan secara

lisan itu bernilai tidak baik dan tidak bertanggung jawab, karena tidak konsisten atau

mengingkari apa yang telah diucapkannya secara lisan. Meskipun demikian, kata sepakat

yang diucapkan secara lisan itu tidak memberi jaminan, dalam arti sulit untuk dibuktikan,

karena tidak ada bukti tertulis apalagi jika tidak ada saksi, atau kalaupun ada saksi, tetapi

saksinya hanya 1 orang saja, sehingga tidak bernilai sebagai saksi. Oleh karena itu dalam

memberikan jaminan perlindungan, dan kepastian hukum terhadap hak dan kewajiban

hukum kontraktual yang disepakati secara lisan, maka para pihak tidak hanya bersandar

pada asas konsensualitas semata, tetapi juga menggunakan instrumen pengamanan

hukum berupa kontrak dalam bentuk tertulis, bahkan dalam bentuk akta otentik, dengan

4

Utrecht, Pengantar pokok hukum dagang, buku 3, cetakan IX Hukum Pengangkutan penerbitan Djambatan, Jakarta 1997, hal 20

5

H.M.N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia. Buku 3 Hukum Pengangkutan, Penerbit Djambatan, 2003, hal 2

6

(4)

menghadirkan 2 orang saksi yang menyaksikan saat terjadinya kesepakatan secara

tertulis dalam kontrak tersebut.

Asas konsensualitas adalah “ruh” dari suatu kontrak yang tersimpul dari

kesepakatan para pihak. Namun demikian pada situasi tertentu terdapat kontrak yang

tidak mencerminkan wujud kesepakatan yang sesungguhnya disebabkan adanya cacat

kehendak karena kesesatan, penipuan atau paksaan yang mempengaruhi timbulnya

kontrak. Jadi asas konsensualitas yang terkandung dalam Pasal 1320 ayat 1 KUHPerdata

yang menentukan bahwa kontrak itu telah lahir cukup dengan adanya kata sepakat, tidak

seharusnya ditafsirkan secara gramatikal semata-mata melainkan harus ditafsirkan juga

dalam hubungannya dengan syarat-syarat lainnya yang ditentukan dalam Pasal 1320

KUHPerdata. Jika syarat-syarat lainnya dalam Pasal 1320 KUHPerdata tersebut tidak

terpenuhi akibat hukumnya adalah kontrak itu tidak sah dan tidak mempunyai kekuatan

mengikat sebagai undang-undang.7

Suatu kehendak yang telah dinyatakan dan diungkap dalam bentuk suatu janji,

bertujuan baik menciptakan keterikatan maupun akibat hukum. Janji tidak muncul karena

telah dinyatakan, tetapi karena dikehendaki. Benar bahwa janji adalah ungkapan dari

kehendak yang dapat dinyatakan secara lisan, yang mencakup pula kewenangan untuk

mewujudkan janji tersebut. Kekuatan mengikat suatu janji tidak ditemukan dalam akibat

yang ditimbulkan, tetapi dalam makna yang terkandung dalam janji itu sendiri.

Asas kebebasan membuat kontrak sebagaimana terkandung dalam Pasal 1338

ayat 1 KUHPerdata hendaknya ditafsirkan dalam kerangka berpikir hukum yang

meletakkan kedudukan, hak, dan kewajiban para pihak dalam kontrak secara seimbang.

Secara filosofis, asas keseimbangan ini mereduksi ketidakseimbangan, ketidakadilan,

dan ketimpangan kedudukan, hak dan kewajiban para pihak dalam kontrak, sehingga

dapat mengeliminasi potensi terjadi “eksploitasi manusia terhadap manusia lainnya.”

Dalam hukum perdata juga dikenal istilah kontrak lisan. Kontrak lisan adalah

suatu kontrak yang dibuat oleh para pihak secara lisan, tidak secara tertulis dalam akta

dibawah tangan maupun akta otentik. Dalam kontrak lisan, terkandung suatu janji yang

mengungkapkan kehendak yang dinyatakan dan dianggap sebagai elemen konstitutif dari

kekuatan mengikat kontrak. Namun demikian, adanya suatu janji bertimbal balik tidak

serta merta membentuk kontrak. Kontrak baru terbentuk jika ada perjumpaan atau

persesuaian antara janji-janji yang ditujukan satu pihak terhadap pihak lainnya.

7

(5)

Suatu janji secara lisan, berarti penyerahan dari “apa yang dikehendaki dan

diminta oleh pihak yang menawarkan kepada pihak yang menerima”. Legitimasi suatu

janji ditemukan dengan cara memandang janji sebagai kewenangan bertindak para pihak.

Para pihak berjanji secara lisan akan melakukan sesuatu, dalam perkataan dan perbuatan,

karena para pihak memang berkemampuan, tidak saja dalam arti materiil, tetapi juga

spiritual. Janji meskipun diungkapkan secara lisan dan dinyatakan dalam perkataan dan

perbuatan adalah faktor potensial, titik taut dari apa yang sebenarnya dikehendaki oleh

para pihak dalam rangka menegaskan hubungan hukum kontraktual tertentu.

Hukum membolehkan para pihak membuat kontrak secara lisan. Namun dalam

perkembangan praktik hukum modern saat ini, suatu kontrak yang dibuat secara lisan

tidak dapat dipertahankan lagi dalam kaitannya dengan kepentingan pembuktian,

sehingga kontrak harus dibuat secara tertulis dalam bentuk akta di bawah tangan atau

akta otentik yang digunakan sebagai alat pembuktian.8

8

Ibid hal 137

Kontrak atau perjanjian berkembang pesat saat ini sebagai konsekuensi logis dari

berkembangnya kerjasama bisnis antar pelaku bisnis. Banyak kerjasama bisnis dilakukan

oleh pelaku bisnis dalam bentuk kontrak atau perjanjian tertulis. Bahkan, dalam praktik

bisnis telah berkembang pemahaman bahwa kerjasama bisnis harus diadakan dalam

bentuk tertulis. Kontrak atau perjanjian tertulis adalah dasar bagi para pihak untuk

melakukan penuntutan jika ada satu pihak tidak melaksanakan apa yang dijanjikan dalam

kontrak atau perjanjian. Sebenarnya, secara yuridis, selain kontrak yang dibuat secara

tertulis, para pihak atau pelaku bisnis juga dapat membuat kontrak secara lisan. Namun,

kontrak yang dibuat secara lisan ini mengandung risiko yang sangat tinggi, karena akan

mengalami kesulitan dalam pembuktian jika terjadi sengketa hukum kontrak.

Aktivitas bisnis pada dasarnya senantiasa didasari aspek hukum bisnis terkait,

yang diibaratkan sebagai suatu pesawat udara yang hanya akan dapat terbang dan melaju

di udara menuju ke daerah tujuannya jika didukung oleh menara kontrolnya baik di

daerah keberangkatannya maupun daerah kedatangannya. Oleh karena itu, agar output

dari suatu aktivitas bisnis berupa keuntungan yang menjadi maksud dan tujuan aktivitas

bisnis dapat diperoleh para pelaku bisnis, maka proses yang mendukung aktivitas bisnis

tersebut perlu memperhatikan aspek hukum kontraktual yang mendasari dan merangkai

(6)

Pelaku bisnis sering kali menyesal ketika suatu kontrak yang dibuatnya

bermasalah. Padahal, persoalan hukum tersebut timbul karena ketidakhati-hatian pelaku

bisnis ketika menyetujui kontrak tersebut. Umumnya, kesadaran hukum baru terbangun

ketika kontrak bermasalah. Padahal, pemahaman isi kontrak saat kontrak tersebut

dirancang merupakan suatu keharusan, bukan setelah kontrak yang disepakati tersebut

bermasalah. Selain itu, berbicara tentang kontrak tidak terlepas dari ilmu hukum kontrak.

Namun demikian, banyak orang menganggap bahwa kontrak untuk bisnis adalah

persoalan bisnis semata dan tidak ada hubungannya dengan ilmu hukum. Akibatnya,

perancangan kontraknya seringkali cukup dilakukan dengan hanya copy dan paste saja,

sedangkan penyempurnaannya didasarkan atas mitos-mitos yang muncul dari rangkaian

rumors tentang kontrak itu sendiri dalam praktik bisnis sehari-hari. Dengan kalimat lain,

banyak pelaku bisnis menganggap bahwa membicarakan hukum ketika berbisnis,

dianggap merupakan langkah yang hanya akan memperlambat aktivitas gerak bisnis itu

sendiri, mengingat semuanya akan cenderung menjadi serba hati-hati.

Suatu kontrak, menurut Erman Radjagukguk, pada dasarnya adalah suatu

dokumen tertulis yang memuat keinginan para pihak untuk mencapai tujuan

komersialnya, dan bagaimana pihaknya diuntungkan, dilindungi atau dibatasi tanggung

jawabnya dalam mencapai tujuan tersebut. Di negara berkembang, terutama di Asia yang

lebih mendasarkan hubungan bisnis atas dasar kepercayaan, bentuk kontrak tertulis yang

terperinci sebagai refleksi dari keinginan komersial mereka adalah suatu hal yang baru

dan merupakan suatu proses perubahan budaya. Hubungan mereka dengan pelaku-pelaku

bisnis dari negara-negara maju di Eropa dan Amerika Serikat mengharuskan mereka

untuk mengambil sikap yang sama dengan pelaku-pelaku bisnis dari negara-negara maju,

yaitu melindungi kepentingannya dalam bentuk kontrak tertulis yang terperinci.

Kontrak sebagai instrumen hukum untuk memfasilitasi pertukaran hak dan

kewajiban diharapkan dapat berlangsung secara adil, pasti dan efisien, sesuai dengan

kesepakatan para pihak yang membuat kontrak. Aturan main pertukaran ini menjadi

otoritas para pihak, kecuali dalam batas-batas tertentu timbul intervensi, baik dari

undang-undang yang bersifat memaksa maupun dari lembaga hukum tertentu. Namun,

intervensi ini sifatnya lebih ditujukan untuk menjaga proses hukum pertukaran hak dan

kewajiban berlangsung secara adil, pasti, dan efisien.9

9

(7)

Pengangkutan merupakan salah satu bidang kegiatan yang sangat penting dalam

kehidupan manusia, karena pengangkutan ini mencakup bidang yang luas. Pengangkutan

tumbuh dan berkembang sejalan dengan majunya tingkat budaya dan kehidupan

masyarakat. Karena itulah pengangkutan semakin memegang peranan penting terutama

dalam hubungan perdagangan dewasa ini yang semakin meningkat, dimana dalam

bidang perdagangan ini, pengangkutan sangat berperan dalam rangka meningkatkan dan

memperlancar arus angkutan barang dan lalu lintas penumpang yang terselenggara

melalui darat, laut maupun udara.

Pada pengangkutan darat, sebagai alat angkut dewasa ini yang digunakan

masyarakat antara lain adalah kenderaan bermotor yang berupa truk dan bus yaitu pada

angkutan darat di jalan raya. Buku I Bab V bagian II Pasal 91 KUHD menyatakan bahwa

pengangkut dan juragan harus menanggung segala kerusakan yang terjadi pada

barang-barang dagangan dan lainnya. Pengangkut disini bertanggung jawab kepada pengirim

atas semua barang yang dikirimnya, yang dalam hal ini adalah majikan, sehingga supir

tidak bertanggung jawab secara langsung terhadap atau kepada pengirim.

Namun di suatu daerah yang bernama Bagan Batu, terdapat satu perusahaan

pengangkutan darat yang melakukan kerjasama dengan perusahaan pabrik kelapa sawit,

sehingga timbul pertanyaan bagaimana bentuk perjanjian antara pengangkutan darat

tersebut dengan perusahaan pabrik kelapa sawit serta bagaimana perihal pelaksanaan

pengangkutannya. Bagaimana pula mengenai tanggung jawab yang dibebani kepada

perusahaan pengangkutan darat dan perusahaan pabrik kelapa sawit serta perihal

pemberian ganti rugi atas terjadinya kerugian atau kehilangan barang oleh perusahaan

pengangkutan. Hal inilah yang menjadi latar belakang dari penulisan skripsi yang diberi

judul “ Tinjauan Yuridis terhadap Perjanjian Kerjasama Perusahaan Pengangkutan Darat

dengan Perusahaan Pabrik Kelapa Sawit”.

B. Permasalahan

1. Bagaimana bentuk perjanjian kerjasama antara perusahaan pengangkutan darat

dengan perusahaan pabrik kelapa sawit di daerah Bagan Batu ?

2. Bagaimana pelaksanaan perjanjian kerjasama di bidang pengangkutan perusahaan

serta hubungan antara peraturan perusahaan dengan perjanjian kerja dan Standard

(8)

3. Bagaimana mengenai tanggung jawab yang dibebani kepada perusahaan

pengangkutan darat dan perusahaan pabrik kelapa sawit serta perihal pemberian ganti

rugi atas terjadinya kerugian atau kehilangan barang oleh perusahaan pengangkutan?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui bentuk perjanjian kerjasama antara perusahaan pengangkutan darat

dengan perusahaan pabrik kelapa sawit di daerah Bagan Batu

2. Untuk mengetahui bentuk pengawasan pelaksanaan perjanjian kerjasama di bidang

pengangkutan terhadap perusahaan serta hubungan antara peraturan perusahaan

dengan perjanjian kerja dan Standard Operating Procedure (SOP)

3. Untuk mengetahui mengenai tanggung jawab yang dibebani kepada perusahaan

pengangkutan darat dan perusahaan pabrik kelapa sawit serta perihal pemberian ganti

rugi atas terjadinya kerugian atau kehilangan barang oleh perusahaan pengangkutan

D. Manfaat Penulisan

a. Manfaat Teoritis

Diharapkan agar kiranya hasil dari penelitian ini dapat menyumbangkan

pemikiran di bidang hukum, khususnya dalam disiplin ilmu hukum perdata mengenai

perjanjian kerjasama perusahaan pengangkutan darat dengan perusahaan pabrik kelapa

sawit.

b. Manfaat Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi

seluruh perusahaan pengangkutan darat, perusahaan pabrik kelapa sawit atau mitra kerja

lainnya agar mengetahui aturan hukum yang sebaiknya dibuat pada saat akan saling

mengikatkan diri terhadap suatu perjanjian kerjasama.

E. Metode Penelitian

Skripsi ini bersifat deskriptif dengan pendekatan yuridis empiris yaitu melihat

secara langsung perjanjian kerjasama perusahaan pengangkutan darat dengan perusahaan

pabrik kelapa sawit, data yang diperoleh yaitu data primer dan data sekunder yang

berhubungan dengan pembahasan skripsi ini :

(9)

Metode ini dilakukan dengan penelitian atas literatur-literatur, berupa buku-buku

hukum, jurnal serta sumber-sumber bacaan lainnya yang berkaitan dengan skripsi

penulis.

2. Penelitian Lapangan

Penelitian ini dilakukan dengan cara observasi dan pengumpulan data di lapangan

untuk mengetahui perjanjian dan mengetahui pelaksanaan pengangkutan yang

dilakukan oleh perusahaan pengangkutan darat dengan pabrik kelapa sawit, dan

juga mengetahui pelaksanaan tanggung jawab yang dilakukan para pihak.

F. Keaslian Penulisan

Proses penulisan skripsi yang berjudul “Tinjauan Yuridis Terhadap Perjanjian

Kerjasama Perusahaan Pengangkutan Darat Dengan Perusahaan Pabrik Kelapa Sawit

(Study Pengangkutan CPO di Bagan Batu)” ini, sejauh pengamatan dan pengetahuan

penulis tentang materi yang diangkat pada skripsi ini, belum ada penulis lain yang telah

dilakukan penelusuran di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Apabila di kemudian hari ada judul yang sama sebelum penulisan ini, saya bertanggung

jawab sepenuhnya.

G. Sistematika Penulisan

Untuk lebih memahami dan lebih mudah menelaah pokok bahasan dalam skripsi

ini, maka penulis menyusun tulisan ini secara sistematis. Keseluruhan sistematis ini

berupa satu kesatuan yang saling berhubungan antara yang satu dengan yang lain, dimana

di dalamnya terdiri dari lima (5) bab dan masing-masing bab dibagi lagi atas beberapa sub

bab yaitu :

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang, permasalahan, tujuan

penulisan, manfaat penulisan, metode penelitian, keaslian penulisan, dan sistematika

penulisan.

(10)

Dalam bab ini membahas tentang pengertian perjanjian dan jenis-jenis perjanjian,

asas-asas perjanjian beserta dasar hukum, perjanjian kerjasama, akibat hukum yang

timbul dari perjanjian.

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN

Dalam bab ini memuat pengertian pengangkutan dan jenis-jenis pengangkutan,

hubungan antara peraturan perusahaan dengan perjanjian kerja dan standard operating

procedure (SOP), pelaksanaan perjanjian kerjasama di bidang pengangkutan terhadap

perusahaan, prinsip-prinsip tanggung jawab di bidang pengangkuta menurut hukum.

BAB IV TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA

PERUSAHAAN PENGANGKUTAN DARAT DENGAN PABRIK KELAPA SAWIT

Dalam bab ini membahas tentang bentuk perjanjian pengangkutan darat dengan

perusahaan pabrik kelapa sawit, pelaksanaan pengangkutan menurut perjanjian antara

perusahaan pengangkutan darat dengan pabrik kelapa sawit, tanggung jawab para pihak,

pemberian ganti rugi atas kerugian atau kehilangan barang oleh perusahaan

pengangkutan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Referensi

Dokumen terkait

Perencanaan tugas akhir terapan pada Bangunan Laboraturium Universitas Islam Negeri Sunan Ampel dihitung sesuai peraturan SNI Beton 2847-2013 dan peraturan SNI Gempa

Setelah memerhatikan contoh slogan dan poster di atas, dapat disimpulkan bahwa slogan dan poster merupakan bentuk penyampaian informasi atau pemberitahuan yang berupa kalimat

[r]

Kelompok III : Aplikasi dengan kombinasi gel CPP-ACP dan gel ekstrak buah belimbing wuluh.. Kelompok I

- Siswa menerima tugas dari guru, yaitu menulis puisi bebas sesuai dengan tema yang ditentukan.b. - Guru beserta siswa mengakhiri kegiatan belajar

Artinya kualitas kesehatan masyarakat Jawa Tengah dari tahun 2011 hingga 2015 secara umum tergolong baik, namun hal ini masih bertentangan dengan tingkat kemiskinan di

Tidak menggerutu seperti kakanya, selanjutnya Yesus pun mengampuni Pembunuhan dalam, Lukas 22 : 32-43 Ampunilah mereka sebab mereka tidak mengetahui, apa yang telah

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEVELS OF INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SCIENTIFIC REASONING PADA MATERI TERMOKIMIA1. Universitas Pendidikan Indonesia| repository.upi.edu