Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia III (SN-KPK III)……….. 428
MAKALAH PENDAMPING
KIMIA ANORGANIK
(Kode : D-07)
ISBN : 978-979-1533-85-0
ADSORPSI-DESORPSI Au(III) DALAM LARUTAN MULTILOGAM Au/Ni/Ag PADA
HIBRIDA AMINO-SILIKA DENGAN SISTEM KOLOM
Julita B. Manuhutu 1,2, Nuryono3, Sri Juari Santosa31
Mahasiswa Program Studi S2 Ilmu Kimia, FMIPA, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
2
Jurusan Pendidikan MIPA, FKIP, Universitas Pattimura, Ambon
3
Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
* Keperluan korespondensi, tel/fax : +6285243870047, email: [email protected]
Abstrak
Dalam penelitian ini telah dilakukan adsorpsi-desorpsi logam Au(III) dalam larutan multilogam Au/Ni/Ag pada hibrida amino silika (HAS) dengan teknik kolom ekstraksi fasa padat (solid phase extraction). HAS disintesis melalui proses sol-gel dengan menggunakan prekursor larutan natrium silikat (Na2SiO3) yang diperoleh dari abu sekam padi. HAS dibuat
dengan cara menambahkan larutan HCl 3M pada campuran senyawa (3-aminopropil)-trimetoksisilan dan larutan Na2SiO3 hingga pH 7 (netral). Karakterisasi HAS dilakukan dengan menggunakan spektrometer inframerah (FTIR) dan
difraktometer sinar-X (XRD). Adsorpsi logam Au(III) dilakukan dengan melewatkan 30 mL larutan campuran ion logam 10 mg/L dalam kolom SPE dan dilanjutkan dengan desorpsi menggunakan eluen 30 mL larutan tiourea dalam HCl 0,1 M. Jumlah ion logam yang teradsorpsi dan terdesorpsi dihitung berdasarkan hasil analisis eluat menggunakan spektrometer serapan atom (SSA). Hasil karakterisasi FTIR mengindikasikan keberhasilan sintesis HAS dengan munculnya serapan gugus karakteristik seperti gugus amin (-NH), silanol (Si-OH) dan siloksan (Si-O-Si). Dari data XRD diketahui bahwa HAS hasil sintesis mempunyai struktur amorf. Kajian adsorpsi Au(III) dengan teknik kolom SPE menunjukkan bahwa Au(III) teradsorpsi lebih banyak dibandingkan kedua logam yang lain. Untuk desorpsi multilogam Au/Ni/Ag, Au(III) yang dielusi dengan menggunakan tiourea 1M dalam HCl 0,5M sebanyak 57,49% sedangkan dengan eluen tiourea 1M dalam HCl 1M sebanyak 59,182%.
Kata Kunci: adsorpsi, desorpsi, emas, silika, solid phase extraction
PENDAHULUAN
Emas merupakan logam mulia yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Adanya motivasi ekonomi yang kuat untuk removal dan recovery emas dari limbah ditunjukkan oleh naiknya harga emas didorong oleh permintaan yang kuat dan meningkatnya kelangkaan [1]
Saat ini emas tidak hanya digunakan sebagai bahan untuk perhiasan tradisional tetapi emas digunakan secara luas dalam berbagai bidang, seperti sebagai katalis di berbagai reaksi kimia, industri listrik dan elektronik, bahan tahan
korosi, dan perhiasan disebabkan karena sifat fisika dan kimianya yang spesifik [2].
Indonesia merupakan salah satu negara penghasil emas. Daerah pertambangan emas di Indonesa menyebar dari Sumatera hingga Papua. Daerah tambang seperti Kelian Kalimatan Timur, Batu Hijau NTB, Ratatotok Sulawesi Utara dan daerah Grasberg Papua masih menghasilkan biji emas dengan nilai ekonomi yang tinggi sedangkan beberapa daerah lain secara ekonomis sudah tidak memungkinkan untuk ditambang. Kebutuhan yang tinggi akan emas dan cadangan emas yang makin
Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia III (SN-KPK III)……….. 429 menipis menyebabkan kita harus melakukan
recovery emas dari sumber-sumber sekunder
seperti limbah elektronik dan limbah pertambangan yang masih mengandung emas [3].
Metode analisis telah banyak berkembang untuk penentuan logam seperti flame dan/atau
graphite furnace atomic absorption spectrometry,
inductively coupled plasma-optical emission spectrometry, inductively coupled plasma-mass spectrometry dan teknik elektroanalitik. Kandungan logam yang lebih rendah dari batas deteksi teknik instrumental dapat menjadi masalah utama.
Dengan demikian, langkah pemisahan dan prekonsentrasi diperlukan untuk menentukan kandungan emas di lingkungan yang konsentrasi ion logam sangat rendah atau/dan adanya interferensi dari ion logam lain. Banyak metode
pre-treatment sampel telah dikembangkan untuk
pemisahan dan prekonsentrasi emas antara lain ekstraksi cair-cair, ekstraksi fasa padat, filtrasi membran, elektro deposisi, flotasi, kopresipitasi dan pertukaran ion. Dari metode tersebut,
ekstraksi fasa padat merupakan metode
prekonsentrasi yang banyak digunakan dalam pemisahan karena selektivitas tinggi, ekononomis, sederhana , dan cepat.
Beberapa adsorben spesifik digunakan pada
teknik SPE antara lain
padatan anorganik berbasis silika, alumina (zeolit), dan tanah diatomae Dari padatan anorganik yang disebutkan di atas, silika gel adalah padatan pendukung yang disukai untuk teknik SPE karena stabil dalam kondisi asam,nonswelling, memiliki
mass exchange yang tinggi, porositas tinggi, luas
permukaan besar, dan stabil pada temperatur tinggi [4].
Namun demikian kemampuan gugus aktif pada silika gel dalam mengikat ion logam berat tertentu kurang efektif. Upaya yang dilakukan untuk memperoleh material sesuai dengan yang diharapkan adalah dengan memodifikasi gugus
aktif pada silika gel sehingga mampu meningkatkan kemampuan adsorpsi desorpsi ion-ion logam.
Dalam penelitian ini dilakukan modifikasi permukaan silika gel dengan menggunakan senyawa (3-aminopropil)-trimetoksisilan. Hibrida yang dihasilkan kemudian digunakan sebagai pengisi kolom untukkajian adsorpsi-desorpsi ion logam emas dalam campuran Au/Ni/Ag.
METODE PENELITIAN
Bahan
Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini antara lain larutan natrium silikat yang disintesis dari abu sekam padi yang berasal dari kawasan pertanian di daerah Gunung Kidul, Yogyakarta. Larutan HCl 3M yang diperoleh dari
HCl 37% (Merck), dan larutan
aminopropiltrimetoksisilan (Merck) digunakan untuk pembuatan hibrida.
Untuk proses adsorpsi multilogam digunakan larutan HAuCl4 (Laboratorium Kimia
Analitik FMIPA UGM), Larutan standar Ni(II) 1000 ppm, larutan induk Ag(I) 1000 ppm, dan etanol 70% (Merck). Untuk desorpsi digunakan tiourea (Merck) dan larutan HCl 1M dari HCl 37%.
Alat
Alat-alat yang diperlukan untuk penelitian ini antara lain peralatan analisis dan peralatan penunjang. Untuk peralatan analisis meliputi Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) (Perkin Elmer 3110), Difraktometer Sinar-X (Shimadzu 6000, Jepang) dan Spektrofotometer Inframerah (Shimadzu FTIR-Prestige 21, Jepang).
Peralatan penunjang meliputi kolom SPE, ayakan ukuran 200 mesh (Retsch AS 200 Basic, Belanda), tungku pemanas (Nabertherm L3/R, Jerman), oven (Heraeus B5050), pengaduk magnetik (Thermolyne Cimarec 2), timbangan
Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia III (SN-KPK III)……….. 430 analitik (AND GR-200), pompa vakum (Buchi
VaR-V 500), alat penggerus (lumpang dan mortar), Corong Buchner, peralatan gelas dan plastik.
Cara Kerja
Sintesis dan Karakterisasi Hibrida Amino Silika Sebanyak 100 mL larutan natrium silikat hasil peleburan dari abu sekam padi dimasukkan dalam wadah plastik, kemudian ditambahkan 10 mL larutan aminopropiltrimetoksisilan dan diaduk. Larutan HCl 3M tetes demi tetes ditambahkan hingga pH 7. Gel yang terbentuk kemudian didiamkan selama 3 hari, dibilas dengan menggunakan akudemineralisasi, dan dikeringkan dalam oven dengan suhu 70oC. Padatan yang terbentuk kemudian digerus dan diayak dengan menggunakan ayakan berukuran 200 mesh.
Hibrida amino silika yang terbentuk kemudian dikarakterisasi kristalinitasnya dengan menggunakan difraktometer sinar-X dan gugus fungsional dengan menggunakan spektrofotometer FTIR.
Adsorpsi-desorpsi Au(III) dalam Sistem Multilogam
Pengepakan (packing) Kolom SPE
Kolom SPE kosong (ukuran diameter 0,5 cm panjang 1 cm) dan filter yang akan digunakan dicuci dengan akuades dan metanol. Setelah itu 0,5 g adsorben (HAS) dan 5 mL etanol 70% ditempatkan pada wadah plastik dan dihomogenkan dengan ultrasonic batch selama 5 menit. Adsorben yang telah dihomogenkan kemudian dialirkan dalam kolom SPE dengan bantuan pompa vakum (laju alir rata-rata 1 mL/menit) sampai kondisi yang sesuai menempati kolom SPE dan homogen.
Proses Loading Sampel Multilogam
Larutan multilogam Au(III), Ag(I) dan Ni(II) dengan konsentrasi 10 mg/L sebanyak 10 mL dialirkan kedalam kolom SPE dengan laju alir rata-rata 1
mL/menit. Hasil larutan yang mengalir ditampung untuk dianalisis dengan AAS. Proses ini dilakukan sebanyak 3 kali (total 30 mL).
Proses Elusi/pelepasan Logam
Setelah proses loading sampel, dilakukan proses elusi dengan larutan tiourea 0,5M dalam HCl 1M dan larutan tiourea 0,5M dalam HCl 1M sebanyak 30 mL. Elusi dilakukan sebanyak 3 tahap dengan masing-masing tahap menggunakan eluen sebanyak 10 mL. Konsentrasi ion logam eluat kemudian ditentukan dengan metoda AAS.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sintesis Hibrida Amino Silika melalui Proses Sol-Gel
Sintesis hibrida amino silika dilakukan melalui proses sol gel. Pembuatan hibrida amino silika dilakukan dengan menambahkan larutan (3-aminopropil)-trimetoksisilan pada larutan natrium silikat (Na2SiO3) yang berasal dari hasil peleburan
abu sekam padi. Campuran tersebut kemudian diasamkan dengan menambahkan larutan HCl 3M tetes demi tetes sampai pH 7.
Penambahan HCl 3M pada campuran Na2SiO3 dan APTMS dilakukan tetes demi tetes
sampai pH 7. Selama penambahan HCl berlangsung terjadi proses pembentukan gel, yakni pembentukan gugus siloksan (Si-O-Si) dan silanol (Si-OH) dari interaksi spesies anion silikat.
Penambahan asam klorida pada prekursor menyebabkan terjadinya protonasi gugus siloksi (Si-O-) menjadi silanol (Si-OH). Gugus silanol yang terbentuk kemudian dengan bantukan katalis asam membentuk ikatan siloksan (Si-O-Si). Proses ini terjadi secara cepat dan membetuk jaringan silika yang amorf.
Mekanisme pembentukan HAS diawali dengan protonasi atom O gugus metoksi (-OCH3)
pada senyawa (3-aminopropil)-trimetoksisilan akibat penambahan asam. Spesies anion silikat
Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia III (SN-KPK III)……….. 431 (yang berperan sebagai nukleofil) akan menyerang
atom Si pada APTMS dimana atom O pada gugus metoksi telah terprotonasi. Spesies anion silikat yang masuk akan menggantikan gugus metoksi (-OCH3) dengan atom O yang telah terprotonasi
sehingga terbentuk ikatan siloksan. Gugus metoksi dengan atom O yang telah terprotonasi akan dilepaskan dalam bentuk metanol. Penambahan asam terus menerus berlanjut mengakibatkan reaksi terus berlanjut sampai semua gugus metoksi dalam senyawa organik APTMS mengalami reaksi kondensasi dengan spesies anion silikat dengan melepas metanol.
Reaksi kondensasi yang disertai pelepasan metanol tidak selalu berlanjut pada reaksi selanjutnya sampai ketiga gugus metoksi tersubtitusi oleh gugus silanol tetapi dapat juga berhenti pada subtitusi satu atau dua gugus metoksi oleh gugus silanol sehingga dapat terjadi berbagai kemungkinan variasi permukaan hibrida amino silika. Adanya variasi permukaan pada hibrida amino silika ini menyebabkan adanya kemungkinan bahwa distribusi jumlah dan jenis situs aktif pada adsorben tidak homogen.
Kondensasi yang berlanjut akan menghasilkan alkogel. Alkogel kemudian didiamkan selama 36 jam untuk menghilangkan larutan NaCl yang merupakan hasil samping proses pengasaman. Tahap ini disebut tahap sinerisis. Pada akhir tahap ini akan terbentuk akuagel, yaitu gel yang pori-porinya masih mengandung air. Akuagel kemudian dicuci dengan menggunakan akuademineralisasi untuk menghilangkan garam NaCl yang kemungkinan terjebak dalam pori-pori silika Akuagel kemudian dikeringkan dalam oven pada temperatur 70°C menghasilkan xerogel. Xerogel kemudia digerus dan diayak menggunakan ayakan 200 mesh. Padatan yang didapat merupakan xerogel hibrida amino silika (HAS).
Karakteristik Hibrida Amino Silika
Karakterisasi adsorben hibrida amino silika dilakukan dengan metode sprktroskopi inframerah dan difraksi sinar-X. Spektroskopi inframerah dilakukan untuk menentukan gugus-gugus fungsional yang ada dalam adsorben, sedangkan difraksi sinar-X dilakukan untuk mengetahui kekristalan adsorben.
Spektrometri inframerah
Metode spektroskopi infra merah dilakukan untuk mengidentifikasi gugus-gugus fungsional yang terdapat dalam hibrida amino silika hasil sintesis. Setiap gugus fungsional yang terdapat pada hibrida amino silika memiliki serapan yang karakteristik pada bilangan gelombang tertentu, sehingga analisis spektroskopi infra merah dapat dijadikan dasar analisis kualitatif untuk mengetahui keberhasilan sintesis hibrida amino silika. Spektrogram hibrida amino silika disajikan pada Gambar 1.
Dari spektrogram terlihat bahwa ada serapan melebar pada 3433,29 cm-1 yang merupakan vibrasi ulur –OH dari gugus silanol (Si-OH) sedangkan pada bilangan gelombang 946,59 cm-1 merupakan vibrasi ulur Si-O yang juga berasal dari gugus silanol. Gugus siloksi terdapat pada bilangan gelombang 1064,71 cm-1 yang merupakan serapan kuat dan tajam dari vibrasi ulur Si-O. Selain itu juga pada bilangan gelombang 794,67 cm-1 dan 447,49 cm-1 adalah vibrasi ulur Si-O dan vibrasi tekuk Si-Si-O-Si dari gugus siloksan. Vibrasi ulur N-H akan muncul pada daerah bilangan gelombang 3500-3100 cm-1.[5]
Pita serapan yang melebar 3433,29-3109,25 cm-1 diduga merupakan serapan dari gugus –OH silanol yang tumpang tindih dengan gugus -NH dari senyawa (3-aminopropil)-trimetoksisilan. Pada daerah sekitar 2900 cm-1 juga muncul pita serapan yang merupakan vibrasi ulur C-H dari (–CH2-)
Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia III (SN-KPK III)……….. 432 muncul serapan yang merupakan vibrasi tekuk
N-H dari amin primer. Serapan amin primer menurut [5] berada sekitar daerah 1640-1560 cm-1.
Difraksi sinar-X
Karakterisasi dengan metoda difraksi sinar-X memberikan informasi mengenai kristalinitas dari hibrida amino silika hasil sintesis. Pola difraksi dari hibrida amino silika disajikan pada gambar 2.
Dari gambar 2 terlihat bahwa muncul puncak melebar pada sudut difraksi 22,2° yang menunjukkan bahwa hibrida amino silika hasil sintesis memiliki pola struktur amorf. Hal ini sesuai dengan pernyataan [12] yang menyatakan bahwa silika dengan puncak melebar pada sudut difraksi sekitar 22° menunjukkan struktur amorf.
3.3. Adsorpsi-Desorpsi Logam Au(III) dalam Sistem Multilogam pada Hibrida Amino Silika
Adsorpsi
Proses adsorpsi multilogam pada hibrida amino silika (HAS) merupakan sistem adsorpsi yang dilakukan secara simultan sehingga pada saat interaksi akan terjadi kompetisi diantara ion-ion ligam tersebut dalam menempati situs-situs aktif pada adsorben. Berdasarkan teori asam basa keras lunak (HSAB), suatu situs aktif asam keras akan lebih menyukai basa keras, sedangkan situs aktif asam lunak akan menyukai basa lunak.[6]
Data adsorpsi ion logam Au(III), Ni(II) dan Ag(I) dapat dilihat pada Tabel 1. Dari tabel terlihat bahwa total logam teradsorpsi dalam larutan multilogam Au/Ni/Ag secara berurutan adalah Au(III)>Ag(I)>Ni(II).
Secara umum logam Au(III) teradsorpsi lebih baik dari kedua logam lain. Dalam penelitian ini, adsorpsi multilogam Au(III), Ni(II) dan Ag(I) dilakukan dilakukan dalam medium air sehingga memilik kecenderungan membentuk kompleks akui oktahedral dari masing-masing ion logam Ag dan
Ni. Khusus Au yang tidak larut dalam air akan membentuk kompleks AuCl4
-. Kompleks yang terbentuk berturut-turut adalah [AuCl4]
-, [Ni(H2O)6] 2+ , [Ag(H2O)6] + .
Pada keadaan asam, gugus amino (-NH2)
pada struktur hibrida amino silika akan terprotonasi membentuk gugus amonium (-NH3
+
) dan ion Au(III) berada dalam bentuk AuCl4-. Muatan
berlawanan yang dimiliki oleh adsorben dengan adsorbat menyebabkan terjadinya interaksi antara adsorben dan ion Au(III) [1].
Adanya ligan H2O yang terikat pada ion
logam Ni(II) dan Ag(I) memungkinkan terjadinya ikatan antara oksigen dari ligan H2O dari kompleks
logam-logam tersebut dengan atom H pada gugus silanol. Ikatan hidrogen dapat juga terjadi antara oksigen pada gugus siloksan dengan atom H dari ligan H2O yang terikat pada Ag(I) dan Ni(II). Hal
inilah yang menyebabkan Ni(II) dan Ag(I) dapat teradsorpsi pada HAS.
Dari tabel dapat dilihat bahwa kemampuan adsorpsi Ni(II) lebih kecil dari Ag(I). Hal ini disebabkan: ukuran ion Ag(I) lebih besar daripada Ni(II). Dalam bentuk terhidrat, interaksi elektrostatik antara ion logam dengan H2O
menyebabkan jari-jari hidrasi menjadi kecil (jika jari-jari ionnya besar), sehingga ukuran logam terhidrat [Ag(H2O)6]
+
lebih kecil daripada [Ni(H2O)6]2+ dan menyebabkan mobilitas dalam air
akan lebih cepat (tinggi) maka memiliki kemampuan adsorpsi lebih besar.
Desorpsi
Hasil kajian desorpsi Au(III) dalam sistem multilogam Au/Ni/Ag dapat dilihat pada Tabel 1. Desorpsi dilakukan menggunakan larutan tiourea dalam HCl. Tiourea merupakan senyawa yang relatif aman dan ramah lingkungan dibandingkan dengan sianida. Ion Au(III) yang terikat secara elektrostatik dengan gugus amino pada hibrida amino silika. Penambahan tiourea menyebabkan Au(III) menjadi tidak stabil dan tereduksi menjadi
Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia III (SN-KPK III)……….. 433 ion Au(I). Ion Au(I) kemudian akan bereaksi
dengan tiourea membentuk kompleks berdasarkan reaksi:
Au+ + 2SC(NH2)2 [Au(SC(NH2)2)2 +
Penambahan asam akan menstabilisasi dan mencegah tiourea mengalami degradasi, sehingga dapat mengurangi konsumsi tiourea. Ion klorida (Cl-) yang berasal dari penambahan HCl berfungsi sebagai kompetitor bagi kompleks AuCl4
pada permukaan hibrida amino silika sehingga emas akan terdesorpso dari permukaan HAS oleh larutan tiourea dalam HCl [7].
Dari tabel dilihat bahwa larutan tiourea 1M dalam HCl 1M memiliki kemampuan desorpsi lebih besar daripada larutan tiourea 1M dalam HCl 0,5M.
Berdasarkan ukuran atom Au lebih besar dibandingkan kedua logam yang lain sehingga Au akan membentuk kompleks yang lebih stabil dibandingkan Ag dan Ni. Persentasi Au(III) yang terdesorpsi hanya kurang lebih 50%, hal ini disebakan karena adanya kompetisi ketiga logam untuk membentuk kompleks dengan tiourea sehingga menyebabkan terganggunya stabilitas emas-tiourea. [8]
KESIMPULAN
Material hibrida amino silika berhasil disintesis melalui metode sol-gel dengan menggunakan prekursor natrium silikat (hasil peleburan abu sekam padi) dan 3-aminorpopil trimetoksisilan dengan penambahan larutan asam klorida 3M. Hasil adsorpsi-desorpsi Au(III) dalam sistem multilogam menunjukkan bahwa Au(III) memiliki kemampuan yang lebih tinggi dibanding kedua logam lainnya.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih disampaikan kepada Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI), Kementerian Pendidikan Nasional melalui Hibah Kompetensi
2010 atas batuan dana untuk melakukan penelitian ini.
DAFTAR RUJUKAN
1. Lam, K.F., Fong, C.M., Yeung, K.L, Mckay, G., 2008, Selective Adsorption of Gold from Complex Mixtures Using Mesoporous Adsorbent, J. Chem.
Eng., 145, 185–195
2. Peng, L., Guang-feng, L., Da-lin, C., Shao-yi, C., Ning, T., 2009, Adsorption Properties of Ag(I), Au(III), Pd(II) and Pt(IV) Ions on Commercial 717 Anion-Exchange Resin, Trans. Nonferrous
Met. Soc. China., 19, 1509-1513
3. Sakti, S.C.W., 2011, Adsorpsi-Desorpsi dan
Selektivitas Ion Emas (III) terhadap Hibrida Amino Silika Tercetak Ion Emas (III), Tesis Program Pascasarjana UGM, Yogyakarta
4. Buhani, Narsito, Nuryono, Kunarti, E.S., 2009, Production of Metal Ion Imprinted Polymer From Mercapto–Silica through Sol–Gel Process as Selective Adsorbent of Cadmium, Desalination
5. Sastrohamidjojo, H., 1992, Spektroskopi Infra
Merah, Liberty, Yogyakarta
6. Huheey, E.J., Keiter, R.L., 1993, Inorganic
Chemistry Principle of Structure and Reactivity 4th ed., Harper Collins
Publisher, New York
7. Lacoste-Bouchet, P., Deschnes, G., Ghali, E., 1998, Thiourea Leaching of a Copper-Gold Ore Using Statistical Design,
Hydrometallurgy, 47, 189-203
8. Hamdiani, S., 2010, Adsorpsi-Desorpsi dan
Selektivitas Hibrida Merkapto Silika terhadap Ion Emas (III) dalam Sistem Multilogam Au/Cu, Au/Ni, Au/Cu/Ni,
Tesis Program Pascasarjana UGM, Yogyakarta
9. Martell, A.E., Hancock, R.D., 1996, Metal
Complexes in Aqueous Solutions,
Plenum Press, New York
10. Arakaki, L.N.H., Espínola, J.G.P., da Fonseca, M.G., de Oliveira, S.F., de Sousa, A.N., Arakaki, T., Airoldi, C., 2004, Thioglycolic Acid Grafted onto Silica Gel and Its Properties in
Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia III (SN-KPK III)……….. 434
Relation to Extracting Cations From Ethanolic Solution Determined by Calorimetric Technique, J. Colloid and Interface Sci., 273, 211–217
11. Bois, L., Bonhomme, A., Ribes, A., Pais, B., Raffin, G., Tessier, F., 2003, Functionalized Silica for Heavy Metal Ions Adsorption, J. Colloids and
Surfaces., 221, 221-/230
12. Brinker, C.J., dan Scherer, W. J., 1990, Sol
Gel Science: The Physics and Chemistry Sol-Gel Processing,
Academic Press, San Diego
13. Fujiwara, K., Ramesh, A., Maki, T., Hasegawa, H., Ueda, K., 2007, Adsorption of Platinum (IV), Palladium (II) and Gold (III) from Aqueous Solutions onto L-lysine Modified Crosslinked Chitosan Resin, J. Hazard. Mater., 146, 39–50
14. Jiang, N., Chang, X., Zheng, H., Hea, Q., Hua, Z., 2006, Selective Solid-Phase Extraction of Nickel(II) Using a Surface-Imprinted Silica Gel Sorbent,
Anal. Chim. Acta., 577, 225–231
15. Kalapathy, U., Proctor, A., Shultz, J., 2000, Silica Xerogels From Rice Hull Ash: Structure, Density and Mechanical Strength as Affected by Gelation pH and Silica Concentration, J. Chem.
Technol. Biotechnol., 75, 464-468
16. Kalapathy, U., Proctor, A., Shultz, J., 2000, An Improved Method for Production of Silica From Rice Hull Ash,
Bioresource Technology., 85, 285–
289
17. Kalapathy, U., Proctor, A., Shultz, J., 2000, A Simple Method for Production of Pure Silica From Rice Hull Ash,
Bioresource Technology., 73, 257-262
18. Kalapathy, U., Proctor, A., Shultz, J., 2000, Silica Xerogels From Rice Hull Ash: Structure, Density and Mechanical Strength as Affected by Gelation pH and Silica Concentration, J. Chem.
Technol. Biotechnol., 75, 464-468
19. Kalapathy, U., Proctor, A., Shultz, J., 2003, Silicate Thermal Insulation Material from Rice Hull Ash, Ind. Eng. Chem.
Res., 42, 46-49
20. Lam, K.F., Fong, C.M., Yeung, K.L, Mckay, G., 2008, Selective Adsorption of Gold from Complex Mixtures Using Mesoporous Adsorbent, J. Chem.
Eng., 145, 185–195
21. Limatahu, N.A., 2007, Kajian Adsorpsi
Multilogam Ag(I), Ni(II), Cu(II), Pb(II) dan Cr(III) Pada Hibrida Amino Silika dari Abu Sekam Padi, Tesis Program
Pascasarjana UGM, Yogyakarta
22. Muthadhi, A., Kothandaraman, S., 2010, Optimum Production Conditions for Reactive Rice Husk Ash, Materials
and Structures
23. Nuryono, Narsito, Astuti, E., 2004, Pengaruh Temperatur Pengabuan Sekam Padi terhadap Karakter Abu dan Silika Gel Sintetik, Chem. Rev., 2, 67-80
24. Oscik, J., 1982, Adsorption, John Willey and Sons, New York
25. Tokman, N., Akman , S., Ozcan, M., 2003, Solid-Phase Extraction of Bismuth, Lead and Nickel From Seawater Using Silica Gel Modified With 3-aminopropyltriethoxysilane Filled in A Syringe Prior to Their Determination by Graphite Furnace Atomic Absorption Spectrometry, Talanta, 59, 201-205
26. Tong, A., Akama, Y., 1990, Selective Preconcentration of Au( III), Pt( IV) and Pd( II) on Silica Gel Modified with γ-aminopropyltriethoxysilane, Anal. Chim. Acta., 230, 179-181
27. Umeda, J., Kondoh, K., 2008, High-Purity Amorphous Silica Originated in Rice Husks Via Carboxylic Acid Leaching Process, J. Mater. Sci., 43, 7084– 7090
Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan Kimia III (SN-KPK III)……….. 435
LAMPIRAN
Tabel 1. Perhitungan Total Logam Teradsorpsi dan Terdesorpsi pada 0,5 gram HAS dalam Kolom
K O L O M
TOTAL LOGAM TERADSORPSI TOTAL LOGAM TERDESORPSI % TERDESORP SI Ag Ni Au Ag Ni Au Ag Ni Au Awal Teradsor psi % Awal Teradsor psi % Awal Teradsor psi % µm ol µg µm ol µg µm ol µg µm ol µg µm ol µg µm ol µg I 382, 680 3,4 80 375, 339 98,0 82 421, 188 6,6 08 387, 819 92,0 77 411, 204 2,0 61 406, 016 98,7 38 1,9 95 215, 156 0,3 28 19,2 31 1,1 85 233, 445 57,3 23 4,9 59 57,4 97 I I 382, 680 3,4 74 374, 747 97,9 27 421, 188 6,7 31 395, 028 93,7 89 411, 204 2,0 53 404, 412 98,3 48 2,0 00 215, 000 0,3 63 21,3 25 1,2 15 239, 339 57,3 72 5,3 98 59,1 82