29
Potensi dan Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Unggulan di Kabupaten Manggarai Barat
Potential and Level of Utilization Superior Fish Resources in West Manggarai District Edizul Adiwijaya Sadir1 2 *), Chandra Nainggolan1), Dedy H. Sutisna1)
1 Sekolah Tinggi Perikanan Jakarta 2 Sekolah Usaha Perikanan Menengah Kupang
*Korespondensi: edizulsadir@gmail.com
Diterima : Maret 2020 Disetujui: Juni 2020 ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui komoditi perikanan yang potensial atau unggulan dan menghitung potensi serta tingkat pemanfaatanya. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei dan observasi lapangan Pengumpulan data dilakukan dua tahap yaitu pengumpulan data primer di lapangan dengan pengamatan langsung dan data sekunder menggunakan kuesioner. Sumber data diperoleh berdasarkan informasi dari responden melalui wawancara dengan daftar pertanyaan atau kuesioner. Analisi data yang digunakan adalah menggunakan skoring dengan fungsi nilai sebagai standarisasi nilai untuk menentukan sumberya ikan unggulan dan surplus produksi dengan pendekatan Schaefer untuk menghitung kelimpahan dan tingkat pemanfaatannya. Hasil penelitian menunjukan bahwa sumberdaya ikan unggulan berdasarkan aspek nilai produksi; harga pasaran; wilayah pemasaran; dan nilai tambah komoditi dengan fungsi nilai ditetapkan komoditi kerapu menjadi unggulan teratas dengan nilai total 2,39. kelimpahan atau potensi lestari kerapu adalah 423 ton/tahun, effort yang optimum untuk memanfaatkan kerapu adalah 3.470 unit pancing, jumlah tangkapan yang diperbolehkan sebesar 339 ton/tahun, dan tingkat pemanfaatan mencapai 70% (Fully Exploited) artinya upaya penangkapan dipertahankan dengan monitor ketat.
Kata Kunci: Fungsi Nilai, Sumberdaya ikan unggulan, Surplus produksi ABSTRACT
The purpose of this study is to determine the potential superior commodities fisheries and calculate the potential and level of utilization. This research was conducted using survey methods and field observations. Data collection was carried out in two stages, namely primary data collection in the field with direct observation and secondary data using a questionnaire. Sources of data obtained based on information from respondents through interviews based on a list of questions or questionnaires. Analysis of the data used uses scoring with a value function as standardization of values, to determine the source of superior fish and surplus production with the Schaefer approach to calculate abundance and utilization rates. The results showed superior fish resources based on aspects of production value; market price; marketing area; and commodity value-added. grouper commodity is the top seed with a total value of 2,39. abundance or sustainable potential of grouper is 423 tons/year, optimum effort to utilize grouper is 3,470 hand line units, the amount of catch allowed is 339 tons/year, and the utilization rate reaches 70% (Fully Exploited) meaning that the capture effort is maintained with a strict monitor.
30 PENDAHULUAN
Sub sektor perikanan dapat berperan dan berpotensi sebagai penggerak utama perekonomian daerah, apabila dilihat dari nilai produksi perikanan tangkap. Listya (2010), berdasarkan data produksi perikanan tangkap Kabupaten Manggarai Barat lima tahun belakangan (2015-2019) hasil tangkapan atau produksi perikanan tangkap telah mengalami kenaikan tiap tahunnya, dengan tingkat pertumbuhan produksi tahunan rata-rata sebesar 1,6%, Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan (2019). Peran dan potensi tersebut masih belum teroptimalkan dengan baik, diduga keunggulan komparatif sektor perikanan belum sepenuhnya mampu ditransformasikan menjadi keunggulan kompetitif sehingga mengakibatkan masih rendahnya kinerja ekonomi berbasis sektor perikanan, Fadillah (2011).
Berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabuaten Manggarai Barat atas dasar harga berlaku, menurut lapangan usaha Tahun 2018, nilai sektor perikanan mencapai 42,12% mengalami kenaikan dari tahun 2017 sebesar 41,25%. Peningkatan nilai PDRB sektor perikanan menunjukkan peranan dalam kontribusi terhadap pendapatan daerah cukup signifikan.
Berdasarkan data di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Labuan Bajo yang menjadi sentra pendaratan ikan Kabupaten Manggarai Barat terdapat 13 jenis sumberdaya ikan yang dominan didaratkan di TPI. Rata-rata jumlah ikan yang didaratkan sebesar 8.201 kg/hari. DKPP (2019). Setiap komoditas perikanan mempunyai peran sesuai dengan kuantitas dan kualitas masing-masing komoditi. Perlu adanya penentuan komoditas unggulan yang dijadikan komoditas kunci untuk pengembangan perikanan, komoditas unggulan yang dikembangkan diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan kontribusi pada perekonomian, Prasslina (2009).
Komoditas unggulan menurut Hendayana (2003) dalam Irnawati (2012) merupakan suatu jenis komoditas yang paling diminati dan memiliki nilai jual tinggi serta
diharapkan mampu memberikan pemasukan yang besar dibandingkan dengan jenis yang lainnya. Irnawati (2012) mengatakan penentuan komoditas ikan unggulan disuatu daerah merupakan langkah awal menuju pembangunan dan pengelolaan perikanan tangkap yang berpijak pada konsep efisiensi untuk meraih keunggulan komparatif dan kompetitif dalam menghadapi globalisasi perdagangan.
Langkah menuju pengembangan dapat ditempuh dengan menentukan komoditas ikan yang mempunyai keunggulan komparatif, baik ditinjau dari sisi penawaran maupun permintaan, serta keunggulan daya saing tinggi. Melalui pendekatan aspek pemasaran dan pengolahan juga dapat diketahui jenis -jenis komoditi yang mempunyai potensi untuk pasar lokal, pasar antar daerah maupun pasar internasional atau pasar dunia, sehingga akhirnya dapat disimpulkan komoditi-komoditi yang menjadi unggulan. Oleh karena itu, pendekatan aspek pemasaran digunakan dalam penentuan komoditi ikan unggulan yang eksisting di perairan Kabupaten Manggarai Barat.
Tujuan analisis sumberdaya ikan unggulan adalah untuk mengetahui komoditi perikanan yang potensial atau unggulan dilihat dari nilai produksi, harga jual, aspek pemasaran dan pengolahan. Selanjutnya, status pemanfaatan dalam pengelolaan perikanan berkelanjutan sangat penting ditentukan, agar tidak melampaui daya dukung sumberdaya yang ada. Oleh karena itu, analisis tentang jumlah tangkapan yang diperbolehkan dan tingkat pemanfaatan sumberdaya ikan unggulan ini sangat diperlukan untuk mewujudkan pemanfaatan sumberdaya perikanan yang berkelanjutan. METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian, Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan dimulai bulan Agustus sampai dengan Oktober 2019. Lokasi penelitian dilaksanakan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Labuan Bajo Kecamatan Komodo Kabupaten Manggarai Barat Provinsi NTT. Penentuan lokasi berdasarkan pertimbangan wilayah pesisir,
31 kepulauan, dan keragaan alat penangkapan ikan.
Pengumpulan Data Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei dan observasi lapangan. Pengumpulan data dilakukan dua tahap yaitu pengumpulan data primer di lapangan dengan pengamatan langsung dan data sekunder di TPI dan Dinas Perikanan.
Sumber data penelitian ini adalah data dan informasi dari responden melalui wawancara dengan daftar pertanyaan atau kuesioner. Responden atau narasumber dipilih secara purposive berdasarkan ketokohan dalam kelompok prinsip keaktifan pada kegiatan perikanan tangkap, dan pemerataan perwakilan usaha perikanan yang ada di TPI Labuan Bajo. Jenis data yang yang dikumpulkan adalah data time series (5 tahun) belakangan (2015-2019) meliputi data jumlah ikan yang di daratkan di TPI (harian, bulanan dan tahunan); data harga ikan di TPI; data wilayah pemasaran ikan; data jenis olahan ikan yang ada; data jumlah upaya penangkapan (effort) per kecamatan (unit), data produksi tahunan (catch) menurut jenis alat tangkap per kecamatan (ton), data produksi menurut jenis ikan per alat tangkap per tahun (untuk kecamatan), data produksi (catch) tahunan perjenis ikan per kecamatan. Data jumlah nelayan aktif yang mendaratkan ikan di TPI; Data pengolahan ikan yang aktif di TPI. Data pendukung yang diperoleh melalui instansi-instansi terkait dan
bahan-bahan pustaka yang berhubungan dengan penelitian.
Pengambilan Sampel
Jumlah populasi pelaku perikanan aktif yang mendaratkan ikan dan mengelola ikan di TPI Labuan Bajo sebanyak 193 orang, besarnya sampel yang dijadikan objek penelitian ditentukan berdasarkan rumus Sloving diacu dalam Sugiyono (2016) dengan tingkat kesalahan 5% sebesar 130 orang.
Penentuan besar sampel dalam setiap kelompok nelayan menggunakan stratifikasi alokasi berimbang dengan rumus:
Berdasarkan perhitungan diperoleh sebaran responden dalam setiap kelompok nelayan yang terlihat pada Tabel 3.1
Tabel 1. Jumlah responden
Narasumber Jumlah narasumber (orang) (N1) Presentasi (%)
Jumlah Sampel (orang) (n1= N1/N x 130)
Nelayan pancing 64 33,16 43,11 = 43
Nelayan bagan 49 25,39 33,01 = 33
Nelayan pukat cincin 14 7,25 9,43 = 9
Nelayan jaring insang 14 7,25 9,43 = 9
Nelayan pukat pantai 11 5,70 7,41 = 7
Pengusaha ikan 35 18,13 23,58 = 24
Pengolah ikan 6 3,11 4,04 = 4
32 Metode analisis
Analisis data yang digunakan adalah menggunakan skoring dengan fungsi nilai sebagai standarisasi nilai untuk menentukan sumberya ikan unggulan dan surplus produksi dengan pendekatan Schaefer untuk menghitung kelimpahan dan tingkat pemanfaatannya.
Penentuan jenis sumberdaya ikan unggulan digunakan metode skoring dengan fungsi nilai. Fungsi nilai bertujuan untuk standarisasi nilai. Nilai tertinggi dari hasil penggabungan analisis skoring dengan fungsi nilai menjadi patokan penentuan SDI unggulan berdasarkan rangking. Standarisasi dengan fungsi nilai dapat dilakukan dengan menggunakan rumus dari Mangkusubroto dan Trisnadi (1985) dalam Carles (2014) sebagai berikut:
Fungsi nilai dilakukan dengan persamaan:
Dimana:
V(X) fungsi nilai dari variabel X, Xi nilai variabel X yang ke – i, Xo nilai terendah pada kriteria X, Xa nilai tertinggi pada kriteria X,
V(A) fungsi nilai dari alternatif A, Vi (Xi) fungsi nilai dari alternatif pada kriteria ke-i
dan i = a, b, c, d. n (jenis ikan).
Sparre dan Venema (1989) dalam Supardan (2006) menjelaskan bahwa model yang digunakan untuk menduga besarnya potensi perikanan laut adalah model holistik dan model analitik. Pada penelitian ini model yang digunakan adalah model holistik analisis data catch dan effort (Model Produksi Surplus dengan pendekatan Schaefer). Upaya tangkap optimum (F optimal) dan Maksimum Sustainable Yield (MSY) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan Schaefer. Upaya optimum (f opt) dihitung dengan menggunakan persamaan 𝐹 𝑜𝑝𝑡𝑖𝑚𝑎𝑙 ∶ −𝑎
2𝑏
Maksimum Sustanaible Yield (MSY) dihitung dengan perasamaan 𝑀𝑆𝑌 ∶𝑎2
4𝑏;
Dimana; a adalah intersep dan b adalah slope
pada persamaan regresi liner.
Persamaan Schaefer ini sering digunakan untuk menghitung MSY dan Upaya tangkap optimum (ƒ optimal) karena perhitungan menggunakan persamaan Schaefer sederhana, mudah, dan hasilnya mudah dimengerti oleh siapa saja termasuk para penentu kebijakan Supardan (2006).
Langkah-langkah menghitung CPUE dengan menggunakan rumus metode Schaefer sebagai berikut:
1. Membuat tabel data catch (c) dan upaya tangkap yang telah distandarisasi (ƒstandart) serta menghitung CPUE.
2. Memasukan nilai CPUE (Y) terhadap nilai Effort (X) yang bersangkutan dan menghitung intercept a dan gradien/slope b dengan menggunakan teknik linier berikut:
b: n(∑ XY) − (ƩX)(ƩY)
n(Ʃ(X2)) − (ƩX)2
a: (ƩX)(ƩX
2) − (ƩX)(ƩXY)
n (Ʃ(X2)) − (ƩX)²
3. Menghitung ƒoptimal dengan persamaan ƒ optimal =−a
2b
4. Menghitung Maximum Sustainable Yield (MSY) dengan persamaan MSY = a²
4b
5. Menghitung Jumlah Tangkapan yang diperBolehkan (JTB) sebesar 80% dari total MSY. Penetapan JTB sebesar 80% dari MSY menjadi acuan pertama kali berdasarkan Kepmentan No 473a/1985 disadur dalam Triyono (2014).
HASIL DAN BAHASAN
Metode seleksi komoditas ikan unggulan dilakukan melalui dua tahap, pertama menginventarisasi semua komoditi yang dianggap dominan didaratkan dan unggulan oleh para responden yang merupakan representasi dari semua
𝑉(𝑥) = 𝑋𝑖 − 𝑋0
𝑋𝑎 − 𝑋0
33
stakeholder perikanan tangkap di lokasi studi. Kedua, komoditas pilihan para responden tersebut disaring lagi dengan menggunakan metode skoring (multi criteria analysis). Pendekatan yang digunakan dalam multi criteria analysis berdasarkan empat kriteria aspek yaitu aspek nilai produksi, harga pasaran, wilayah pemasaran dan nilai tambah. Skoring diberikan dengan nilai terendah sampai tertinggi. Nilai tertinggi diberikan urutan prioritas satu begitupun selanjutnya. Penilaian semua kriteria atau aspek digunakan
nilai tukar. Sehingga semua nilai mempunyai standar yang sama. Jenis alat tangkap yang memperoleh nilai tertinggi berarti lebih baik dari pada yang lainnya, demikian juga sebaliknya.
Hasil analisis dan perhitungan serta pengamatan langsung dilokasi penelitian diperoleh 5 (lima) jenis komoditi ikan unggulan yang ada di perairan Manggarai Barat yaitu kerapu, layang, kakap, tenggiri dan tongkol. Hasil analisis sumberdaya ikan dapat dilihat pada Tabel 2.
Berdasarkan Tabel 2 penilaian keunggulan sumberdaya ikan, menempatkan komoditi layang pada urutan pertama terhadap aspek nilai produksi dengan standar nilai 1,00. Aspek harga pasaran, komoditi kerapu berada pada unggulan teratas dengan nilai standar 1,00, berdasarkan jangkauan wilayah pemasaran urutan tertinggi adalah komoditi kerapu dan kakap dengan standar nilai 1,00, dari segi aspek nilai tambah komoditi kakap dan tenggiri berada di unggulan teratas dengan nilai standar 0,4.
Hasil analisis kerapu berada pada unggulan pertama dengan total nilai sebesar 2,39. Harga jual yang tinggi dan wilayah pemasaran yang jauh membuat kerapu unggul dari segi harga pemasaran, harga jual kerapu mencapai Rp. 60.000 per kg dipasar lokal, selain harga jual yang tinggi wilayah pemasaran kerapu lebih luas mencapai pasar ekspor. Dari aspek nilai produksi, komoditi kerapu memiliki produksi ketiga terbesar dari lima jenis komoditi unggulan yang ada yakni
Rp.5.308.000.000 per tahun. Dilihat dari aspek nilai tambah pemanfaatan komoditi kerapu tidak diolah menjadi produk olahan lain selain untuk dipasarkan dan konsumsi.
Potensi lestari maksimum merupakan suatu nilai batas dimana sumberdaya ikan masih dapat dimanfaatkan tanpa mengganggu kelestariaanya untuk tumbuh kembali. Nilai potensi lestari maksimum ikan unggulan di perairan Manggarai barat dan sekitarnya yang diperoleh berdasarkan perhitungan dari model surplus produksi dengan pendekatan
Schaefer. Aplikasi Model Surplus produksi melalui analisis korelasi linier dari Schaeffer (1957) terhadap data catch dan effort
sumberdaya kerapu tahun 2015-2019 di perairan Manggarai Barat diperoleh dugaan potensi lestari (Maximum Sustainable Yield) sebesar 423 ton dengan upaya optimum (fopt) 3.470 unit setara pancing (Gambar 3.1). Jumlah tangkapan yang diperbolehkan (JTB) sebesar 80% dari potensi lestarinya atau 339 ton.
34
Gambar 1. MSY dan effort optimum komoditi kerapu Berdasarkan data Statistik Perikanan,
rata-rata upaya penangkapan sejak tahun 2015-2019 terdapat jumlah pancing sebanyak 1.444 unit dan produksi kerapu selama lima tahun rata-rata sebesar 278,99 ton. Tingkat
pemanfaatan sumberdaya kerapu di perairan Manggarai Barat sebesar 0,7 artinya (Fully Exploited) upaya penangkapan dipertahankan dengan monitor ketat.
Gambar 2. Pertumbuhan unit penangkapan terhadap produksi ikan kerapu (Ephinephelus sp) tahun 2015-2019
SIMPULAN
Sumberdaya ikan unggulan di Kabupaten Manggarai Barat berdasarkan nilai produksi tertingi, harga jual di pasaran, wilayah pemasaran, dan nilai tambah atau pengolahan, yang menjadi sumberdaya ikan unggulan pertama adalah komoiti kerapu
dengan potensi lestari (MSY) sebesar 423 ton/tahun alat tangkap baku yang digunakan untuk memanfaatkan SDI kerapu adalah pancing dengan upaya optimum sebanyak 3.470 unit/tahun dan jumlah tangkapan yang diperbolehkan sebesar 399 ton/tahun. Tingkat pemanfaatan sebesar 70%.
35 DAFTAR PUSTAKA
[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Manggarai Barat. 2018. Manggarai Barat dalam Angka 2018. Labuan Bajo; Hlm 395.
Achmad Fadillah. 2011. Analisis Dayasaing Komoditas Unggulan Perikanan Tangkap Kabupaten Sukabumi. [Skripsi]. 172 halaman. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Program Studi Departemen Agribisnis.
Ali Supardan. 2006. Maximum Sustainable Yield (MSY)Dan Aplikasinya Pada Kebijakan Pemanfaatan Sumberdaya Ikan Di Teluk Lasongko Kabupaten Buton. [Disertasi] 344 halaman. Institut Pertanian Bogor (IPB): Departemen
Carles. 2014. Strategi Pengelolaan Perikanan Tangkap Skala Kecil di Perairan Laut Kabupaten Simeuleu. [Disertasi]. 93 halaman. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Program Studi Teknologi Perikanan Laut.
Listya Citraningtyas. 2010. Peranan Subsektor Perikanan Tangkap dalam Pembangunan Kabupaten Lamongan
serta Komoditas Hasil Tangkapan Unggulan. [Skripsi] 129 halaman. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Program studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan.
Prasslina A.L, 2009. Peranan Sektor Perikanan dan Penentuan Komoditas Unggulan dalam Pembangunan Wilayah Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. [Skripsi] 121 halaman. Bogor: Institut PertanianBogor. Program Studi Manajemen Bisnis dan Ekonomi Perikanan Kelautan.
Ririn Irnawati. 2012. Analisis Komoditas Unggulan perikanan Tangkap di Taman Nasional Karimunjawa. [Jurnal] 9 halaman Vol.7 no 1. Jurnal Saintek Perikanan.
Santoso Didik. 2015. Pengelolaan Perikanan Tangkap Berbasis Ikan Unggulan di Selat Alas Provinsi Nusa Tenggara Barat. [Disertasi]. 160 Hlm. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Program Studi Teknologi Perikanan Tangkap. Siska Agustina. 2018. Parameter Populasi
Kerapu Sunu (plectropomus sp.) Dan Opsi Pengelolaannya di Perairan Karimunjawa. [Jurnal] Marine Fisheries Vol 9 No 2 2018 Halaman 119-131.
Siska Magnawati. 2010. Strategi dan Peranan Subsektor Perikanan Tangkap dalam Pembangunan Wilayah Kota Serang. [Skripsi] 158 Halaman. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan.
Sutisna DH. 2007. Model Pengembangan Perikanan Tangkap di Pantai Selatan Provinsi Jawa Barat. [Disertasi]. 180 Hlm. Bogor: Institut Pertanian Bogor (IPB). Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan.