PENGARUH STORE ATMOSPHERE DAN MOTIVASI BELANJA BERDASARKAN
KESENANGAN (HEDONIC) TERHADAP IMPULSIVE BUYING PADA RAMAYANA
ROBINSON PLAZA ANDALAS DI KOTA PADANG
Panji Prasetyo1 Ice Kamela, S.E, M.M1 Zeshasina Rosha, S.E, M.Si1. 1
Mahasiswa Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Bunghatta
1
Dosen Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Bunghatta
E-mail: panjiprasetyo@yahoo.comicekamela@yahoo.comzeshasina@yahoo.com
ABSTRACT
The objectives of this recearch was to examine the impact of the store atmosphere and hedonic shopping motivation on impulsive buying on Ramayana Robinson Plaza Andalas in Padang City. The research methode used descriptive analysis and multiple regression analysis methode. The result of this research showed store atmosphere and hedonic shopping motivation are found to have positive and significant impact on impulsive buying. Store atmosphere and hedonic shopping motivation are crusial in explaining the variation in impulsive buying because variabels also have a positive and significant effect.
Keyword: store atmosphere, hedonic shopping motivation and impulsive buying
Pendahuluan
Berkembangnya sektor perdagangan di Kota Padang saat ini tidak dapat dilepaskan dari menjamurnya usaha ritel di kota ini termasuk ritel modern. Dalam sepuluh tahun terakhir usaha ritel modern berkonsep swalayan menjamur di Kota Padang, mulai dari minimarket, supermarket hingga hypermarket. Hal ini sangat ditunjang oleh banyaknya jumlah penduduk Kota Padang sehingga pengusaha menganggap Kota Padang sebagai pasar yang potensial.
Bagi masyarakat Kota Padang adanya ritel modern dapat menjadi tempat untuk rekreasi dan melepaskan kepenatan setelah menjalani rutinitas sehari-hari, maka ritel modern di Kota Padang menjadi salah satu objek wisata belanja. Saat ini
ada tiga ritel modern yang tergolong ke dalam hypermarket di Indonesia yaitu Robinson, Food mart, dan X mart ada di Kota Padang.
Berdasarkan survey yang dilakukan di Robinson Plaza Andalas Padang pada 30 orang konsumen yang diambil secara acak, maka dapat diambil kesimpulan bahwa dari 30 orang konsumen yang diwawancarai terdapat 7 orang konsumen yang melakukan pembelian tidak implusive dikarenakan konsumen tersebut melakukan pembelian telah direncanakan sebelumnya. Sedangkan sisanya sebanyak 23 orang melakukan pembelian secara tidak terencana (implusive buying)
dikarenakan konsumen beralasan berbelanja dengan alasan hanya melihat
toko,discount,layout dan tata letaknya dekat dengan kasir dan sekedar ingin membeli.
Menurut Utami (2010), Pembelian tak terencana (impulsive buying) adalah perilaku pembelian yang tidak direncanakan (unplanned buying)
merupakan perilaku pembelian yang dilakukan didalam toko, dimana pembelian berbeda dari apa yang telah direncanakan oleh konsumen pada mereka masuk ke dalam toko. Pembelian tidak terencana adalah suatu tindakan pembelian yang dibuat tanpa direncanakan sebelumnya, atau keputusan pembelian dilakukan pada saat berada di dalam toko. Pembelian tak terencana bisa terjadi ketika seorang konsumen tidak familiar dengan tata ruang toko, di bawah tekanan waktu, atau seseorang yang teringat akan kebutuhan untuk membeli sebuah unit ketika melihat pada rak di toko.
Definisi store atmosphere menurut Vinci (2009) adalah desain lingkungan melalui komunikasi visual, pencahayaan, warna, musik, dan wangi-wangian untuk merancang respon emosional dan persepsi pelanggan dan untuk mempengaruhi pelanggan dalam membeli barang.
Suasana toko (store atmosphere) adalah seluruh efek estetika dan emosional yang diciptakan melalui ciri-ciri fisik toko, di mana semuanya berhubungan dengan panca indra (penglihatan) dari konsumen.
Menurut Utami (2010), motivasi selalu didasarkan pada keinginan yang ada dalam diri konsumen (motivasi). Motivasi mempunyai peranan penting dalam perilaku belanja karena tanpa motivasi maka tidak akan terjadinya transaksi jual beli antara konsumen dan pengusaha. Jadi perilaku belanja tercipta dari motivasi dalam diri konsumen yang timbul akibat adanya kebutuhan konsumen yang semakin lama semakin kompleks.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah store atmosphere
berpengaruh terhadap impusive buying pada Ramayana Robinson
Plaza Andalas di Kota Padang? 2. Apakah motivasi belanja
berdasarkan kesenangan (hedonic) berpengaruh terhadap impulsive
buying pada Ramayana Robinson
di Kota Padang?
Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan permasalahan yang ada, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh store atmosfere terhadap impulsive buying pada Ramayana Robinson
2. Untuk mengetahui pengaruh motivasi belanja berdasarkan kesenangan (hedonic) terhadap terhadap impulsive buying pada Ramayana Robinson Plaza Andalas di Kota Padang.
Landasan Teori Impulsive Buying (Y)
Menurut Utami (2010), pembelian tak terencana adalah perilaku pembelian yang tidak direncanakan (unplanned
buying) merupakan perilaku pembelian
yang dilakukan didalam toko, dimana pembelian berbeda dari apa yang telah direncanakan oleh konsumen pada mereka masuk ke dalam toko. Pembelian tidak terencana adalah suatu tindakan pembelian yang dibuat tanpa direncanakan sebelumnya, atau keputusan pembelian dilakukan pada saat berada di dalam toko. Pembelian tak terencana bisa terjadi ketika seorang konsumen tidak familiar dengan tata ruang toko, di bawah tekanan waktu, atau seseorang yang teringat akan kebutuhan untuk membeli sebuah unit ketika melihat pada rak di toko.
Tipe-Tipe Impulsive Buying
Menutut Stern dalam Loundon dan Ritta dalam Utami (2010) menyatakan bahwa ada empat tipe pembelian implusif, yaitu :
1) Reminder purchase
Reminder purchase merupakan
pembelian yang terjadi ketika konsumen melihat produk atau merek tertentu di dalam toko dan teringat bahwa produk atau merek tersebut dibutuhkannya.
2) Impulse purchase
Pembelian impulsif terjadi ketika konsumen melihat produk atau merek tertentu, kemudian konsumen menjadi tertarik untuk mendapatkannya, biasanya karena adanya rangsangan yang menarik dari toko tersebut.
3) Suggestion impulse
Suatu produk yang ditemui konsumen untuk pertama kali akan menstimulasi keinginan untuk mencobanya.
4) Planned impulse
Aspek perencanaan dalam perilaku ini menunjukan respons konsumen terhadap beberapa insentif spesial untuk membeli unit yang tidak diantisipasi. Impuls ini biasanya distimulasi oleh pengumuman penjualan kupon, potongan kupon, atau penawaran menggiurkan.
Perfektif Dalam Pembelian Impulsive
Menurut Utami (2010), terdapat tiga perfektif yang digunakan untuk menjelaskan pembelian impulsif :
1. Karakteristik produk yang dibeli, 2. Karakteristik konsumen,
3. Karakteristik display tempat belanja.
Penyebab Terjadinya Impulsive Buying
Menurut Utami (2010),terdapat dua penyebab terjadinya pembelian impulsive :
1. Pengaruh stimulasi ditempat belanja
2. Pengaruh situasi.
Faktor Yang Mempengaruhi Impulsive Buying
1. Penggunaan Daftar Belanja
Daftar belanja merupakan sebuah daftar unit yang digunakan untuk sebuah pembelian. Juga dapat diartikan sebagai daftar dari barang-barang heterogen yang diinginkan oleh seorang (shopping
list,2009). 2. Pemilihan Toko
Sebelum melakukan pembelian, konsumen pasti memilih , dan memutuskan toko mana yang akan mereka datangi.
3. Pengaruh Suasana Toko
Menurut Levy dan Weitz (2004), pengaruh keadaan toko adalah kombinasi dari karakteristik fisik
toko, seperti arsitektur, tata letak, penanda, pemajangan, warna, pencahayaan, temperatur, musik serta aroma, yang secara menyeluruh akan menciptakan citra dalam benak konsumen.
Pengukuran Impulsive Buying
Berdasarkan Fandy Tjiptono (2008) menjelaskan bahwa hasil riset tentang faktor penentu pembelian impulsif. Hasil riset ini menghasilkan skala pengukuran yang mengukur pembelian impulsif, yaitu: 1. Urgensi untuk membeli 2. Efek positif 3. Efek negative 4. Melihat-lihat took 5. Kenikmatan belanja 6. Ketersediaan waktu 7. ketersediaan uang 8. Kecendrungan pembelian impulsive.
Store Atmosphere (X1)
Definisi store atmosphere menurut Vinci (2009) adalah desain lingkungan melalui komunikasi visual, pencahayaan, warna, musik, dan wangi-wangian untuk merancang respon emosional dan persepsi pelanggan dan untuk mempengaruhi pelanggan dalam membeli barang.
Faktor Yang Mempengaruhi Store Atmosphere
Menurut vinci (2009) faktor yang mempengaruhi store atmosphere sbb :
1. Warna 2. Suara Musik 3. Aroma
4. Pencahayaan 5. Ticketing 6. Kebersihan 7. Manekin, cermin
Motivasi Belanja Berdasarkan Kesenangan (Hedonic) (X2)
Menurut Utami (2010), motivasi selalu didasarkan pada keinginan yang ada dalam diri konsumen (motivasi). Motivasi mempunyai peranan penting dalam perilaku belanja karena tanpa motivasi maka tidak akan terjadinya transaksi jual beli antara konsumen dan pengusaha. Jadi perilaku belanja tercipta dari motivasi dalam diri konsumen yang timbul akibat adanya kebutuhan konsumen yang semakin lama semakin kompleks.
Jenis Motivasi Konsumen
Menurut Utami (2010), motivasi konsumen untuk berbelanja dapat dibagi menjadi dua yaitu :
1. Utilitarian shopping motivation Seseorang akan berbelanja jika orang tersebut merasa mendapatkan manfaat dari suatu produk yang diinginkan. Motivasi ini didasarkan pada pemikiran yang benar-benar rasional dan objektif. 2. Hedonic shopping motivation
Seorang akan berbelanja karena orang tersebut merasa mendapatkan kesenangan dan merasa bahwa berbelanja itu adalah
hal yang menarik. Jadi, motivasi ini didasarkan respons emosional, kesenangan, mimpi dan pertimbangan.
Kategori Hedonic Motivasi
Menurut Utami (2010), studi ekploraritas kualitatif dan kuantitatif yang dilakukan, mengindetifikasi enam faktor motivasi belanja hedonis, antara lain :
1. Adventure shopping
Kategori yang pertama adalah
adventure shopping di mana
sebagian besar konsumen
berbelanja karena adanya sesuatu yang dapat membangkitkan gairah belanja, merasakan bahwa
berbelanja adalah suatu
pengalaman dan dengan berbelanja mereka merasa memiliki dunianya sendiri.
2. Social shopping
Kategori yang kedua adalah social
shopping di mana sebagian besar
konsumen beranggapan bahwa kenikmatan dalam berbelanja akan tercipta ketika mereka menghabiskan waktu bersama sama dengan keluarga atau teman.
3. Gratification shopping
Kategori yang ketiga adalah gratification shopping di mana
berbelanja merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi stress, mengatasi suasana hati yang buruk, dan berbelanja sebagai suatu yang spesial untuk dicoba serta sebagai sarana untuk melupakan problem problem yang sedang dihadapi.
4. Idea shopping
Kategori yang keempat adalah idea
shopping di mana konsumen berbelanja untuk mengikuti trend model-model fasion yang baru, dan untuk melihat produk serta inovasi yang baru.
5. Role shopping
Kategori yang kelima adalah role
shopping di mana banyak konsumen lebih suka berbelanja untuk orang lain dari pada untuk dirinya sendiri, seperti memberi hadiah pada orang lain.
6. Value shopping
Kategori yang keenam adalah value
shopping di mana konsumen menganggap bahwa berbelanja merupakan suatu permainan yaitu pada saaat tawar-menawar harga atau pada saat konsumen mencari tempat belanja yang menawarkan diskon, obralan, ataupun tempat perbelanjaan dengan harga yang murah.
Sifat Dinamis Motivasi
Menurut Schiffman dan Kanuk (2007), motivasi merupakan konsepsi yang dinamis yang terus menerus berubah sebagai reaksi terhadap berbagai pengalaman hidup. Beberapa alasan mengapa kegiatan manusia yang didorong kebutuhan tidak pernah berhenti adalah sbb :
1) Banyak kebutuhan yang tidak pernah terpuaskan sepenuhnya, kebutuhan tersebut terus mendorong tindakan yang dimaksudkan untuk mencapai atau mempertahankan kepuasan.
2) Setelah kebutuhan terpuaskan, kebutuhan baru dan yang urutannya lebih tinggi timbul yang menyebabkan tekanan dan mendorong kegiatan.
3) Orang-orang yang berhasil mencapai sasaran mereka menetapkan sasran baru dan lebih tinggi untuk diri mereka.
Kerangka Konseptual
Berdasarkan tinjauan landasan teori maka dapat disusun kerangka pemikiran dalam penelitian ini seperti tersaji dalam gambar berikut ini :
Gambar 2 Kerangka Konseptual
Hipotesis
H1 : Store Atmosphere berpengaruh
positif terhadap Impulsive Buying
pada Ramayana Robinson Plaza Andalas di Kota Padang.
H2: Motivasi Belanja Berdasarkan Kesenangan (Hedonic) berpengaruh positif terhadap
Impulsive Buying pada Ramayana
Robinson Plza Andalas di Kota Padang
Metode Penelitian Populasi
Menurut Sugiyono (2003) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah konsumen yang berebelanja di Ramayana Robinson Plaza Andalas di Kota Padang yang jumlahnya tidak diketahui.
Sampel
Menurut Istijanto (2005) sampel adalah suatu bagian yang ditarik dari populasi dan merupakan bagian yang lebih kecil dari populasi yang akan di uji dan dijadikan contoh serta sebagai objek bagi penelitian.
Defenisi dan Opersional Variabel
Dalam penelitian ini terdapat dua jenis variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Adapun yang berperan sebagai variabel bebas adalah store
atmosphere dan motivasi belanja berdasarkan kesenangan (Hedonic), sedangkan yang menjadi variabel terikatnya adalah Impulsive Buying.
Teknik Pengumpulan Sampel
Dalam penelitian ini teknik yang akan digunakan dalam pengambilan sampel adalah purposive sampling
(Sugiyono, 2003 ). Dimana purposive
sampling adalah teknik pengambilan
sampel dengan pertimbangan tertentu. Dalam penelitian ini yang menjadi sampel dari populasi adalah konsumen dari Robinson Plaza Andalas di Kota Padang dengan kriteria sebagai berikut:
1. Berumur 17 - 60 tahun.
2. Sudah pernah belanja di Ramayan Robinson Plaza Andalas Padang. 3. Berdomisili di Kota Padang.
Store Atmosphere
Motivasi
Impulsive
Teknik Pengumpulan Data
Untuk melakukan pengumpulan data maka penulis melakukan pengambilan data secara langsung dengan metode lapangan
(field reseach) yaitu berupa penyeberan
kuesioner pada orang yang pernah berbelanja di Ramayana Robinson Plaza Andalas dikota Padang.
Metode Analisis Data Analisis Deskriptif
Analisa ini bermaksud untuk mengambarkan karakteristik masing-masing variabel penelitian. Analisa ini tidak menghubung-hubungkan satu variabel dengan variabel lainnya dan tidak membandingkan satu variabel dengan variabel lain. Untuk mendapatkan rata-rata skor masing-masing idikator pertanyaan – pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner.
Analisa Inferensial
1. Uji Validitas
Instrument yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Meteran yang valid dapat digunakan untuk mengukur panjang denga teliti, karena meteran memang untuk mengukur panjang. Meteran tersebut menjadi tidak valid jika digunakan untuk mengukur berat.
Seperti telah dikemukakan bahwa, analisis faktor dilakukan dengan cara mengkorelasikan jumlah skor faktor dengan skor total. Bila korelasi tiap faktor tersebut positif dan besarnya 0,3 ke atas maka fakor tersebut merupakan construct yang kuat (Sugiyono, 2009).
2. Uji Reabilitas
Reliabilitas adalah alat ukur untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan
reliable atau handal jika jawaban seorang
terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktun (Ghozali, 2005). Menurut Nunnaly (1978) dalam Ghozali (2005) suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel, jika nilai
cronbach Alpha > 0.70.
Tabel 2
Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Variabel Butir Valid Cronb ach’s Alpha Ket Store Atmosphere 9 0,876 Reliabel Motivasi 9 0,834 Reliabel Impulsive Buying 5 0,856 Reliabel
Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil ( Ghozali, 2005 ).
2. Uji Multikolinearitas
Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel indenpenden. Jika terjadi korelasi yang kuat, maka dapat dikatakan telah terjadi masalah multikolinearitas dalam model regresi. Ghozali (2005) menyatakan pedoman suatu model regresi yang bebas multikolinearitas adalah
a. Mempunyai nilai VIF ( Variance
Influence Factor ) lebih besar dari
10.
b. Mempunyai angka tolerance lebih kecil dari 0,10.
3. Uji Heteroskedastisitas
Pengujian ini dilakukan untuk memprediksi regresi yang digunakan cocok atau tidak. Dalam SPSS metode yang sering digunakan untuk mendeteksi adanya heteroskedstisitas yaitu dengan
melihat ada tidaknya pola tertentu pada
scatterplot yang menununjukan hubungan
antara Regresion Studentised Residual dengan regresion Standarlized Predicted
Value (Santoso, 2001). Dasar pengambilan
keputusan berkaitan dengan gambar tersebut adalah :
a. Jika terdapat pola tertentu, yaitu jika titik membentuk pola tertentu dan teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka diindikasikan terdapat masalah heteroskedastisitas.
b. Jika terdapat pola yang jelas, yaitu jika titik-titiknya menyebar, maka diindikasikan terdapat masalah heteroskedstisitas.
Analisis Regresi Linear Berganda
Untuk menguji hipotesis adanya pengaruh yang signifikan antara pengaruh
store atmosfere dan motivasi belanja
berdasarkan kesenangan (hedonic) terhadap impulsive buying pada konsumen Ramayan Robinson Plaza Andalas diKota Padang maka digunakan alat uji statistik yaitu regresi linear berganda. Umar (2006).
Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan metode statistik untuk menguji hipotesis dan variabel yang di gunakan. Data tersebut dianalisis dengan menggunakan SPSS (Statistical Program
for Science) versi 16.0. Hasil analisis
regresi linier berganda dapat iringkas pada
tabel 3 berikut ini:
Variabel Terikat
Konstanta dan Variabel Bebas
Koefisien
Regresi Signifikan Keterangan
Impulsive Buying (Y)
Konstanta (a) 1.211 0.229 -
Store Atmosphere (X1) 5.007 0.000 H1 Diterima
Motivasi (X2) 5.787 0.000 H2 Diterima
F 31.501 0.000 -
R Square 0.381 -
Sumber: Data Olahan SPSS
Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda yang disajikan pada tabel 4 dapat dikemukakan persamaan regresi linier berganda:
Y = 1,211 + 5,007X1+ 5,787X2
Hasil analisis regresi linear berganda dapat diintrepretasikan bahwa variabel Store Atmosphere dan Motivasi Belanja Berdasarkan Kesenangan (Hedonic) berpengaruh positif Terhadap
Impulsive Buying pada Ramayana Robinson Plaza Andalas DiKota Padang karena memiliki nilai signifikan lebih kecil dari α = 0,05.
PEMBAHASAN
Berdasarkan pada hasil uji analisa deskriptif dapat dilihat bahwa variabel
Store Atmosphere memiliki nilai rata-rata
jawaban responden sebesar 3,22 dan nilai TCR sebesar 64,3 hal ini berarti bahwa variabel store atmosphere termasuk dalam kategori kurang baik.. Pada hasil pengujian hipotesis pertama ditemukan bahwa
variabel store atmosphere berpengaruh positif terhadap impulsive buying pada Ramayana Robinson di Kota Padang.
Berdasarkan pada hasil uji analisa deskriptif dapat dilihat bahwa variabel Motivasi memiliki nilai rata-rata jawaban responden sebesar 3,67 dan nilai TCR sebesar 73,3 hal ini berarti bahwa variabel motivasi belanja berdasarkan kesenangan (hedonic) termasuk dalam kategori cukup baik. Dan juga berdasarkan pada hasil uji hipotesis di temukan bahwa variabel motivasi belanja berdasarkan kesenangan (hedonic) berpengaruh signifikan terhadap
Impulsive Buying.
Dari hasil olahan data uji koefisien determinasi pada tabel 4 dapat diketahui bahwa koefisien determinasi (R Square) sebesar 0.381 atau 38,1%, hasil tersebut memperlihatkan bahwa variabel impulsive
buying dari Ramayana Robinson yang
dapat dijelaskan oleh store atmosphere dan motivasi belanja berdasarkan kesenangan (hedonic) sebesar 38,1% sedangkan
sisanya 61,9% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
KESIMPULAN
Bedasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disampaikan beberapa kesimpulan penelitian sebagai berikut:
1. Variabel store atmosphere
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Impulsive Buying pada Ramayana Robinson Plaza Andalas di Kota Padang.
2. Variabel motivasi belanja berdasarkan kesenangan (hedonic) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Impulsive Buying pada Ramayana Robinson Plaza Andalas di Kota Padang.
DAFTAR PUSTAKA
Berman, B., & Evans J.R. (2010). Retail
management: A strategic approach
(11thed.). New Jersey: Pearson Prentice Hall.
Denny, Yohanes. 2013. Pengaruh Promosi dan Store Atmosphere terhadap Impulsive Buying denagn Shopping Emotion sebagai Variabel Intervening Studi Kasus di Matahari Departement Store cabang Supermall Surabaya. Jurnal
Manajemen Pemasaran Petra.
Vol.1, No.1.
Ghozali imam 2005. Analisis Multivarate
dengan program SPSS. Semarang :
Badan Pnerbit Universitas Diponegoro.
Gujarati, Damodar .2000. Ekonometrik
Dasar. Terjemahan Sumarno Zain,
Erlangga, Jakarta.
Istijanto. 2005. Aplikasi Prakatisi Riset
Pemasaran. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Kotler, Philip, dan Keller, Kevin Lane, 2007. Manajemen Pemasaran, Jilid 1,Edisi Keduabelas, PT Indeks Gramedia, Jakarta.
Kotler. Philip(2006). Manajemen pemasaran, jilid II, Edisi kesebelas, Jakarta, P.T Indeks Gramedia Levy and Weitz (2009). Retailing
management (7th ed.). New York:
McGraw Hill.
Samuel, Hatane dan Foedjiawati. 2005. “Pengaruh Kepuasan Konsumen terhadap Kesetiaan Merek (Studi Kasus Restoran The Prime Steak &
Ribs Surabaya)”. Staf Pengajar
Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Petra Surabaya.
Santoso, Singgih. 2001. Buku Latihan
SPSS. Edisi kedua. Jakarta : PT.
Elex Media Komputindo.
Schiffman dan Kanuk (2007).Prilaku
Konsumen.Edisi ketujuh, Jakarta,
P.T Indeks Gramedia.
Sendi, Sipahatur. 2012. Penagaruh Display Toko dan MOTIVASI Belanja Berdasarkan Kesenangan (Hedonic) Terhadap Pembelian
Impulsive Buying Pada Konsumen
Ouvar Research Bandung.
Sekaran, Uma. 2006. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis, Salemba Empat, Jakarta
Sugiyono, 2003, Statistik Untuk Penelitian (cetakan kelima). Bandung : CV. Alfabetha Tjiptono, Fandy.2008.
Strategi Pemasaran. Edisi III.
Andi : Yogyakarta.
Vinci,Maharani.(2009).Manajemen bisnis
eceran.Edisi Pertama, Bandung,
Sinar Baru Algensindo
Widya Utami, Christina. 2010. Manajemen
Ritel (edisi 2). Jakarta:Salemba