• Tidak ada hasil yang ditemukan

OBAT Anti Psikosis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "OBAT Anti Psikosis"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

OBAT-OBAT ANTIPSIKOSIS

OBAT-OBAT ANTIPSIKOSIS

Pembimbing:

Pembimbing:

Dr. Imelda Indriani, Sp.KJ

Dr. Imelda Indriani, Sp.KJ

Dr. Carlamia H. Lusikooy, Sp.KJ

Dr. Carlamia H. Lusikooy, Sp.KJ

Dr. Adhi Nurhidayat Sp.KJ

Dr. Adhi Nurhidayat Sp.KJ

Disusun oleh: Disusun oleh:

Mohd Fahmi Bin Mohd Hani (11 2011 252)

Mohd Fahmi Bin Mohd Hani (11 2011 252)

Muhammad Naqiuddin Bin Jalaluddin (11 2011 200)

Muhammad Naqiuddin Bin Jalaluddin (11 2011 200)

Nur Atikah Bt Azmi (11

Nur Atikah Bt Azmi (11 2011 270)2011 270)

Yohana Christanti Herianto (11 2012 048)

Yohana Christanti Herianto (11 2012 048)

Rahayu M. Sihite (11 2011 027)

Rahayu M. Sihite (11 2011 027)

Aprianus (11 2010 250)

Aprianus (11 2010 250)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA

PERIODE 17 DESEMBER 2012

PERIODE 17 DESEMBER 2012 –  –  4 JANUARI 2013 4 JANUARI 2013 FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA RSKO JAKARTA, CIBUBUR ,2012 RSKO JAKARTA, CIBUBUR ,2012

(2)

OBAT ANTI-PSIKOSIS

Sinonim : Neuroleptics, Major Transquillizers, Ataractis Antipsychotics, Antipsychotic Drugs, Neuroleptik.

Obat acuan : Chlorpromazine (CPZ)

SEDIAAN OBAT ANTI-PSIKOSIS dan DOSIS ANJURAN (yang beredar di Indonesia menurut MIMS Vol. 7, 2006)

No. Nama Generik Nama Dagang Sediaan Dosis Anjuran 1. Chlorpromazine Chlorpromazine Promactil Meprosetil Cepezet Tab. 25-100 mg Tab. 100 mg Tab. 100 mg Tab. 100 mg Ampul 50 mg/2 cc 150 –  600 mg/ hr 50 –  100 mg (i.m) setiap 4-6 jam 2. Haloperidol Haloperidol Dores Serenace Haldol Govotil Lodomer Haldol Decanoas Tab. 0,5-1,5 mg Tab. 5 mg Cap. 5 mg Tab. 1,5 mg Tab. 0,5-1,5 mg Tab. 5 mg Liq. 2 mg / ml Amp. 5 mg / cc Tab. 2-5 mg Tab. 2-5 mg Tab. 2-5 mg Amp. 5 mg / cc Amp. 50 mg / cc 5-15 mg / hr 5-10 mg (i.m) setiap 4-6 jam 5-10 mg (i.m) setiap 4-6 jam 50 mg (i.m) setiap 2-4 minggu 3. Perphenazine Perphenazine Trilafon Tab. 4 mg Tab. 2-4-8 mg 12 –  24 mg / hr

(3)

4. Fluphenazine Fluphenazine decanoate Anatensol Modecate Tab. 2,5 -5 mg Vial 25 mg / cc 10-15 mg / hr 25 mg (i.m) setiap 2-4 minggu

5. Trifluoperazine Stelazine Tab. 1-5 mg 10-15 mg/hr 6. Thloridazine Melleril Tab. 50-100 mg 150-300 mg /hr 7. Sulpiride Dogmatil Forte Amp. 100 mg/ 2 cc 3-6 amp/hr (im)

300-600 mg / hr 8. Pimozide Orap Forte Tab. 4 mg 2-4 mg/ hr

9. Risperidone Risperidone Risperdal Risperdal Consta  Neripros Persidal Rizodal Zofredal Tab. 1-2-3 mg Tab. 1-2-3 mg Vial 25 mg / cc Vial 50 mg/cc Tab. 1-2-3 mg Tab. 1-2-3 mg Tab. 1-2-3 mg Tab. 1-2-3 mg 2-6 mg / hr 25-50 mg (im) setiap 2 minggu 10. Clozapine Clozaril Sizoril Tab. 25-100 mg Tab. 25-100 mg 25-100 mg / hr

11. Quetiapine Seroquel Tab. 25-100 mg Tab. 200 mg

50-400 mg / hr

12. Olanzapine Zyprexa Tab. 5-10 mg 10-20 mg / hr 13. Zotepine Lodorin Tab. 25-50 mg 75 –  100 mg / hr 14. Aripiprazole Abilify Tab. 10-15 mg 10- 15 mg / hr

PENGGOLONGAN

I. OBAT ANTI-PSIKOSIS TIPIKAL (TYPI CAL ANTI PSYCH OTICS) 

1. Phenothiazine

- rantai Aliphatic :Chlorpromazine (Largactil) - rantai Piperazine :Perphenazine (Trilafon)

Trifluoperazine (Stelazine) Fluphenazine (Anatensol)

(4)

- rantai Piperidine :Thioridazine (Melleril)

2. Butyrophenone :Haloperidol (Haldol, Serenace, dll) 3. Diphenyl-butyl- : Pimozide (Orap)

Piperidine

II. OBAT ANTI-PSIKOSI ATIPIKAL (ATYPI CAL ANTI PSYCH OTICS) 

1. Benzamide : Supiride (Dogmatil) 2. Dibenzodiazepine :Clozapine (Clozaril)

Olanzapine (Zyprexa) Quetiapine (Seroquel) Zotepine (Ludopine) 3. Benzisoxale :Risperidone (Risperdal)

Aripiprazole (Ability)

INDIKASI PENGGUNAAN Gejala sasaran (target syndrome):SI NDROM PSI KOSI S

Butir-butir diagnostik Sindrom Psikosis

 Hendaya berat dalam kemampuan daya menilai realitas (reality testing ability),

 bermanifestasi dalam gejala: kesadaran diri (awareness) yang terganggu, daya nilai norma sosial (judgement) terganggu, dan daya tilikan diri (insight) terganggu.

 Hendaya berat dalam fungsi-fungsi mental, bermanifestasi dalam gejala POSITIF:

gangguan asosiasi pikiran (inkoherensi), isi pikiran yang tidak wajar (waham), gangguan persepsi (halusinasi), gangguan perasaan (tidak sesuai dengan situasi),  perilaku yang aneh atau tidak terkendali (disorganized), dan gejala NEGATIF: gangguan perasaan (afek tumpul, respons emosi minimal), gangguan hubungan sosial (menarik diri, pasif, apatis), gangguan proses pikir (lambat, terhambat), isi pikiran yang stereotip dan tidak ada inisiatif, perilaku yang sangat terbatas dan cenderung menyendiri (abulia).

 Hendaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari, bermanifestasi dalam gejala: tidak

(5)

Sin drom Psik osis dapat terj adi pada:

- Sindrom Psikosis Fungsional : Skizofrenia, Psikosis Paranoid, Psikosis Afektif, Psikosis Reaktif Singkat, dll. - Sindrom Psikosis Organik : Sindrom Delirium, Dementia,

Intoksikasi Alkohol, dll.

MEKANISME KERJA

Hipotesis : Sindrom Psikosis terjadi berkaitan dengan aktivitas neurotransmitter Dopamine yang meningkat. (Hiperaktivitas sistem dopaminergik sentral)

Mekanisme kerja obat anti-psikosis tipikal adalah mem-blokade Dopamine pada reseptor  pasca-sinaptik neuron di Otak, khususnya di sistem limbic dan sistem ekstrapiramidal (Dopamine D2 receptor antagonists) sehingga efektif untuk gejala POSITIF . Sedangkan obat anti- psikosis atipikal disamping berafinitas terhadap “Dopamine D2 Receptors” juga terhadap “Serotonin 5 HT2 Receptors” (Serotonin-Dopamine antagonists), sehingga efektif juga untuk gejala NEGATIF.

PROFIL EFEK SAMPING Efek samping obat anti-psikosis dapat berupa :

 Sedasi dan inibisi psikomotor (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja

 psikomotor menurun, kemampuan kognitif menurun).

 Gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik/parasimpatolitik : mulut kering,

kesulitan miksi dan defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intraokuler meninggi, gangguan irama jantung).

 Gangguan ekstrapiramidal (distonia akut, akathisia, sindrom Parkinson : tremor,

 bradikinesia, rigiditas).

Gangguan endokrin (amenorrhoe, gynaecomastia), metabolic (Jaundice), he matologic (agranulocytosis), biasanya pada pemakaian jangka panjang.

(6)

Efek samping ini ada yang dapat ditolerir oleh pasien, ada yang lambat, dan ada yang sampai membutuhkan obat simtomatis untuk meringankan penderitaan pasie n.

Dalam penggunaan obat anti-psikosis yang ingin dicapai adalah “optimal response

with minimal side effects”.

Efek samping dapat juga “irreversible” : tardive dyskinesia  (gerakan berulang involunter pada : lidah , wajah, mulut/rahang, dan anggota gerak, dimana pada waktu t idur gejala tersebut menghilang). Biasanya terjadi pada pemakaian jangka panjang (terapi

 pemeliharaan) dan pada pasien usia lanjut. Efek samping ini tidak berkaitan dengan dosis obat anti psikosis (non dose related).

Bila terjadi gejala tersebut : obat anti psikosis perlahan-lahan dihentikan , bisa dicoba  pemberian obat Reserpine 2,5 mg/h, (dopamine depleting agent), pemberian obat

antiparkinson atau I-dopa dapat memperburuk keadaan. Obat p engganti anti-psikosis yang  paling baik adalah Clozapine 50-100 mg/h.

Pada penggunaan obat anti-psikosis jangka panjang, secara periodic harus dilakukan

pemer iksaan laboratori um  : darah rutin, urine lengkap, fungsi hati, fungsi ginjal, untuk deteksi dini perubahan akibat efek samping obat.

Obat anti psikosis hamper tidak pernah menimbulkan kematian sebagai akibat

overdosisatau untuk bunuh diri. Namun demikian untuk menghindari akibat yang kurang menguntungkan sebaiknya dilakukan “lavage lambung” bila obat belum lama dimakan.

INTERAKSI OBAT

 Antipsikosis + antipsikosis lain = potensiasi efek samping obat dan tidak ada bukti

lebih efektif (tidak ada efek sinergis antara 2 obat antipsikosis). Misalnya : Chlorpromazine + Reserpine = potensiasi efek hipotensif.

 Antipsikosis + Antidepresan trisiklik = efek samping antikolinergik meningkat

(hati-hati pada pasien dengan hipertrofi prostat, glaucoma, ileus, penyakit jantung).

 Antipsikosis + Antianxietas = efek sedasi meningkat, bermanfaat untuk kasus dengan

(7)

 Antipsikosis + ECT = dianjurkan tidak memberikan obat anti psikosis pada pagi hari

sebelum dilakukan ECT (Electro Convulsive Therapy) oleh karena angka mortalitas yang tinggi.

 Antipsikosis + antikonvulsan = ambang konvulsi menurun, kemungkinan serangan

kejang meningkat, oleh karena itu dosis antikonvulsan harus lebi besar (dose related). Yang paling minimal menurunkan ambang kejang adalah obat anti psikosis

Haloperidol.

 Antipsikosis + Antasida = efektivitas obat anti psikosis menurun dosebabkan

gangguan absorpsi.

CARA PENGGUNAAN Pemilihan obat

 Pada dasarnya semua obat anti –  psikosis mempunyai efek primer ( efek klinis) yang

sama pada dosis ekivalen.perbedaan terutama pada efek sekunder( efek samping : sedasi,otonomik, ekstrapiramidal).

Anti- psikosis Mg.Eq Dosis (Mg/h) Sedasi Otonomik Eks.pir Chlopromazine Thioridazine Perphenazine Trifluoperazine Flupherazine Haloperidol Pimozide Clozapine Zotepine Sulpiride Risperidone Quetiapine Olanzapine 100 100 8 5 5 2 2 25 50 200 2 100 10 150  –   1600 100  –   900 8  –  48 5 –  60 5 -60 2 -100 2 -6 25 –  200 75 - 100 200 –  1600 2 -9 50 –  400 10- 20 +++ +++ + + ++ + + ++++ + + + + + +++ +++ + + + + + + + + + + + ++ + +++ +++ +++ ++++ ++ -+ + + + +

(8)

Aripiprazole 10 10 -20 + + +

 Pemilihan obat anti-psikosis mepertimbangkan gejala psikosis yang dominan dan efek

samping obat. Pergantian obat disesuai kan dengan dosis ekivalen. Misalkan pada contoh sbb:

Chlorpromazine da Thioridazine yang efek samping sedatif kuat terutama digunakan terhadap sindrom psikosis dengan gejala dominan gaduh gelisah, hiperaktif, sulit tidur, kekacauan pikiran, perasaan, dan perilaku,dll. Sedangkan Trifluoperazine, Fluphenazine, dan Haloperidol yang efek samping se datif lemah digunakan terhadap sindrom Psikosis dengan gejala dominan : apatis, menarik diri, perasaan tumpul, kehilangan minat dan inisiatif, hipoaktif,waham, Halusinas, dll. Tetapi obat yang terakhir ini paling mudah menyebabkan timbulnya gejala ekstrapiramidal pada pasien yang rentan terhadap efek samping tersebut perlu digantikan dengan Thioridazine (dosis Ekivalen) dimana efek samping ekstrapiramidal sangat ringan. Untuk pasien yang sampai timbul “tardive dyskinesia “ obat anti –  psikosis yang tanpa efek samping ekstrapiramidal adalah Clozapine.

 Apabila obat anti-psikosis tertentu tidak memberikan respons klinis dalam dosis yang

sudah optimal setelah jangka waktu yang memadai, dapat diganti dengan obat anti  psikosis lain ( sebaiknya dari golongan yang tidak sama). Dengan dosis ekivalennya,

dimana profil efek samping belum tentu sama.

 Apabila dalam riwayat penggunaan obat psikosis sebelumnya ,jenis obat

anti- psikosis tertentu yang sudah terbukti efektif dan ditolerir dengan baik efek sampingnya ,dapat dilihat kembali untuk pemakaian sekarang.

(9)

 Apabila gejala negatif (afek timbul ,penarikan diri, hipobulia, isi pikiran miskin)

lebih menonjol dari gejala positif (waham halusinasi, bicara kacau, perilaku tidak terkendali ) pada pasien skizonfrenia ,pilihan obat antipsikosis –  atipikal perlu

 pertimbangan .khususnya pada penderita skizofrenia yang tidak dapat mentolerir efek samping ekstrapiramidal atau mempunyai resiko medik dengan adanya gejala

ekstrapiramidal ( neuro leptic induced medical complication).

Pengaturan Dosis

Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan :

 Onset efek primer (efek klinis ) : sekitar 2 -4 minggu

Onset efek sekunder (efek samping ) : sekitar 2- 6 jam .

 Waktu paruh : 12 –  14 jam (pemberian obat 1-2 x perhari ).

 Dosis pagi dan malam dapat berbeda untuk mengurangi dampak dari efek

samping (dosis pagi kecil, dan dosis malam lebih besar)sehingga tidak begitu menggangu kualitas hidup pasien .

Mulai dengan “dosis awal” sesuai dengan “dosis anjuran” , dinaikan setiap 2 –  3 hari sampai mencapai “ dosis efektif “ ( mulai timbul peredaran sindrom  psikosis ) dievaluasi setiap 2 minggu dan bila perlu dinaikan “dosis

optimal”dipertahankan sekitar 8 -12 minggu (stabilisasi ) diturunkan setiap 2 minggu  ”dosis maintenance” dipertahankan 6 bulan sampai 2 tahun (

diselingi “ drug holiday” 1-2 hari/minggu ) tapering off (dosis diturunkan tiap 2-4 minggu ) stop .

LAMA PEMBERIAN

Untuk pasien dengan serangan sindrom psikosis yang “multi episode”,terapi

 pemeliharaan ( maintenance” diberikan paling sedikit selama 5 tahun. Pemberian yang cukup lama ini dapat menurunkan derajat kekambuhan 2,5 –  5 kali .

(10)

Efek obat antipsikosis secara relatif berlangsung lama ,sampai beberapa hari setelah dosis terakhir masih mempunyai efek klinis .Sehingga tidak langsung menimbulkan setelah obat dihentikan ,biasanya 1 bulan kemudian baru gejala sindrom psikosis kambuh kembali .

Hal tersebut disebabkan metabolisme dan ekskresi obat sangat lambat ,metabolit-metabolit masih mempunyai keaktifan antipsikosis .

Pada umumnya pemberian obat antipsikosis sebaiknya dipertahankan s elama 3 bulan  –  1 tahun setelah semua gejala psikosis mereda sama sekali .Untuk “ Psikosis Reaktif

Singkat” ,penurunan obat secara bertahap setelah hilangnya gejala dalam kurun waktu 2 minggu-2 bulan .

Obat antipsikosis tidak menimbulkan gej ala lepas obatyang hebat walaupun diberikan dalam jangka waktu lama ,sehingga potensi ketergantungan obat kecil sekali .

Pada penghentian yang mendadak dapat timbul gejala “cholinergic rebound” : gangguan lambung ,mual,muntah ,pusing ,diare ,gemetar dan lain-lain .Keadaan ini akan mereda dengan pemberian “anticholinergic agent” (injeksi sulfas atropin 0,25 mg (im) ,tablet Trihexyphenidyl 3x2 mg/h) .

Oleh karena itu ,pada penggunaan bersama obat antipsikosis bersama antiparkinson ,bila sudah tiba waktu penghentian obat ,obat antipsikosis dihentikan lebih dahulu ,kemudian  baru menyusul obat antiparkinson .

PENGGUNAAN PARENTERAL

Obat antipsikosis “long acting” (Fluphenazine Decanoale 25mg /cc atau Haloperidol

Decanoas 50mg/cc ,im ,setiap 2-4 minggu sangat berguna untuk pasien yang tidak mahu atau sulit teratur makan obat atau pun yang tidak efektif terhadap medikasi oral .

Sebaiknya sebelum penggunaan parenteral diberikan per oral lebih dahulu beberapa minggu untuk melihat apakah terdapat efek hipersensitivitas .

Dosis dimulai dengan ½ cc ,setiap 2 minggu pada bulan pertama kemudian baru ditingkatkan menjadi 1cc setiap bulan .

(11)

Pemberian obat antipsikosis “long acting” hanya untuk terapi stabilisasi dan pemeliharaan

(mai ntenance ther apy)  terhadap kasus skizofrenia .15-25% kasus menunjukkan toleransi yang baik terhadap efek samping ekstrapiramidal .

PERHATIAN KHUSUS

 Efek samping yang sering timbul dan tindakan mengatasinya :

Penggunaan Chlorpromazine injeksi (im) : sering menimbulkan hipotensi ortostatik pada waktu perubahan posisi tubuh ( efek alpha adrenergik blokade) .Tindakan mengatasinya dengan injeksi noradrenalin (norepinefrin) sebagai “alpha adrenergik stimulator “.

Dalam keadaan ini tidak diberikan adrenalin oleh karena bersifat “ alpha dan beta adrenergik stimulator) sehingga efek beta adrenergik tetap ada dan dapat t erjadi syok .

Hipotensi ortostatik seringkali dapat dicegah dengan tidak langsung bangun setelah mendapat suntikan dan dibiarkan tiduran selama sekitar 5-10 menit .Bila dibutuhkan dapat diberikan  Norepinephrine bitartrate (LEVOPHED-Abbot atau RAIVAS – Dexa Medica atau

VASCON-Fahrenheit) ampul 4mg/4cc dalam infus 1000 ml dextrose 5% dengan kecepatan infus 2-3 cc/menit .

Obat antipsikosis yang kuat (Haloperidol) sering menimbulkan gejala ekstrapiramidal/sindrom parkinson .Tindakan mengatasinya dengan tablet Trihexyphenidyl (Artane) 3-4x2 mg/hari ,Sulfas Atropin 0,50-0,75 mg (im) .Apabila sindrom parkinson sudah terkendali diusahakan penurunan dosis secara bertahap ,untuk menentukan apakah masih dibutuhkan penggunaan obat antiparkinson .

Secara umum dianjurkan penggunaan obat antiparkinson tidak lebih dari 3 bulan (risiko timbul “atropine toxic syndrome” ) .Tidak dianjurkan pemberian “antiparkinson profilaksis” oleh karena dapat mempengaruhi penyerapan/absorbsi obat anti psikosis sehingga kadarnya dalam plasma rendah ,dan dapat menghalangi manifestasi gejala psikopatologis yang dibutuhkan untuk penyesuaian dosis obat anti-psikosis agar tercapai dosis efektif .

 “Rapid Neuroleptization” :

Haloperidol 5-10 mg (im) dapat dilulangi setiap 2 jam ,dosis maksimum adalah 100 mg dalam 24 jam .Biasanya dalam 6 jam sudah dapat mengatasi gejala-gejala akut dari Sindrom

(12)

Psikosis (agitasi,hiperaktivitas psikomotor,impulsif,menyerang,gaduh gelisah,perilaku destruktif dan lain-lain) .

 Kontraindikasi dari pemakaian neuroleptik :

 Penyakit hati (hepatotoksik)

 Penyakit darah (hematotoksik)

 Epilepsi (menurunkan ambang kejang)

 Kelainan jantung (menghambat irama jantung)

 Febris yang tinggal (thermoregulator di SSP)

 Ketergantungan alkohol (penekanan SSP meningkat)

 Penyakit SSP (parkinson ,tumor otak dan lain-lain)

 Gangguan kesadaran disebabkan “CNS-depressant” (kesadaran makin memburuk)

 Pemakaian khusus

- Thioridazine dosis kecil sering digunakan untuk pasien anak dengan hiperaktif ,emosional labil dan perilaku destruktif .Juga sering digunakan pada pasien usia lanjut dengan gangguan emosional (anxietas,depersi,agitasi) dengan dosis 20-200 mg/hari .Hal ini disebabkan oleh Thioridazine lebih cenderung ke  blokade reseptor dopamin di sistem limbik daripada di sistem ekstrapiramidal  pada SSP (sebaliknya dari Haloperidol) .

- Haloperidol dosis kecil untuk “Gilles de la Tourette’s Syndrome” sangat efektif .Gangguan ini biasanya timbul mulai antara umur 2 sampai 15 tahun .Terdapat gerakan-gerakan involunteer berulang ,cepat dan tanpa tujuan ,yang melibatkan banyak kelompok otot (tics) .Disertai tics vokal yang multipel (misalnya suara “klik” ,dengusan ,batuk ,menggeram ,menyalak atau kata-kata kotor/koprolalia) .Pasien mampu menahan tics secara volunteer selama  beberapa menit sampai beberapa jam .

 Sindrom Neuroleptik Maligna (SNM)

Merupakan kondisi yang mengancam kehidupan akibat reaksi idiosinkrasi terhadap obat antipsikosis (khususnya pada “long acting” di mana risiko ini lebih besar) .Semua pasien yang diberikan obat antipsikosis mempunyai risiko untuk terjadinya

(13)

SNM tetapi dengan kondisi dehidrasi ,kelelahan atau malnutrisi ,risiko ini akan menjadi lebih tinggi .Butir-butir diagnostik SNM :

- Suhu badan lebih dari 38 derajat C (hiperpireksia) - Terdapat sindrom ekstrapiramidal berat (rigidity)

- Terdapat gejala disfungsi otonomik (inkontinensia urin) - Perubahan status mental

- Perubahan tingkat kesadaran

- Gejala tersebut timbul dan berkembang dengan cepat Pengobatan :

- Hentikan segera obat anti-psikosis - Perawatan suportif

- Obat dopamine agonist (bromokriptin 7,5-60 mg/h 3dd ,l-dopa2-100 mg/h atau amantadin 200mg/h)

Pada pasien usia lanjut atau dengan sindrom psikosis organik ,obat antipsikosis diberikan dalam dosis kecil dan minimal efek samping otonomik (hipotensi ortostatik) dan sedasinya yaitu golongan “high potency neuroleptics” misalnya Haloperidol ,Trifluoperazine ,Fluphenazine atau anti-psikosis atipikal .Penggunaan pada wanita hamil ,berisiko tinggi anak yang dilahirkan menderita gangguan saraf ekstrapiramidal .

Daftar Pustaka :

1. Dr.Rusdi Maslim ,SpKJ ,Obat Anti-Psikosis ,Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Edisi Ketiga ,2007 : hal 14-22

Gambar

Tab. 200 mg

Referensi

Dokumen terkait

DRPs merupakan suatu masalah yang timbul dalam penggunaan obat atau terapi obat yang secara potensial maupun aktual dapat.. mempengaruhi outcome terapi pasien, meningkatkan

Steven Johnsons Syndrome (SJS) dan Toxic Epidermal Necrolysis (SJS/TEN) merupakan reaksi alergi obat yang berat yang ditandai oleh kelainan kulit, mukosa orifisium (oral,

Kadar Serum Glutamic Oxaloacetat Transaminase dan Serum Glutamic Pyruvic Transaminase pada Pasien Tuberkulosis Paru Selama Dua Bulan Berjalannya Pemberian Obat Anti

Melalui penelitian ini diharapkan dapat mengetahui pola penggunaan obat anti hipertensi pada pasien gagal ginjal kronik dengan hemodialisa, rasionalitas penggunaan obat anti

ini lebih sering timbul pada pasien yang menjalani terapi lini kedua, namun jenis obat lini pertama yang paling sering menimbulkan efek samping adalah

- Dapat terjadi peningkatan risiko perdarahan dan kerusakan pada mukosa saluran cerna pada penggunaan bersama obat antikoagulan, heparin di atas dosis profilaksis

Dari 51 data pasien yang tepat obat dan tepat pasien, maka antibiotik profilaksis yang diberikan tidak sesuai dengan besaran dosis yang dianjurkan menurut Penggunaan Antibiotika

24 Secara umum pemberian obat pada geriatri dianjurkan dengan periode terapi tidak terlalu lama, jumlah/jenis obat seminimal mungkin, dengan frekuensi pemberian