Tepat Obat
Tepat Dosis
Tepat Waktu
Obat adalah bahan kimia yang digunakan untuk menyembuhkan, meringankan, dan mencegah penyakit.
Untuk mendapatkan manfaat dari penggunaan obat, Anda perlu memperhatikan cara minum obat yang benar.
Suplemen makanan adalah produk yang dimaksudkan untuk melengkapi kebutuhan zat gizi makanan, mengandung satu atau lebih bahan berupa vitamin, mineral, asam amino atau bahan lain (berasal dari tumbuhan atau bukan tumbuhan) yang mempunyai nilai gizi dan atau efek fisiologis dalam jumlah terkonsentrasi.
Keduanya memang mempunyai manfaat yang berbeda. Obat dikonsumsi untuk membantu penyembuhan penyakit, sedangkan vitamin dikonsumsi untuk memberikan pencegahan terhadap penyakit. Namun demikian, mengonsumsi obat atau vitamin yang terlalu banyak dapat menimbulkan risiko medis tersendiri bagi orang tersebut dibandingkan dengan menyembuhkan. Karena itu, perhatikan obat atau vitamin mana saja yang menjadi prioritas untuk dikonsumsi setiap harinya.
Ternyata konsumsi suplemen vitamin C berlebih ternyata dapat meningkatkan risiko batu ginjal. Perlu diketahui bahwa dosis suplemen vitamin C sehari yang dibutuhkan tubuh idealnya adalah 65-75 miligram (mg).
Jika dosisnya lebih dari 100 mg, kerja ginjal akan berat dan bisa mengganggu kesehatan ginjal.
Fakta secara umum memang risiko konsumsi obat atau vitamin secara berlebihan akan berbahaya untuk ginjal Anda, dikutip dari hellosehat.com terdapat beberapa jenis obat yang lebih bisa meningkatkan risiko kerusakan ginjal. Berikut adalah obat-obatan tersebut
dan cara mencegah resiko penyakit ginjal akibat mengomsumsi obat dan vitamin yang berlebihan :
● Antibiotik, seperti aminoglycosides, cephalosporins, sulfonamides, amphotericin B, bacitracin, dan vancomycin.
● Obat penghilang rasa sakit, seperti acetaminophen, serta aspirin dan ibuprofen (termasuk dalam golongan obat nonsteroid antiperadangan).
●
Obat yang digunakan untuk kemoterapi, seperti cisplatin, carboplatin, methotrexate, cyclosporine, dan tacrolimus.● Obat asam lambung, seperti cimetidine.
● Obat tekanan darah tinggi tertentu, seperti captopril, lisinopril, ramipril, candesartan, dan valsartan.
● Obat rematik, seperti infliximab.
● Konsultasi dengan dokter bila ingin mengonsumsi obat atau vitamin.
● Konsumsi air secukupnya agar racun dalam tubuh dapat keluar. Jangan sampai Anda mengalami dehidrasi saat konsumsi obat atau suplemen.
●
Selalu membaca petunjuk penggunaan obat atau vitamin, terutama obat tanpa resep dokter.● Jangan terlalu sering atau ketergantungan dengan obat, jangan biasakan diri Anda untuk selalu minum obat dalam kondisi tertentu, seperti obat tidur atau obat penghilang rasa sakit.
● Konsumsi obat jangka panjang sebaiknya dalam pengawasan dokter
OBAT PENCEGAH
Obat dapat dibedakan menjadi berbagai kategori dan golongan
Menurut Permenkes No. 917 Tahun 1993, obat digolongkan menjadi :
• Obat bebas terbatas
• Obat bebas
• Obat keras
• Obat Wajib Apotik (OWP)
• Obat Golongan Narkotika
• Obat Psikotropika
• Obat Herbal
Rendahnya pengetahuan dapat mengakibatkan terjadinya perilaku yang salah terhadap obat sehingga berkorelasi pada terjadinya efikasi obat
yang rendah serta terjadinya resistensi obat jika yang digunakan adalah antibiotik. Selain itu, juga
berpotensi mengakibatkan terjadinya penggunasalahan obat (drug misuse) seperti
penggunaan obat yang tidak rasional.
Masalah penggunaan obat yang tidak rasional masih menjadi masalah global sampai saat ini.
Penggunaan obat yang tidak rasional sering dijumpai dalam praktek sehari-hari baik melalui
peresepan maupun melalui swamedikasi. WHO tahun 2003 memperkirakan bahwa lebih dari 50%
dari seluruh obat di dunia yang diresepkan, diberikan dan dijual dengan cara yang tidak tepat
dan 50% pasien menggunakan obat secara tidak tepat. WHO juga menyebutkan bahwa lebih dari 50% dari seluruh negara di dunia tidak menerapkan
kebijakan dasar untuk mempromosikan penggunaan obat secara rasional (WHO, 2003).
Obat Keras Antibiotik
Data Riskesdas 2013
Di Indonesia, data Riskesdas 2013 menyebutkan bahwa rata-rata 35,2% rumah tangga (RT) di Indonesia menyimpan obat untuk swamedikasi, dimana proporsi RT yang menyimpan obat keras 35,7% dan antibiotika 27,8%.
Ditemukannya obat keras dan antibiotika untuk swamedikasi menunjukkan terjadinya penggunaan obat yang tidak rasional (Kemenkes RI, 2013).
35,7 %
27,8 %
Obat memiliki berbagai jenis, bentuk, dosis, aturan pakai yang berbeda sesuai dengan kondisi pasien. Dokter mungkin akan meresepkan obat khusus untuk Anda. Obat-obatan bisa berbahaya bagi tubuh Anda jika tidak meminumnya sesuai
instruksi dokter atau aturan pada kemasan.
Berikut ini cara minum obat yang benar agar obat bisa bekerja efektif dan aman di tubuh Anda.
Perhatikan tanggal
kadaluarsa obat Perhatikan waktu minum
obat Perhatikan dosis yang
dianjurkan
Perhatikan cara
penggunaan obat Perhatikan cara
penyimpanan obat Perhatikan asupan
makanan dan obat lain yang saat ini sedang anda
komsumsi