• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: X

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: X"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Fakultas Ilmu Komputer

Seleksi Fitur Information Gain untuk Klasifikasi Informasi Tempat

Tinggal di Kota Malang Berdasarkan Tweet Menggunakan Metode Naïve

Bayes dan Pembobotan TF-IDF-CF

Ahmad Efriza Irsad1, Yuita Arum Sari2, M. Ali Fauzi3

Program Studi Teknik Informatika, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Brawijaya Email: 1efriza88@gmail.com, 2yuita@ub.ac.id, 3moch.ali.fauzi@ub.ac.id

Abstrak

Kota Malang merupakan kota yang memiliki peningkatan jumlah penduduk yang bisa dibilang cukup pesat, yaitu sekitar 50 ribu jiwa dalam jangka waktu 5 tahun. Salah satu penyebabnya dikarenakan kota Malang merupakan salah satu kota pendidikan karena di kota ini terdapat banyak perguruan tinggi yang cukup banyak dan bisa dibilang cukup populer, seperti Universitas Brawijaya (UB), Universitas Islam Malang (Unisma), dll. Hal ini membuat banyak pendatang dari luar daerah kota Malang berkuliah di kota Malang, ada beberapa hal yang mungkin menjadi alasan pendatang memilih kota Malang, salah satunya karena kota Malang memiliki universitas dengan kualitas yang bisa dibilang salah satu yang terbaik di Inonesia. Ketika menjadi seorang migran tentu yang dibutuhkan adalah tempat tinggal dalam jangka waktu yang panjang, karena itu para pendatang tadi tentu memerlukan informasi tempat tinggal berupa kost atau kontrakan untuk ditinggali, informasi tentang tempat tinggal ini dapat kita dapatkan melalui media sosial seperti Twitter, namun di Twitter masih belum ada pengelompokkan mengenai informasi-informasi seperti ini. Melihat masalah ini maka digunakan teknik klasifikasi untuk mengelompokkan informasi berupa tempat tinggal yang ada di kota Malang. Pada penelitian ini digunakan metode Naïve Bayes sebagai metode pengklasifikasian dan metode Information Gain untuk menyeleksi fitur yang digunakan. Sebelum masuk kedalam proses pengklasifikasian dilakukan pembobotan terlebih dahulu menggunakan metode TF-IDF-CF. Data yang digunakan sebagai data latih sebanyak 150 data, sedangkan 60 data untuk data uji. Hasil akurasi terbaik yang didapatkan dari penelitian ini adalah sebesar 71,66% dengan menggunakan fitur sebanyak 33%, pembobotan TF-IDF-CF, dan tanpa penggunaan fitur angka.

Kata kunci: kost, kontrakkan, Twitter, Naïve Bayes, Information Gain, TF-IDF-CF

Abstract

Malang city is a city that has a significant increase in population, which is around 50 thousands people in just period of 5 years. One of the reasons is because Malang city is a city of education, the reasons its called city of education is because in this City there are a lot of public university and private university that are quite popular, such as Universitas Brawijaya (UB), Universitas Islam Malang (Unisma), etc. This resulted many migrants from outside the area of Malang city study in Malang city. There are some things that might be the reasons why migrants choose Malang city, such as the Malang city have one of the best quality university in Indonesia. When becoming a migrant, the most needed thing is certainly a place to live in a long term, because of that the migrants need information on where to live in the form of boarding house or rent house to live in, we can get this kind of information trough social media like Twitter, but on Twitter there is still no category for this kind of information. By seeing this problem, we can use Classification technique to classified the information in the form of living quarters in the city of Malang. In this study Naïve Bayes method is used as the classification method, and Information gain as the feature selection method. Before entering the classification process the weighting is done first using TF-IDF-CF method. This study uses 150 training data and 60 testing data. The highest accuracy value in this study are 71,66% using 33% of feature, using TF-IDF-ICF weighthing and, without using number feature.

(2)

1. PENDAHULUAN

Kota Malang merupakan kota yang mengalami peningkatan jumlah penduduk yang bisa dibilang cukup pesat, data dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, diperkirakan dari tahun 2012 hingga 2017 kota Malang mengalami kenaikan jumlah penduduk dari total 845.271 menjadi 895.387, terjadinya pertambahan penduduk tidak terlepas dari warga dari luar kota Malang yang pindah ke kota Malang atau biasa disebut migrasi. Migrasi ini terjadi karena beberapa faktor, karena kota Malang adalah perkotaan, pusat perekonomian, dan pusat pendidikan (Abidin, 2017). Alasan kota Malang disebut sebagai salah satu kota pendidikan karena terdapat cukup banyak perguruan tinggi negeri dan swasta yang berada di kota Malang, pada tahun 2018 terdapat sekitar 22.687 mahasiswa baru yang tersebar di perguruan tinggi di Malang.

Mahasiswa yang merupakan pendatang tadi tentu memerlukan tempat tinggal dalam jangka waktu yang cukup panjang, seperti kost dan kontrakkan. Untuk mendapatkan tempat tinggal ini tentu diperlukan informasi tentang ketersediaan tempat tinggal tersebut. Cukup banyak informasi tentang kontrakkan dan kost pada social media seperti Instagram, Twitter, dan yang lainnya, meski bisa dibilang informasi tersebut masih belum terkelompokkan dan kadang masih sulit dicari.

Twitter merupakan social media yang saat ini bisa dibilang cukup banyak menyediakan informasi bahkan informasi yang bisa dibilang

real-time, namun pada Twitter tweet-tweet yang

ada masih memiliki cakupan yang sangat luas, sehingga diperlukan klasifikasi untuk memudahkan pencarian informasi yang diinginkan. Klasifikasi teks ini sendiri memiliki beberapa metode seperti Support Vector

Machine (SVM), artificial neural network, dan probabilistic. Pada penelitian sebelumnya yang

dilakukan untuk membandingkan metode klasifikasi Naive Bayes Classifier (NBC), SVM, C4.5, dan K-Nearest Neighbor (K-NN), memiliki hasil akurasi yaitu, SVM dengan akurasi 92%, NBC akurasi 90%, C4,5 akurasi 77,5%, dan K-NN akurasi 50% (Wulandini dan Nugroho, 2012). Dapat dilihat SVM dan NBC memiliki akurasi tertinggi, yang bisa dibilang memiliki perbedaan cukup signifikan dibanding métode lainnya.

Pada pengklasifikasian teks memiliki

permasalahan yaitu terdapat kata-kata yang tidak relevan atau bisa disebut noise, banyaknya kata yang mampu merepresentasikan sebuah dokumen terkadang bisa menjadi masalah ketika tingginya dimensi fitur yang ada, fitur ini mampu mencapai jumlah hingga ribuan hingga ratusan ribu fitur unik, hal ini akan berakibat pada kinerja klasifikasi (Putra, Sudarma, dan Kumara, 2016). Untuk mencegah hal ini terjadi dilakukan seleksi fitur untuk menuyeleksi fitur-fitur yang relevan dalam merepresentasikan dokumen, pada penelitian sebelumnya terdapat beberapa metode seleksi fitur untuk klasifikasi teks, seperti Document Frequency (DF), Mutual

Information (MI), Information Gain (IG), x2

(CHI), dan Term Strength (TS). Penelitian ini memilih IG sebagai metode seleksi fitur karena IG merupakan metode seleksi fitur yang sederhana dan efisien dalam mengukur dan mengetahui ada tidaknya fitur dalam dokumen kemudian memilih subset optimal (Putra, Sudarma, Kumara, 2016), metode ini merupakan metode paling sederhana untuk memeringkat atribut, dan mampu memilih fitur yang paling merepresentasikan sebuah dokumen dan juga mampu meningkatkan performa kalsifikasi (Chormunge dan Jena, 2016).

Sebelum dilakukan klasifikasi diperlukan pembobotan fitur untuk membantu meningkatkan akurasi klasifikasi, pembobotan yang umum digunakan adalah Term Frequency-

Inverse Document Frequency (TF-IDF), TF-IDF

hanya mempertimbangkan parameter frekuensi kemunculan fitur dalam dokumen dan jumlah dokumen yang mengandung fitur tersebut. Padahal dalam klasifikasi terdapat informasi lain seperti, frekuensi kemunculan fitur pada setiap kelasnya, sehingga ditambahkan sebuah parameter berupa Class Frequency yang berguna untuk menghitung term frequency pada suatu kelas, metode ini diberi nama TF-IDF-CF (Liu dan Yang, 2012).

Metode yang dipilih sebagai metode pengklasifikasian teks dari Twitter adalah NBC, karena memiliki akurasi yang cukup tinggi, dan memiliki kesederhanaan dan mampu memberikan performa yang sangat baik dalam proses pengklasifikasian, dengan ditambahkan seleksi fitur dan pembobotan TF-IDF-CF.

Dengan adanya pembobotan TF-IDF-CF model pengklasifikasian Naive Bayes yang digunakan adalah Gaussian karena Gaussian merupakan model pengklasifikasian naive bayes yang menggunakan tipe data kontinu (Capdevila

(3)

dan Florez, 2009), dengan adanya pembobotan tersebut diharapkan mampu meningkatkan akurasi pengklasifikasian, sistem yang dibuat diharapkan mampu mengkategorikan tweet berdasarkan kecenderungan kata yang berada di dalam setiap kategorinya. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mempermudah pendatang atau perantau untuk mendapatkan informasi yang spesifik tentang tempat tinggal yang berada di kota Malang khususnya kos dan kontrakkan.

2. METODOLOGI PENELITIAN

Ada beberapa tahapan pada sistem yang akan dibuat, yaitu yang pertama proses

preprocessing data tweet yang berfungsi untuk

membersihkan data dan menyiapkan data sebelum diproses, kemudian seleksi fitur dilakukan sebelum masuk kedalam proses pengklasifikasian untuk mendapatkan fitur-fitur paling relevan untuk digunakan ,fitur-fitur tadi selanjutnya akan dibobotkan menggunakan metode TF-IDF-CF, bobot yang telah didapatkan akan diproses pada klasifikasi agar didapatkan kelas atau kategori dari setiap tweet menggunakan metode Naïve Bayes. Diagram alir dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Diagram Alir Sistem

2.1 Pengumpulan Data

Data yang digunakan pada penelitian ini berupa data primer yang berjumlah 210 data. Data didapatkan melalui crawling sejumlah 2148 data yang kemudian diseleksi secara manual untuk mendapatkan data yang valid, data yang valid didapat sebanyak 259 data yang terbagi menjadi 3 kategori yaitu, 50 untuk kategori kontrakan, 63 untuk kategori kost putra, dan 146 untuk kategori kost putri. Untuk menjadikan data seimbang maka untuk data latih digunakan 150 data yaitu 50 data untuk setiap kategori, sedangkan untuk data uji digunakan sejumlah 60 data uji.

2.2 Text Pre-processing

Text preprocessing merupakan tahap

persiapan data berupa teks sebelum diproses ke tahap selanjutnya, proses ini bertujuan untuk membuat data menjadi lebih terstruktur dan siap diolah ada beberapa tahap para proses

preprocessing ini sendiri, pada penelitian ini

tahapan yang dilakukan adalah case folding yang berfungsi untuk mengubah seluruh huruf kapital menjadi huruf kecil, kemudian ada proses

cleaning yang berfungsi untuk membersihkan tweet dari pola atau karakter yang tidak

diperlukan seperti URL, hashtag, dan nama pengguna, setelah itu dilakukan filtering atau

stopword removal yang berfungsi untuk

menghilangkan kata yang tidak penting atau biasa disebut stopword contohnya seperti “yang”, “dan”, “di”, “dll”. Selanjutnya ada

stemming adalah proses mengubah sebuah kata

menjadi kata dasar (Triawati, 2009), yang terakhir ada tokenizing merupakan proses memecah kalimat menjadi sebuah kata, proses

tokenizing biasanya dilakukan diawal, namun

pada penelitian ini karena menggunakan sebuah API Pujangga InaNLP pada tahapan proses

filtering dan stemming hal ini mengakibatkan

sistem perlu memproses data melalui API tersebut sebanyak dokumen yang akan di proses, jika tokenizing dilakukan di awal maka sistem akan menggunakan API sebanyak kata atau term yang sudah ditokenisasi yang tentu akan memakan waktu yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan memanggil sebanyak jumlah dokumen yang akan di proses.

2.3 Naive Bayes Classifier Start

Tweet dari Twitter

Proses Preprocessing

Seleksi Fitur

Pembobotan kata

Hasil Klasifikasi

Stop

(4)

Metode NBC memiliki dua yaitu tahap pelatihan dan tahap klasifikasi. Pada tahap pelatihan dilakukan proses analisis terhadap seluruh dataset yang berupa dokumen, analisis ini dilakukan untuk mengetahui seberapa banyak kata yang terdapat pada dokumen data latih. Setelah didapatkan kemudian dilakukan perhitungan probabilitas prior untuk masing-masing kategori berdasarkan sampel dokumen. Pada tahap klasifikasi ditentukan nilai kategori dari suatu dokumen berdasarkan kata yang muncul dalam dokumen klasifikasi (Hamzah, 2012). Secara garis besar rumus untuk Naïve

Bayes Classifier sebagai berikut.

𝑃(𝑐𝑗|𝑤𝑖) =

𝑃(𝑐𝑗) 𝑃(𝑤𝑖|𝑐𝑗)

𝑃(𝑤𝑖)

(1)

Keterangan:

𝑃(𝑐𝑗|𝑤𝑖) : Peluang kategori j ketika

terdapat kemunculan kata i

𝑃(𝑤𝑖|𝑐𝑗)

:

Peluang sebuah kata i masuk

ke dalam kategori j

𝑃(𝑐𝑗)

:

Peluang kemunculan sebuah

kategori j

𝑃(𝑤𝑖)

:

Peluang kemunculan sebuah

kata

2.4 Gaussian Naive Bayes

Pada penelitian ini pada pembobotan kata menggunakan TF-IDF-CF sehingga memiliki nilai yang continuous, sehingga model Naïve

Bayes yang digunakan adalah Gaussian Naïve Bayes, metode ini merupakan salah satu model

dari metode Naïve Bayes dengan melakukan perhitungan data kontinu, dimana setiap tipe nya mencirikan Multivariate Gaussian dan Normal

Probability Density Function (PDF) (Capdevila

dan Flórez 2009). Metode ini memiliki 2 parameter yang perlu didapatkan terlebih dahulu sebelum mampu menghitung nilai likelihood-nya, yaitu nilai rata-rata dan varians. Persamaan dari Gaussian Naïve Bayes dapat dilihat pada Persamaan 2. 𝑃(𝑤𝑖|𝑐) = 𝑥 = 1 √2πσy2 exp (−(𝑥𝑖− 𝜇𝑦) 2 2𝜎𝑦2 )

(2)

𝑃(𝑤𝑖|𝑐) : Peluang sebuah kata i masuk

ke dalam setiap kategori

𝜇𝑦 : Mean dari data latih

σy2 : Varians dari data latih

2.5 Information Gain

Information Gain (IG) adalah metode

seleksi fitur paling sederhana dengan cara memeringkat atribut, metode ini biasanya digunakan pada aplikasi kategorisasi teks, analisis data microarray, dan analisis data citra (Chormunge dan Jena, 2016). Rumus untuk perhitungan IG pada teks dituliskan pada persamaan 3 (Putra, Sudarma, Kumara, 2016). 𝐼

𝐺

(

𝑡

)

= −(

∑𝑚𝑖=1

𝑃𝛾

(

𝑐𝑖

)

log 𝑃𝛾

(

𝑐𝑖

)

+

𝑃

(

𝑡

) ∑𝑚𝑖=1

𝑃𝛾

(

𝑐𝑖

|

𝑡

)

log 𝑃𝛾

(

𝑐𝑖

|

𝑡

)

+

𝑃𝛾

(̅̅̅̅ ∑

𝑡

) 𝑚

𝑃𝛾

(̅̅̅̅̅̅̅̅̅̅

𝑐𝑖

|(

𝑡

))

log 𝑃𝛾

(

𝑐𝑖

|

𝑡

̅)

𝑖=1

(3)

Dimana Pγ(ci) adalah pelung sebuah dokumen pada kelas tertentu, Pγ(t) adalah peluang term t yang muncul pada dokumen, Pγ(t) adalah peluang term t yang tidak muncul pada dokumen, Pγ(ci|t) adalah peluang kemunculan term t didalam dokumen pada kelas tertentu, sedangkan Pγ(ci|t) adalah peluang ketidakmunculan term t didalam dokumen pada kelas tertentu.

2.6 Term Frequency-Inverse Document

Frequency (TF-IDF)

TF-IDF adalah sebuah metode yang biasa digunakan untuk pembobotan,pembobotan ini pertama kali diperkenalkan pada sistem temu kembali informasi atau biasa disebut information

retrieval. TF-IDF adalah pembobotan dimana

bobot sebuah kata berdasarkan frekuensi dokumen terbalik. Yang berarti jika sebuah kata semakin banyak muncul pada banyak dokumen, maka kata tersebut memiliki bobot yang lebih kecil (Liu dan Yang, 2012). Pembobotan TF-IDF dapat dilihat pada Persamaan 4:

𝑤𝑖𝑗= 𝑡𝑓𝑖𝑗∗ 𝑙𝑜 𝑔 ( 𝑁

𝑛𝑗) (4)

Keterangan:

𝑤𝑖𝑗 = Bobot kata j pada dokumen i

𝑡𝑓𝑖𝑗 = Frekuensi kata j pada dokumen i

(5)

𝑛𝑗 = Jumlah dokumen yang terdapat kata i

Namun persamaan di atas terkadang memiliki masalah yaitu ketika nilai N sama dengan 𝑛𝑗

bobot akan bernilai 0, sehingga diubah menjadi seperti Persamaan 5:

𝑤𝑖𝑗 = log (𝑡𝑓𝑖𝑗+ 1) ∗ 𝑙𝑜 𝑔 ( 𝑁+1

𝑛𝑗 ) (5)

3. PENGUJIAN DAN ANALISIS

3.1 Pengujian Pengaruh Information Gain Pengujian pertama yang dilakukan berfungsi untuk mengetahui pengaruh dari seleksi fitur IG terhadap akurasi klasifikasi, dilakukan 7 kali percobaan, yaitu dengan threshold sebesar 10%, 15%, 20%, 33%, 66%, 80%. Term yang sudah diseleksi akan dibandingkan dengan term yang ada pada data uji, ketika proses klasifikasi term yang digunakan hanyalah term yang terdapat pada hasil seleksi. Hasil pengujian dapat dilihat pada Tabel 1, 2, 3 dan 4, 5, 6, 7

Tabel 1. Pengujian menggunakan jumlah term sebesar 10%

Evaluasi Jumlah hasil klasifikasi

Kontrakkan Kost Putra Kost Putri Benar 12 13 14 Salah 8 7 6

Tabel 2. Pengujian menggunakan jumlah term sebesar 15%

Evaluasi Jumlah hasil klasifikasi

Kontrakkan Kost Putra Kost Putri Benar 11 15 14 Salah 9 5 6

Tabel 3. Pengujian menggunakan jumlah term sebesar 20%

Evaluasi Jumlah hasil klasifikasi

Kontrakkan Kost Putra Kost Putri Benar 12 14 15 Salah 8 6 5

Tabel 4. Pengujian menggunakan jumlah term sebesar 33%

Evaluasi Jumlah hasil klasifikasi

Kontrakkan Kost Putra Kost Putri Benar 11 12 14 Salah 9 8 6

Tabel 5. Pengujian menggunakan jumlah term sebesar 66%

Evaluasi Jumlah hasil klasifikasi

Kontrakkan Kost Putra Kost Putri Benar 11 7 14 Salah 9 13 6

Tabel 6. Pengujian menggunakan jumlah term sebesar 80%

Evaluasi Jumlah hasil klasifikasi

Kontrakkan Kost Putra Kost Putri Benar 11 9 11 Salah 9 11 9

Tabel 7. Pengujian tanpa menggunakan Information Gain

Evaluasi Jumlah hasil klasifikasi

Kontrakkan Kost Putra Kost Putri Benar 10 12 6 Salah 10 8 14

Dari pengujian diatas dapat dilihat pada pengujian tanpa menggunakan IG hasil klasifikasi hanya mampu mencapai akurasi sebesar sekitar 46% hal ini dikarenakan pada setiap kategori memiliki term yang bisa dibilang memiliki kemunculan pada setiap kelasnya sehingga tidak menutup kemungkinan hasil klasifikasi mendapat hasil yang kurang baik karena pada setiap kelasnya memiliki kemunculan term yang mirip, meski memang ada beberapa term yang lebih merepresentasikan kelasnya seperti term “info” yang memiliki kemunculan terbanyak pada kategori kontrakkan, dan term “putra” pada kategori kost putra.

Pada penggunaan term sebesar 20% hasil klasifikasi meningkat cukup signifikan akurasi yang didapat mampu mencapai sekitar 68,33%. Hal ini terjadi karena term merepresentasikan kelas masing-masing tidak terlalu banyak sehingga dengan memilih 20% term yang digunakan untuk klasifikasi mampu meningkatkan hasil klasifikasi. Meski term yang

(6)

merepresentasikan kelas-kelas nya tidak terlalu banyak, namun ketika menggunakan threshold dibawah 20% yaitu sebesar 15% dan 10% hasil akurasi mengalami penurunan hal ini dikarenakan ketika penggunaan term sangat sedikit akan mengakibatkan berkurangnya juga term-term yang merepresentasikan kelas tertentu.

3.2 Pengujian Pengaruh TF-IDF-CF

Pengujian ini dilakukan untuk melihat pengaruh dari parameter CF setelah ditambahkan pada pembobotan TF-IDF, pada skenario pengujian ini tetap menggunakan variasi IG seperti pengujian sebelumnya, namun pembobotan menggunakan TF-IDF-CF. Perbandingan hasil akurasi klasifikasi dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8. Perbandingan akurasi menggunakan TF-IDF dan TF-IDF-CF

Jumlah term pada seleksi fitur Akurasi TF-IDF TF-IDF-CF 10% 65% 66,66% 15% 66,66% 70% 20% 68,33% 70% 33% 61,66% 65% 66% 53,33% 55% 80% 51,66% 53,33% Tanpa seleksi fitur 46,66% 50%

Dapat dilihat dengan adanya CF mampu meningkatkan akurasi hasil klasifikasi, hal ini dikarenakan TF-IDF-CF akan membuat term yang relevan pada suatu kelas memiliki nilai yang lebih tinggi, dan term yang tidak relevan akan memiliki nilai yang semakin rendah, dibandingkan dengan TF-IDF yang hanya mempertimbangkan kemunculan term pada sebuah dokumen dan banyaknya dokumen yang terdapat sebuah term, tanpa mempertimbangkan pada kategori mana term tersebut muncul. Hal ini membuktikan bahwa TF-IDF-CF mampu meningkatkan akurasi dari hasil klasifikasi dengan cara membuat bobot term yang relevan pada suatu kelas akan semakin tinggi dan akan membuat bobot term yang tidak relevan pada suatu kelas semakin rendah.

4. KESIMPULAN

Berdasarkan pengujian dan analisis yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa pada kasus ini Naïve Bayes, khususnya Gaussian

Naïve Bayes, bisa dibilang masih kurang baik

berkaca pada penelitian sebelumnya pada penelitian ini hanya mampu mencapai akurasi terbaik sebesar 71,66%, hal ini dikarenakan pada seluruh kategori yang digunakan memiliki banyak term yang sama didalam kategorinya sehingga memungkinkan kesalahan dalam melakukan klasifikasi.

Terdapat peningkatan akurasi ketika menggunakan seleksi fitur IG, hal ini dikarenakan IG bekerja menyeleksi term yang ada dan akan mempertahankan term yang memiliki yang sering muncul pada 1 kategori saja, dibandingkan dengan term yang banyak muncul di beberapa kategori, sehingga dengan IG mampu memilih term yang relevan pada sebuah kategori. Pada penggunaan term sebesar 20% memiliki akurasi yang paling tinggi yaitu 68,33% . Kemudian pengaruh pembobotan TF-IDF-CF juga mampu meningkatkan akurasi klasifikasi seperti pada pengujian dengan menggunakan term sebesar 20% yang awalnya akurasi sebesar 68,33% meningkat menjadi 70% ketika menggunakan TF-IDF-CF

Saran untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan pengujian menggunakan metode klasifikasi lain, atau menggunakan model Naïve

Bayes lainnya seperti Multinomial atau

Bernoulli. Seleksi fitur IG masih belum mampu

membedakan jumlah penggunaan term per kategorinya sehingga tidak menutup kemungkinan term yang diseleksi mendapat presentasi lebih besar pada salah satu kategori tertentu, karena itu pada penelitian selanjutnya perlu metode yang mampu menyeimbangkan term pada setiap kategori. Pembobotan TF-IDF-CF juga perlu dilakukan pengujian menggunakan metode selain Naïve Bayes untuk mengetahui pengaruhnya terhadap nilai akurasi. Hasil Klasifikasi terbaik didapatkan ketika penggunaan term sebesar 20% yang memperlihatkan bahwa term yang merepresentasikan suatu kelas tidak terlalu banyak, sehingga pada penelitian selanjutnya dapat dilakukan generate role otomatis salah satunya menggunakan Fuzzy Inference. Term-term pada penelitian ini masih menggunakan kata yang tidak baku sehingga dapat dilakukan normalisasi kata.

(7)

5. DAFTAR PUSTAKA

Abidin, A, 2017. Lima Tahun, Penduduk Kota Malang Bertambah 50.116 Orang, Tribun

Jatim,http://jatim.tribunnews.com/201 7/02/14/lima-tahun-penduduk-kota-malang-bertambah-50116-orang. (diakses pada 9 september 2018) Capdevila M, Flórez Oscar W. M., 2009, A

Communication Perspective on Automatic Text Categorization, IEEE Transactions on Knowledge and Data Engineering, 21, pp.1027-1041

Chormunge, S., Jena, S., 2016. Efficient

Feature Subset Selection Algorithm for High Dimensional Data. International Journal of Electrical and Computer Engineering, 6, pp. 1880-1888

Hamzah, A., 2012. Klasifikasi Teks dengan

Naïve Bayes Classifier untuk Pengelompokkan Teks Berita dan

Abstract Akademis. Prosiding Seminar

Nasional Aplikasi Sains & Teknologi, 3, pp. 269-277

Liu, M., Yang, J., 2012) An Improvement of

TFIDF weighting in text categorization. International Proceedings of Computer Science and Information Technology,

47, pp. 44-47

Putra, I., Sudarma, M., Kumara, I., 2016, Klasifikasi Teks Bahasa Bali Dengan

Metode Supervised Learning Naive Bayes Classifier, Teknologi Elektro, 14,

pp. 81-86

Triawati, Chandra. 2009. Metode Pembobotan

Statistical Concept Based untuk

Klastering dan Kategorisasi Dokumen Berbahasa Indonesia. Bandung: Institut Teknologi Telkom.

Wulandini F., Nugroho Anto S., 2009. Text

Classification Using Support Vector Machine for Webmining Based Spatio Temporal Analysis of the Spread of Tropical Diseases. International Conference on Rural and

Communication Technology, 1, pp

Gambar

Gambar 1. Diagram Alir Sistem
Tabel 8. Perbandingan akurasi menggunakan TF-IDF dan  TF-IDF-CF

Referensi

Dokumen terkait

Metode roulette-wheel selection sangat mudah diimplementasikan dalam pemrograman. Pertama, dibuat interval nilai kumulatif dari nilai fitness masing- masing kromosom dibagi

Dari pembagian kelompok perilaku ini dapat diketahui bahwa jenis burung pantai di lahan basah Wonorejo lebih banyak yang mencari mangsa di dalam sedimen dengan

Jika dibandingkan dengan keadaan Februari 2011, jumlah penduduk yang bekerja pada Agustus 2011 mengalami kenaikan terutama di Sektor Industri sebesar 840 ribu orang (6,13 persen)

[4.9] Menimbang bahwa berdasarkan Pasal 1 angka 12, pasal 36 ayat (2) pasal 37 UU KIP juncto Pasal 1 angka 6, pasal 5 huruf b, pasal 11 ayat (1) huruf a, PERKI tentang

Terapi yang diberikan bertujuan mengurangi nyeri, memperlancar aliran urine dengan pemberian diuretikum, dan minum banyak supaya dapat mendorong batu keluar..

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan anugerahNya kepada penulis, sehingga skripsi yang berjudul “Perancangan Sistem Informasi Rumah Sakit

Buku dengan teknologi AR ini secara garis besar berisikan tentang peta atau gambar dari bangunan pura yang difungsikan sebagai penanda (marker) dan penjelasan

Format logo lebih mengacu kepada bagaimana unsur-unsur yang digunakan dalam sebuah logo disusun, dan lebih banyak menyangkut outline keseluruhan (garis luar yang membentuk