• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Konteks Masalah

Salah satu gejala atau fenomena yang sedang banyak diminati masyarakat di Indonesia adalah fenomena batu akik yang banyak muncul di pasaran dan menarik banyak perhatian dari semua kalangan. Di Kota Medan sendiri femonena batu akik telah menjadi trend dan objek pembahasan dalam menjalin interaksi sosial di masyarakat dan telah banyak komunitas pecinta batu akik. Penampilan dan perubahan sikap individu yang memakai batu akik juga dapat di pengaruhi dengan kelas sosialnya. Dalam hal ini lingkungan sosial berperan besar dalam mempengaruhi pola pikir individu dalam berpenampilan. Lingkungan sangat memberikan konstribusi yang sangat besar dalam kehidupan individu untuk dapat bertahan dalam hubungan masyarakat.

Batu akik telah menjadi trend sejak lama dan menghipnotis begitu banyak orang. Saat ini, batu akik sedang menjadi primadona dan incaran banyak orang. Selain digunakan sebagai perhiasan, ada juga yang mengincarnya untuk berbisnis, sehingga orang rela merogoh kantong dalam-dalam untuk mengoleksinya. Bentuknya yang indah, unik, dan menarik menjadi daya pikat tersendiri. Ketika telah menjadi batu cincin, tentunya tidak pernah ada batu cincin yang sama persis bentuk, motif dan tekstur keindahan di dalamnya. Semakin unik, tentu harganya semakin selangit (Sujatmiko 2014:7). Komunikasi telah memperpendek jarak, menghemat biaya, menembus ruang dan waktu. Komunikasi berusaha menjabatani antara pikiran, perusahaan dan kebutuhan seseorang dengan dunia luarnya. Komunikasi membangun kontak-kontak manusia dengan menunjukkan keberadaan dirinya dan berusaha memahami kehendak, sikap, dan perilaku orang lain. Komunikasi membuat cakrawala seseorang menjadi luas.

Ilmu komunikasi sudah banyak digunakan untuk menganalisis peristiwa sosial dalam masyarakat. Misalnya konflik sosial antara kelompok-kelompok masyarakat, hubungan antar agama, merenggangkan hubungan komunikasi antara

(2)

orang tua dengan anak, opini publik dan pengambilan keputusan, metode penyebarluasan inovasi, teknik-teknik persuasi dalam kampanye, trenddan sebagainya. Sebagai lapangan kerja, komunikasi menjadi profesi dalam berbagai lapangan kehidupan yang menjadi sumber mata pencaharian. Misalnya jurnalistik, public relation, penulis, penyiar, dosen, artis, periklanan, riset, penerangan, manager, kampanye, dan sebagainya.

Dalam penelitian ini pembahasan menitikberatkan kepada trend penggunaan batu akik pada masyarakat saat ini. Trend atau Mode atau fesyen (fashion) adalah gaya berpakaian yang populer dalam suatu budaya. Secara umum, fesyen termasuk masakan, bahasa, seni, dan arsitektur. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia :“Trend atau mode merupakan bentuk nomina yang bermakna ragam cara atau bentuk terbaru pada suatu waktu tertentu (tata pakaian, potongan rambut, corak hiasan, dan sebagainya).

Batu akik merupakan suatu trend yang termasuk kedalam bidang seni dan fashion. Ketika kita berbicara mengenai trend suatu barang makan kita akan bersinggungan dengan suatu rentang waktu berapa lama trend tersebut akan bertahan. Hal tersebut juga biasa disebut sebagai eksitensi.Abidin Zaenal (2007:16) menyebutkan bahwa “Eksistensi adalah suatu proses yang dinamis, suatu menjadi atau, mengada”.Ini sesuai dengan asal kata eksistensi itu sendiri, yakni exsistere, yang artinya keluar dari, melampaui, atau mengatasi.Jadi eksistensi tidak bersifat kaku dan terhenti, melainkan lentur atau kenyal dan mengalami perkembangan atau sebaliknya kemunduran, tergantung pada kemampuan dalam mengaktualisasikan potensi-potensinya”.

Pada saat ini kita melihat bahwa batu akik mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal tersebut diakibatkan oleh pemberitaan media secara terus menerus. Bahkan jika dulu sebagian kalangan hanya mengenal batu akik jenis merah delima, giok, dan ruby maka saat ini ratusan jenis batu akik sudah bermunculan dari pusat hingga pelosok negeri.

Sejalan dengan konsep eksistensi tadi, batu akik juga merupakan trend yang bersifat lentur, tidak kaku dan perkembangannya berubah-ubah. Trend batu

(3)

akik seperti saat ini juga pernah terjadi pada tahun 1997 sampai akhir tahun 2001. Bahkan pada saat itu batu akik dengan berbagai jenis pernah dijadikan sebagai gambar untuk prangko.

Tradisi manusia mengunakan batu akik, dan logam mulia (emas, intan, mutiara dan sejenisnya) sudah ada sejak awal kehidupan.karena, keindahan alam yang terdapat pada benda-benda indah itu menimbulkan pesona tersendiri, yang hanya bisa dirasakan oleh pemilik rasa seni pada alam bendawi tersebut. Namun, dalam perkembangan kehidupan ada 4 (empat) pengunaan seni keindahan pada alam, batu akik dan logam mulia, yang sudah ada sejak kehidupan ada.

Pengunaan batu akik dan logam mulia sebagai simbol tradisi, termasuk di dalam simbol tradisi ritual pada kepercayaan animisme dan dinamisme, adalah bentuk paling tua. Kesan dan sisa kepercayaan yang menjadikan batu akik, benda tertentu seperti keris, emas, tembaga, perak, besi terdapat pada ritus pedukunan dan ilmu klenik di masyarakat tertentu.

Tradisi memandikan keris dengan kembang, menjadikan cincin sebagai penanda diri sebagai “orang pintar” atau paranormal, pembuatan sesajian untuk pengobatan yang bersifat magis dengan mengunakan benda keras seperti besi, perak dan tembaga adalah contoh nyata hidupnya tradisi simbolik dengan benda-benda bertuah tertentu. Semua hal tersebut merupakan bagian dari persentase diri seseorang dalam lingkungan sosialnya.Dalam ukuran ajaran Islam prilaku hidup sejenis ini berpotensi merusak akidah iman.Atau setidak-tidaknya melakukan tradisi yang mengundang datangnya kemusrikan.

Tidak dapat pula dipungkiri bahwa ada sejumlah pengiat dan penghobi batu akik dan logam mulia terseret kepada pola hidup mewah dan menjadikannya symbol kemewahan.Sulit dimengerti secara ekonomi dan sosial, ketika sebuah batu cincin akik dapat bernilai jutaan rupiah, yang justru itu diperjual belikan dengan standar yang banyak orang tidak paham.Selera dan keinginan pembeli saja yang menjadi ukuran nilai dan harganya.Sehingga dipasaran banyak orang yang tertipu.

(4)

Disaat pengunaan batu akik atau logam mulia sebatas kesukaan dan pemenuhan rasa seni ini adalah hal yang wajar dan lumrah saja.Akan tetapi hoby atau seni juga tentu harus dilakukan dalam batas-batas sewajarnya dan kepatutan social.Kesenangan atau hoby adalah kebutuhan sekunder atau malah kebutuhan lux yang hanya baru dapat ditunaikan setelah kebutuhan pokok (primer dan sekunder) dipenuhi.

Penyaluran kesenangan dan seni dapat dilaksanakan setelah kebutuhan pada hak-hak hidup diri, dan keluarga sudah terpenuhi menurut semestinya. Tidak bisa pula dapat disangkal bahwa trend batu akik ada padanya unsur pertumbuhan ekonomi. Tidak ada larangan jual beli atau transaksi batu akik atau logam mulia, hanya saja perlu diingatkan bahwa jual beli itu harus dilakukan dalam batas yang wajar. Memperjual belikan batu dan benda berharga memang sulit membuat standar harganya, karena motif pembeliaannya lebih pada selera dan kesukaan, namun daya guna, manfaat, fungsi dan kepatutan dapat dijadikan ukuran jual belinya.

Dalam konteks instrument ekonomi batu akik dan sejenisnya dapat saja diterima, namun perlu ada pengaturan oleh pihak yang berwenang. Tindakan atau prilaku tanpa kontrol akan berdampak tidak baik bagi pasar, yang tentunya berpotensi merugikan satu pihak, atau merusak sistim sosial. Dapat dikatakan bahwa pengunaan batu akik adalah hal yang biasa dan merupakan bahagian dari kreativitas manusia dalam memenuhi selera seninya. Akan tetapi, perlu diingatkan bahwa simbolisasi akik sebagai tradisi, hobi, seni, kemewahan, persentase diri dan ekonomi dihimbau untuk ditempatkan secara proporsional sesuai fungsinya.

Berkaitan dengan adanya indikasi sakralisasi (pemujaan), mitos, sinkritesime yang dilakukan oleh penggemar batu akik terhadap khasiat, tuah ataupun sejenisnya adalah perbuatan, prilaku dan tindakan yang menuju kepada bentuk desakralisasi. Hal ini diakibatkan oleh banyaknya informasi yang simpang siur dalamsetiap pembahasan mengenai batu akik. Namun, walaupun begitu hal tersebut nyatanya merupakan bumbu yang menjadi penarik minat banyak orang untuk lebih menggeluti batu akik.

(5)

Mungkin kita masih ingat, sekitar empat dekade yang lalu (kurang lebih sekitar tahun 1970-an) Muchtar Lubis dalam bukunya yang berjudul “Manusia Indonesia sebuah pertanggung jawaban” pernah menyebutkan beberapa ciri manusia Indonesia, diantaranya berjiwa seni (Artistik). Dengan adanya ciri ini tentunya tidak mengherankan kalau kebiasaan orang Indonesia yang hobi mengoleksi barang seni termasuk batu akik sudah ada sejak lama, namun ketika itu peredarannya masih sporadis dan hanya terbatas pada kalangan tertentu saja.

Awal mula batu akik mulai menjadi pusat perhatian publik nusantara baik penjual, kolektor dan masyarakat umum ditengarai setelah Presiden SBY menghadiahkan batu bacan (chrysocolla) kepada Presiden Barack Obama. Pemberitaan kemudian meluas, dan berkat kemajuan teknologi informasi yang memudahkan setiap orang dari segenap kalangan mengakses informasi mengenai serba – serbi batu akik, akhirnya banyak orang yang awalnya tidak hobi batu akik kini menjadi keranjingan batu akik dan dalam tempo singkat hobi memakai dan mengoleksi batu akik telah menjadi lifestyle dan trend masa kini. Bahkan mereka yang tidak memakai batu akik bisa jadi akan dipersepsikan ketinggalan zaman.

Keranjingan batu akik disadari atau tidak kini telah menjadi fenomena menarik untuk dibahasakan. Meluas dan meratanya hobi menggunakan serta mengoleksi batu akik di kalangan masyarakat tentunya menimbulkan suatu pertanyaan, Mengapa dan bagaimana hal tersebut bisa sampai terjadi ? Apakah semata-mata karena pengaruh kemudahan akses informasi ?

Tidak dipungkiri bahwa akses informasi yang cepat, berlangsung realtime dan terus menerus memang memegang kendali dalam membentuk opini massa, namun opini massa semata tidak cukup untuk membangkitkan reaksi massa secara masif dan berantai. Hal yang menarik untuk menjadi bahan tambahan kajian pustaka dalam tulisan ini adalah konsep konformitas. Konformitas pertama kali dikenalkan oleh Solomon Asch, yang penelitian klasiknya mengindikasikan bahwa banyak orang akan mengikuti tekanan sosial dari kelompok yang bersuara bulat.

(6)

Konformitas sosial menurut Rongjun dan Sun (2013) adalah fenomena ketika seseorang mengubah perilaku dan sikapnya untuk menyamakan perilaku kelompok mayoritasnya. Baron dan Byrne (2005) mengatakan bahwa konformitas adalah suatu jenis pengaruh sosial dimana individu mengubah sikap dan tingkah laku mereka agar sesuai dengan norma sosial yang ada. Myers (2005), konformitas adalah suatu perubahan dalam bertingkah laku atau kepercayaan untuk menyamakan tingkah laku dengan yang lainnya sebagai hasil dari tekanan kelompok yang bersifat nyata maupun yang dibayangkan.

Mengapa manusia cenderung melakukan konformitas ? Baron dan Byrne (2005) mengemukakan bahwa kecenderungan manusia untuk melakukan konformitas dilatarbelakangi oleh keinginan untuk disukai oleh orang lain dan keinginan untuk menjadi benar atau tepat mengenai dunia sosial. Kedua motif tersebut tercermin dalam dua jenis pengaruh sosial yang berbeda, antara lain :

1. Pengaruh sosial normatif (normative social influence), yaitu keinginan atau kebutuhan manusia untuk disukai dan rasa takut akan penolakan. Pengaruh sosial ini meliputi perubahan tingkah laku untuk memenuhi harapan orang lain;

2. Pengaruh sosial informasional (informational social influence), yaitu keinginan manusia untuk merasa benar, artinya kecenderungan manusia untuk bergantung pada orang lain sebagai sumber informasi tentang berbagai aspek dunia sosial.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Solomon Asch pada tahun 1951 dan 1955, sekiranya dapat digunakan untuk membantu lebih memahami apa yang dimaksud dengan konformitas. Dalam penelitian tersebut partisipan diminta untuk mengindikasikan yang mana dari ketiga garis pembanding yang sama persis dengan sebuah garis standar. Beberapa orang dari partisipan adalah asisten peneliti yang tidak diketahui oleh partisipan lainnya. Pada saat-saat yang disebut sebagai critical trials, para asisten peneliti tersebut dengan sengaja menjawab salah pertanyaan yang diajukan. Mereka secara bulat memilih garis yang salah sebagai garis yang sesuai dengan garis standar. Lebih dari itu, mereka menyatakan jawaban salah tersebut terlebih dahulu sebelum partisipan yang lain memberikan

(7)

jawaban. Hasilnya adalah bahwa ternyata partisipan yang lain kemudian terpengaruh dan memberikan jawaban yang sama dengan yang dikatakan oleh para asisten peneliti tersebut. Pada titik ini terjadilah apa yang disebut dengan konformitas.

Teori diatas bila dikorelasi dengan fenomena trend batu akik yang dialami oleh mayoritas masyarakat kita belakangan ini, meskipun bukan sebuah kesimpulan akhir, tidak berlebihan jika fenomena tersebut diasumsikan berangkat dari proses sosial yang identik sebagaimana diuraikan diatas. Awalnya hanya merupakan kebiasaan kalangan tertentu, kemudian dipicu oleh suatu peristiwa extra ordinary (presiden SBY menghadiahkan batu bacan kepada Barack Obama), disusul dengan pemberitaan di media yang memungkinkan diakses oleh masyarakat secara luas dan real time tentang berbagai serba serbi batu akik, kemudian membentuk opini massa, lalu kemudian menggerakkan bilangan orang dalam jumlah yang cukup untuk melakukan tekanan sosial baik secara nyata maupun imajiner, sehingga terjadilah apa yang disebut dengan konformitas sosial pecinta batu akik.

Sebagai benda seni, batu akik pada dasarnya tidak memiliki nilai intrinsik sebagaimana halnya batu mulia (intan dan permata) apalagi logam mulia (emas dan perak). Bernilai atau tidaknya batu akik ditentukan oleh subjek luar yang tidak lain adalah kolektor maupun seniman batu akik itu sendiri. Merekalah yang memiliki peranan penting dalam menentukan nilai, menaikkan maupun menjatuhkan harga batu akik meskipun dengan parameter yang irrasional. Namun secara pragmatis terlepas dari penilaian positif dan negatif, selama itu halal dan dapat memberikan margin ekonomi, sah-sah saja orang berkecimpung dalam dunia perbatu-akik-an, baik sebagai kolektor maupun “pandai” batu akik.

Namun demikian menurut penulis, dibalik fenomena keranjingan batu akik itu ada fenomena yang jauh lebih luar biasa. Ibarat Fenomena dibalik fenomena. Bahwa fenomena menjamurnya batu akik juga sekaligus menjadi fakta yang membuktikan bahwa watak budaya bangsa indonesia menekankan pada keanggotaan kelompok atau budaya kolektif, dimana hampir sebagian besar individu (entitas) yang termasuk dalam domain budaya tersebut merasa lebih

(8)

nyaman jika berperilaku sebagaimana mayoritas orang berperilaku. Apa yang istimewa dari eksistensi budaya kolektif ?

Eksistensi budaya kolektif jika disadari dan dicermati secara saksama, memiliki kekuatan dan energi sosial luar biasa untuk melakukan rekayasa sosial (social enginering). Seandainya saja budaya kolektif tersebut bisa diarahkan untuk menciptakan konformitas yang tidak hanya sekedar mengimitasi kebiasaan tapi juga dapat mengimitasi kreatifitas. Seandainya saja budaya kolektif itu bisa menjadi instrumen dalam melakukan rekayasa sosial untuk menciptakan konformitas sosial dalam meningkatkan minat baca pada generasi muda, melakukan penemuan-penemuan sederhana untuk keperluan rumah tangga, berangkat dari hal-hal positif yang sederhana. Coba bayangkan apa yang akan terjadi ? Mungkin dalam jangka waktu yang singkat niscaya Indonesia Akan Menjadi Negara Maju karena ditopang oleh lebih dari 200 juta penduduk bangsa yang kreatif.

Jika selama ini, batu permata banyak digunakan kalangan orang-orang yang sudah dewasa namun belakangan ini batu akik banyak digunakan kalangan muda dan remaja bahkan batu akik telah menjadi trend dan gaya hidup sehingga harga batu akik semakin mahal karena semakin banyaknya pemikat dari berbagai kalangan. Beberapa jenis batu akik yang paling banyak diminati dan termahal antara lain: batu bacan, batu ruby, batu giok, dan batu lavender.

Ada banyak hal yang membuat seseorang suka dengan batu akik. Batu akik ialah segala jenis batuan dan mineral yang bisa di manfaatkan sebagai bahan baku perhiasan (seperti cincin, kalung, gelang, dan lain-lain). Fenomena trend batu akik yang melanda Indonesia dari Sabang sampai Merauke termasuk unik. Ini terjadi secara spontan dan tiba-tiba. Sehingga memunculkan berbagai pertanyaan terkait mengapa banyak kalangan mulai dari tua, muda, miskin, kaya, pria maupun wanita mulai menggilai batu akik ini.

Sudah lama menjadi bagian dari masyarakat Indonesia, trend batu akik ini sering sekali mengalami pasang surut. Namun, untuk yang terjadi saat ini banyak kalangan yang mengatakan bahwa salah satu faktor cepatnya batu akik menjadi

(9)

trend adalah karena publikasi dari media yang begitu hebat.Bahkan saat ini isitilah “batu mulia” juga sudah mulai diterapkan pada semua mineral dan batuan yang di proses melalui pemotongan, pembentukan dan penggosokan, sehingga dapat dijadikan sebagai batu hias. Maka dari itu, jenis batu mulia pada masa kini semakin bervariasi atau beragam dan semakin banyak. Masyarakat mengenal batu akik sebagai bagian tradisi dan perhiasan untuk memperindah berpakaian. Melihat hal ini, fenomena batu akik masih akan bertahan lama. (Sumber: http://akikpedia.com/akik-jurnal/item/257-wawancara-eksklusif-batu-akik-antara-mitos-budaya-dan-bisnis.html)

Alasan seseorang menyukai batu akik, menurut Sujarwanto Rahmat M. Arifin mengelompokkan penggemar batu di Indonesia menjadi 3 jenis, yaitu :

1. Alasan Mistis, Penggemar mistis adalah orang-orang yang menyukai batu akik karena hal-hal mistis yang dipercaya terkandung dalam batu-batu tersebut. Biasanya orang-orang tersebut mempercayai bahwa sebuah jenis batu bisa mendatangkan kekayaan, membawa pamor, atau memberi proteksi magis. Atau juga dipercaya bahwa dalam sebuah batu terdapat mahluk gaib yang perlu dirawat sedemikian rupa untuk mencapai satu tujuan tertentu. Mengenai orang-orang yang suka batu akik karena unsur kleniknya dikatakan Sujarwanto, “Memang ada sebagian orang yang suka batu akik karena kepercayaan kleniknya.

2. Penggemar Energi Alam Batu Akik, penggemar energi batu alam batu akik tidak menaruh kepercayaan akan adanya kekuatan magis atau mahluk gaib dalam batu-batu itu. Penggemar kategori kedua ini meyakini bahwa sebagaimana benda alam lain, batu-batu tersebut juga memiliki energi sesuai dengan kandungan mineralnya. Energi dari kandungan-kandungan mineral dalam batu-batu tersebut diyakini akan berinteraksi dengan energi dari kandungan-kandungan mineral dalam tubuh manusia pemakainya. Hasilnya bisa bermacam-macam tergantung dari jenis batu apa yang dikenakan. Misalnya, sebuah batu dengan kandungan mineral dan energinya bisa membuat pemakainya menjadi lebih tenang.

(10)

3. Penggemar Keindahan, Warna, bentuk, dan ukuran batu menjadi perhatian utama dari penggemar jenis ini. Sebagian penggemar keindahan batu akik akan menilai sebuah batu dari bagaimana batu tersebut dapat dipasangkan dengan busana-busana yang dimilikinya. Penggemar ini akan memperhatikan segi fashion dari cincin. Selain penggemar keindahan dari sisi fashion, ada juga penggemar keindahan batu akik sebagai benda pajangan. Penggemar ini akan melihat keindahan batu akik sebagai sesuatu untuk dinikmati mata, bukan untuk dicocokkan dalam cara berpenampilan. Dari fenomena batu akik yang sedang menjadi trend di kota Medan dapat dilihat tingkat presentasi diri dari pemakai batu akik tersebut. Presentasi diri merupakan gambaran diri yang dapat dilihat orang lain yang berupaya mengolah tingkah lakunya agar orang lain terkesan kepadanya. Ketika orang menyajikan atau mempresentasikan dirinya maka dia mencoba untuk membuat orang lain terkesan. Menurut Goffman, penyajian diri terkait erat dengan persoalan pengelolaan kesan (self-presentation is very much a matter of impression management) (Mollisan, 2013: 124). Trend batu akik sekarang yang sedang marak di seluruh Indonesia, menarik peneliti untuk melakukan penelitian ini khususnya di Kota Medan, menarik semua kalangan untuk membeli dan memakainya.

Hal yang menjadi menarik disini adalah batu akik bukan merupakan benda yang asing dan juga bukan benda yang sulit ditemukan di Indonesia. Namun, mengapa kali ini respon masyarakat akan batu akik sangat luar biasa. Bahkan bisa katakana bahwa hampir semua daerah di Indonesia berlomba-lomba untuk mencari batu akik yang berasal dari daerah nya untuk selanjutnya diklaim milik ataupun khas dari daerah tersebut.

Tentu trend tersebut tidak lah datang begitu saja, warga masyarakat tentunya tidak mungkin dengan tanpa sebab ramai-ramai menggandrungi batu akik ini. Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti presentasi diri pemakai batu akik. Di Kota Medan sendiri sebagai lokasi penelitian ini batu akik mulai kembali menjadi trend semenjak dua tahun yang lalu. Penyebabnya seperti efek domino yang pada awalnya trend di pulau Jawa dan juga Aceh. Aceh sendiri merupakan daerah yang paling dekat dengan Kota Medan

(11)

sehingga tidak mengherankan proses penularan trend batu akik ini cukup cepat sampai ke Kota Medan.

1.2 Fokus Masalah

Berdasarkan konteks masalah di atas, maka dapat dirumuskan fokus permasalahanya dalam penelitian ini adalah “Bagaimana Presentasi Diri dan Konsep Diri Pemakai Batu Akik di Kota Medan?”

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana intrapersonal pemakai batu akik di Kota Medan

2. Untuk mengetahui alasan-alasan pemakai batu akik di kota Medan mengapa menggunakan batu akik.

3. Untuk mengetahui presentasi diri dan konsep diri pemakai batu akik di kota Medan

1.4 Manfaat Penelitian

Setiap penelitian sudah seharusnya memiliki manfaat bagi keilmuannya.Begitu pula dengan tulisan yang mencoba untuk melihat trend batu akik ini.Adapun yang menjadi manfaat penelitian adalah:

1. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan penjelasan terhadap fenomenologi batu akik dan tingkat presentasi diri khususnya di kota Medan.

2. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan memperkaya bahan penelitian serta dapat dijadikan sebagai sumber bacaan bagi mahasiswa FISIP USU khususnya departemen Ilmu Komunikasi.

3. Secara praktis, penelitian ini dapat dijadikan sebagai pengetahuan bagi pembaca untuk mengetahui fenomena batu akik di Kota Medan melalui studi fenomenologi.

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini menunjukkan bahwa senyawa aktif dari daun katuk yang diberikan pada induk tidak memberikan pengaruh pada bobot badan induk postpartus, sedangkan bobot uterus pada hari

Untuk menentukan adanya perbedaan antar perlakuan digunakan uji F, selanjutnya beda nyata antar sampel ditentukan dengan Duncan’s Multiples Range Test (DMRT).

Media yang tidak steril tidak dapat digunakan untuk melakukan pemeriksaan biologi karena tidak dapat dibedakan dengan pasti apakah bakteri tersebut berasal dari bahan

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Despa (2017), dalam penelitiannya menyatakan bahwa tanggung jawab merupakan kesadaran manusia akan tingkah laku atau

Para Dosen Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta yang telah memberikan ilmu yang

Konsekuensi yang diharapkan klien dapat memeriksa kembali tujuan yang diharapkan dengan melihat cara-cara penyelesaian masalah yang baru dan memulai cara baru untuk bergerak maju

Didalam mencapai visi dan misinya, PT.Petrokimia Gresik sangat membutuhkan budaya organisasi yang kuat, yang akan mendorong organisasi untuk mencapa kinerja yang ekselen,

Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan jenjang strata 1 pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas