• Tidak ada hasil yang ditemukan

Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Universitas Sumatera Utara"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Bahasa Arab adalah sebuah bahasa Semit yang muncul dari daerah yang sekarang termasuk wilayah Arab Saudi. Bahasa ini adalah sebuah bahasa yang terbesar dari segi jumlah penutur bahasa Semit. Bahasa ini berkerabat dekat dengan bahasa Ibrani dan bahasa Aram.

Jazirah Arabia merupakan tempat lahirnya bahasa Arab. Ia terbagi atas dua bagian yaitu bahasa Arab fasih dan bahasa Arab sehari-hari atau dialek

lahjatun . Bahasa Arab fasih dapat dibagi lagi menjadi dua bagian yaitu bahasa Arab klasik dan bahasa Arab modern. Bahasa Arab klasik adalah bahasa formal yang digunakan di kawasan Hejaz. Sampai saat ini masih terdapat catatan tertulis yang berkaitan dengan penggunaan bahasa Arab klasik, termasuk di dalamnya syair-syair Arab yang amat terkenal pada masa pra Islam. Al-Qur`an juga diturunkan dalam bahasa Arab klasik tersebut, dan hal inilah yang menjadi alasan utama mengapa bahasa ini terjaga keasliannya sepanjang masa.

Bahasa Arab modern sama dengan bahasa klasik, dan merupakan bahasa resmi 22 negara Arab, baik untuk percakapan maupun tulisan. Perbedaannya hanya terletak pada perkembangan pembendaharaan kata, di mana pada bahasa Arab modern perkembangan pembendaharaan kata mengiringi perkembangan zaman, sedangkan bahasa Arab klasik mengacu pada adat kebiasaan lama, dan lebih sering digunakan dalam penyampaian berita atau dalam penulisan koran.

Bahasa Arab sehari-hari atau dialek Arab (Colloquial Arabic) merupakan bahasa yang digunakan dalam percakapan sehari-hari oleh bangsa Arab. Tidak seperti bahasa Arab modern yang sama di setiap negara Arab tata penggunaannya, bahasa Arab sehari-hari ini sangat berbeda sesuai dengan perbedaan negara, kawasan, bahkan daerah di negara-negara Arab.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1984: 249) Dialek adalah suatu bahasa yang dipakai di suatu tempat atau daerah yang agak berbeda dengan bahasa yang umum.

(2)

Al-Azam (2001: 21) mendefenisikan dialek sebagai berikut:

/

Al-lahjatu hiyā i‘tiyādu al-insāni ‘alā al-nutqi bi tarīqatin khāssatin/ ‘kebiasaan

manusia dalam berucap dengan cara yang khusus’.

Masyarakat pengguna suatu bahasa mempunyai kesadaran tentang adanya dua hakikat penting dalam komunikasi antara orang-orang yang tergolong dalam satu komunitas bahasa. Hakikat ini adalah sebagai berikut: para penutur suatu bahasa memiliki satu sistem komunikasi kebahasaan yang sama. Di dalam sistem kebahasaan yang sama terdapat perbedaan dalam aspek-aspek bahasa: fonologi, gramatika, dan pembendaharaan kosakata. Adanya perbedaan aspek kebahasaan di atas membawa pada pembentukan berbagai sub kelompok dalam komunitas bahasa. Tiap-tiap sub kelompok mempunyai ciri khas yang menandakan adanya satu sub kelompok yang berbeda dengan satu sub kelompok yang lain.

Pembentukan sub kelompok pada mulanya berdasarkan wilayah geografis, dengan demikian terdapat pengertian yang menghubungkan ciri-ciri penuturan sub kelompok dengan wilayah geografi tertentu. Keseluruhan penuturan sub kelompok yang dikaitkan dengan suatu wilayah geografi itulah yang dikenal sebagai dialek. Jadi pengertian awal bagi dialek adalah pengertian yang dikaitkan dengan dimensi ruang.

Demikian halnya dengan dialek-dialek bahasa Arab yang terdapat di wilayah Arab sebagaimana yang dikatakan oleh Wafi (1445H: 148):

(3)

-/Lam ya‘ni al-’ulamāu bi dirāsati hazihi al-lahjāti dirāsatan jiddiyyatan illā munzu al-qarni al-tāsi‘a ‘asyara. Wa qad qassamūhā ilā khamsi majmū‘ātin tasymalu kullu majmū‘atin minhā ‘alā lahjātin mutaqāribatin fī aswātihā wa mufradātihā wa asālībihā wa qawā‘idihā, wa muttafiqatin fī al-mu`assirāti al-latī khada‘at lahā fī tatawwurihā: ihdāhā majmū‘atu lahjāti hijāziyyati al-najdīyyati (wa tasymalu lahajātu al-hijāzi wa najdi wa al-yamani) wa sānīhā majmū‘atu al-lahjāti al-syāmiyyati (wa tasymalu jamī‘u al-lahjāti al-‘arabiyyati al-mustakhdamati fī sūriyā wa lubnāna wa filistīna wa syarqa al-urduni) wa sālisatuhā majmū‘atu lahjāti ‘irāqiyyati (wa tasymalu jami‘a lahjāti al-‘arabiyyati al-mustakhdamati fī bilādi ‘irāqi) wa rābi‘atuha majmū‘atu al-lahjāti al-misriyyati (wa tasymalu jamī‘a al-al-lahjāti al-mustakhdamati fī misra wa al-sudāni) wa khāmisatuhā majmū‘ati al-lahjātu al-magribiyyati (wa tasymalu jami‘a al-lahjāti al-‘arabiyyati al-mustakhdamati fī syamāli afriqiyā)/. ‘Sejak

abad ke 19 para ulama mulai mempelajari dialek-dialek Arab, dan mereka membagi dialek-dialek tersebut ke dalam 5 kelompok. Dalam satu kelompok tercakup dialek-dialek yang saling berdekatan dalam bunyi, kosakata, gaya, dan aturannya, juga faktor-faktor yang mempengaruhinya dalam perkembangannya. Pertama, kelompok dialek Hijaz dan Najd (yang tercakup di dalamnya dialek-dialek Hijaz, Najed, dan Yaman). Kedua, kelompok dialek-dialek Syam (yang tercakup seluruh dialek Arab yang digunakan di Suriah, Libanon, Palestina, dan Jordania bagian Timur). Ketiga, kelompok dialek Iraq (yang tercakup di dalamnya seluruh dialek Arab yang digunakan di negeri Iraq). Keempat, BABABADM (yang tercakup di dalamnya seluruh dialek Arab yang digunakan di Mesir dan Sudan). Kelima, kelompok dialek Maroko (yang tercakup di dalamnya seluruh dialek yang digunakan di Afrika Utara)’.

Walaupun penggunaan dialek Mesir hanya terdapat di Mesir dan Sudan, akan tetapi dialek Mesir merupakan dialek paling populer di kalangan bangsa Arab. Kepopuleran dialek Mesir dipengaruhi oleh dua faktor berikut ini:

1.Dialek Mesir sering diperkenalkan melalui media televisi, radio dan film.

2.Dialek Mesir tidak terlalu berbeda dengan bahasa aslinya yaitu bahasa Arab

fasih.

3.Faktor sejarah Mesir dan kapasitasnya sebagai negri yang pernah menjadi pusat ilmu yang dituju oleh para penunut ilmu dari berbagai penjuru, dari dulu hingga sekarang.

Pada mulanya masyarakat Mesir menggunakan bahasa Mesir sebagai bahasa persatuan bangsa Mesir. bersama masuknya agama Islam yang membawa

(4)

bahasa Arab sebagai bahasa agama baru mereka. Dengan mudahnya bangsa Mesir melupakan bahasa Mesir dan menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa agama sekaligus bahasa persatuan bangsa Mesir khususnya, dan bangsa Arab umumnya. Akan tetapi, bahasa Mesir tersebut tidak hilang begitu saja tanpa meninggalkan bekas karena bahasa Arab yang masuk ke Mesir terpengaruh dengan bahasa Mesir yang menyebabkan munculnya dialek Mesir di dalam bahasa Arab. Walaupun pengaruh bahasa Mesir terhadap bahasa Arab tidak begitu besar, akan tetapi bahasa Arab jelas terpengaruh dengan bahasa Mesir.

Pada umumnya, masyarakat penutur bahasa Arab fasih dapat berkomunikasi dengan masyarakat Arab yang menggunakan dialek Mesir, sehingga dengan demikian dialek Mesir yang muncul di radio, televisi dan film dapat dipahami oleh mereka.

Pelajar bahasa Arab di Indonesia mempelajari bahasa Arab sebagai bahasa asing yang peranannya untuk mengkaji ilmu-ilmu ke-Islaman, Al-Qur`an dan Hadist Nabawi. Meskipun demikian, ada beberapa perguruan tinggi umum yang membahas bahasa Arab itu tidak hanya sebagai bahasa yang berfungsi sebagai bahasa ibadah, akan tetapi sebagai ilmu pengetahuan seperti halnya di Program Studi Bahasa dan Sastra Arab Universitas Sumatera Utara.

Bahasa Arab yang berfungsi sebagai bahasa ibadah itu adalah bahasa Arab

fasih atau baku, sedangkan bahasa Arab sehari-hari khususnya dialek Mesir dapat

dikatakan belum pernah diajarkan di kalangan masyarakat pelajar bahasa Arab di Indonesia pada umumnya dan Fakultas Sastra khususnya. Oleh karena itu, maka peneliti ingin mengangkat dialek Mesir ini menjadi satu pembahasan secara deskriptif karena peneliti melihat bahwasannya pengetahuan tentang bahasa Arab dialek Mesir ini dapat membantu pelajar bahasa Arab di Indonesia yang akan bekerja ke negara Arab.

Adapun bahasa Arab dialek Mesir yang akan peneliti deskripsikan adalah dialek Mesir yang ada dalam film /yā anā yā khālatī/ Aku dan aku.

Hal ini peneliti lakukan karena data kebahasaan dapat didengar dan dituliskan, juga karena sulitnya mendapatkan data yang bersumber dari perpustakaan.

(5)

Salah satu contoh yang ada dalam film /yā anā yā khālatī/

Aku dan aku, yaitu kata /qāla/ dalam bahasa Arab fasih menjadi /ala/ dalam

dialek Mesir, dan kata /māzā/ dalam bahasa fasih yang menjadi /eh/ dalam

dialek Mesir. Dari contoh di atas pada kata / qāla/ terlihat adanya variasi pengucapan bunyi /q/ menjadi /a/, dan kata / māzā/ sebagai sebuah

leksikal berubah menjadi /eh/, dengan perubahan yang tidak merubah makna.

Dengan demikian, penelitian ini akan mendeskripsikan dialek Mesir melalui pendeskripsian ciri-ciri fonologi dan leksikal yang menandai dialek Mesir dalam bahasa Arab.

D. Perumusan Masalah

Agar objek penelitian tidak menyimpang dari sasaran yang diinginkan oleh peneliti, maka perlu dibuat perumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kategori ism, fiil, dan harf dalam bahasa Arab fasih yang diucapkan dalam dialek Mesir ?

2. Apa unsur kebahasaan yang membedakan bahasa Arab fasih dengan dialek Mesir?

3. Apa faktor penyebab munculnya dialek Mesir dalam bahasa Arab?

E. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mendeskripsikan kategori ism, fiil, dan harf dalam bahasa Arab

fasih yang diucapkan kedalam dialek Mesir.

2. Untuk mengetahui unsur kebahasaan yang membedakan bahasa Arab

fasih dengan dialek Mesir.

3. Untuk mengetahui faktor penyebab munculnya dialek Mesir dalam bahasa Arab.

(6)

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Memberi gambaran tentang dialek Arab khususnya dialek Mesir bagi mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Arab dan para peminat bahasa Arab.

2. Menambah referensi bidang bahasa bagi Fakultas Sastra Jurusan Bahasa Arab.

G. Metode Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (Library research) yaitu penelitian yang memperoleh data dari buku-buku yang relevan dengan objek penelitian. Objek penelitian adalah bahasa Arab lisan dialek Mesir yang ada dalam film /yā anā yā khālatī/ Aku dan aku.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode simak yaitu cara yang digunakan peneliti untuk memperoleh data dengan menyimak bahasa yang akan diteliti. Adapun sumber data penelitian ini adalah kata-kata yang diucapkan dalam dialek Mesir yang ada dalam CD film /yā anā yā khālatī/ Aku dan aku, oleh Said Hamid tahun 2005 dan diproduksi oleh Aflamu Nasri Oskar

Al-Masah.

Dalam menganalisis data, cara yang digunakan adalah melalui Analisis Deskriptif yaitu dengan cara mengumpulkan data, menyusun atau mengklasifikasi, menganalisis dan menginterprestasikannya.

Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan oleh peneliti dalam hai ini adalah: 1. Membaca buku-buku yang berkaitan dengan pembahasan. 2. Mendengarkan kaset CD secara berulang-ulang.

3. Mencatatnya ke dalam kartu data.

4. Mengklasifikasikan data yang telah diperoleh dari referensi yang ada. 5. Data yang diperoleh kemudian dianalisis.

(7)

Dalam penulisan Arab-Latin digunakan pedoman Transliterasi Arab-Latin berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 158/1987 dan No. 0543 b/U/1987 tertanggal 22 Januari 1988.

Referensi

Dokumen terkait

Setelah itu dikocok selama 30 menit dan disaring ke dalam labu ukur 100 ml yang kemudian ditera dengan menggunakan aquades hingga 100 ml.. Kemudian ekstrak baik

pengawasan jarak jauh, dapat melalui laporan tertulisa maupun lisan dari karyawan pelaksana kegiatan. Peningkatan efektivitas, efesiensi, dan produktivitas kerja perlu

Abstrak - Penelitian ini bertujuan untuk membangung sebuah aplikasi laporan kehilangan barang serta sebagai sebuah forum berbentuk sosial media berbasis android untuk memudahkan

Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti tertarik mengangkat film Sejarah Perang Banjar sebagai bahan penelitian yang diteliti secara

kelamin siswa, serta dapat melihat nilai rata- rata dari tiap sekolah. Berdasarkan uraian di atas maka diambilah sebuah tema data warehouse siswa untuk memetakan

- Pengalaman kerja diutamakan dibidangnya - Familiar dengan bidang pemasaran property - Memiliki kemampuan negosiasi/presentasi - Networking luas, berpenampilan menarik,

Penghantar netral pada jaringan tegangan rendah dibumikan sesuai dengan konsep TN-C yang dianut PLN. Konstruksi pembumian dipasang pada tiang pertama, tiang akhir dan

Peluang pengembangan ekonomi masyarakat di Pulau Parang dapat dilakukan dengan mendorong kegiatan agrowisata, cinderamata, budidaya perikanan. Agrowisata ini perlu