• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI KINERJA POLISI LALU LINTAS DALAM PENERAPAN E-TILANG DI KOTA MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI KINERJA POLISI LALU LINTAS DALAM PENERAPAN E-TILANG DI KOTA MAKASSAR"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

DALAM PENERAPAN E-TILANG DI KOTA MAKASSAR

Oleh: AHMAD FADLI

Nomor Induk Mahasiswa : 10561 04986 14

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(2)

SKRIPSI

KINERJA POLISI LALU LINTAS

DALAM PENERAPAN E-TILANG DI KOTA MAKASSAR

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Studi dan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Administrasi Negara (S.Sos)

Disusun dan Diajukan Oleh: AHMAD FADLI

Nomor Stambuk: 10561 04986 14

Kepada

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Ahmad Fadli, Andi Rosdianti Razak dan Muhammad Tahir. Kinerja Polisi Lalu Lintas Dalam Menerapkan E-Tilang di Kota Makassar.

Kinerja merupakan salah satu faktor yang menentukan pencapaian tujuan organisasi. Berdasarkan hal tersebut kajian penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kinerja kepolisian dalam menerapkan e-tilang dan penyelesaian perkara tindak pidana pelanggaran berlalu lintas di Kota Makassar.

Jenis penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian lapangan yaitu bentuk penelitian yang bertujuan mengungkapkan makna yang diberikan oleh masyarakat pada perilakunya dan kenyataan sekitar.Metode yang digunakan adalah metode kualitatif yaitu suatu pendekatan penelitian yang mengungkapkan situasi sosial tertentu dengan mendeskripsikan kenyataan secara benar, dibentuk oleh kata-kata berdasarkan teknik pengumpulan dan analisis data yang relevan yang diperoleh dari situasi yang alamiah. Hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa kinerja polisi lalu lintas dalam mensosialisasikan e-tilang di kota Makassar belum berjalan sesuai dengan prosedur yang erlaku dan optimal. Masyarakat juga menilai bahwa penerapan e-tilang ini hanya sebagai alat untuk memantau keadaan ruas-ruas jalan di kota Makassar dan tidak berfungsi sebagai alat penilangan secara otomatis. Dengan adanya penerapan e-tilang dapat meningkatkan keselamatan dan ketertiban di jalan dan meningkatkan disiplin berlalu lintas dan menekan tingkat fatalitas korban kecelakaan dengan melalui pelatihan e-tilang di kota Makassar.

(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Kinerja Polisi Lalu Lintas Dalam Menerapkan E-Tilang di Kota Makassar”. Untuk

memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi program Ilmu Administrasi Negara di Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak dapat terselesaikan dengan baik tanpa ada bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Kepada Ibu Dr. Andi Rosdianti Razak, M.Si selaku pembimbing I dan Bapak Dr. Muhammad Tahir, M.Si selaku pembimbing II. Terima kasih atas segala bimbingan, ajaran dan ilmu-ilmu baru yang penulis dapatkan selama penyusunan skripsi ini. Dengan segala kesibukan masing-masing dalam pekerjaan maupun pendidikan, masih bersedia untuk membimbing dan menuntun penulis dalam menyusun skripsi ini. Terima kasih dan mohon maaf bila ada kesalahan yang penulis lakukan.

2. Ibu Dr. Hj. Ihyani Malik, S.Sos., M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Bapak Dr. Burhanuddin, S.Sos., M.Si selaku Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Bapak Nasrul Haq, S.Sos., M.PA selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Negara dan Ibu Nurbiah Tahir, S.Sos., M.AP selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

5. Kedua orang tua penulis, Ibunda Sitti Aminah, S.Pd, Ayahanda Drs. Kamo. S.Pd, adik-adik tercinta ananda, Fajar Al Ifkhan dan Jusmiati Usman, dan seluruh keluarga besar penulis. Terimakasih atas curahan kasih sayang, dorongan doa, nasihat, motivasi, dan pengorbanan materialnya selama penulis menempuh studi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Program Studi Ilmu Administrasi Negara Universitas Muhammadiyah Makassar.

6. Seluruh Bapak/Ibu dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

7. Segenap Staff Tata Usaha Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammaiyah Makassar.

(8)
(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PENERIMAAN TIM ... ...iv

HALAMAN PERNYATAAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian... 8

D. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II. TINJAUAN ... 10

A. Penelitian Terdahulu ... 10

B. Teori dan Konsep Kinerja ... 11

C. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kinerja ... 14

D. Indikator Kinerja ... 16

E. Pengertian Rekaman CCTV (Closed Circuit Television) ... 18

F. Pengertian E Tilang ... 20

G. Kerangka Pikir ... 25

H. Fokus Penelitin ... 26

I. Deskripsi Fokus Penelitian ... 27

BAB III. METODE PENELITIAN ... 28

A. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 28

B. Jenis dan Tipe Penelitian ... 28

C. Sumber Data ... 29

D. Informan Penelitian ... 30

E. Teknik Pengumpulan Data ... 31

F. Teknik Analisis Data ... 33

G. Teknik Pengabsahan Data ... 34

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Polrestabes Makassar ... 35

B. Hasil Penelitian ... 43

(10)

E. Upaya Pemerintah Dalam Menanggulangi Hambatan Yang Terjadi Dalam

Sosialisasi Tilang Elektronik ... 56

BAB V. PENUTUP ... 59

A. Kesimpulan ... 59

B. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 61

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Informan --- 31 Tabel 4.1 Angka Pelanggar Lalu Lintas --- 46 Tabel Matriks --- 65

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pikir --- 25

Gambar 3.1 Model Analisis Data Interaktif dari Miles dan Huberman --- 33

Gambar 4.1 Logo PolretabesKota Makassar --- 38

(13)

Rendahnya kualitas sumber daya manusia merupakan masalah mendasar yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional. Rendahnya kualitas sumber daya manusia juga akan batu sandungan dalam era globalisasi, karena era globalisasi merupakan era persimpangan mutu. Jika bangsa Indonesia ingin berkiprah dalam percaturan global. Maka langka yang pertama yang harus dilakukan adalah menata sumber daya manusia, baik dari aspek intelektual, spiritual, kreativitas, moral, maupun tanggung jawab.Kualitas sumber daya manusia sangat erat kaitannya dengan kinerja (Performance).

Sebagai aparatur pemerintah, pegawai sekaligus sebagai abdi negara dan abdi masyarakat mempunyai peranan yang sangat penting, yaitu sebagai pemikir, perencana, penggerak partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan, menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dengan penuh kesetian kepada pancasila dan undang-undang dasar 1945 serta sekaligus berperan sebagai pengendali dan pengawas pelaksanaan pembangunan itu sendiri.

Melalui kinerja menekankan apa yang dihasilkan dari fungsi-fungsi suatu pekerjaan atau apa yang keluar ( out-come ). Bila diperhatikan lebih lanjut apa yang terjadi dalam sebuah pekerjaan atau jabatan adalah suatu proses yang mengolah in-put menjadi out-put( hasil kerja ). Penggunaan indikator kunci untuk mengukur hasil

(14)

kinerja individu, bersumber dari fungi-fungsi yang diterjemahkan dalam kegiatan/tindakan dengan landasan standar yang jelas dan tertulis.Mingingat kinerja mengandung komponen kompetensi dan produktifitas hasil, maka hasil kinerja sangat tergantung pada tingkat kemampuan individu dalam pencapaiannya, terutama tujuan organisasi.

Kinerja sering dianggap sebagai konstruk multidimensi (Bates & Holton, 2009) yang tidak hanya dikaitkan dengan keseluruhan organisasi tetapi juga dengan bagian-bagian dalam organisasi termasuk unit aktivitas, proses dan individu karyawan.Karena itulah sangat tidak mengherankan jika kinerja didefinisikan secara beragam.Dalam hal ini kinerja kepolisian di uji untuk mampu memberantas persoalan lalu lintas agar dapat mengurangi angka kecelakaan lalu lintas.Sangat di harapkan dengan adanya E-Tilang dimaksudkan untuk bisa memberikan efek waspada kepada para pengguna jalan agar selalu berhati-hati dan mematuhi rambu-rambu lalu lintas yang ada.Meski pihak kepolisian tidak ada di lokasi untuk mengatur lalu lintas di jalan.

Kesesuian kompetensi dengan bidang tugas berpengaruh terhadap kinerja.Faktor pertimbangan dalam penempatan seseorang dalam bidang tugas baik penempatan awal, mutasi maupun promosi menjadi hal-hal yang dapat memepengaruhi kinerja polisi. Dalam prakteknya terutama dalam organisasi pemerintah lebih mengedepankan proses seleksi atau atau proses rekrutmen dengan sederet persyaratan yang rumit. Dalam pengalaman emperik, jika untuk

(15)

meningkatkan kinerja polisi maka kompetensi seorang menjadi persyaratan yang utama harus di penuhi.

Efektivitas menggambar seluruh siklus input, proses dan output yang mengacu pada hasil guna dari pada suatu organisasi, program atau kegiatan yang menyatakan sejauh mana tujuan yang telah dicapai, serta ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya dan mencapai target-targetnya. Hal ini berarti bahwa pengertian efektivitas yang di pentingkan adalah semata-mata hasil atau tujuan yang dikehendaki.Polisi memegang peranan penting dalam meningkatkan kinerja maka perhatian dalam peningkatan kinerja menjadi penting.polisi sebagai pengayom masyarkat memiliki tugas utama untuk memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat.

Berdasarkan keseluruhan etos kinerja dan manajemen kinerja dengan asumsi bahwa jika tingkat kinerja polisi dapat meningkat, kinerja yang lebih baik akan mengikuti sebagai akibat langsung. Dengan demikian mereka menganggap sumber daya sebagai asset paling berharga.Keberadaan anggota polisi sebagai aparat penegak hukum dituntut untuk bekerja secara legalitas proporsionalitas efektif dan efisien dalam rangka memaksimalkan tugas pokok fungsi dan peran kepolisian.

Membahas tentang kinerja dan pencapaian tujuan organisasi tidak terlepas dari siapa yang ada dan menjalankan organisasi tersebut, tidak lain adalah manusia itu sendiri. Sebagai unsur organisasi, manusia memiliki peran yang sangat penting dalam menjalankan fungsinya dalam rangka kemajuan organisasi.Potensi setiap

(16)

individu yang ada dalam organisasi harus dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya sehingga mampu memberikan hasil yang maksimal.Di mana keberhasilan organisasi sangat tergantung pada peran manusia didalamnya karena manusia sebagai sumber daya yang potensial dan merupakan sumber kekuatan untuk menggerakkan roda aktivitas organisasi. Sumber daya manusia harus diarahkan dan dikoordinasikan untuk menghasilkan konstribusi terbaik bagi organisasi, sehingga apa yang menjadi tujuan organisasi dapat terwujud.

Realitas kinerja kepolisian membutuhkan adanya partisipasi masyarakat untuk membangun bersama sebuah lingkungan yang aman. Tuntutan Profesional, Proporsional, humanis merupakan wujud dari kinerja kepolisian di mata masyarakat. Kepolisian mengeluarkan tindakan baru dalam penegakan tertib lalu lintas bernama E-Tilang (tilang elektronik). E-Tilang adalah digitalisasi proses tilang, dengan memanfaatkan teknologi, diharapkan seluruh proses E-Tilang akan lebih efisien dan efektif juga membantu pihak kepolisian dalam manajemen administrasi.

Melalui Kombes Polisi Dicky Sondani dalam keterangannya memberitahukan pelaksanaan E- Tilanguji coba tilang elektronik di Kota Makassar ini dimulai pada Selasa (18/12/2018) hingga Minggu (23/12/2018). Sedangkan penerapan resminya akan dimulai pada Senin (24/12/2018). Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Selasa, Makassar Uji Coba Tilang Elektronik", yakni di berbagai titik kota. Saat ini e-TLE atau tilang elektronik baru di pasang di 23 titik di Kota Makassar diantaranya “Under Pass Simpang 5 Bandara Sultan Hasanuddin, Simpang 4 Daya,

(17)

Telkomas, Jalan AP Pettarani (Fly Over bawah), Fly Over atas (Urip Sumoharjo), Lanto Dg Pasewang-Ratulangi, Rujab GubernurSudirman, Jalan Sudirman-Kartini, Haji BauRatulangi, Jalan Abdesir-SMA 5, Jalan Kerung-kerung-Veteran, Jalan Mesjid RayaBandang, Andalas-Tentara Pelajar, Haji BauPenghibur, Jalan Bawakaraeng-Latimojong,Bawakaraeng-Jalan Vetran, Jalan LatimojongSungai Saddang, Tentara Pelajar-Dr Wahidin, Toddopuli-Jalan Anggrek, Jalan Ahmad Yani (Depan Malpolrestabes Makassar)-Teras Balai Kota Makassar, Roof Top, Jalan Ratulang, Jalan Adyaksa-Pengayoman, Jalan Jenderal Sudirman (Monumen Mandala).

Begitu pula halnya, seharusnya pihak kepolisian memberikan pe3nerapanlanjutan ke sekolah-sekolah untuk memberikan pemahaman kepada para remaja agar selalu mematuhi aturan lalu lintas yang berlaku. Dan menjelaskan kepada seluruh kalangan baik berupa seminar atau kompersipers terhadap penerapan E-Tilang dan sanksi yang akan di berikan ketika masih ada pengguna jalan yang belum mematuhi rambu-rambu lalu lintas yang ada di badan jalan. Dengan memberikan sosialisasi terus menerus tentu akan memberikan pemahaman mendalam kepada seluruh warga kota Makassar tentang aturan berlalu lintas. Sehingga akan mengurangi angka pelanggaran dan kecelakaan bagi para pengguna jalan di kota Makassar.

Berdasarkan kantor kejaksaan Negeri Makassar dapat kita ketahui bersama mengenai data jumlah denda tilang melalui E-Tilang yakni di umumkan setiap hari

(18)

jum’at melalui via sms terhitung mulai dari 2 bulan terakhir yakni bulan November – Desember 2019. Adapun jumlah data sidang pelanggaran lalu lintas pada tanggal 15 November 2019 sebanyak 203 pelanggaran.Pelanggaran tanggal 22 November 2019 sebanyak 65 pelanggaran.Tanggal 29 November 2019 pelanggaran sebanyak 121.Pada tanggal 06 Desember 2019 pelanggaran sebanyak 87.Dan pada tanggal 13 Desember 2019 pelanggaran sebanyak 60.Adapun jenis pelanggaran meliputi pelanggaran marka jalan, rambu lalu lintas, tidak menggunakan helm dan melawan arus, dan terdiri dari kendaraan roda dua, roda 4, dan Truk.

Melalui sistem transportasi merupakan hal yang krusial dalam menentukan keefektifansuatu kota. Banyak sekali kasus pelanggaran lalu lintas di jalan raya yangdilakukan oleh pemakai jalan yang cenderung mengakibatkan timbulnya kecelakaan dan kemacetan lalu lintas yang semakin meningkat. Pelanggaran lalu lintas mayoritas berupa pelanggaran dalam hal marka, rambu lalu lintas dan lampupengatur lalu lintas seperti larangan berhenti, parkir di tempat-tempat tertentu,menerobos lampu merah, tanpa surat dan kelengkapan kendaraan , dan lain -lain.

Berdasarkan Undang-Undang sebelumnya yakni Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menyebutkan untuk mencapaitujuan pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila, transportasimemiliki posisi yang penting dan strategis dalam pembangunan bangsa yang berwawasan lingkungan dan hal ini harus tercermin pada kebutuhan mobilitas

(19)

seluruh sektor dan wilayah. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan kesatuan serta mempengaruhi semua aspek kehidupan bangsa dan negara.

Berbeda dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009, Undang-Undang ini melihat bahwa lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalammendukung pembangunan dan integrasi nasional sebagai bagian dari upaya memajukan kesejahteraan umum. Selanjutnya di dalam batang tubuh di jelaskan bahwa tujuan yang hendak dicapai oleh undang-undang ini adalah :

1. Terwujudnya pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan yang aman, selamat, tertib, lancar, dan terpadu dengan moda angkutan lain untuk mendorong perekonomian nasional, memajukan kesejahteraan umum, memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, serta mampu menjunjung tinggi martabat bangsa;

2. Terwujudnya etika berlalu lintas dan budaya bangsa; dan

3. Terwujudnya penegakan hukum dan kepastian hukum bagi masyarakat.

Berdasarkan keterangan diatas bahwa adapun proses penerapan pada program E-Tilang telah di jelaskan sebagai berikut :

Dengan proses pelayanan lebih cepat dari tilang konvensional, E-tilang merupakan proses tilang dengan memanfaatkan teknologi yang diharapkan seluruh prosestilang akan lebih efisien dan efektif. Penggunaan alat bukti rekaman CCTV dalam proses E-tilang ini masih belum menyeluruh di Indonesia. Berdasarkan latarbelakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul:

(20)

“Kinerja Polisi Lalu Lintas Dalam Melakukan Penerapan Sistem E-Tilang Di Kota Makassar.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang penulis kemukakan tersebut di atas, maka terdapat dua rumusan masalah yang akan diteliti lebih lanjut, yaitu:

1. Bagaimana kinerja polisi lalu lintas dalam melakukan penerapan program E-Tilang di Kota Makassar ?

2. Apakah faktor pendukung dan faktor penghambat dalam dalam melakukan penerapan program E-Tilang di Kota Makassar ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh peneliti haruslah mempunyai tujuan yang hendak dicapai yang mempunyai manfaat. Maka akan terdapat solusi untuk permasalahan yang dihadapi. Karena tujuan ini akan menunjukan kualitas penelitian. Dari uraian latar belakang, rumusan masalah diatas maka pada dasarnya penelitian ini bertujuan:

a. Untuk mengetahui kinerja polisi lalu lintas dalam dalam melakukan penerapan sistem E-Tilang di Kota Makassar.

b. Untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat dalam dalam melakukan penerapan sistem E-Tilang di Kota Makassar.

(21)

D. Manfaat Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini mencakup kegunaan teoritis dan kegunaanpraktis, yaitu:

a. Secara Teoritis

Hasil penulisan skripsi ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan penulis dalam bidang penggunaan rekaman CCTV terhadap penerapan sistem E-tilang di Kota Makassar.

b. Secara Praktis

Hasil penelitian skripsi ini diharapkan dapat memberikan tambahan ilmu bagipraktisi dalam mengetahui apa saja faktor penghambat terhadap penerapan sistem E-tilang di Kota Makassar.

(22)

Penelitian ini juga mendukung hasil penelitian terdahulu yang membahas oleh Wahyuningsih, Setiyanto, Gunarto (2014) tentang Efektivitas Penerapan Sanksi Denda E-Tilang Bagi Pelanngar Lalu Lintas. Berdasarkan undang-undang nomor 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan (Studi di Polres Rembang) dengan hasil penelitian suatu penerapan e-tilang akan berjalan lancar, cepat dan mudah apabila didukung oleh fasilitas sistem informasi yang berbasis jaringan atau website sehingga menjadi cepat dan mudah serta keterbukaan pelaksanaan proses e-tilang menjadi transparan di masyarakat. Dalam upaya pecegahan praktik pungutan liar yang belum mengacu pada prinsip-prinsip pelayanan yang meliputi kesederhanaan, kejelasan, kepastian waktu, dan kelengkapan sarana dan prasarana.Disamping itu dalam memberikan pelayanan kurang dapat memelihara hubungan kerja serta menciptakan kepuasan kepada masyarakat yang dilayani.

Menyikapi fenomena yang ada aparat harus memahami betul tugas pokok dan fungsinya terutama yang bertugas di ruang pelayanan E-Tilang.Peningkatan pengetahuan dan keterampilan senantiasa perlu ditingkatkan, agar penilaian masyarakat yang kurang puas terhadap citra dan kualitas pelayanan kepolisian yang diberikan aparat kepolisian dapat diminimalisir sekecil mungkin.Disamping agar

(23)

masyarakat lebih memahami dengan adanya E-Tilang sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya.

Adapun yang dilakukan kepolisian adalah untuk menumbuhkan kesadaran dalam diri tentang keamanan yang diupayakan oleh aparat untuk diri masyarakat sendiri, dan tidak menjadikan polisi sebagai musuh rakyat melainkan sebagai penjaga keamanan masyarakat. Untuk mempertegas solusi alternatif permasalahan lembaga polresta diharapkan untuk mendukung sepenuhnya terhadap petugas atau polisi dalam upaya meningkatkan citranya dimata masyarakat terutama dalam pemberian pelayanan surat E-Tilang, penyediaan fasilitas dalam bentuk sarana dan prasarana sehingga memudahkan polisi dalam melaksanakan tugas secara maksimal.

B. Teori dan Konsep Kinerja

Setiap organisasi dituntut untuk memberikan konstribusi positif melalui kinerja yang baik, mengingat kinerja organisasi tergantung pada kinerja pegawainya (Gibson, et all, 2013:364).Kinerja adalah tingkat terhadapnya para pegawai mencapai persyaratan pekerjaan secara efisien dan efektif (Simamora, 2015:34).Kinerja pegawai merupakan prestasi kerja, yakni perbandingan antar hasil yang dapat dilihat secara nyata dengan standar kerja yang telah ditetapkan organisasi.Kemudian Robbins (2015) mendefinisikan kinerja yaitu suatu hasil yang dicapai oleh pegawai dalam pekerjaannya menurut kriteria yang berlaku untuk suatu pekerjaan.

Mangkunegara (2012:67) kinerja ialah hasil kerja baik secara kualitas maupun kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melakukan tugas sesuai dengan

(24)

tanggung jawab yang diberikan kepadanya.Sedangkan Rivai (2015:532) kinerja diartikan kesediaan seseorang atau kelompok orang untuk melakukan suatu kegiatan, dan menyempurnakannya sesuai tanggung jawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan.

Perhatian terhadap kinerja merupakan suatu hal yang perlu bagi sebuah organisasi ataupun perusahaan. Kinerja bukan hanya sekedar mencapai hasil tapi secara luas perlu memperhatikan aspek-aspek lain, sebagaimana definisi kinerja menurut Prawirosentono (2010), kinerja (performance) adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekolompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika.

Demikian juga kinerja sering dianggap sebagai konstruk multidimensi (Edy Sustrisno,2014) yang tidak hanya dikaitkan dengan keseluruhan organisasi tetapi juga dengan bagian-bagian dalam organisasi termasuk unit aktivitas, proses dan individu karyawan.Karena itulah sangat tidak mengherankan jika kinerja didefinisikan secara beragam.Untuk memahami pengertian kinerja, kiranya perlu terlebih dahulu memahami arti kata kinerja secara harfiah.

Berdasarkan terjemahan silang ini tampak bahwa performance mempunyai pengertian yang berbeda. Di satu sisi pengertiannya adalah kinerja, dan di sisi lain pengertiannya adalah pertunjukan, pekerjaan, perbuatan, pergelaran prestasi, hasil.

(25)

Dengan demikian, secara matematis, bisa disimpulkan bahwa kinerja pengertiannya sama dengan pertunjukan, pekerjaan, perbuatan, pergelaran prestasi, hasil. Namun jika kita merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian yang pas untuk kinerja adalah prestasi atau hasil.

Meski secara harfiah kinerja adalah kata benda yang memiliki definisi yang sama dengan hasil atau prestasi, kinerja dalam literatur manajemen dan organisasi memiliki makna luas dan beragam; bukan sekedar hasil atau prestasi. Cermati misalnya pemahaman dan makna kinerja seperti yang dirangkum oleh Moeheriono.(2012) sebagai berikut.

1. Kinerja merupakan sesuatu yang dapat diukur, baik diukur menggunakan angka atau menggunakan sebuah ekspresi yang memungkinkan terjadinya komunikasi. 2. Kinerja berarti berupaya, sesuai dengan maksud tertentu, untuk menghasilkan

sesuatu (misal upaya menciptakan nilai). 3. Kinerja adalah hasil dari sebuah tindakan.

4. Kinerja adalah kemampuan untuk menghasilkan atau potensi untuk menciptakan hasil (sebagai contoh, kepuasan pelanggan bisa dilihat sebagai potensi bagi organisasi untuk menciptakan penjualan pada jangka waktu yang panjang). 5. Kinerja adalah perbandingan antara hasil dengan benchmark (patokan) tertentu

baik yang ditetapkan secara internal maupun patokan eksternal.

6. Kinerja merupakan hasil yang tidak diduga (mengejutkan) dibandingkan dengan yang diharapkan.

(26)

7. Dalam disiplin psikologi, kinerja adalah bertindak (acting out).

8. Kinerja adalah pergelaran, khususnya dalam seni pertunjukan, yang melibatkan para aktor, peran mereka dan bagaimana peran dimainkan serta melibatkan orang luar yang menonton pergelaran tersebut.

9. Kinerja adalah judgment (sebuah keputusan atau penilaian) yang didasarkan pada sesuatu yang lain sebagai pembanding. Persoalannya adalah siapa yang harus menjadi pengambil keputusan dan bagaimana kriterianya.Usia mereka berkisar belasan tahun hingga dua puluhan. Anak-anak yang seharusnya lebih banyak berada di lingkungan sekolah dan ekstrakurikuler, namun banyak dari mereka ternyata menghabiskan waktunya dengan aksi-aksi kriminalnya.

C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja

Kinerja yang secara konseptual merupakan konstruk yang sangat kompleks, multi dimenasi dan multi-faceted sudah barang tentu melibatkan banyak faktor untuk mewujudkannya. Secara umum beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja adalah: 1. Faktor individu.

Sumberdaya manusia bisa dikatakan mempunyai pengaruh besar dalam kehidupan organisasi mengingat merekalah yang secara riil menjalankan aktivitas sehari-hari organisasi.Baik buruknya kinerja organisasi tentu saja dipengaruhi oleh kompetensi, kemampuan menjalankan tugas, pengetahuan, sikap kerja, komitmen, dan motivasiserta efikasi diri karyawan.Semua atribut individu ini pada akhirnya ikut berperan dalam meningkatkan kinerja organisasi.

(27)

2. Faktor kepemimpinan.

Tidak jarang dalam praktik ditemukan seorang karyawan yang memiliki kompetensi yang tinggi tetapi kinerjanya buruk.Hal ini sering terjadi kepada satu atau dua orang karyawan tetapi boleh jadi pada sebagian besar karyawan.Salah satu penyebabnya adalah kualitas kepemimpinan seorang manajer.Manajer seringkali mampu menjalankan fungsi manajerialnya, misal dalam hal pembuatan keputusan tetapi tidak jarang gagal menjalankan fungsi kepemimpinan.Manajer misalnya tidak mampu berinteraksi dengan karyawan dan gagal memberi dorongan, motivasi, inspirasi dan dukungan terhadap karyawan.Akibatnya bisa diduga, karyawan tidak bisa bekerja maksimal sehingga organisasi tidak mampu menghasilkan kinerja yang diinginkan.

3. Faktor tim kerja.

Dalam kehidupan organisasi, tidak semua pekerjaaan bisa diselesaikan seorang karyawan secara mandiri.Suka atau tidak keterlibatan rekan kerja tidak bisa dihindarkan.Artinya kinerja individu dalam organisasi secara menyeluruh tidakhanya ditentukan oleh kapasitas seseorang dalam menyelesaikan tugas tetapi juga dukungan rekan kerja menjadi penting. Oleh karena itu dukungan tim kerja menjadi penentu kinerja organisasi.

4. Faktor sistem organisasi.

Dalam bahasa sistem, organisasi terdiri dari banyak sub-sistem yang saling berhubungan.Artinya gagalnya salah satu sub-sistem bisa menggagalkan performa

(28)

organisasi secara keseluruhan. Hal ini berarti organisasi harus secara menjaga dan memonitor sistem organisasi agar organisasi bersangkutan berjalan lancar sehingga organisasi mampu berkinerja dengan baik

5. Faktor situasi (konteks).

Keempat faktor yang disebutkan dimuka biasa disebut sebagai faktor internal organisasi.Menurut teori sistem – open system theory keberhasilan sebuah organisasi berprestasi tidak hanya ditentukan oleh faktor internal tetapi juga faktor eksternal.Kemampuan organisasi mengatasi tekanan faktor eksternal seperti situasi ekonomi, politik, budaya, teknologi, dan persaingan memungkinkan organisasi bisa bekerja dengan baik yang berarti pula kinerjanya baik.

D. Indikator Kinerja

Indikator pengukuran kinerja merupakan salah satu hal yang mendasar dalam manjemen kinerja.Manfaatnya sebagai landasan untuk memberikan umpan balik, mengidentifikasi butir-butir kelemahan sebagai sarana koreksi dan pengembangan.Langkah ini sebagai jawaban terhadap dua persoalan utama yaitu apakah kita sudah mengerjakan hal yang benar dan apakah sudah mengerjakannya dengan baik.

Adapun kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau

(29)

kriteriayang telah ditentukan terlebih dahulu telah disepakati bersama (Rivai dan Basri, 2015:50).Adapun indikatornya yakni :

1. Kesesuaian Perencanaan

Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia.

2. Efektivitas Pelaksanaan Kegiatan

Suatu program dikatakan efektif apabila usaha atau tindakan yang dilakukan sesuai dengan hasil yang diharapkan. Efektivitas digunakan sebagai tolok ukur untuk membandingkan antara rencana dan proses yang dilakukan dengan hasil yang dicapai.

3. Kepatuhan Terhadap Regulasi

kepatuhan sebagai perilaku mengikuti permintaan otoritas meskipun individu secara personal individu tidak setuju dengan permintaan tersebut. Kepatuhan mengandung arti kemauan mematuhi sesuatu dengan takluk, tunduk.

4. Efisiensi Pelaksanaan Kegiatan

Efisiensi berkenaan hubungan antara produk yang dihasilkan dengan sumber daya yang digunakan.Penilaian diarahkan pada kecocokan, kelayakan, kataatan atas peraturan yang berlaku.Dengan demikian pelaksanaan kegiatan dinyatakan efisien jika pencapaian hasil kegiatan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

(30)

E. Pengertian Rekaman CCTV (Closed Circuit Television)

Pengertian CCTV merupakan sebuah perangkat kamera video digital yang digunakan untuk mengirim sinyal ke layar monitor di suatu ruang atau tempat tertentu. Hal tersebut memiliki tujuan untuk dapat memantau situasi dan kondisi tempat tertentu secara real time, sehingga dapat mencegah terjadinya kejahatan atau dapat dijadikan sebagai bukti tindak kejahatan yang telah terjadi. Pada umumnya CCTV sering kali digunakan untuk mengawasi area publik seperti : bank, hotel, bandara, toko, pabrik maupun pergudangan. Bahkan pada perkembangannya, rekaman CCTV sudah banyak dipergunakan di dalam lingkup rumah pribadi.

Melalui CCTV pertama dipasang oleh Siemens AG pada Test Stand VII di Peenemunde, Jerman pada tahun 1942.CCTV tersebut digunakan untuk mengamati peluncuran V-2 roket, mencatat insinyur dari Jerman (Walter Bruch) yang bertanggung jawab untuk desian dan instalasi sistem. Sistem perekaman CCTV masih sering digunakan di tempat peluncuran modern untuk merekam penerbangan roket, untuk menemukan kemungkinan penyebab kerusakan, sementara roket yang lebih besar sering dilengkapai dengan CCTV yang memungkinkan gambar-gambar menjadi tahap pemisahan ditransmisikan kembali ke bumi dengan link radio.

Pada bulan September 1968, Olean, New York adalah kota pertama di AmerikaSerikat yang menginstal kamera video sepanjang jalan bisnis utama dalam upaya untuk memerangi kejahatan. Penggunaan kamera televisi sirkuit tertutup untukperpipaan gambar ke kepolisian Olean sehingga mendorong Departemen Olean

(31)

ke teknologi terdepan melawan kejahatan.Penggunaan CCTV di kemudian hari menjadi sangat umum di bank dan toko untuk mencegah pencurian, denganmerekam bukti kegiatan kriminal.

Rekaman CCTV adalah suatu media yang dapat digunakan untuk memuatrekaman setiap informasi yang dapat dilihat, dan didengar dengan bantuan saranarekaman CCTV. Rekaman CCTV dijadikan sebagai alat bukti yang sistemnyamenggunakan video kamera untuk menampilkan dan merekam suatu gambar pada waktu dan tempat tertentu dimana perangkat ini terpasang yang berartimenggunakan sinyal yang bersifat tertutup, tidak seperti televisi biasa yang menggunakan broadcast signal.

Cara kerja CCTV hampir sama dengan stasiun televisi, yaitu mengirimkan databerupa gambar dan suara ke sebuah monitor. Perbedaannya, stasiun televisi mengirimkan data melalui menara pemancar, sedangkan CCTV mengirimkan data melalui media kabel atau wifi yang dipasang atau dipancarkan pada sebuahmonitor tersebut. Jadi, CCTV diibaratkan stasiun televisi yang hanya mengirimkan data ke satu tujuan.

Penggunaan video kamera yang mengirim sinyal atau penyiaran yang tertujupada lingkup perangkat tertentu yakni kepada seperangkat monitor “spesifikterbatas”.Penyiaran rekaman CCTV tidak secara bebas dapat ditangkap olehmonitor lain selain monitor “spesifik-terbatas” yang telah disediakan. RekamanCCTV memiliki manfaat sebagai dapat merekam segala aktifitas dari jarak

(32)

jauhtanpa batasan jarak, dapat memantau dan merekam segala bentuk aktifitas yangterjadi dilokasi pengamatan dengan menggunakan laptop atau PC secara realtime dari mana saja, dan dapat merekam seluruh kejadian secara 24 jam, ataudapat merekam ketika terjadi gerakan dari daerah yang terpantau.

F. Pengertian E-tilang (Tilang Elektronik)

Bukti pelanggaran disingkat tilang adalah denda yang dikenakan oleh polisi kepada pengguna jalan yang melanggar peraturan.25 Proses penilangan sebelum adanya E-tilang polisi memberhentikan pelanggar dengan sopan dan santun, kemudian menerangkan tentang kesalahan pelanggar. Pelanggar diberikan surat tilang dan akan diurus di Pengadilan, kemudian pelanggar akan membayar denda di Pengadilan. Sehingga hal tersebut memerlukan waktu yang lama dalam mengurus tilang.

E-Tilang atau Tilang Elektronik ini adalah digitaliasi proses tilang dengan memanfaatkan teknologi diharapkan seluruh proses tilang akan lebih efisien dan efektif juga membantu pihak kepolisian dalam manajemen administrasi. Aplikasi dikategorikan kedalam dua user yang pertama yaitu pihak kepolisian dan yang kedua adalah pihak kejaksaan, pada sisi kepolisian sistem akan berjalan pada computer tablet dengan sistem operasi android sedangkan pada pihak kejaksaan sistem akan berjalan dalam bentuk website, sebagai eksekutor seperti proses siding manual.

Berdasarkan ketiga fungsi utama, aplikasi E-Tilang tidak menerapkan fungsi sebagai pengantar untuk membayar denda ke Bank karena mekanisme melibatkan

(33)

form atau kertas tilang, pada E-Tilang form atau kertas bukti pelanggar tidak digunakan, aplikasi ini hanya mengirim reminder berupa ID tilang yang menyimpan seluruh data atau catatan polisi mengenai kronologis tilang yang akan diberikan kepada pengadilan atau kejaksaan yang memiliki website dengan integrasi database yang sama, sehingga aplikasi ini hanya mendigitalisasi tilang pada fungsi nomor dua.

Polisi telah menerapkan E-tilang atau tilang online, dengan adanya aturanbaru ini, diharapkan proses penilangan yang dulu dianggap rumit, dan menyita banyak waktu lewat persidangan, sudah tidak akan ada lagi. Dengan adanya E-tilang,proses penilangan yang dulunya harus dicatat secara manual di atassecarik kertas blanko atau surat tilang menjadi tidak berlaku lagi. Sebab pengendara yang melanggar akan dicatat langsung melalui aplikasi yang sudah dimiliki oleh pihak kepolisian.

Pengendara yang terkena tilang diwajibkan untuk membayar denda maksimal sesuai pasal yang dilanggar oleh pelanggar. Jika pengendara yang terkena tilang sudah membayar lunas denda, polisi yang menilang akan menerimapemberitahuan di ponselnya. Kemudian, pelanggar bisa menebus surat yang disitalangsung cukup dengan menyerahkan tanda bukti bayar, maupun mengambilnya di tempat yang disebut dalam pemberitahuan. Aplikasi E-tilang ini terintegrasidengan pengadilan dan kejaksaan. Hakim akan memberi putusan, dan jaksa akan mengeksekusi putusan itu, biasanya dalam waktu seminggu hingga dua minggu.

(34)

1. Cara Proses Pembayaran E-tilang

Dalam pemberlakuan sistem tilang elektronik atau E-tilang, Korlantas Polri meminta seluruh masyarakat untuk terlebih dahulu mengunduh aplikasi E-tilangdi ponsel berbasis sistem operasi Android. Setelah aplikasi diunduh dan berhasil diinstal, nantinya petugas yang melakukan penilangan akan memberikan nomor ID tilang kepada pengendara yang terkena tilang. Bagi masyarakat yang tidakmemiliki ponsel berbasis android, dapat juga membayar melalui secara manualmelalui teller bank yang sudah di tetapkan. Untuk pembayaran dendanya, pihak kepolisian telah menunjuk satu bank yaitu bank BRI.

2. Manfaat E-tilang

E-tilang tidak hanya memberikan manfaat kepada masyarakat, tapi juga kepada pihak kepolisian.Hampir di semua negara maju sudah menerapkan sistem tilang elektronik dan tidak harus mengikuti sidang di pengadilan. Di negara lain tilang adalah denda administrasi, bukan pidana sementara di Indonesia tilang berupa denda pidana. Di samping itu, akan ada sisi positif lain dari E-tilang. Misalnya,untuk mengurangi tindak korupsi yang biasa dilakukan oleh aparat penegak hukum yang tidak bertanggung jawab kepada pelanggar.

E-tilang ini memiliki manfaat utama yaitu untuk memudahkan masyarakat.Karena masyarakat sudah tidak perlu lagi mengikuti sidang pengadilan yang sangat menyita waktu.Sistem realtime yang ada pada E-tilang ini memungkinkanpihak kepolisian mengecek data pembayaran secara

(35)

langsung.Kedepannya,sistem ini juga akan dibuat terpadu dengan server SIM dan STNK. Sehingga jika ada pelanggar yangbelum menyelesaikan kewajibannya, mereka tidak bias memperpanjang surat menyurat kendaraan tersebut.

3. Kekurangan dari E-tilang

Saat ini, E-tilang masih memiliki keterbatasan. Sebab layanan baru ini hanya bisa melayani slip tilang biru. Untuk informasi, tilang biru selama ini bisa dilakukan dengan menitipkan uang tunai ke petugas.Namun, untukmeminimalisir terjadinya pungli, diberlakukanE-tilang ini.Karena dengan sistem ini, tidak ada lagi transaksi tunai antara pelanggar dengan petugas.

Setelah terekam, pengendara dalam waktu singkat akan mendapat pemberitahuanberupa kode yang isinya persis seperti surat tilang, disertai kode untuk melakukanpembayaran denda melalui BRI. E-tilang memberikan suatu kesempatan kepada pelanggar untuk menitipkan denda langsung ke bank dengan fasilitas yang diamiliki, bisa dengan e-banking, ATM, atau datang sendiri ke teller. Pengendara diwajibkan untuk membayar denda maksimal sesuai pasal yang dilanggar.Jikasudah lunas, petugas yang menilang akan menerima pemberitahuan juga diponselnya. Pelanggar bisa menebus surat yang disita langsung dengan cukupmenyerahkan tanda bukti bayar, maupun mengambilnya di tempat yang disebut dalam pemberitahuan.

(36)

1. Pengertian Penerapan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian penerapan adalah perbuatan menerapkan, sedangkan menurut beberapa ahli, penerapan adalah suatu perbuatan mempraktekkan suatu teori, metode, dan hal lain untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk suatu kepentingan yang diinginkan oleh suatu kelompok atau golongan yang telah terencana dan tersusun sebelumnya. Menurut Usman (2002), penerapan (implementasi) adalah bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya mekanisme suatu sistem.Implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan.

Menurut Setiawan (2004) penerapan (implementasi) adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan tindakan untuk mencapainya serta memerlukan jaringan pelaksana, birokrasi yang efektif. Berdasarkan pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa kata penerapan (implementasi) bermuara pada aktifitas, adanya aksi, tindakan, atau mekanisme suatu system. Ungkapan mekanisme mengandung arti bahwa penerapan (implementasi) bukan sekedar aktifitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan.

(37)

G. Kerangka Pikir

Pelanggaran lalu lintas mayoritas berupa pelanggaran dalam hal marka, rambu lalu lintas dan lampu pengatur lalu lintas seperti larangan berhenti, parkir di tempat-tempat tertentu, menerobos lampu merah, tanpa surat dan kelengkapan kendaraan, dan lain -lain.

Dengan proses pelayanan lebih cepat dari tilang konvensional, E-tilang merupakan proses tilang dengan memanfaatkan teknologi yang diharapkan seluruh prosestilang akan lebih efisien dan efektif. Penggunaan alat bukti rekaman CCTV dalam proses E-tilang ini masih belum menyeluruh di Indonesia.

Gambar 2.1 : Kerangka Pikir Kinerja Polisi Lalu Lintas Dalam Menerapkan E-Tilang

Di KotaMakassar

Indikator Perencanaan Kinerja

(Rivai dan Basri, 2015)

 Kesesuaian Perencanaan

 Efektivitas Pelaksanaan Kegiatan  Kepatuhan Terhadap Regulasi  Efisiensi Pelaksanaan Kegiatan

Peningkatan Kinerja Polisi Lalu Lintas Dalam Menerapkan E-Tilang

Di Kota Makassar Faktor Penghambat : 1. Kurangnya kesadaran 2. Kurangnya sarana dan prasarana 3. SDM Faktor Pendukung : 1. Kamera CCTV 2. Zebra Crozz 3. Lampu Traffic 4. Jaringan internet 5. Kolaborasi instansi

(38)

Penjelasan bagan kerangka pikir kinerja polisi lalu lintas dalam Menerapkan E-Tilang di kota Makassar.

Kinerja polisi lalu lintas dalam menerapkan E-Tilang di kota Makassar menetapkan indikator perencanaan kinerja polisi lalu lintas dalam menerapkan E-Tilang di kota Makassar menururt Rivai dan Basri, 2015, tersebut di atas.

Faktor pendukungnya adalah sebagai berikut: a. kamera CCTV

b. zebra cross

c. Lampu traffic (lampu lalu lintas) d. Jaringan internet

e. bekerja sama dengan pihak perbangkan (pemerintah) Adapun faktor penghambatnya adalah sebagai berikut: a. kurangnya kesadaran masyarakat tentang penerapan E-Tilang b. sarana dan prasarana masih kurang.

c. Sumber daya manusia

H. Fokus Penelitian

Dalam Penelitian ini dengan judul yang akan menjadi fokus penelitian ialah Kinerja Polisi Lalu Lintas Dalam Memberikan Sosialisasi Terhadap Penerapan Sistem E-Tilang Di Kota Makassar antara lain : (1) Kesesuaian Perencanaan, (2) Efektivitas Pelaksanaan Kegiatan, (3) Kepatuhan Terhadap Regulasi, (4) Efisiensi Pelaksanaan Kegiatan, (5) Faktor Pendukung, dan (6) Faktor Penghambat. Adapun

(39)

hal yang ingin di capai yaitu adanya peningkatan Kinerja Polisi Lalu Lintas Dalam Melakukan Penerapan E-Tilang Di Kota Makassar.

I. Deskripsi Fokus Penelitian

1. Kesesuaian perencanaan adalah suatu langkah dimana perlu ada keseragaman terhadap sasaran program yang akan di laksanakan polisi lalu lintas dalam menyosialisasikan E-Tilang di kota Makassar.

2. Efektivitas pelaksanaan kegiatan adalahefektif apabila usaha atau tindakan yang dilakukan sesuai dengan hasil yang diharapkan. Dimana pelaksanaannya telah menjawab visi dan misi terhadap rancangan program sosialisasi E-tilang di kota Makassar`

3. Kepatuhan terhadap regulasi adalah taat dan mengikuti segala aturan yang diberlakukan guna mencapai tujuan yang telah di sepakati.

4. Efisiensi pelaksanaan kegiatan adalah pemanfaatan terhadap sumber daya manusia maupun sumber daya alam guna memaksimalkan fungsi pelaksanaan terhadap program sosialisasi E-Tilang`di kota Makassar.

5. Faktor pendukung adalah faktor yang memberikan pengaruh terhadap dampak positif terhadap kinerja polisi lalu lintas dalam sosialisasi E-Tilang di kota Makassar.

6. Faktor penghambat adalah faktor yang memberikan pengaruh terhadap dampak negatif pada kinerja polisi lalu lintas dalam sosialisasi E-Tilang di kota Makassar.

(40)

Lokasi penelitian ini bertempat di wilayah Kota Makassar, khususnya di lingkup Kantor Polrestabes Kota Makassar. Alasan pengambilan lokasi tersebut yakni Kantor Polrestabes Kota Makassar memegang peranan dalam mewujudkan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan yang aman, selamat, tertib, lancar, dan terpadu dengan moda angkutan lain untuk mendorong perekonomian nasional, memajukan kesejahteraan umum, memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa, serta mampu menjunjung tinggi martabat bangsa melalui program E-Tilang kepada para pengguna lalu lintas yang melakukan pelanggaran.

Waktu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan penelitian ini memakan waktu dua bulan terhitung mulai bulai Maret - Mei 2020, untuk mengetahui apakah pada instansi tersebut telah memanfaatkan program E-Tilang sebagai alternatif dalam mengurangi pelanggaran lalu lintas di Kota Makassar.

B. Jenis dan Tipe Penelitian

1. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif yang mendeskripsikan suatu objek fenomena atau setting sosial dalam suatu tulisan yang bersifat narati, artinya data, fakta, yang dihimpun terbentuk kata atau gambar dari pada angka-angka, mendeskripsikan suatu yang terjadi. Kualitatif juga bisa disebut

(41)

metode penelitian yang naturalistik karena penelitiannya dilaksanakan pada kondisi yang alami.(Sugiyono, 2014). Oleh sebab itu penggunaan metode penelitian ini merupakan pencocokan antara realita empirik dengan teori yang berlaku disebut metode deskriptif. Metode kualitatif merupakan metode penelitian untuk menentukan kondisi objek alamiah, sebagaimana penelitian merupakan instrument kunci dalam hal pengumpulan data untuk menentukan makna dari pada generalisasi.

2. Tipe penelitian

Tipe penelitian ini adalah deskriptif kualitatif tipe fenomologi dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara jelas mengenai masalah-masalah yang diteliti berdasarkan pengalaman yang dialami informan, yakni mencoba menjelaskan maupun mengungkapkan makna konsep yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu, mempelajari kondisi seorang individu maupun kelompok yang dianggap mengalami kasus tertentu. Adapun masalah yang telah diteliti mengenai bagaimana kinerja polisi lalu lintas dalam penerapan sistem E-Tilang di Kota Makassar.

C. Sumber Data

Sumber data terdiri atas duayakni data primer dan data sekunder.Data primer merupakan data yang diperolehsecaralangsung oleh peneliti (daritangan pertama), sedangkan data sekunder ialah data yang diperolehpeneliti berdasarkan sumber yang sudahada. Dengan penjelasan lebih lanjut sebagai berikut.

(42)

a. Data Primer

Data primer merupakan data diperoleh langsung dari para informan di Kantor Polrestanes Kota Makassar baik melalui pengamatan dan wawancara seperti mengamati langsung proses administratif yang berjalan dan mengamatisejauhmana kinerja polisi lalu lintas dalam memberikan sosialisasi terhadap sistem E-Tilang di Kota Makassar.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data dari hasil pencatatan dokumen-dokumen (arsip) pada Kantor Polrestabes Kota Makassar seperti Peraturan tertulis, keadaan personalisasi, fungsi dan tugas setiap seksi, keadaan fisik kantor, sarana dan prasarana kerja dan data lain seperti data-data mengenai Kantor Polrestabes Kota Makassar.

D. Informan Penelitian

Informan diambil dari lingkungan Kantor Polrestabes Kota Makassar. Informan dipilih berdasarkan karakteristik kesesuaian dengan data yang diperlukan yakni, polisi lalu lintas outsourcing. Informan yakni ditentukan tidak berdasarkan jumlah yang dibutuhkan, namun berdasarkan pertimbangan fungsi para informan sesuai batas penelitian (porposive).

(43)

Tabel3.1.Informan :

No. Nama Inisial Jabatan Jumlah

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7` 8. Syahrul Sahlan Jamil Yusuf Mustafa Basri Muhammad Zaim Suwandi Irfan Firdaus Kasat Lantas Polisi Lalu Lintas Polisi Lalu Lintas Polisi Lalu Lintas

Masyarakat Masyarakat Masyarakat Masyarakat 1 1 1 1 1 1 1 1 Sumber data: Kantor Satuan Lalu Lintas, Pos Lantas Karebosi, Polrestabes

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yakni sebagai berikut :

a. Interview (wawancara), yaitu pengumpulan data dilakukan melalui wawancara

dan tatap muka langsung dengan informan yang sesuai dengan kebutuhan dan berasal dari Kantor Polrestabes kota Makassar, dengan pedoman wawancara sebagai berikut:

1. Bagaimanakah kinerja polisi lalu lintas dalam menerapkan E-Tilang? 2. Bagaimanakah proses kerja dari E-Tilang?

(44)

3. Upaya seperti apa yang dilakakukan terhadap pelanggar yang terkena E-Tilang?

4. Kapan dan dimana dilakakukan penerapan E-Tilang?

5. Persiapan seperti apa yang dilakukan dalam menerapkan E-Tilang? 6. Hambatan apa saja yang dilakukan dalam menerapkan E-Tilang? 7. Apa manfaat dari E-Tilang?

8. Bagaimanakah penyelasaian prosedur E-tilang?

b. Observation (pengamatan), yaitu pengamatan dan pencatatan langsung secara

sistematis terhadap keadaan yang terjadi pada Polrestabes kota Makassar. Berikut pedoman observasi menerapkan E-Tilang di kota Makassar.

Dalam pengamatan (observasi) yang dilakukan adalah mengamati penerapan E-Tilang di Kota Makassar.

Data Umum:

Untuk memperoleh informasi dan data mengenai kondisi fisik maupun non fisik dalam menerapkan program E-Tilang di kota Makassar.Aspek yang diamati: 1. Kantor polrestabes Makassar.

2. Lingkungan fisik polrestabes pada umumnya. 3. Ruangan kantor.

4. Sarana dan Prasarana lainnya.

5. Proses kegiatan dalam menerapkan program E-Tilang. 6. Siapa saja yang terlibat dalam menerapkan E-Tilang.

(45)

c. Documentation (dokumentasi), yaitu pengumpulan data berdasar dokumen serta laporan tertulis lainnya (data sekunder) yang memiliki hubungan pada penelitian ini, seperti data mengenai Kantor Polrestabes Kota Makassar. Hal ini tertera pada halaman lampiran.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data interaktif dari Miles dan Huberman (1992: 20), yaitu: (1) Reduksi data

(data reduction), denganmerangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan

pada hal-hal yang penting, mencari tema dan pola dari data; (2) Penyajian data (data

display), menyajikan data yang dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,

hubungan antarkategori, dan sebagainya; dan (3) Penarikan kesimpulan (verification),

penarikan kesimpulan terhadap makna-makna yang muncul dari data.

Gambar 3.1:

Model Analisis Data Interaktif dari Miles dan Huberman (2012: 20) Data Reduction Data Display Display Conclusions: Drawing/Verifying Drawing/Verifying Data Collection Collection

(46)

G. Pengabsahan Data

Memeriksa keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Tringulasi dilakukan dengan 3 (tiga) cara, yaitu: (1)Triangulasi sumber, dengan menguji kredibilitas data melaluipengecekan data yang telah diperoleh dari beberapa sumber; (2) Triangulasi teknik, dengan menguji kredibilitas data melalui pengecekan data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda; dan (3)Tringulasi waktu, dengan menguji kredibilitas data melalui pengecekan dengan wawancara, observasi, atau teknik lain dalam waktu atau situasi berbeda.

(47)

1. Letak Geografis

Kota Makassar disamping sebagai Ibu Kota Propinsi Sulawesi Selatan juga merupakan pintu gerbang Kawasan Indonesia Timur, sehingga bukan hal yang berlebihan jika Makassar menjadi pusat berbagai kegiatan, baik dibidang pemerintahan, pendidikan, perdagangan, perindustrian, maupun kegiatan lainnya. Karena tingginya tingkat mobilisasi masyarakat dalam melakukan aktifitasnya tentunya sangat berpengaruh pada perkembangan lalu lintas di Kota Makassar, permasalahan semakin konpleks karena Kota Makassar juga merupakan Sentra Transportasi Darat, baik yang melayani wilayah dalam Kota Makassar maupun antar kota di wilayah Propinsi Sulawesi Selatan.

Agar permasalahan lalu lintas seperti kemacetan, pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas yang terjadi di wilayah Kota Makassar dapat di atasi, maka perlu adanya management lalu lintas yang baik dengan melibatkan berbagai unsur yang berkompeten di bidang lalu lintas, termasuk adanya partisipasi masyarakat dalam mematuhi dan melaksanakan aturan lalu lintas yang berlaku yang telah diatur dalam UU No. 22 Tahun2009 tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan.

Sejalan dengan pemikiran diatas Sat Lantas Polrestabes Makassar menyadari perlunya strategi untuk melakukan upaya dan tindakan khususnya perlu adanya

(48)

instansi terkait terutama instansi terkait lainnya di Kota Makassar maupun komponen masyarakat lainnya, antara lain melalui kegiatan “ Pelatihan Penarapan E.Tilang bagi pelanggaran lalu lintas “.Dengan akan di adakannya kegiatan “ Pelatihan E. Tilang

(Pelanggaran Lalu lintas)“ Jajaran Satuan Lalu lintas Polda Sulsel dan BRI serta instansi terkait lainnta di Kota Makassar ini, diharapkan manjadi salah satu solusi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat khususnya dalam hal penindakan pelanggaran lalu lintas di Kota Makassar dan membangun semangat para anggota dalam membantu pelaku pelanggaran lantas sehingga diharapkan untuk menjadi pelopor dalam tertib berlalu lintas, sehingga ke depan perwujudan kamseltibkar lantas dapat terwujud dengan dimulai dari pengemudi sebagai penggerak dalam tertib berlalu lintas. Keamanan, kenyamanan, ketertiban maupun ketentraman serta kelancaran lalu lintas di Kota Makassar ini akan menjadi salah satu etalase bagi dunia luar untuk berkunjung ke kota ini, termasuk ketertarikan untuk berinvestasi menanamkan modalnya, dengan demikian akan meningkatkan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat di Kota Makassar ini.

Adapun tugas Polrestabes Makassar secara umum sebagai instansi penegakan hukum yang cukup besar di Kota Makassar :

1. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat 2. Menegakkan hukum

3. Memberikan perlindungan, pengayoman , dan pelayanan kepada masyarakat

(49)

a. Visi Polrestabes Makassar

Terwujudnya polisi yang semakin professional, modern, dan terpercaya guna mendukung terciptanya kota Makassar, yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berdasarkan gotong royong.

b. Misi Polrestabes Makassar

1. Berupaya melanjutkan reformasi internal kepolisian.

2. Mewujudkan organisasi dan postur polisi yang ideal dengan didukung sarana dan prasarana kepolisian modern.

3. Mewujudkan pemberdayaan kualitas sumber daya manusia polisi yang professional dan kompeten, yang menjunjung etika dan HAM

4. Peningkatan kesejahteraan anggota polisi.

5. Meningkatkan kualitas pelayanan prima dan kepercayaan terhadap public. 6. Memperkuat kemampuan pencegahan kejahatan dan deteksi dini berlandaskan

prinsip kepolisian proaktif dan kepolisian yang berorientasi pada penyeleksian akar masalah.

7. Meningktkan harkamtibmas dengan mengikut sertakan public melalui sinergitas polisional.

(50)

Gambar 4.1 : Logo Polrestabes Kota Makassar 3. Struktur Organisasi Sat Lantas Polrestabes Makassar

Organisasi merupakan struktur tata pembagian kerja dan struktur tata hubungan kerja antar kelompok pemegang posisi yang bekerja sama secara bersama-sama mencapai tujuan berbersama-sama. Oleh karena itu perlunya struktur organisasi di dalam sebuah perusahaan adalah untuk memberikan gambaran yang jelas tentang kedudukan tiap-tiap personil, tugas-tugas yang harus dilaksanakan serta wewenang dan tanggung jawabnya. Untuk membatasi penelitian ini, penulis hanya mengambil susunan organisasi Sub Sat Lantas Polrestabes Makassar yakni :

(51)

39

Gambar 4.2 Struktur Organisasi Sat Lantas Polrestabes Makassar

KASAT LANTAS Kompol Fatchur Rochman, SH

WAKASAT LANTAS Kompol Cicilia Sri Mulatsih

KAUR BINOPS Hj. Hartaty, S.Sos

KAUR MINTU Ipda Priyatno

KAUR LAKA Akp Kun Sundarwat

KANIT REGIDENT Ps. Kanit Patroli Ipda Tandi Apung

KANIT DIKYASA Iptu Yap Dewi Tirta

Kasubnit I Ibda A. Mudawir Kasubnit I Iptu Parha Kasubnit II Ibda Risal N Kasubnit 1 Ps.Kasubnit II Ibda Ari Sukarna Kasubnit I Ibda Nasri.K Kasubnit 3 Kasubnit 2 Kasubnit II AIPTU Taufik

(52)

4. Maksud dan Tujuan E-Tilang (Electronic Traffic Law Enforcement)

a. Maksud

Maksud adalah untuk memberikan gambaran tentang pelaksanaan E-Tilang di wilayah hukum Kota Besar Makassar, sehingga dapatmembuat terobosan baru dalam bentuk Pelatihan E-Tilang (Pelanggaran Lalu Lintas) untuk mengajak seluruh komponen masyarakat khususnya jajaran satuan lalu lintas polda sulsel, BRI,dan Instansi terkait lainnya untuk turut berpastisipasi dalam mewujudkan komseltibkar lantas khususnya di kota Makassar.

b. Tujuan

Adapun tujuan adalah untuk meningkatkan keselamatan dan ketertiban di jalan dan meningkatkan disiplin berlalu lintas dan menekan tingkat fatalitas korban kecelakaan dengan melalui pelatihan E-Tilang (Pelanggaran Lalu Lintas) di harapkan juga, mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat dan kemampuan bagi para anggota jajaran sat lantas polda sulses dalam memberikan sangsi kepada masyarakat yang terjaring pelanggaran lalu lintas.

5. Manfaat E-Tilang (Electronic Traffic Law Enforcement)

1. Penggunaan personil dapat lebih diminimalisir dan difokuskan utnuk kepentingan lain (Pengaturan Lalu Lintas dan Laka Lantas)

2. Turjawali 24 jam penuh

3. Semua pelanggaran lantas dapat dimonitor walaupun dalam jumlah banyak 4. Mudah dalam pembuktian (Valid dan Akurat)

(53)

5. Konsisten dan tegas dalam menindak semua pelanggar/tindakan KKN 6. Meminimalkan kemacetan (tidak perlu pemberhentian kendaraan )

6. Sistem Elektronik Deteksi Pelanggaran Lalu Lintas

1. Pelanggaran APIL (Traffic Light) 2. Pelanggaran Lawan Arus

3. Pelanggaran Jalur Busway

4. Pelanggaran Tata Cara Parkir dan Berhenti 5. Pelanggaran Tidak Menggunakan Helm 6. Pelanggaran Berbonceng Lebih Dari 2 Orang 7. Pelanggaran Di Bawah Umur

8. Pelanggaran Penggunaan TNKB

7. Lokasi Pemasangan CCTV Dalam Pelaksanaan E-Tilang

1. Persimpangan 5 Bandara

2. Persimpangan Jl. Haji Bau – Dr. Ratulangi 3. Persimpangan Jl. Jend. Sudirman – RA. Kartini 4. Persimpangan Jl. AP.Pettarani = MSC Telkomsel 5. Persimpangan Jl.AP.Pettarani – Letjen Hertasning 6. Persimpangan Jl.AP.Pettarani – Urip Sumoharjo 7. Persimpangan Jl. P. Kemerdekaan – Paccerakkang 8. Persimpangan Jl. Bawakaraeng – Veteran

(54)

10.Persimpangan Jl. G.Latimojong – Sungai Saddang 11.Teras Balai Kota

12.Persimpangan Jl. Tentara Pelajar – Dr. Wahidin 13.Persimpangan Jl. Tentara Pelajar – Andalas 14.Persimpangan Jl. Mesjid Raya – Jl. Bandang

8. Mekanisme Tilang Kamera (Elektronic Traffic Law Enforcement)

1. Pada saat Ranmor melaksanakan Gar Lantas dan terlihat oleh kamera CCTV (Petugas Operator melakukan Captuter sebagai bukti Pelanggaran)

2. Petugas Samsat melakukan pemblokiran STNK Ranmor

3. Setelah di blokir, maka petugas Tilang membuat surat pemberitahuan berisikan :

*Waktu

*Tempat Tejadinya Gar Lantas *Pasal Yang Dilanggar

*Foto Bukti Gar Lantas Kepada Pemilik

4. PT. Pos Indonesia melakukan pengiriman surat pemberitahuan kepada pemilik kendaraaan

5. Pemilik kendaraan yang telah menerima surat pemberitahuan dapat mengkonfirmasi Gar tersebut

(55)

6. Jika pemilik kendaraan telah mengakui terhadap yang dipersangkakan dalam surat pemberitahuan dapat melakukan pembayaran denda melalui BRI dengan kode briva agar dapat membuka blokir STNK

7. Pemilik kendaraan yang tidak melakukan pembayaran melaluin briva akan membayar melalui kejaksaaan setelah ada putusan denda pengadilan, maka otomatis pembukaan blokir akan terbuka.

9. Upaya Yang Telah Dilaksanakan Dalam Penerapan E-Tilang

1. Melaksanakan pelatihan atau pemahaman tentang pelaksanaan E-Tilang kepada para anggota jajaran Sat Lantas Polrestabes Makassar

2. Melaksanakan koordinasi dengan Instansi terkait (Pengadilan, Kejaksaan, BRI, Kantor Pos) tentang pelaksanaan E-Tilang.

3. Melaksanakan koordinasi Dishub tentang Pengecetan Marka jalan dan pemenuhan Sarpras jalan

4. Melaksanakan penerapan melalui media Cetak atau Elektronik tentang pelaksanaan E-Tilang bagi Pelanggar lantas

B. Fokus Hasil Penelitian

Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai kinerja polisi lalu lintas dalamsosialisasi e-Tilang atau Tilang Elektronik yang mendapat respon positif dari tujuan dan manfaatnya namun dalamproses implementasinya masih ada beberapa kekurangan atau masalah yangterjadi, artinya sebagian masyarakat sudah mengetahui e-tilang tentang proses pembayaran denda tilang dengan e-tilang di Polrestabes Kota

(56)

Makassar, hal ini telah memberikan manfaat bagi masyarakat, namun masih ada kendala dengan persentasi yang masih tinggi dengan masih memungkinkan terjadinya pungutan diluar prosedur yang ada. Untuk itu penulis membahasanya menggunakan teori Rivai dan Bassri yang menawarkan suatu model dasar yang mempunyai enam variabel yangmembentuk ikatan (lingkage) antara kebijakan dan pencapaian (performance).

Dalam Penelitian ini dengan judul yang akan menjadi fokus penelitian ialah Kinerja Polisi Lalu Lintas DalamSosialisasi E-Tilang Di Kota Makassar antara lain : (1) Kesesuaian Perencanaan, (2) Efektivitas Pelaksanaan Kegiatan, (3) Kepatuhan Terhadap Regulasi, (4) Efisiensi Pelaksanaan Kegiatan, (5) Faktor Pendukung, dan (6) Faktor Penghambat. Adapun hal yang ingin di capai yaitu adanya peningkatan Kinerja Polisi Lalu Lintas Dalam Memberikan Sosialisasi Terhadap Penerapan Sistem E-Tilang Di Kota Makassar.

Bukti pelanggaran disingkat e-tilang adalah sanksi denda yang dikenakan oleh Polisi kepada pengendara yang melanggar peraturan lalu lintas. Pengadilan bersamadengan kepolisian serta semua pihak pemerintah dan kejaksaan adalah lembaga yang diberikan amanat untukmenyelenggarakan pengelolaan perkara pelanggaran lalu lintas berdasarkanUndang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana dan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan serta peraturan terkait lainnya.Adapun undang-undang no.11 tahun 2008 tentang informasi dan transaksi elektronik pasal 5 (1) informasi

(57)

elektronik dan/atau dokumen elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah. (2) informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik dan/atau hasil cetaknya sebagaimana dimaksud pada ayat 1 merupakan perluasan dari alat bukti yang sah sesuai dengan hukum acara yang berlaku di Indonesia. (3) informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik dinyatakan sah apabila menggunakan sistem elektronik sesuai dengan ketentuan yang di atur dalam undang-undang ini. (4) ketentuan mengenai informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat 1 tidak berlaku untuk: (a) surat yang menurut Undang-Undang harus dibuat dalam bentuk tertulis; dan (b) surat beserta dokumennya yang menurut Undang-Undang harus dibuat dalam bentuk akta notaril atau akta yang dibuat oleh pejabat pembuat akta.

Melihat Undang-Undang sebelumnya yakni Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menyebutkan untuk mencapaitujuan pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila, transportasimemiliki posisi yang penting dan strategis dalam pembangunan bangsa yang berwawasan lingkungan dan hal ini harus tercermin pada kebutuhan mobilitas seluruh sektor dan wilayah. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan kesatuan serta mempengaruhi semua aspek kehidupan bangsa dan negara.

(58)

Adapun hasil penindakan pelaksanaan pelanggaran E-Tilang Periode Bulan Januari – Juli 2019 yakni :

Tabel 4.1. Angka Pelanggar Lalu Lintas

No. Bulan

Jenis Ran Jenis Gar

Jumlah R2 R4 R8 Helm Marka 1 Januari 255 145 - 80 311 400 2 Februari 398 142 - 82 458 540 3 Maret 353 102 - 108 347 455 4 April 100 - - 100 - 100 5 Mei 172 28 - 155 43 200 6 Juni 274 166 - 70 369 440 7 Juli 534 286 - 117 701 820 Jumlah 2086 869 - 721 2229 2955

Sumber data : Dokumen Kantor Polrestabes Kota Makasssar

C. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Kesesuaian Perencanaan

Dalam membuat kebijakan ini ada standar dan sasaran yang ditetapkan.Adapun standar yang ditetapkan dalam pembuatan kebijakan program e-Tilang adalah berdasarkan pada PERDA No. 12 tahun 2016, tentang tata cara penyelesaian perkara pelanggaran lalu lintas, juga didasarkan padaUndang-Undang No 11 Tahun 2008 Tentang Info Dan Transaksi Elektronik pasal5 dan Undang- Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Jalan danAngkutan Jalan

(59)

pasal 272. Sasaran kebijakan ini yaitu mempersempit birokrasidan mempercepat proses pelayanan masyarakat.

Berikut hasil wawancara penulisdengan BAUR (Bagian Urusan) Tilang/Penanggung Jawab tentang standarkebijakan program e-Tilang di Satuan Polisi Lalu Lintas (Satlantas) Polrestabes Makassar, menyatakan bahwa:

“Standar dari kebijakan e-Tilang ini ya mempercepat proses pelayanan masyarakat berdasarkan pada PERDA No. 12 tahun 2016 yaitu mengenaisidang tilang cara baru dimana pelanggar sekarang tidak perlu datang dipersidangan lagi dan hanya melakukan lihat-bayar-ambil. Melihat besarandenda di Hpnya dan mendapat nomor Briva terus membayarkan langsung kebank BRI kemudian bisa langsung mengambil barang sitaannya di kamiatau ke Poslantas. Ini juga didasarkan pada Undang-UndangNo 11 Tahun 2008 Tentang Info Dan Transaksi Elektronik pasal 5 danUndang- Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas Jalan danAngkutan Jalan pasal 272.

Selanjutnya hasil wawancara dengan informan lainnya sebagai Staff Pengaturmenyatakan bahwa:

“Sudah diatur dalam PERDA No. 12 tahun 2016 salah satunya ada dalamPasal 4(Perkara pelanggaran lalu lintas yang diputus oleh pengadilan dapatdilakukan tanpa hadirnya pelanggar).Dengan adanya program inidiharapkan dapat memutuskan rantai antara si pelanggar dengan petugasyaitu administrasinya. Jadi, antara pelanggar dan petugas tidak terjadipembayaran atau kontak langsung”

Kemudian ditambahkan kembali oleh Bripka salah satu Staff Satlantas Makassar yaitu:

“Standarnya itu untuk mempermudah masyarakat itu tak perlu mengikutisidang yang sudah ditetapkan dalam PERDA No 12 tahun 2016 itu tadi.Misalnya langsung dia membayarkan itu, jadi untuk mempermudahmasyarakat”

Gambar

Tabel 3.1 Informan -------------------------------------------------------------------------  31  Tabel 4.1 Angka Pelanggar Lalu Lintas -------------------------------------------------- 46  Tabel Matriks ---------------------------------------------------
Gambar 2.1 : Kerangka Pikir
Gambar 4.1 : Logo Polrestabes Kota Makassar  3.  Struktur Organisasi Sat Lantas Polrestabes Makassar
Gambar 4.2 Struktur Organisasi Sat Lantas Polrestabes Makassar KASAT LANTAS
+3

Referensi

Dokumen terkait

Puji dan Syukur kepada Allah SWT, berkat rahmat dan hidayat-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi yang berjudul “Penerapan Inovasi Kebijakan Elektronik

Yang maha pengasih lagi maha penyayang dan atas berkat, rahmat, dan hidayah-nya, penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul “Analisis Penerapan Sistem E-Tax dan

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang telah melimpahkan kasih dan sayang-Nya untuk kami, sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi dengan

Pertama, penerapan Bipang telah menghasilkan peningkatan efisiensi dalam proses administrasi di Kelurahan Pattunuang dilihat dari kualitas kinerja pegawai sangat mempengaruhi karena