• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hirarki Kebutuhan Abraham Maslow

2.1.1 Kebutuhan Fisiologis

Pada tingkat yang paling bawah, terdapat kebutuhan yang bersifat fisiologik (kebutuhan akan udara, makanan, minuman dan sebagainya) yang ditandai oleh kekurangan (defisi) sesuatu dalam tubuh orang yang bersangkutan. Kebutuhan ini dinamakan juga kebutuhan dasar (basic needs) yang jika tidak dipenuhi dalam keadaan yang sangat estrim (misalnya kelaparan) bisa manusia yang bersangkutan kehilangan kendali atas perilakunya sendiri karena seluruh kapasitas manusia tersebut dikerahkan dan dipusatkan hanya untuk memenuhi kebutuhan dasarnya itu. Sebaliknya, jika kebutuhan dasar ini relatif sudah tercukupi, muncullah kebutuhan yang lebih tinggi yaitu kebutuhan akan rasa aman

(safety needs).

2.1.2 Kebutuhan Keamanan (Safety)

Sesudah kebutuhan fisiologis terpuaskan secukupnya, muncul kebutuhan keamanan, stabilitas, proteksi, struktur hukum, keteraturan,

(2)

14

batas, kebebasan dari rasa takut dan cemas. Kebutuhan fisiologis dan keamanan pada dasarnya adalah kebutuhan mempertahankan kehidupan. Kebutuhan fisiologis adalah pertahanan hidup jangka pendek, sedang keamanan adalah pertahanan hidup jangka panjang.

Kebutuhan keamanan sudah muncul sejak bayi, dalam bentuk menangis dan berteriak ketakutan karena perlakuan yang kasar tau karena perlakuan yang dirasa sebagai sumber bahaya. Namun pada masa dewasa, kebutuhan rasa aman berwujud dalam berbagai bentuk antara lain, kebutuhan pekerjaan dan gaji yang mantap , tabungan dan asuransi, memperoleh jaminan masa depan. Kemudian juga sesorang memiliki akan kebutuhan keamanan dalam bentuk lingkungan sosial dan tempat tinggal yang nyaman, terhindar dari peperangan, bencana alam, kerusuhan ekonomi atau bahkan diskriminasi sosial yang dilakukan oleh lingkungan sekitar.

2.1.3 Kebutuhan Dimiliki dan Cinta ( Belonging and Love)

Sesudah kebutuhan fisiologis dari keamanan relatif terpuaskan, kebutuhan dimiliki atau menjadi bagian dari kelompok sosial dan cinta menjadi tujuan yang dominan. Orang sangat peka dengan kesendirian, pengasingan, ditolak lingkungan, dan kehilangan sahabat atau kehilangan cinta. Kebutuhan dimiliki ini terus penting sepanjang hidup.

Ada dua jenis cinta (dewasa) yakni Deficiency Love dan Being Love. Kebutuhan cinta karena kekurangan, itulah D-Love; orang yang

(3)

15

mencintai sesuatu yang tidak dimilikinya, seperti harga diri, seks, atau seseorang yang membuat dirinya menjadi tidak sendirian. Misalnya : hubungan pacaran, hidup bersama atau perkawinan yang membuat orang terpuaskan kenyamanan dan keamanannya. D-love adalah cinta yang mementingkan diri sendiri, yang memperoleh daripada memberi.

B-Love didasarkan pada penilaian mengenai orang lain apa adanya, tanpa keinginan mengubah atau memanfaatkan orang itu. Cinta yang tidak berniat memiliki, tidak mempengaruhi, dan terutama bertujuan memberi orang lain gambaran positif, penerimaan diri dan perasaan dicintai, yang membuka kesempatan orang itu untuk berkembang.

2.1.4 Kebutuhan Harga Diri (Self Esteem)

Ketika kebutuhan dimiliki dan mencintai sudah relatif terpuaskan, kekuatan motivasinya melemah, diganti motivasi harga diri. Ada dua jenis harga diri :

1. Menghargai diri sendiri (self respect) : kebutuhan kekuatan, penguasaan, kompetensi, prestasi, kepercayaan diri, kemandirian, dan kebebasan. Orang Membutuhkan pengetahuan tentang dirinya sendiri, bahwa dirinya berharga, mampu menguasai tugas dan tantangan hidup.

2. Mendapat penghargaan dari orang lain (respect from other) : kebutuhan prestise, penghargaan dari orang lain, status, ketenaran, dominasi, menjadi orang penting, kehormatan, diterima dan

(4)

16

apresiasi. Orang membutuhkan pengetahuan bahwa dirinya dikenal dengan baik dan dinilai dengan baik oleh orang lain.

Kepuasan harga diri menimbulkan perasaan dan sikap percaya diri, diri berharga, diri mampu, dan perasaan berguna dan penting didunia. Sebaliknya, Frustasi karena kebutuhan harga diri tidak terpuaskan akan menimbulkan perasaan dan sikap inferior, canggung, lemah, pasif, tergantung, penakut, tidak mampu mengatasi tuntutan hidup dan rendah diri dalam bergaul.

2.1.5 Kebutuhan Aktualisasi Diri

Akhirnya sesudah semua kebutuhan dasar terpenuhi, muncullah kebutuhan meta atau kebutuhan aktualisasi diri, kebutuhan menjadi sesuatu yang orang itu mampu mewujudkannya secara maksimal seluruh bakat –kemampuann potensinya. Aktualisasi diri adalah keinginan untuk memperoleh kepuasan dengan dirinya sendiri (Self fullfilment), untuk menyadari semua potensi dirinya, untuk menjadi apa saja yang dia dapat melakukannya, dan untuk menjadi kreatif dan bebas mencapai puncak prestasi potensinya. Manusia yang dapat mencapai tingkat aktualisasi diri ini menjadi manusia yang utuh, memperoleh kepuasan dari kebutuhan-kebutuhan yang orang lain bahkan tidak menyadari ada kebutuhan-kebutuhan semacam itu.

(5)

17 2.2. Definisi Aktualisasi Diri

Maslow ( dalam Alwisol, 2010), menyatakan Aktualisasi diri adalah keinginan untuk memperoleh kepuasan dengan dirinya sendiri (Self fullfilment), untuk menyadari semua potensi dirinya, untuk menjadi apa saja yang dia dapat melakukannya, dan untuk menjadi kreatif dan bebas mencapai puncak prestasi potensinya. Manusia yang dapat mencapai tingkat aktualisasi diri ini menjadi manusia yang utuh, memperoleh kepuasan dari kebutuhan-kebutuhan yang orang lain bahkan tidak menyadari ada kebutuhan semacam itu.

Maslow menyusun teori motivasi manusia, dimana variasi kebutuhan manusia dipandang tersusun dalam bentuk hirarki atau berjenjang. Setiap jenjang kebutuhan dapat dipenuhi hanya jenjang sebelumnya telah (relatif) terpuaskan. Jenjang motivasi bersifat mengikat, maksudnya kebutuhan pada tingkat yang lebih rendah harus relatif terpuaskan sebelum orang menyadari atau dimotivasi oleh kebutuhan yang jenjangnya lebih tinggi. Jadi kebutuhan fisiologis harus terpuaskan lebih dahulu sebelum muncul kebutuhan rasa aman. Sesudah kebutuhan fisiologis dan rasa aman terpuaskan, baru muncul kebutuhan kasih sayang, begitu seterusnya sampai kebutuhan aktualisasi diri tercapai.

Pemisahan kebutuhan tidak berarti masing-masing bekerja secara ekslusif, tetapi kebutuhan bekerja tumpang tindih sehingga orang dalam satu ketika dimotivasi oleh dua kebutuhan atau lebih. Tidak ada orang yang basic need-nya terpuaskan 100%. Maslow memperkirakan rata-rata orang dapat terpuaskan kebutuhan fisiologisnya sampai 85%, kebutuhan keamanan tepuaskan 70%,

(6)

18

kebutuhan dicintai dan mencintai terpuaskan 50%, self esteem terpuaskan 40%, dan kebutuhan aktualisasi terpuaskan sampai 10%. Derajat tingkat kepuasan pada setiap orang berbeda-beda. Bisa saja tingkat kepuasan pada suatu jenjang mungkin masih sangat rendah, orang sudah memperoleh kepuasan yang lebih besar pada jenjang yang lebih tinggi. Tidak peduli seberapa tinggi jenjang yang sudah dilewatinya, kalau jenjang yang dibawah mengelami ketidakpuasan atau tingkat kepuasannya masih sangat kecil, dia akan kembali ke jenjang yang tak terpuaskan itu sampai memperoleh tingkat kepuasan yang dikehendaki.

Pada umumnya kebutuhan yang lebih rendah mempunyai kekuatan atau kecenderungan yang lebih besar untuk diperioritaskan. Namun bisa terjadi perkecualian, akibat sejarah perkembangan perasaan, minat, dan pola berpikir sejak anak-anak, orang yang kreatif lebih mementingkan ekspresi bakat khususnya, alih-alih memuaskan dorongan sosialnya, orang memprioritaskan kebutuhan kepuasan self esteem diatas kebutuhan kasih sayang dan cinta, atau orang memprioritaskan nilai-nilai/ide tertentu dan mengabaikan kebutuhan fisiologis dan rasa aman.

Perkecualian yang lain, kebutuhan itu tidak muncul berturutan dari rendah ketinggi, tetapi kebutuhan yang lebih tinggi bisa muncul lebih awal mendahului kebutuhan yang lebih rendah. Misalnya pada orang tertentu kebutuhan-esteem

muncul lebih dahulu daripada kebutuhan cinta dan afeksi, dan mungkin pada orang tertentu kebutuhan kreatif-nya mendahului kebutuhan lainnya. Jika orang tidak pernah kekurangan kebutuhan dasar mungkin mereka cenderung menganggap ringan kebutuhan itu, sehingga kebutuhan itu tidak menjadi

(7)

19

motivator dari tingkah lakunya. Dia meloncat kekebutuhan kasih sayang yang menjadi sangat kuat karena kedua orang tuanya sibuk tidak mempunyai waktu untuk memberi perhatian dan cinta kepada anaknya. Baru ketika terjadi bencana, muncul kebutuhan fisiologis yang mungkin mereka tidak segera mampu menanganinya.

2.3 Sifat-sifat Orang Yang Mencapai Aktualisasi Diri

Untuk mencapai tingkat aktualisasi-diri, orang harus sudah memenuhi empat kebutuhan sebelumnya. Ia tidak lagi direpotkan oleh masalah mencari makan, tidak lagi dihiraukan oleh ancaman keamanan dan penyakit, memiliki teman yang akrab dan penuh rasa cinta, juga memiliki perasaan dihargai. Ia bebas dari neurosis, psikosis, dan gangguan psikologis lain. Sifat lainnya adalah soal usia: orang yang mengaktualisasikan dirinya tampaknya adalah orang yang telah setengah tua atau lebih tua. Maslow ( dalam Frank, 1994 ) bahkan menyebut usia 60 tahun atau lebih, sebab orang setua ini sudah mencapai taraf kematangan (sudah hampir selesai), dalam arti tidak akan atau sulit untuk berubah lagi.

Sifat-sifat berikut ini merupakan manifestasi dari pencapaian akan aktualisasi diri yang dilakukan oleh seseorang.

2.3.1 Berorientasi secara Realistik

Inilah sifat paling umum dari orang yang teraktualisasi. Ia mampu mengamati objek-objek dan orang-orang di sekitarnya secara objektif.

(8)

20

Maslow menyebut persepsi objektif ini Being-cognition (B-cognition), suatu bentuk pengamatan pasif dan reseptif, semacam kesadaran tanpa hasrat. Ia melihat dunia secara jernih sebagaimana adanya, tanpa dipengaruhi oleh keinginan, kebutuhan, atau sikap emosional.

2.3.2 Penerimaan umum atas kodrat, orang-orang lain dan diri sendiri

Orang yang teraktualisasi menerima dirinya, kelemahan-kelemahan dan kekuatan-kekuatannya tanpa keluhan atau kesusahan. Ia menerima kodratnya sebagaimana adanya, tidak defensif atau bersembunyi di balik topeng-topeng atau peranan sosial. Sikap penerimaan ini membuatnya mampu mendengarkan orang lain dengan penuh kesabaran, rendah hati dan mau mengakui bahwa ia tidak tahu segala-galanya dan bahwa orang lain akan mengajarinya sesuatu.

2.3.3 Spontanitas, kesederhanaan, kewajaran

Dalam semua segi kehidupan, orang yang teraktualisasi bertingkah laku secara terbuka dan langsung tanpa berpura-pura. Ia tidak harus menyembunyikan emosinya, tetapi dapat memerlihatkan emosi-emosi tersebut secara jujur dan wajar. Seperti anak kecil, orang yang teraktualisasi kadang terlihat lugu, mendengarkan dengan penuh perhatian, takjub dan heran akan sesuatu yang baru, dan itu semua dilakukannya secara apa adanya tanpa dibuat-buat.

(9)

21

2.3.4 Memusatkan diri pada masalah dan bukan pada diri sendiri Orang yang teraktualisasi-diri tidak pernah menyalahkan diri sendiri ketika gagal melakukan sesuatu. Ia menganggap kegagalan itu sebagai suatu hal yang lumrah dan biasa saja. Ia mungkin akan mengecam setiap ketololan dan kecerobohan yang dilakukannya, tetapi hal-hal tersebut tidak menjadikannya mundur dan menganggap dirinya tidak mampu. Dicobanya lagi memecahkan masalah dengan penuh kegembiraan dan keyakinan bahwa ia mampu menyelesaikannya.

2.3.5 Memiliki kebutuhan akan privasi dan independensi

Orang yang mengaktualisasikan-diri memiliki kebutuhan yang kuat untuk memisahkan diri dan mendapatkan suasana kesunyian atau suasana yang meditatif. Ia butuh saat-saat tertentu untuk tidak terganggu oleh adanya orang lain. Ia memiliki kemampuan untuk membentuk pikiran, mencapai keputusan, dan melaksanakan dorongan dan disiplin dirinya sendiri.

2.3.6 Berfungsi secara otonom terhadap lingkungan sosial dan fisik Orang yang mengaktualisasikan-diri sudah dapat melepaskan diri dari ketergantungan yang berlebihan terhadap lingkungan sosial dan fisik. Pemuasan akan motif-motif pertumbuhan datang dari dalam diri sendiri, melalui pemanfaatan secara penuh bakat dan potensinya.

(10)

22 2.3.7 Apresiasi yang senantiasa segar

Orang yang teraktualisasi senantiasa menghargai pengalaman-pengalaman tertentu bagaimana pun seringnya pengalaman-pengalaman itu terulang, dengan suatu perasaan kenikmatan yang segar, perasaan terpesona, dan kagum. Bulan yang bersinar penuh, matahari terbenam, gelak tawa teman, dan hal-hal biasa lainnya selalu dipandang seolah-olah merupakan pengalaman yang baru pertama kali baginya. Apresiasi yang senantiasa segar ini membuat hidupnya selalu bergairah tanpa kebosanan.

2.3.8 Mengalami pengalaman-pengalaman puncak (peak

experiences)

Ada kesempatan di mana orang yang mengaktualisasikan diri mengalami ekstase, kebahagiaan, perasan terpesona yang hebat dan meluap-luap, seperti pengalaman keagamaan yang mendalam. Inilah yang disebut Maslow “peak experience” atau pengalaman puncak. Pengalaman

puncak ini ada yang kuat dan ada yang ringan. Pada orang yang teraktualisasi, perasaan “berada di puncak” ini bisa diperolehnya dengan mudah, setiap hari; ketika bekerja, mendengarkan musik, membaca cerita, bahkan saat mengamati terbit matahari.

2.3.9 Minat sosial

Orang yang teraktualisasi memiliki perasaan empati dan afeksi yang kuat dan dalam terhadap semua manusia, juga suatu keinginan membantu kemanusiaan. Ia menemukan kebahagiaan dalam membantu

(11)

23

orang lain. Baginya mementingkan orang lain berarti mementingkan diri sendiri.

2.3.10 Hubungan antarpribadi yang kuat

Orang yang teraktualisasi memiliki cinta yang lebih besar, persahabatan yang lebih dalam serta identifikasi yang lebih sempurna dengan individu-individu lain. Sahabat-sahabatnya bisa jadi tidak banyak, tetapi sangat akrab. Istrinya mungkin cuma satu, tetapi cinta yang diterima dan diberikannya sangat besar dan penuh kesetiaan. Ia tidak memiliki ketergantungan yang berlebihan kepada orang yang dicintai sehingga membuatnya terhindar dari cemburu buta, iri hati, dan kecemasan.

2.3.11 Struktur watak demokratis

Orang yang sangat sehat membiarkan dan menerima semua orang tanpa memerhatikan kelas sosial, tingkat pendidikan, golongan politik, ras, warna kulit, bahkan agama. Tingkah laku mereka menunjukkan tingkat toleransi yang tinggi, tidak angkuh, tidak picik atau menganggap diri paling benar. Sifat ini menggabungkan beberapa meta-kebutuhan seperti kebenaran, kejujuran, dan keadilan.

2.3.12 Mampu mengintegrasikan sarana dan tujuan

Bagi orang yang teraktualisasi, sarana adalah sarana dan tujuan adalah tujuan. Tetapi berbeda dengan orang-orang biasa, orang yang teraktualisasi melihat sarana bisa pula menjadi tujuan karena kesenangan dan kepuasan yang ditimbulkannya. Pekerjaan bagi orang yang sehat

(12)

24

bukanlah semata-mata untuk mendapatkan keuntungan material, tetapi untuk mendapatkan kesenangan dan kepuasan. “Menyenangi apa yang dilakukan” sekaligus “melakukan apa yang disenangi”, membuat hidup bebas dari paksaan, terasa santai dan penuh dengan rekreasi.

2.3.13 Selera humor yang tidak menimbulkan permusuhan

Humor yang disukai oleh orang yang mencapai aktualisasi lebih bersifat filosofis. humor yang menertawakan manusia pada umumnya, bukan kepada individu tertentu. Ini adalah sejenis humor yang bijaksana yang dapat membuat orang tersenyum dan mengangguk tanda mengerti daripada membuatnya tertawa terbahak-bahak.

2.3.14 Sangat kreatif

Kreativitas juga merupakan ciri umum pada manusia superior ini. Ciri-ciri yang berkaitan dengan kreativitas ini antara lain fleksibilitas, spontanitas, keberanian, keterbukaan, dan kerendahan hati. Maslow percaya ini merupakan sifat yang sering hilang tatkala orang sudah dewasa.

Kreativitas bisa berarti menghasilkan karya baru, asli, inovatif, atau menggabungkan beberapa penemuan sehingga didapatkan sesuatu yang berbeda. Kreativitas juga merupakan suatu sikap, suatu ungkapan kesehatan psikologis dan lebih mengenai cara bagaimana kita mengamati dan beraksi terhadap dunia – suatu proses – dan bukan mengenai hasil-hasil yang sudah selesai.

(13)

25

2.3.15 Menentang konformitas terhadap kebudayaan

Orang yang teraktualisasi bukanlah penentang kebudayaan, tetapi ia dapat berdiri sendiri dan otonom, mampu melawan dengan baik pengaruh-pengaruh sosial untuk berpikir dan bertindak menurut cara-cara tertentu yang diyakininya baik. Orang ini tidak terlalu memermasalahkan hal-hal kecil seperti cara berpakaian, tata-krama, cara makan, dan sebagainya, tetapi ia dapat keras dan terus-terang jika mendapati soal-soal yang sangat penting baginya mengenai aturan-aturan dan norma-norma masyarakat.

2.4 Gambaran Umum Penyakit Kusta

2.4.1. Definisi Penyakit Kusta

Kusta adalah penyakit infeksi kronik yang disebabkan oleh

Mycrobacterium Leprae, yang secara primer menyerang sistem saraf perifer dan secara sekunder mengenai kulit dan jaringan lain, khususnya mata,mukosa, saluran nafas atas, otot tulang dan testis.

Istilah kusta berasal dari bahasa sansekerta, yakni kushtha berarti kumpulan gejala-gejala kulit secara umum. Penyakit kusta disebut juga Morbus Hansen, sesuai dengan nama yang menemukan kuman yaitu Dr. Gerhard Armauwer Hansen pada tahun 1874 sehingga penyakit ini disebut Morbus Hansen.

(14)

26 2.4.2. Sejarah Penyakit Kusta

Kusta sudah menyerang manusia sejak awal sejarah bahkan sudah tertuang dalam kitab-kitab keAgamaan. Dalam berbagai kitab keagamaan ditemukan kesamaan yang menggambarkan bahwa kusta adalah kondisi kulit yang sangat buruk, serta merupakan sebuah penyakit menular yang mengerikan dan satu hal yang kita tahu pasti bahwa kusta adalah penyakit yang sudah sangat lama.

Kusta adalah penyakit menular yang menahun dan disebabkan oleh kuman kusta (Mycobacterium Leprae) yang menyerang saraf tepi, kulit dan jaringan tubuh lainnya. Penyakit ini sering kali menimbulkan masalah yang sangat kompleks. Masalah yang dimaksud bukan hanya dari segi medis tetapi meluas sampai masalah sosial, ekonomi, budaya, keamanan dan ketahanan nasional. Penyakit kusta bukan penyakit keturunan atau kutukan Tuhan.

Sampai saat ditemukannya penyakit AIDS (Aquired Immune Deficiency Syndrome), penyakit kusta masih merupakan penyakit yang menakutkan didunia. Bahkan hingga saat ini kusta masih menyebabkan perubahan hidup secara drastis pada banyak orang, terutama yang tinggal di Asia, Amerika Selatan dan Afrika.

Pada pertengahan terakhir abad ke-14, kusta menyebar keseluruh Eropa, membunuh sepertiga dari populasi. Dan saat ini kusta tetap memiliki prevalensi tertinggi didaerah kumuh, dengan kondisi padat dan sanitasi buruk.

(15)

27 2.4.3. Penyebab Penyakit Kusta

Penyakit kusta disebabkan oleh kuman yang dinamakan sebagai

microbakterium leprae, dimana microbacterium ini adalah kuman aerob, tidak membentuk spora, berbentuk batang yang tidak mudah diwarnai namun jika diwarnai akan tahan terhadap dekolorisasi oleh asam atau alkohol sehingga oleh karena itu dinamakan sebagai basil “tahan asam”. Selain banyak membentuk safrifit, terdapat juga golongan organism patogen (misalnya Microbacterium tubercolose, mycrobakterium leprae) yang menyebabkan penyakit menahun dengan menimbulkan lesi jenis granuloma infeksion. Masa membelah diri Microbacterium Leprae

memerlukan waktu yang cukup lama dibandingkan dengan kuman lain yaitu 12-21 hari dan masa tunasnya antara 40 hari sampai dengan 40 tahun. Timbulnya penyakit kusta pada seseorang tidak mudah sehingga tidak perlu ditakuti. Kira-kira 5-15% dari semua penderita kusta dapat menularkan Microbacterium leprae, sebagian besar 95% manusia kebal terhadap kusta hanya sebagian kecil yang dapat ditulari (5%), dari sebagian kecil ini 70% dapat sembuh sendiri dan hanya 30% yang dapat menjadi sakit kusta (Depkes RI, 2005).

2.4.4. Penyebaran Penyakit Kusta

Penyakit ini diduga berasal dari Afrika atau Asia Tengah yang kemudian menyebar keseluruh dunia lewat perpindahan penduduk ini

(16)

28

disebabkan karena perang, penjajahan, perdagangan antar benua dan pulau-pulau. Berdasarkan pemeriksaan kerangka-kerangka manusia di Skandinavia diketahui bahwa penderita kusta ini dirawat di Leprosaria secara isolasi ketat. Penyakit ini masuk ke Indonesia diperkirakan pada abad ke IV-V yang diduga dibawa oleh orang-orang India yang datang ke Indonesia untuk menyebarkan agamanya dan berdagang.

Cara-cara penularan penyakit kusta sampai saat ini masih merupakan tanda tanya. Yang diketahui hanya pintu keluar kuman kusta dari tubuh si penderita, yakni selaput lendir hidung. Tetapi ada yang mengatakan bahwa penularan penyakit kusta adalah:

a. Melalui sekret hidung, basil yang berasal dari sekret hidung penderita yang sudah mengering, diluar masih dapat hidup 2–7 x 24 jam.

b. Kontak kulit dengan kulit. Syarat-syaratnya adalah harus dibawah umur 15 tahun.

keduanya harus ada lesi baik mikoskopis maupun makroskopis, dan adanya kontak yang lama dan berulang-ulang. Klinis ternyata kontak lama dan berulang-ulang ini bukanlah merupakan faktor yng penting. Banyak hal-hal yang tidak dapat di terangkan mengenai penularan ini sesuai dengan hukum-hukum penularan seperti halnya penyakitpenyaki terinfeksi lainnya.

(17)

29

Menurut Cocrane (1959), terlalu sedikit orang yang tertular penyakit kusta secara kontak kulit dengan kasus-kasus lepra terbuka.

Menurut Ress (1975) dapat ditarik kesimpulan bahwa penularan dan perkembangan penyakit kusta hanya tergantung dari dua hal yakni jumlah atau keganasan Mocrobakterillm Leprae dan daya tahan tubuh penderita. Disamping itu faktor-faktor yang berperan dalam penularan ini adalah :

- Usia : Anak-anak lebih peka dari pada orang dewasa - Jenis kelamin : Laki-laki lebih banyak dijangkiti - Ras : Bangsa Asia dan Afrika lebih banyak dijangkiti

- Kesadaran sosial :Umumnya negara-negara endemis kusta adalah negara dengan tingkat sosial ekonomi rendah

- Lingkungan : Fisik, biologi, sosial, yang kurang sehat

2.4.5. Tipe Penyakit Kusta

Penyakit kusta terdapat dalam bermacam-macam bentuk, yakni bentuk Leproma mempunyai kelainan kulit yang tersebar secara simetris pada tubuh. Bentuk ini menular karena kelainan kulitnya mengandung banyak kuman. Bentuk Tuber koloid mempunyai kelainan pada jaringan syaraf, yang mengakibatkan cacat pada tubuh. Bentuk ini tidak menular karena kelainan kulitnya mengandung sedikit kuman ( Amiruddin, 2012 ).

(18)

30 2.4.6. Gejala Penyakit Kusta

Amiruddin ( 2012 ) mengungkapkan bahwa tanda-tanda penyakit kusta bermacam-macam, tergantung dari tingkat atau tipe dari penyakit tersebut. Di dalam tulisan ini hanya akan disajikan tanda-tanda secara umum tidak terlampau mendetail, agar dikenal oleh masyarakat awam, yaitu:

- Adanya bercak tipis seperti panu pada badan/tubuh manusia - Pada bercak putih ini pertamanya hanya sedikit, tetapi lama-lama

semakin melebar dan banyak.

- Adanya pelebaran syaraf terutama pada syaraf ulnaris, medianus, aulicularis

- Kelenjar keringat kurang bekerja sehingga kulit menjadi tipis dan mengkilat.

- Adanya bintil-bintil kemerahan (leproma, nodul) yang tersebar pada kulit

- Alis rambut rontok

- Muka berbenjol-benjol dan tegang yang disebut facies leomina (muka singa).

2.5. Gambaran Umum Penyandang Cacat Fisik

Dalam rangka memberikan panduan khusus pelaksanaan bimbingan sosial penyandang cacat fisik, Kementrian Sosial RI melalui Direktorat Jenderal

(19)

31

Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial ( 2008 ) memberikan pemamparan mengenai gambaran umum penyandang cacat fisik, jenis cacat fisik, derajat kecacatan, karakteristik, penyebab, hingga permasalahan yang dihadapi oleh para penyandang cacat fisik.

2.5.1. Pengertian Cacat Fisik

Penyandang cacat fisik adalah seseorang yang mempunyai kelainan fisik pada alat gerak yang meliputi tulang, otot dan persendian baik dalam struktur atau fungsinya yang dapat mengganggu atau merupakan rintangan dan hambatan baginya untuk melakuan kegiatan secara selayaknya. Cacat fisik/cacat tubuh juga disebut cacat orthopedic dan cacat muskuloskeletal yang berarti cacat yang ada hubungannyan dengan tulang, sendi dan otot. Cacat ortopedi adalah sakit jenis cacat, dimana salah satu atau lebih anggota tubuh bagian tulang persendian mengalami kelainan (abnormal) sehingga timbul rintangan dalam melakukan funsi gerak (motorik).

2.5.2. Jenis Cacat Fisik

a) Putus (amputasi) pada kaki dan atau tangan

b) Cacat tulang persendian, tungkai, tangan dan sebagainya c) Cacat tulang punggung

d) Paraplegia

(20)

32 f) TBC tulang dan sendi

g) Cerebral palcy (cacat koordinasi dari gerak anggota badan yang terganngu)

2.5.3. Derajat Kecacatan a) Cacat Fisik Ringan

Yaitu mereka yang menderita cacat tubuh dimana kebutuhan aktifitas hidup sehari-hari (ADL) nya tidak memerlukan pertolongan orang lain. Termasuk dalam golongan cacat ini adalah amputasi tangan atau kaki ringan salah satu, cerebral palcy ringan, layuh salah satu kaki, tangan/ kaki bengkok dan sebagainya.

b) Cacat Fisik Sedang

Yaitu mereka yang menderita cacat tubuh, dimana kebutuhan aktifitas hidup sehari-hari (ADL) nya harus dilatih terlebih dahulu, sehingga untuk seterusnya dapat dilakukan tanpa pertolongan. Termasuk golongan ini adalah Cerebral palcy sedang, amputasi dua tangan atas siku, muscle destrophy sedang, scoliosis dan sebagainya.

c) Cacat Fisik Berat

Yaitu mereka yang menderita cacat tubuh dimana kebutuhan aktifitas hidup sehari-hari (ADL) nya selalu memerlukan pertolongan orang lain, antara lain : amputasi dua kaki atas lutut dan dua tangan atas siku, cebral palcy berat, layuh dua kaki dan dua tangan, paraplegia berat dan sebagainya.

(21)

33 2.5.4. Karakteristik Penyandang Cacat Fisik

Karakteristik penyandang cacat fisik meliputi hal-hal sebagai berikut :

1. Rasa ingin disayang yang berlebihan dan mengarah over protection

2. Rasa rendah diri 3. Kurang percaya diri 4. Mengisolir diri

5. Kehidupan emosional yang labil

6. Dorongan biologis yang cenderung menguat 7. Kecenderungan hidup senasib

8. Berperilaku agresif 9. Adaperasaan tidak aman 10. Cepat menyerah, apatis 11. Kekanak-kanakan

12. Melakukan mekanisme pertahanan diri

Faktor-faktor yang mempengaruhi karakteristik penyandang cacat fisik, meliputi:

1. Faktor bawaan 2. Penyakit

3. Waktu terjadinya kecacatan

4. Perlakuan lingkungan/masyarakat setempat 5. Perlakuan anggota keluarga

(22)

34

6. Iklim dan keadaan alam atau lingkungan alam 7. Ekologi dan tradisi setempat

8. Pandangan hidup

2.5.5. Faktor Penyebab Cacat Fisik

Keacacatan dapat disebabkan oleh hal, seperti : 1. Kecelakaan yang terjadi

2. Faktor genetik 3. Penyakit

2.5.6. Permasalahan Kecacatan Bagi Penyandang Cacat Fisik 1. Masalah Internal

a. Menyangkut keadaan jasmani

Kecacatan yang diderita seseorang dapat mengakibatkan gangguan kemampuan fisik untuk melakukan sesuatu perbuatan atau gerakan yang berhubungan dengan kegiatan hidup sehari-hari ( activity daily living )

b. Menyangkut Kejiwaan

Akibat kecacatan dapat menganggu kejiwaan/mental seseorang, sehingga seseorang menjadi rendah diri atau sebaliknya, menghargai dirinya terlalu berlebihan, mudah tersinggung, kadang-kadang

(23)

35

agresif, pesimistis, labil, sulit untuk mengambil keputusan dan sebagainya. Keadaan seperti ini sangat merugikan, khususnya yang berkenaan dengan hubungan antara manusia.

c. Masalah Pendidikan

Karena kecacatn fisiknya hal ini sering menimbulkan kesulitan khususnya pada anak umur sekolah. Mereka memerlukan perhatian khusus baik dari orang tua maupun guru di sekolah. Sebagian besar kesulian ini juga menyangkut transportasi antara rumah kediaman ke sekolah, kesulitan mempergunakan alat-alat sekolah, maupun fasilitas umum lainnya.

d. Masalah Ekonomi

Masalah ekonomi sosial tergambar dengan adanya kehidupan penyandnag cacat tubuh yang pada umumnya berada di bawah garis kemiskinan. Hal ini disebabkan oleh karena rendahnya pendapatan. Tingkat produktifitas yang rendah karena kelemahan jasmaniah maupun rohaniah hingga tidak memiliki keterampilan kerja (produksi) serta adanya hambatan di dalam struktur kejiwaan, sehingga melaksanakan fungsi sosialnya.

e. Masalah Penampilan Peranan Sosial

1) Ketidakmampuan hubungan antar perorangan (interpersonal relationship)

(24)

36

2) Ketidakmapuan di dalam mengambil peranan di dalam kegiatan sosial/kelompok(parrtisipasi sosial)

3) Kecanggungan hubungan antar manusia di masyarakat (human relation)

4) Ketidakmampuan di dalam mengambil peranan/di dalam kegiatan sosial/kelompok

5) Ketidakmampuan di dalam saling pengaruh mempengaruhi dalam suatu kelompok sosial (interkasi sosial).

2. Masalah Eksternal a. Masalah Keluarga

Keluarga yang mempunyai anak penyandang cacat tubuh, ayah dan ibunya ada yang merasa malu. Akibatnya penyandang cacat tidak dimasukkan sekolah, tidak boleh bergaul dan bermain dengan teman sebaya, kurang mendapatkan kasih sayang seperti yang diharapkan oleh anak-anak pada umumnya, sehingga anak tersebut tidak dapat berkembang kemampuan dan kepribadiannya. Selanjutnya penyandang cacat tubuh menjadi beben keluarganya.

b. Masalah Masyarakat

Masyarakat yang memeiliki warga penyandang cacat tubuh akan turut terganggu kehidupannya, selama penyandang cacat tersebut belum dapat berdiri sendiri dan selalu mengantungkan dirinya pada orang lain.

(25)

37

Apabila dipandang dari segi ekonomi, sejak seseorang terutama yang telah dewasa menjadi cacat tubuh, masyarakat mengalami kerugian ganda, yaitu kehilangan anggota yang produktif dan bertambah anggota yang konsumtif, yaang berarti menambah beban berat bagi masyarakat. Oleh karena itu perlu usaha-usaha rehabilitasi yang dapat merubah penyandang cacat tubuh dari kondisi konsumtif menjadi produktif. Disamping itu masih ada sikap dan anggapan sebagian anggota masyarakat yang kurang begitu menguntungkan bagi penyandang cacat tubuh, yang antara lain dapat digambarkan sebagai berikut :

1. Masih adanya sikap yang ragu-ragu terhadap kemampuan (potensi) penyandang cacat tubuh.

2. Masih adanya sikap masa bodoh di sementara lapisan masyarakat terhadap permasalahan penyandang cacat tubuh. 3. Belum meluasnya partisipasi masyarakat di dalam

menangani permaslahan penyandang cacat tubuh.

4. Masih lemahnya sementara organisasi sosial yang bergeraka di bidang kecacatan di dalam melaksanakan operasinya. 5. Masih ada anggapan masyarakat bahwa tenaga kerja

penyandang cacat tubuh kurang potensial dibanding tenaga kerja tidak cacat.

(26)

38

6. Pengguna jasa tenaga kerja penyandang cacat tubuh umumnya belum menyediakan kemudahan/sarana bantu yang diperlukan bagi tenaga kerja penyandang cacat tubuh. 7. Program pelayanan rehabilitasi medis, rehabilitasi sosial dan

rehabilitasi vokasional yang dilaksanakan oleh pemerintah dan masyarakat belum menjangkau seluruh populasi penyandang cacat tubuh.

8. Masih sangat terbatasnya aksesibilitas bagi kemandirian dalam bekerja, seperti penyediaan perumahan, transportasi dan jenis pekerjaan tertentu yang sesuai dengan jenis kecacatan serta fasilitas umumnya.

c. Kelompok Bermain

1. Sulit menemukan kelompok bermain

2. Membentuk kelompok khusus yang cenderung menutup diri 3. Antar kelompok berkompetisi secara negatif

4. Pelayanan Umum

Sarana umum, seperti : sekolah, rumah sakit, perkantoran, tempat rekreasi, perhotelan, kantor pos, terminal, telepon umum, bank dan tempat lain belum memiliki aksesibilitas bagi penyandang cacat tubuh.

Referensi

Dokumen terkait

Data Masukan Yang Diharapkan Pengamatan Kesimpulan Klik Menu Pencatatan Aktiva/inventaris Menampilkan form Pencatatan Aktiva/inventaris Dapat melihat tabel Pencatatan

Perjanjian GATT mengatur ketentuan mengenai pengikatan tarif bea masuk (tariff binding) yang diberlakukan negara-negara peserta. Di samping itu, GATT juga menetapkan

perawatan dan pengobatan pasien sebagaimana yang telah diupayakan oleh para tenaga kesehatan dan pihak terkait. Lembar ini harus ditandatangani oleh dokter yang merawat

Apakah memang penggunaan media sosial di kalangan para pemuda tani dapat menjadi subsitusi atau hanya komplementer bagi saluran komunikasi politik berbasis

Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas IV Sekolah Dasar Muhammadiyah 036 Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar tahun ajaran 2014-2015 dengan jumlah siswa

10 THERESIA NOBERTA SMK PUTRA KHATULISTIWA PONTIANAK 11 TINURLINCE LUMBAN TOBING SMK NEGERI 3 PONTIANAK. 12 Tri Sukmani SMK

Bagian muara memiliki ciri tebing yang landai dan dangkal, daya erosi kecil, arus air sangat lambat dengan volume air yang lebih besar.Bahan air dalam dan

Larangan berputus asa bagi orang yang berdosa serta tidak berlebihan termasuk bab aula (yang dilarang yang paling berat) dan pemahaman madzhab dari khitah. Kemudian Allah