• Tidak ada hasil yang ditemukan

OPTIMAPREP CBT - Pembahasan TO 4.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "OPTIMAPREP CBT - Pembahasan TO 4.pdf"

Copied!
673
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBAHASAN TO 4

Optimaprep

Batch II UKDI 2014

Office Address: Jakarta :

JlPadang no 5, Manggarai, Setiabudi, Jakarta Selatan

(Belakang Pasar Raya Manggarai) Phone Numbers: 021 8317064 Pin BB 2A8E2925 WA 081380385694 Medan : JlSetiabudi no 65G, Medan Phone numbers : 061 82292290 pin BB : 24BF7CD2 www.optimaprep.com

dr. Widya, dr. Alvin, dr. Yolina dr. Cahyo, dr. Ayu, dr. Gregorius

(2)
(3)

1. Mekanisme Diare

, 20 tahun

BAB 5x, demam, nyeri ketika BAB, lendir (+), darah +)

Lab : leukosit 15000, tropozoid (-)

Definisi diare:

Defekasi yang lebih sering, pengeluaran feses yang lembek atau berair

(Harrison’s Principle of Internal Medicine)

Feses kehilangan konsistensi normal, biasanya berhubungan dengan

peningkatan berat feses (pada pria > 235; pada wanita > 175 g/d) dan

peningkatan frekuensi (> 2/ day) (Color Atlas of Pathophysiology)

Causes of diarrhea:

Osmotic

Malabsorption

Secretory

(4)

Pathophysiology

of Different

Causes of

Diarrhea

(5)

Mekanisme Diare

Terdapat beberapa macam diare berdasarkan

mekanisme terjadinya. Secara umum dapat

dikelompokkan menjadi:

Sekretorik, contoh: Vibrio Cholera. Toksind ari vibrio

cholera memicu sekresi Na. Pasien akan mengeluhkan

diare yang profuse.

Osmotik, contoh: Penggunaan laksative. Konsumsi

makanan tertentu dapat meningkatkan tekanan

intraluminal dan menyebabkan diare.

Inflamatorik, contoh IBD, infeksi. Terjadi kerusakan

mukosa usus. Pasien dapat mengeluhkan diare yang

disertai darah.

(6)

2. Osteoporosis Primer

Osteoporosis primer dibagi lagi lebih lanjut menjadi:

Tipe I (pasca menopause)

Ini terjadi pada wanita pasca menopause. Dengan begitu,

dapat dikatakan bahwa osteoporosis terjadi karena

kekurangan estrogen (hormon utama pada wanita) yang

membantu mengatur pengangkutan kalsium ke dalam

tulang pada wanita.

Tipe II (Senile)

Terjadi pada pria dan wanita usia

.

Hilangnya massa tulang

kortikal terbesar terjadi pada usia tersebut. Diakibatkan

oleh kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia

dan ketidakseimbangan antara kecepatan hancurnya

tulang dan pembentukan tulang baru. Penyakit ini

biasanya terjadi pada usia diatas 70 tahun dan dua kali

lebih sering menyerang wanita.

(7)

Vitamin D berperan penting dalam absorbsi

kalsium yang akhirnya berhubungan dengan

metabolisme kalsium tulang.

Pada kondisi kekurangan aktivasi vitamin D

seperti pada orang tua dan penyakit ginjal

kronik, maka akan terjadi pengeroposan

tulang sebagai akibat dari resorbsi tulang

(8)

7-dehydrocholesterol merupakan prekursor

vitamin D3 pada lapisan epidermis kulit.

Setelah mengalami reaksi elektrocyclic akibat

paparan terhadap UVB akan membentuk

cholecalciferol.

Cholecalciferol akan dihodroksilasi di hati

untuk

membentuk

calcifediol

langkah

terakhir adalah hidroksilasi oleh ginjal menjadi

calcitriol (bentuk aktif dari vitamin D3)

(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)

Profilaksis malaria

Profilaksis Mekanis

Tindakan yang dapat dilakukan

untuk mencegah transmisi

malaria di daerah yang endemis

adalah dengan tidur

menggunakan kelambu yang

telah dicelup pestisida,

menggunakan obat pembunuh

nyamuk (

mosquito repellants)

,

menggunakan proteksi saat

keluar dari rumah (baju lengan

panjang, kaus/stocking), dan

memproteksi kamar atau ruangan

menggunakan kawat anti

nyamuk.

Kemoprofilaksis

Jenis Khemoprofilaksis malaria

klorokuin (

P. vivax

) 300 mg

basa/minggu

doksisiklin (

P. falciparum

) 100

mg/hari

meflokuin (

P. falciparum

,

P. vivax

&

P. malariae

)

250 mg/ minggu

Pemberian khemoprofilaksis:

Kelompok non-imun yang

bepergian ke daerah endemis

(pelancong, pegawai negri, TNI,

transmigran dll)

(17)

6. DIC

Disseminated Intravascular Coagulation (DIC)

adalah sebuah aktivasi kaskade koagulasi sebagai

akibat dari berbagai akibat. DIC dapat berujung

pada pembentukan bekuan darah didalam

pembuluh darah pada tubuh.

Trauma/infeksi-endotoksin

tissue factor

kaskade koagulasi

trombus

iskemi jaringanF

Plasmin

fibrinolisis

pemecahan bekuan

(18)

Diagnosis

Gejala: Pasien dapat masuk ke dalam keadaan

shok, perdarahan, mudah luka (bruising)

Pada pemeriksaan lab dijumpai adanya

penurunan kadar trombosit, pemanjanagan

APTT dan PT dan peningkatan D dimer.

Penanganan

Penanganan penyebab

(infeksi), dapat diberikan transfusi platelet,

FFP untuk memperbaiki parameter

(19)
(20)
(21)

7. Koma Miksedema

Koma miksedema merupakan keadaan

dekompensasi dari hipotiroid.

Gejala koma miksedema meliputi: penurunan

kesadaran, hypothermia,hipotensi, bradikardia.

Miksedema adalah deposit jaringan konektif

(glycosaminoglycan, asam hyaluronic) pada kulit.

Tidak harus dijumpai pada keadaan koma

hypothyroid namun merupakan sebuah

fenomena yang dapat ditemui.

Terapi: salah satu terapi berupa pemberian

levothyroxine IV.

(22)
(23)

Disorder Problem Etiology Physical findings

Metabolic acidosis

Gain of H+ or

loss of

HCO3-Diarrhea, RTA, KAD, lactic acidosis

Kussmaul respiratory, dry mucous membrane,

specific physical finding to its cause

Metabolic alkalosis

Gain of HCO3

-or loss of H+

Loss of gastric secretion (vomiting), thiazide/loop diuretics

Tetany, Chvostek sign, specific physical finding to its cause

Respiratory acidosis

Hypoventilation (CO2 retention)

COPD, asthma, CNS disease, OSA

Dyspnea, anxiety,

cyanosis, specific physical finding to its cause

Respiratory alkalosis

Hiperventilation (CO2 loss), high altitude

Hypoxia  tachypnea

pneumonia, pulm.

Edema, PE, restrictive lung disease

Hyperventilation, cardiac rhythm disturbance

(24)
(25)

9.Endokarditis Bakterialis

Endokarditis merupakan infeksi mikroorganisme

pada permukaan endotel jantung atau

endokardium, paling banyak mengenai katup

jantung.

Endokarditis dapat pula terjadi pada lokasi defek

septal, korda tendinea, atau endokardium mural.

Lesi endokarditis yang khas berupa vegetasi, yaitu

massa yang terdiri dari platelet, fibrin,

mikroorganisme, dan sel-sel inflamasi dengan

ukuran yang bervariasi.

(26)

Organisme yang dapat menyebabkan endokarditis

Stafilokokus

S. aureus

Koagulase negatif

Streptokokus

S. viridans

Enterokokus

S. bovis

Streptokokus lainnya

Organisme lain (jamur, gram negatif)

(27)

MANIFESTASI KLINIS

Tampilan klinis endokarditis terdiri dari:

Demam

Murmur jantung

Pembesaran limpa

Gejala muskuloskeletal: artralgia dan mialgia

Kejang

Ensefalopati

Glomerulonefritis

Artritis

(28)
(29)

Kriteria mayor Kriteria minor

Kultur darah positif:

a. Konsisten ditemukan mikoorganisme tipikal penyebab endokarditis infektif dari 2 kultur darah terpisah: (i)

Streptococcus viridans, Streptococcus bovis, atau grup HACEK; atau (ii) Staphylococcus aureus atau enterokokus komunitas;atau

b. Konsisten ditemukan mikoorganisme endokarditis infektif dari kultur darah yang tetap positif: (i) > 2 sampel kultur darah positif yang diambil dengan jarak >12 jam; (ii) ketiganya atau mayoritas > 4 kultur darah terpisah (sampel pertama dan terakhir diambil dalam jarak > 1 jam)

1. Predisposisi: pengguna narkoba suntik atau kondisi jantung sebelumnya

2. Demam: suhu >380C

3. Fenomena vaskular: emboli arterial mayor, infark pulmoner septik, aneurisma mikotik, perdarahan intrakranial, perdarahan konjungtiva, dan lesi Janeway

4. Fenomena imunologis: glomerulonefritis, nodus Osler, bercak Roth, dan faktor reumatoid

5. Bukti mikrobiologis: kultur darah positif namun tidak memenuhi kriteria mayor atau bukti serologis mengenai adanya infeksi aktif dengan organisme penyebab endokarditis infektif

6. Temuan ekokardiografi: konsisten dengan endokarditis infektif namun tidak memenuhi kriteria mayor

Bukti keterlibatan endokardial:

a. Ekokardiogram positif endokarditis infektif: (i) massa intrakardiak osilasi pada katup atau struktur penunjang, pola regurgitant jets, atau materi yang tampak tertanam tanpa alternatif penjelasan anatomis lainnya, atau (ii) abses, atau (iii) dehisensi parsial baru katup prostetik,

atau

a. Regurgitasi katup baru (perburukan atau perubahan murmur yang sebelumnya sudah ada tidak cukup dijadikan bukti)

(30)

Diagnosis Kriteria patologis Kriteria klinis

Pasti (definite)

endokarditis infektif

Mikroorganisme ditemukan dalam kultur atau histologi vegetasi/ emboli

vegetasi/ abses

intrakardiak

Atau

Lesi patologis: tampak vegetasi atau abses intrakardiak (konfirmasi histologis terdapat endokarditis aktif

2 kriteria mayor atau 1 kriteria mayor + 3 kriteria minoratau5 kriteria minor

Kemungkinan (possible) endokarditis infektif

Temuan konsisten endokarditis infektif namun tidak memenuhi kriteria pasti (definite) tetapi tidakrejected

Bukan (rejected)

endokarditis infektif

Ditemukan diagnosis lain untuk manifestasi endokarditis infektif yang ada,

atau

Resolusi manifestasi endokarditis infektif dengan terapi antibiotik selama < 4 hari,atau

Tidak ada bukti patologis endokarditis infektif pada operasi atau otopsi setelah pemberian terapi < 4 hari

(31)

Tatalaksana

Tata laksana endokarditis terdiri dari terapi antimikroba

dan bedah (jika terdapat indikasi).

Terapi antimikroba dilakukan secara empiris atau tanpa

data kultur. Endokarditis akut pada pengguna narkoba

suntik biasanya disebabkan oleh

S. aureus

resisten

metisilin dan bakteri gram negatif, sehingga dapat

diberikan terapi vankomisin dan gentamisin.

Endokarditis katup asli subakut dapat diberikan

seftriakson dan gentamisin, sementara pada katup

prostetik dapat diberikan dua antibiotik tersebut

ditambah vankomisin.

(32)

Diagnosis Banding Keluhan

Penyakit jantung reumatik (PJR) biasanya didahului infeksi Streptokokus beta hemolitikus grup A (biasanya berupa faringitis). Kriteria mayor diagnosis PJR meliputi poliartritis berpindah-pindah, tanda karditis (takikardia, murmur, gallop, kardiomegali), nodul subkutan, eritema marginatum, dan korea Sydenham.

Kriteria minor PJR ialah demam bersuhu tinggi, artralgia, riwayat demam reumatik atau PJR, dan hasil laboratorium

menunjukkan reaksi akut.

Miokarditis umumnya disebabkan oleh virus, dan secara objektif ditemukan peningkatan enzim jantung. Dapat pula ditemukan peningkatan CRP dan LED.

Perikarditis Nyeri dada tiba-tiba, tajam, pleuritik, retrosternal atau prekordial kiri,

memberat pada inspirasi.

Stenosis katup mitral murni umumnya tidak disertai gejala demam, batuk, dan nyeri dada seperti pada soal

(33)
(34)

10. Pseudomembranous Colitis

Clostridium difficile infection

(CDI)

Penyakit kolon yang

dihubungkan dengan

penggunaan antrimikrobial

dan gangguan flora normal

kolon.

AB yang terkait dengan CDI

Clindamycin, ampicillin, &

cephalosporins

The 2

nd

& 3

rd

cephalosporins,

(cefotaxime, ceftriaxone,

cefuroxime, and ceftazidime)

ciprofloxacin, levofloxacin, and

moxifloxacin (hospital

outbreak)

Normal ileum

(35)

Pseudomembranous Colitis

Penelanan spora

bervegetasi

melepaskan toksin

diare &

pseudomembranous

colitis

(36)

Pseudomembranous Colitis

Kriteria diagnosis CDI:

Diare (3 feses cair per 24 jam selama 2 hari) with no other recognized

cause plus

toxin A atau B dideteksi pada feses,

C. difficile

yang dapat mendeteksi

toksin terdeteksi pada feses dengan PCR atau kultur, atau

pseudomembran terlihat dari pemerikksaan kolon.

(37)

Pseudomembranous Colitis

Ketika memungkinkan, penghentian antimikrobial yang

sedang digunakan merupakan langkah awal dalam

penanganan Clostridium difficile infection (CDI).

Walaupun demikian, dengan perburukan keadaam

pada sebagian pasien, pemberian antibiotik segera

direkomendasikan.

Pengobatan umum dari kolitis ini adalah dengan hidrasi

dan hindari pemberian antiperistaltik dan opiate, yang

dapat menutup gejala dan dapat memperburuk

keadaan.

Pengobatan untuk CDI adalah pemberian vancomicin

dan metronidazole untuk CDI ringan-sedang.

(38)

11. Differential Diagnosis Ikterus Obstruksi

Obstruksi dalam lumen saluran empedu

batu, askaris

Kelainan dinding saluran empedu

atresia kongenital, striktur traumatik,

tumor saluran empedu

Tekanan saluran empedu dari luar

tumor kaput pancreas, tumor ampula vater,

(39)

Berbagai macam kelainan penyebab ikterus

Sirosis hepatis Abses hepar Carsinoma Striktur Ca Caput Batu Ascaris

(40)

Ikterus

Cek Urobilin & Bilirubin Urobilin – Bilirubin urin+ + Bilirubin Direct > Urobilin + Bilirubin urin + Bilirubin Direct + Bilirubin Indirect + Urobilin ++ Bilirubin urin -Bilirubin Direct N Bilirubin Indirect > Obstruksi: - Intra hepatic - Extra hepatic Parenkim - Hepatitis -Cirrhosis -Hepatoma Hemolitik

USG:Bile duct dilatation

Intra hepatal : hepatitis Extra hepatal

CT scan PTC ERCP MRI Tumor Batu

(41)

12. Pericardial Disease

Pericardial effusion may be caused by:

Acute pericarditis

Noninflammatory serous effusions:

Increased capillary permeability (e.g., severe

hypothyroidism);

Increased capillary hydrostatic pressure (e.g., congestive

heart failure); or

Decreased plasma oncotic pressure (e.g., cirrhosis or the

nephrotic syndrome).

Chylous effusions may occur in the presence of

lymphatic obstruction of pericardial drainage, most

commonly caused by neoplasms & tuberculosis.

(42)

12. Pericardial Disease

Three factors determine whether a pericardial effusion

remains clinically silent or whether symptoms of

cardiac compression ensue:

the

volume of fluid,

the rate at

which the fluid accumulates,

the

compliance

characteristics of the pericardium.

If the pericardial effusion accumulates

slowly, over

weeks to months, the pericardium gradually stretches

accommodate larger volumes without marked

elevation of intrapericardial pressure.

(43)

12. Pericardial Disease

Clinical manifestations:

Range from asymptomatic to tamponade (hypotension without

pulmonary edema).

Physical examination:

Distant heart sound.

Heart border extended to both side.

Dullness over left posterior lung field due to compressive

atelectasis.

Diagnostic studies:

ECG: pericarditis (diffuse ST elevation), effusion

low voltage.

CXR: large effusion (250 mL): cardiomegaly with waterbottle

heart & epicardial halo.

(44)

12. Pericardial Disease

Treatment

If the cause of the effusion is known, therapy is

directed toward the underlying disorder (e.g.,

intensive dialysis for uremic effusion).

If the cause is not evident, the clinical state of the

patient determines whether pericardiocentesis

(removal of pericardial fluid) should be undertaken.

An asymptomatic effusion

observation

A precipitous rise in pericardial volume or if there is a

hemodynamic compression

pericardiocentesis + analysis

of the fluid.

(45)

13. Arthritis

Ringkasan pasien:

Wanita, 55 tahun

Nyeri pada kedua lutut sejak 2 tahun lalu

Kaku selama 20 menit pada pagi hari saat bangun

tidur dan 5 menit pada saat bangun dari duduk

Krepitasi positif

IMT : 31,2 kg/m2

Obesitas

(46)

13. Osteoarthritis

Cartilage serves as a cushion between the bones of joints,

allowing the bones to glide over one another & absorb the

shock from physical movements.

Osteoarthritis: degenerated joint

lost the cushioning function of the

cartilage

the bones tend to grind

against one another.

(47)

13. Osteoarthritis

• The two major macromolecules in cartilage:

– type 2 collagen: provides tensile strength,

– Aggrecan: gives

compressive stiffness.

• Stimulated chondrocytes in OA  synthesize enzymes & new matrix molecules  gradual depletion of

aggrecan & loss of type 2 collagen increasing

vulnerability of cartilage  lost compressive stiffness.

(48)

Osteoarthritis progresses in

stages:

joint space begins to narrow

and osteophytes form

joint space disappears as

cartilage wears away and

bone rubs on bone in the

joint

subchondral cysts appear

(fluid-filled sac that extrudes

from the joint, consisting of

mostly hyaluronic acid)

bone tries to repair itself and

there is bone remodeling

(49)

14. Typhoid Fever

, 22 th

Demam, pusing, tidak ada nafsu makan, perut

kembung, belum BAB selama 3 hari

PF : suhu 39

C, nadi 80x/menit, lidah kotor,

(50)

Patofisiologi

S. Typhi masuk

sampai usus halus

menembus sel epitel

ke lamina propria

difagosit makrofag

berkembang biak dalam

makrofag

ke Plak

Peyeri

KGB

mesenterika

duktus

torasikus

bakterimia

ke hepar& lien

bakterimia dan

diekskresikan bersama

cairan empedu ke lumen

usus

(51)

Gejala dan Tanda Klinis

demam persisten

nyeri kepala

gejala abdomen (biasanya berupa nyeri

epigastrium, diare atau konstipasi), mual, muntah

bradikardi relatif,

lidah yang tremor dan berselaput

meteorismus.

hepatomegali, splenomegali

(52)

Sensitivity of Typhoid Cultures

Blood cultures: often (+) in the 1st week.

Stools cultures: yield (+) from the 2nd or 3rd week on.

Urine cultures: may be (+) after the 2nd week.

(+) culture of duodenal drainage: presence of Salmonella in

carriers.

(53)

Pilihan Antimikroba

Kloramfenikol 4x500 mg PO atau IV diberikan

sampai 7 hari bebas demam

Kotrimoksazol 2x2 tabley (1 tablet :

Sulfametoksazol 400mg dan Trimetoprim 80 mg)

diberikan selama 2 minggu.

Ampisilin dan Amoksisilin 50-150mg/KgBB selama

2 minggu

Sefalosporin generasi ketiga IV 4 gr dalam

dekstrosa 100cc diberikan selama ½ jam sekali

sehari selama 3-5 hari.

(54)

Golongan Fluorokionolon:

-

Norfloksasin 2x400mg/hari selama 14 hari

-

Siprofloksasin 2x500mg selama 6 hari

-

Ofloksasin 2x400 mg/hari selama 7 hari

-

Pefloksasin 400 mg/hari selama 7 hari

-

Fleroksasin 400 mg/hari selama 7 hari

(55)

15. Peptic Ulcer

Keywords

, 41 thn

Nyeri ulu hati, mual

muntah sejak 1 hr yll

Riwayat

mengonsumsi obat

bebas penghilang

nyeri

Functional gastroduodenal disorders. N J Talleya,et al. International Journal of Gastroenterology and Hepatology.

(56)
(57)

Longterm or high dose consumption

of NSAID effect

Inhibitory effect on cyclooxygenase

Blocking prostaglandin synthesis (from

arachidonic acid) systemically, also in gastric

and duodenal epithelial

Decreases HCO3 secretion (weakened mucosal

protection)

Damage the mucosa locally by nonionic

diffusion into the mucosal cells (pH of gastric

juice << pKa of the NSAIDs)

(58)

16. CHF

Sesak nafas

(59)
(60)
(61)
(62)

Linear Pattern

A linear pattern is seen when there is

thickening of the interlobular septa,

producing Kerley lines.

Kerley B lines

Kerley A lines

The interlobular septa contain pulmonary

veins and lymphatics.

The most common cause of interlobular

septal thickening, producing Kerley A and B

lines

, is pulmonary edema, as a result of

pulmonary venous hypertension and

distension of the lymphatics.

Kerley B lines

Kerley A lines

(63)

17. Perdarahan Jantung

, 50 th

Nyeri dada kiri menjalar ke lengan kiri sampai

punggung kiri.

PF : sumbatan plaque di A. Koronaria dan

(64)
(65)

Left coronary artery

mensuplai area:

Anterior LV

The bulk of the

interventricular septum

(anterior two thirds)

The apex

Lateral and posterior LV

walls

Right coronary artery

mensuplai area:

Right ventricle (RV)

The posterior third of the

interventricular septum

The inferior wall

(diaphragmatic surface) of

the left ventricle (LV)

A portion of the posterior

wall of the LV (by means of

the posterior descending

branch)

(66)
(67)

18. Asma

Pasien asma sejak kecil

Saat ini sesak napas

PF : TD = 110/80 mmHg, FN = 100 kali/menit,

RR = 26kali/menit

EKG menunjukkan P pulmonal. Spirometri

(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)

19. Hypothyroidism

Hypothyroid merupakan kekurangan sekresi

hormon tiroid akibat kegagalan tiroid

(hypothyroidisme primer), atau dalam keadaan

lebih jarang disebabkan oleh kelainan pituitary

atau hipothalamik (hypothyroidism sekunder).

Umumnya temuan laboratorium yang ditemukan

adalah peningkatan akdar TSH dengan kadar free

T4 mengalami penurunan atau normal

(76)

Gejala klinis

Gejala klinis hypothyroid:

Lethargy

Rambut kering dan rontok

Intoleransi dingin

Sulit berkonsentrasi

Memori yang buruk

Konstipasi

(77)

19 Hipotiroidisme

(78)

Hashimoto thyroiditis

Merupakan salah satu penyebab hypothyroid

primer dimana kelenjar thyroid diserang oleh

respon imun seluler atau antibodi-mediated

(penyakit autoimun thyroid)

Faktor risiko:

genetik (anggota keluarga dengan riwayat

kelainan thyroid)

hormon (wanita lebih sering terkena)

(79)

Hashimoto thyroiditis

Temuan klinis:

gejala hypothyroid (peningkatan berat badan, fatigue,

depresi, konstipasi)

Kelenjar thyroid dapat membesar dan berlobul atau dapat

juga tidak terpalpasi pembesaran

Diagnosis dapat dibuat dengan mendeteksi kadar

anti-thyroid peroxidase antibodies, TSH, fT3, fT4, anti

thyroglobulin antibodies

Penanganan: pemberian Thyroid replacement therapy (

levothyroxin), pembedahan (pada kasus tertentu

seperti pembesaran thyroid dengan gejala obstruksi,

nodul malignan, thyroid lymphoma)

(80)

20. Obstruksi ileum dengan

pneumoperitoneum

Ileus Obstruktif Ileus Paralitik

Etiologi Massa, volvulus, invaginasi abN elektrolit (K+, Mg2+)

Obat: opioid

Nyeri Kolik Tidak prominen

Distensi abdomen

Letak tinggi: >>

Letak rendah: >  darm contour, darm steifung

Tidak prominen

Bising usus ↑ (metallic sound) ↓ s.d. (-) Radiologi Dilatasi  single bubble, double

bubble, multiple bubble Air-fluid level

Herring bone appearance

(81)
(82)

Pneumoperitoneum

“Crescent sign”: free

air beneath diaphragm

“Rigler’s sign”:

visualization of both

sides of the bowel wall

"Football sign" = large

pneumoperitoneum

outlining entire

(83)

21. Acute Limb Ischemia

ec Emboli dari Jantung

• Penurunan perfusi ekstremitas secara mendadak yang dapat mengancam viabilitas jaringan • Onset <2 minggu • 6P  Pain, pallor, pulselessness, paresthesia, poikilothermia, paralisis

• Golden period: 6 jam

• Dx: arteriografi Doppler

(84)

Chronic Limb

Ischemia

Insufisiensi arteri

perifer >2 minggu

Klaudikasio

intermitten

Dipicu aktivitas

& elevasi tungkai

Metabolisme

anaerob

asam

laktat

muscle

cramping

Nyeri atau

burning pada

plantar pedis

Dx: ABI

(85)

22. Takayasu’s Arteritis

Vaskulitis granulomatosa

sistemik

aorta dan

percabangannya

Arteri besar & sedang

A.

Subklavia & a.

brachiocephalica

Kriteria dx (3 dari 6, Se 90.5%,

Sp 97.8%

 Usia ≤40 tahun  Klaudikasio ekstremitas  ↓ pulsasi a. Brakhialis  Perbedaan TD >10 mmHg

antara kedua lengan

 Bruit a. subklavia atau aorta  Abnormalitas angiogram

(86)

Aneurisma aorta Dilatasi aorta true & pseudo

Root, thoraksik, thorako-abdominal, abdominal Asimptomatik – nyeri dada/punggung

Aorta thoraksik: ro thoraks Aorta abdomen: pulsasi (+)

Tromboangitis obliterans Rx inflamasi non-ateromatosa (vasospasme) pada arteri & vena kecil

 ulkus atau gangren digiti Laki-laki muda, perokok

Giant cell arteritis Vaskulitis pada percabangan kranial arkus aorta, terutama a. Temporalis (“temporal arteritis”) + demam, fatigue, BB turun, anoreksia

Arteri-arteri wajah  klaudikasio mandibula

Chronic limb ischemia Terutama arteri ekstremitas bawah setelah keluar dari percabangan aortoiliaka (a. Iliaka, a. Femoralis, a. Tibialis, a. Dorsalis pedis)

(87)

23. Myoglobinuria

Etiologi:

Trauma & kompresi (

crush injury

)

Exercise

atlet lebih rentan

(myoglobin >>)

Viral myositis

kausa

rhabdomyolisis tersering pada

anak

influenza virus

Gangguan elektrolit: hipokalemia

Toksin, bisa ular

Obat

zidovudine,

statins

Alkohol, kokain, amfetamin.

Infeksi, sepsis: gas gangrene,

tetanus, shigellosis, Coxsackie

Metabolik: KAD

Hipertermia malignan, demam

tinggi

Herediter: McArdle syndrome,

muscular dystrophy

Trias

klasik rhabdomyolisis:

myalgia, kelemahan otot, urin

berwarna gelap

Faktor predisposisi: hipokalemia

Pemeriksaan lab:

Myoglobin  ↓ dalam 24 jam  CKMB >1000 U/L  peak di

hari-3A

 Enzim otot lain: aldolase, LDH,

SGOT

Myoglobinuria vs hematuria:

 Myoglobinuria: coklat, RBC

dipstisk (-)

 Hematuria: sedimen RBC (+),

(88)

24. ISK

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi

bakteri yang mengenai bagian dari saluran

kemih.

Jika mengenai urethra

uretritis, jika

mengenai kandung kencing

sistitis, dan

ketika mengenai saluran kemih atas (ginjal)

dinamai pielonefritis

(89)

Penyebab dan gejala

E. Coli

adalah penyebab dari 80–85% infeksi

saluran kemih, dan

Staphylococcus saprophyticus

menjadi penyebab pada 5–10%.

Gejala:

rasa terbakar ketika buang air kecil

sering buang air kecil (atau desakan untuk buang air

kecil)

Nyeri di atas tulang kemaluan atau punggung bawah

juga mungkin muncul.

(90)

24.

Pengobatan

(91)

25. Multiple myeloma

Malignansi sel B

Ab monoklonal IgM

Gejala:

Proliferasi sel plasma di sumsum tulang

anemia

Lesi litik tulang

nyeri tulang

,

fraktur kompresi

,

hiperCa

2+

Infeksi berulang

ec hipogammaglobulinemia

Ginjal

protein

light chain

toksik thd ginjal

gagal ginjal, sindroma nefrotik

Elektroforesis Hb:

Bence-Jones

protein (light

chain)

Hapus darah tepi: rouleaux

(92)

Multiple punch-out lesions Osteopenia Fraktur kompresi

(93)
(94)
(95)

Pembagian Stadium Klinis HIV

berdasarkan WHO

WHO Case Definitions of HIV for Surveillance and Revised Clinical Staging and Immunological Classification of HIV-Related Disease in Adults and Children 2007

(96)

ILMU BEDAH, ANASTESIOLOGI DAN

RADIOLOGI

(97)

27 Hernia Ventral

Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi

suatu rongga melalui defek atau bagian lemah

dari dinding rongga bersangkutan.

Hernia ventralis adalah nama umum untuk

semua hernia di dinding

perut bagian

anterolatetal

seperti hernia sikatriks. Hernia

sikatriks merupakan penonjolan peritoneum

melalui bekas luka operasi yang baru maupun

lama

(98)

#28 Anatomi

Apendiks

Suatu organ limfoid

Penonjolan bagian terminal

sekum

Terletak pada kuadran kanan

bawah abdomen

Rata-rata appendiks memiliki

panjang 9-10 cm dan diameter

0.5-1.0 cm.

Pasokan darah appendiks

arteri appendiceal, merupakan

cabang terminal arteri ileocolic

(99)

Epidemiologi

Kelompok berusia dekade

ke-2 hingga dekade ke-4.

Rasio wanita banding pria

1,3:1

Prevalensi appendisitis akut

dan appendektomi pada

populasi umum ialah sekitar

12% (pada pria) sampai 25%

(pada wanita)

Patofisiologi

• Mekanisme utamaObstruksi lumen appendiks

• Awal appendisitisnyeri ringan akibat stimulasi dari nosiseptor visceral dan slow-transmitting C-fibers dalam nervus autonom.

• Pada permukaan luar abdomen, appendiks yang inflamasi menyebabkan nyeri pada titik McBurney (pada sepertiga garis yang

menghubungkan spina iliaca superior anterior ke umbilicus)

• Obstruksilumen terisi oleh mucus dan distensitekanan luminan dan intramural meningkat thrombosis dan oklusi

pembuluh darah kecil, dan statis aliran limfatikappendiks menjadi iskemi nekrotik.

(100)

Lanjutan Patfis

• Pada pasien mudahiperplasi

follicular lymphoid yang diinisiasi/dipicu infeksi virus atau bakteri

Overgrowth bakteri (Escherichia coli, Peptostreptococcus, Bacteroides fragilis, and Pseudomonas species)

• Pada pasien yang lebih tua obstruksi lumen yang disebabkan oleh fibrosis, fecalith, atau neoplasia (carcinoid, adenocarcinoma, atau mococele)

Tahap appendisitis

Tahap awal apendisitis :

Obstruksi lumen appendiks

Appendisitis suppuratif invasi

bakteri dan cairan inflamasi

pada dinding appendiks.

Appendicitis gangrenous 

Trombus pada arteri dan vena

intramural

Appendisitis perforata iskemi

jaringan yang persisten

Appendisitis phlegmonous

(101)

Appendisitis infiltrat

proses radang apendiks yang

penyebarannya dapat dibatasi

oleh omentum dan usus-usus

dan peritoneum disekitarnya

sehingga membentuk massa

(appendiceal mass)

Umumnya massa apendiks

terbentuk pada hari ke-4 sejak

peradangan mulai apabila

tidak terjadi peritonitis umum

etiologi

Obstruksi lumen penyebab

utama apendisitis.

Hipertrofi jaringan limfoid

Sisa barium dari pemeriksaan

roentgen

Diet rendah serat

Cacing usus termasuk ascaris

Trauma tumpul atau trauma

karena colonoscopy

Erosi mukosa apendiks

karena parasit seperti E.

Histolytica

(102)

gejala

• Berdasarkan lokasi dari appendiks

• Inflamasi appendiks yang terletak anterior / pelvic kuadran kanan bawah

• Appendiks yang terletak restrocecal tidak menimbulkan tanda lokal

peritonitis dengan derajat yang sama

• Gangguan pencernaan, flatus,

terkadang hanya rasa tidak nyaman pada abdomen, diikuti oleh nyeri pada bagian epigastrium , dan tidak

terlokalisir, mual dan muntah.

• Demam dan leukositosis umumnya

terjadi pada tahap akhir dari nyeri ( pada Perforasi appendiks mencapai suhu >39.4 Celcius)

Pemeriksaan fisik

• Tanda klasik pada kuadran kanan bawah biasanya ditemukan bila appendiks

terletak pada posisi anterior.

• Nyeri tekan sering maksimal pada atau dekat titik McBurney (Direct rebound tenderness) iritasi peritoneal

terlokalisasi

• Tanda Rovsing-nyerilokasi iritasi peritoneum

• Hiperestesia kulit pada area yang

dipersarafi oleh saraf spinal kanan pada T10, T11, dan T12

• Tanda Psoas ( nyeri pada kuadran kanan bawah saat ekstensi pinggul kanan)

• Tanda Obturator (nyeri pada rotasi internal panggul)

(103)

Pemeriksaan lab

Leukositosis ringan, antara

10,000 sampai 18,000/mm

Urinalisis digunakan untuk

menyingkirkan infeksi saluran

kencing

Kultur pelvic dapat dilakukan

pada wanita yang aktif sexual

dan menstruasi.

Beta-HCG wajib dilakukan

untuk menyingkirkan

kemungkinan kehamilan

ektopik

Pemeriksaan radiologi

Foto polos abdomen

Pada pasien dengan nyeri perut,

ultrasonography (USG) memiliki

sensitifitas 85% dan spesifisitas

lebih dari 90% untuk diagnosis

appendisitis.

Computed tomography (CT)

umum digunakan pada pasien

dewasa dengan kecurigaan

appendicitis akutmemiliki

sensitivitas 90% dan spesifisitas

80%-90% untuk diagnosis

appendicitis akut pada pasien

dengan nyeri abdomen

(104)
(105)

Diagnosis

ditegakkan berdasarkan temuan klinis sedangkan pemeriksaan

penunjang, terutama CT scan bersifat menunjang diagnosis.

Skala Alvarado:

Skor 9-10

hampir pasti menderita appendisitis.

Skor 7-8

kemungkinan besar menderita appendisitis.

Skor 5-6

diperlukan pemeriksaan lain terutama CT scan.

Skor 0-4

kemungkinan kecil terjadi appendisitis

(106)

Skor Alvarado

Manifestations Value

Symptoms Migration of pain 1

Signs Anorexia 1

Laboratory values Nausea/vomiting 1

RLQ tenderness 2 Rebound 1 Elevated temperature 1 Leukocytosis 2

(107)
(108)
(109)
(110)
(111)

Tatalaksana(2)

• Periapendikular infiltrat tidak dilakukan insisi abdomen, tindakan bedah apabila dilakukan akan lebih sulit dan perdarahan lebih banyak, lebih-lebih bila massa apendiks telah terbentuk lebih dari satu minggu sejak serangan sakit perut.

• Pembedahan dilakukan segera bila dalam perawatan terjadi abses dengan atau pun tanpa peritonitis umum

• Terapi sementara untuk 8-12 minggu

 konservatif saja

• Pada anak kecil, wanita hamil,

dan penderita usia lanjut, jika secara konservatif tidak membaik atau

berkembang menjadi

abses,dianjurkan operasi secepatnya.

• Terapi konservatif pada periapendikular infiltrat :

1. Total bed rest posisi fawler agar pus terkumpul di cavum douglassi

2. Diet lunak bubur saring

3. Antibiotika parenteral dalam dosis tinggi, antibiotik kombinasi yang aktif terhadap kuman aerob dan anaerob setelah keadaan membaik, yaitu sekitar 6-8 minggu kemudian, dilakukan

apendiktomi.

(112)

• Penderita periapendikular infiltrat diobservasi selama 6 minggu: 1. LED

2. Jumlah leukosit

MassaPeriapendikular infiltrat dianggap tenang apabila :

1. Anamesa : penderita sudah tidak mengeluh sakit atau nyeri abdomen 2. Pemeriksaan fisik :

o Keadaan umum penderita baik, tidak terdapat kenaikan suhu tubuh

o Tanda-tanda apendisitis sudah tidak terdapat

o Massa sudah mengecil atau

menghilang, atau massa tetap ada tetapi lebih kecil

o Laboratorium : LED kurang dari 20, Leukosit normal

• Kebijakan untuk operasi periapendikular infiltrat :

• Bila LED telah menurun kurang dari 402

• Tidak didapatkan leukositosis

• Tidak didapatkan massa atau pada pemeriksaan berulang massa sudah tidak mengecil lagi

• Bila dalam 8-12 minggu masih terdapat tanda-tanda infiltrat atau tidak ada perbaikan, operasi tetap dilakukan.

• Bila ada massa periapendikular yang fixed, ini berarti sudah terjadi abses dan terapi adalah drainase

(113)

komplikasi

Paling sering ditemukan

perforasi, baik berupa perforasi bebas

maupun perforasi pada apendiks yang telah mengalami pendindingan

berupa massa yang terdiri atas kumpulan apendiks, sekum, dan lekuk

usus halus

Tanda-tanda terjadinya suatu perforasi adalah :

1.

Nyeri lokal pada fossa iliaka kanan berganti menjadi nyeri abdomen

menyeluruh

2.

Suhu tubuh naik tinggi sekali

3.

Nadi semakin cepat

4.

Defance Muskular yang menyeluruh

5.

Bising usus berkurang

(114)

29. Tumor Medulla Spinalis

• Tumor medula spinalis adalah tumor yang berkembang dalam tulang belakang atau isinya dan biasanya menimbulkan gejala akibat terlibatnya medula spinalis atau radix saraf.

• Lesi massa atau tumor yang mengganggu medula spinalis dikelompokkan menjadi :

• (1) Tumor intrameduler (yang berasal dari dalam medula spinalis).

• (2) Tumor intradural-ekstrameduler, dan

• (3) Tumor ekstradural (yang tumbuh dari luar dura, dan kebanyakan melibatkan kolum vertebrata).

Tumor Spinal Cord

Ekstrameduler

• Tumor sarung saraf 40%

• Meningioma 40%

• Ependimoma filum 15%

• Lain-lain 5%

Intrameduler

• Ependimoma 45%

• Astrositoma 40%

• Hemangioblastoma 5%

• Lain-lain 10%

(115)

Tumor Intrameduler

Ependimoma

• Ependimoma merupakan tumor intrameduler yang paling banyak dijumpai.

• Pada umumnya dijumpai pada daerah servikal dan serviko-torakal, namun sering kali ia juga mempunyai tempat predileksi khusus yakni di konus medularis dan filum terminalis (56%).

• Gejala awalnya adalah nyeri; gangguan sensorik dan kelemahan motorik (dapat mulai timbul 2-3 tahun sebelum diagnosa di tegakkan).

• Usia kasusnya adalah kelompok 30-40 tahun dan kasus-kasus daerah kauda ekuina didominasi oleh jenis kelamin laki-laki.

• Jenis ganas dari ependimoma ini sangat jarang dijumpai, dan istilah bagi tumor ini adalah ependimoblastoma.

Astrositoma

• Astrositoma adalah tumor kedua terbanyak di jumpai sebagai tumor intrameduler, yang kemudian diikuti oleh astrositoma maligna dan glioblastoma multiforme.

• Mirip dengan ependimoma, astrositoma kebanyakan timbul di daerah servikal dan servikotorakal, sedangkan jarang tumbuh didaerah torakolumbar.

• Demikian pula gejala klinisnya, mirip dengan ependimoma, termasuk segala tampilan karena gangguan traktus kortiko-spinal dan spino-talamikus, paresis, dan nyeri disestetik.

(116)

Hemangioblastoma

merupakan

jenis

tumor

intrameduler

yang

jarang,

sangat vaskuler dan angka

insidens

terbanyak

adalah

pada kelompok usia dekade

empat

serta

rasio

jenis

kelamin yang seimbang antara

laki-laki dengan wanita.

Lokasi preferensinya adalah

didaerah servikal dan

serviko-torakal.

Oligodendroglioma

merupakan

tumor

intrameduler

yang

sangat

jarang.

Ia sering kali mengandung

kalsifikasi

dan

bercampur

dengan

elemen

glia

serta

kistik.

Kadang-kadang

suatu

oligodendroglioma intrakranial

dikaitkan sebagai asal dari

tumor intraspinal ini melalui

proses

metastasis

lewat

(117)

Lipoma, Dermoid, Epidermoid, dan

Teratoma

Lipoma spinal pada usia dewasa umumnya terjadi di daerah servikal dan toraks, sedangkan pada anak-anak biasanya didaerah lumbo-sakral. Keberadaannya mempunyai kaitan yang erat dengan abnormalitas kutaneus seperti nevi, dimpel, hiperpigmentasi kulit, hipertrikosis, angima kapiler, dan lipoma subkutan.

Tumor dermoid kebanyakan disertai dengan adanya suatu traktus fistula sinus dan disgrafisme spinal okulta, dan juga kelainan hiperpigmentasi kulit atau hipertrikosis sebagian besar tumor jenis ini berlokasi di daerah lumbo-sakral, dan dapat menampilkan gejala-gejala meningitis bila kista dermoid tersebut pecah dan masuk ke dalam rongga subarakhnoid.

Tumor epidermoid juga sering menyertai kasus spina bifida okulta, terutama

dijumpai di daerah torako-lumbal. Tumor epidermid mengandung empat lapisan kulit normal. Tumor ini dapat timbul akibat tindakan punksi lumbal yang berkurang atau sebagai sisa dari reparasi meningomielokel.

Teratoma merupakan jenis tumor kongenital yang jarang dan ia mempunyai

predileksi daerah konus medularis. Tumor ini mengandung jaringan kulit dan elemen dermal seperti rambut dan tulang rawan (komponen mesodermal dan endodermal). Tumor jenis ini mempunyai kecenderungan mengalami degenerasi keganasan dengan metastasis sistemik.

(118)

Tumor Ekstrameduler

Meningioma

• Tumor spinal intradural yang paling

sering dijumpai, 60-70% pada daerah toraks dan 10-20% di daerah servikal.

• Gejala klinis klasik adalah gangguan traktus saraf panjang, antara lain seperti paraparesis dan tetraparesis; untuk tumor yang berada di sebelah lateral dapat menampilkan sindroma Brown Seguard. Keluhan gejala lain

adalah nyeri radikuler, terutama

menghebat pada malam atau waktu istirahat.

• Tumor ini berada

intradural-ekstrameduler (khas), dimana

separuhnya berlokasi dilateral dan

sisanya didorsal atau diventral.

Neurinoma, Neurofibroma

Neurinoma (schwannoma) dan

neurofibroma merupakan tumor

intradural-ekstrameduler kedua

terbanyak.

Sebanyak 80% kasus

menampilkan keluhan nyeri

radikuler dan disestesia.

Gangguan motorik dan disfungsi

kandung kemih tampil pada

kurang dari 50% kasus.

Sebanyak 2,5% tumor sarung

saraf spinal intradural adalah

ganas dan sedikitnya separuh dari

kasus-kasus ini dijumpai pada

(119)

Sarkoidosis

Sarkoidosis adalah salah satu

manifestasi dari penyakit sistemik

yang dicirikan sebagai proses

infiltrasi granulomatosa

nonkaseosa.

Presentasi klinis yang khas adalah

paraparesis progresif yang tidak

menimbulkan keluhan sakit.

Lokasi yang paling sering terlibat

adalah daerah toraks. Terapi

pembedahan pada kasus

sarkoidosis adalah laminektomi,

biopsi dan bila perlu dekompresi

granuloma serta pemberian

steroid topikal.

Tumor Ekstradural

Tumor Metastasis

Keganasan Ekstradural

Lipomatosis

Angiolipoma,

Angiomiolipoma

Myelitis Transversalis

a neurological disorder caused by an inflammatory process of the spinal cord, and can cause axonal demyelination. Transverse implies that the inflammation is across the thickness of the spinal cord. Arises idiopathically following infections or vaccination,or due to multiple sclerosis. the onset is sudden and progresses rapidly in hours and days. The lesions can be present anywhere in the spinal cord. Symptoms include weakness and numbness of the limbs as well as motor, sensory, and

sphincter deficits. The symptoms and signs depend upon the level of the spinal cord involved and the extent of the involvement of the various long tracts.

Trauma Medulla Spinalis

Disebabkan oleh berbagai proses patologis termasuk trauma seperti kecelakaan lalu lintas, terjatuh, olahraga (misalnya menyelam), kecelakaan industri, luka tembak dan luka bacok, ledakan bom. Efek trauma dapat berupa fraktur-dislokasi, dislokasi, fraktur. Kerusakan yang terjadi dapat melalui proses:kompresi, regangan jaringan, edema medula spinalis, gangguan sirkulasi darah.

Abses Medulla Spinalis

a collection of pus (neutrophils) that has accumulated within a tissue because of an inflammatory process in response to either an infectious process (usually caused by bacteria or parasites) or other foreign materials (e.g., splinters, bullet wounds, or injecting needles).

Tumor Metastase Merupakan penyebaran dari suatu keganasan di tempat lain. Gejala tergantung dari daerah lesi, dapat menyebabkan disfungsi gerak, kelumpuhan, dan hilang sensasi.

Spondilitis TB Peradangan granulomatosa yang bersifat kronis destruktif oleh Mycobacterium tuberculosis. Dikenal pula dengan nama Pott’s disease of the spine atau tuberculousvertebral osteomyelitis. Spondilitis ini paling sering ditemukan pada vertebraT8 – L3dan paling jarang pada vertebraC1- 2. Biasanya merupakan infeksi sekunder dari infeksi TBC di tempat lain dalam tubuh

(120)

Mielitis

Istilah mielitis menunjukkan peradangan pada medulla spinalis, trasversa menunjukkan posisi dari peradangan sepanjang medulla spinalis.

Myelitis Transversa :kelainan neurologi yang disebabkan oleh peradangan sepanjang medulla spinalis baik melibatkan satu tingkat atau segmen dari medulla spinalis.

4 gejala klasik myelitis transversa:kelemahan otot atau paralisis kedua lengan atau kaki, kehilangan rasa pada kaki dan jari – jari kaki, Nyeri, Disfungsi kandung kemih dan buang air besar

Trauma medula

spinalis

Trauma medula spinalis dapat disebabkan oleh berbagai proses patologis termasuk trauma. Fokus pemeriksaan yaitu pada gambaran klinis secara umum keterlibatan dari susunan medula spinalis

Guailan barre

syndrome

GBS merupakan penyakit yang timbul ketika sistem imun tubuh menyerang sistem saraf perifer. Gejala pertama yg timbul bervariasi dari kelamahan ekstremitas inferior atau rasa kesemutan, bersifat simetris kemudian menyebar ke lengan dan bagian tubuh atas. Gejala bertambah hingga otot-otot tubuh sulit digerakan bahkan paralisis.

(121)

Gejala

• Nyeri lutus

• Nyeri pada sendi panggul bag. belakang • Sulit menggerakkan ekstremitas bawah • Kaki terlihat memendek dan dalam posisi fleksi, endorotasi dan adduksi Risk Factor • Kecelakaan • Improper seating adjustment • sudden break in the car

30. Posterior Hip

Dislocation

netterimages.com soundnet.cs.princeton.edu

(122)
(123)

Anterior Hip Dislocation

netterimages.com

soundnet.cs.princeton.edu

Gejala

• Nyeri pada sendi panggul

• Tidak dapat berjalan atau melakukan

adduksi dari kaki. • The leg is externally

rotated, abducted, and extended at the hip

(124)

Dislokasi Panggul

ANTERIOR

POSTERIOR

JARANG TERJADI (10%) PALING SERING TERJADI AKIBAT TRAUMA DASHBOARD SAAT MENGEREM (90%)

DISLOKASI ANTERIOR ACETABULUM DISLOKASI POSTERIOR ACETABULUM

EKSTENSI PANGGUL, ABDUKSI, EKSTERNAL ROTASI

FLEKSI PANGGUL, INTERNAL ROTASI, ADDUKSI, EKSTREMITAS TERLIHAT MEMENDEK

(125)

Tatalaksana Dislokasi Sendi Panggul:

Reposisi

Bila pasien tidak memiliki komplikasi lain:

Berikan Anestetic atau sedative dan manipulasi

tulang sehingga kembali pada posisi yang

seharusnya

reduction/reposisi

Pada beberapa kasus, reduksi harus dilakukan

di OK dan diperlukan pembedahan

Setelah tindakan, harus dilakukan

pemeriksaan radiologis ulang atau CT-scan

untuk mengetahui posisi dari sendi.

(126)
(127)

31. Spondilitis Tuberkulosis

(Spondilitis TB)

• Spondilitis Tuberkulosis (Spondilitis TB) adalah penyakit infeksi pada tulang belakang yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis

ETIOLOGI

Mycobacterium tuberculosis yang berasal dari lesi primer di jaringan lain, lewat melalui darah dan masuk ke tulang.

TANDA dan GEJALA

• Gambaran klinik hanya berupa nyeri pinggang atau punggung. Nyeri ini terjadi akibat reaksi inflamasi di

vertebra dan sukar dibedakan dengan nyeri akibat penyakit lain.

Anamnesis

• Biasanya pasien memperlihatkan gejala-gejala sakit kronik dan mudah lelah, demam yang subfebris terutama pada malam hari, anoreksia, berat badan menurun, keringat pada malam hari, takikardia dan anemia.

• Nyeri dan kekakuan punggung merupakan keluhan yang pertama kali muncul.

• Nyeri dapat dirasakan terlokalisir di sekitar lesi atau nyeri menjalar sesuai saraf yang

terangsang.

• Spasme otot punggung terjadi akibat mekanisme pertahanan menghindari pergeseran dari vertebra.

• Saat pasien tidur spasme otot akan hilang dan memungkinkan terjadinya pergerakan tetapi muncul kembali nyeri tersebut sehingga membangunkan pasien.

(128)

Spondilitis TB

Pott’s disease atau Spondilitis tuberkulosis adalah infeksi tuberkulosis ekstrapulmonal yang mengenai satu atau lebih tulang belakang.

• Spondilitis tuberkulosa merupakan bentuk paling berbahaya dari tuberkulosis

muskuloskeletal karena dapat menyebabkan destruksi tulang, deformitas dan paraplegia. • Umumnya melibatkan vertebra thorakal dan lumbosakral. Vertebra thorakal bawah

merupakan daerah paling banyak terlibat (40-50%), vertebra lumbal (35-45%), vertebra servikal (10%).

• InfeksiMycobacterium tuberculosis pada tulang selalu merupakan infeksi sekunder → tergantung pada keganasan kuman dan ketahanan tubuh

• Reaksi tubuh setelah terserang kuman tuberkulosis dibagi menjadi lima stadium :

 1. Stadium I (Implantasi): Stadium ini terjadi awal, bila keganasan kuman lebih kuat dari daya tahan tubuh. Pada umumnya terjadi pada daerah torakal atau torakolumbal soliter atau beberapa level.

 2. Stadium II (Destruksi awal): Terjadi 3 – 6 minggu setelah implantasi. Mengenai diskus intervertebralis.

 3. Stadium III (Destruksi lanjut dan Kolaps) :Terjadi setelah 8-12 minggu dari stadium II. Bila stadium ini tidak diterapi maka akan terjadi destruksi yang hebat dan kolaps dengan pembentukan bahan-bahan pengejuan dan pus (cold abscess).

 4. Stadium IV (Gangguan Neurologis) :Terjadinya komplikasi neurologis, dapat berupa gangguan motoris, sensoris dan otonom.

 5. Stadium V (Deformitas dan Akibat) :Biasanya terjadi 3-5 tahun setelah stadium I. Kiposis atau gibus tetap ada, bahkan setelah terapi.

(129)

Spondilitis TB

DIAGNOSIS

1. Riwayat penyakit dan gambaran klinis :

 Onset penyakit biasanya beberapa bulan – tahun berupa kelemahan umum, nafsu makan menurun, berat badan menurun, keringat malam hari, suhu tubuh meningkat sedikit pada sore dan malam hari.

 Nyeri pada punggung merupakan gejala awal dan sering ditemukan.

 Gibus.

Cold abscess.

 Abnormalitas neurologis terjadi pada 50% kasus dan meliputi kompresi spinal cord

berupa gangguan motoris, sensoris maupun autonom sesuai dengan beratnya destruksi tulang belakang, kifosis dan abses yang terbentuk.

2. Pemeriksaan penunjang

 Tuberkulin skin test : positif

 Laju endap darah : meningkat

 Mikrobiologi (dari jaringan tulang atau abses) : basil tahan asam (+)

 X-ray, CT scan, MRI

Tatalaksana:

1.Terapi konservatif : • Medikamentosa :

 Rifampisin 10-20 mg/kgBB, maksimum 600 mg/hari  Etambutol 15 mg/kgBB, maksimum 1200 mg/hari  Piridoksin 25 mg/kgBB

 INH 5-10 mg/kgBB, maksimum 300 mg/hari

(Etambutol diberikan dalam 3 bulan, sedangkan yang lain diberikan dalam 1 tahun. Semua obat diberikan sekali dalam sehari.)

• Imobilisasi

• Pencegahan komplikasi imobilisasi lama 2. Operasi

• Indikasi operasi :

 adanya abses paravertebra  deformitas yang progresif

 gejala penekanan pada sumsum tulang belakang  gangguan fungsi paru yang progresif

 kegagalan terapi konservatif dalam 3 bulan

 terjadi paraplegia dan spastisitas hebat yang tidak dapat dikontrol

(130)

ABCESS

(131)

#32 Manajemen Trauma ATLS

Initial Assesment

Prinsip ABCDE

Triase

Primary Survey

dan

Resusitasi Simultan

Secondary Survey

Manajemen Definitif

Systemic Assesment

(tidak

dibahas)

Apley’s System of Orthopaedics and Fractures, 9th edition

(132)

Prinsip ABCDE

A –

Airway

(patensi jalan napas) berikut

c-spine

protection/ control

(melindungi vertebra servikal).

B –

Breathing

(memastikan adekuatnya pernapasan)

C –

Circulation

(memastikan fungsi sirkulasi dan

menghentikan perdarahan)

D –

Disability

(terutama status neurologis)

E –

Exposure and Environment

(memastikan lingkungan

sekitar aman bagi penolong maupun pasien, misal

menghangatkan, mengeringkan, dsb)

Referensi

Dokumen terkait

berarti bahwa apabila beban kerja ditingkatkan satu unit satuan, maka kepuasan kerja pegawai pada Bandar Udara Kelas 1 Utama Sentani menurun sebesar0,150 begitu

Laporan tugas akhir ini berisi tentang aplikasi mobile berbasis platform Android yang penulis sajikan dengan menggunakan pemrograman Eclipse, berisi kumpulan resep-resep

Untuk itu setiap mahasiswa di Fakultas Teknik Universitas Indonesia (FTUI) pada umumnya dan Departemen Teknik Elektro pada khususnya mewajibkan kepada mahasiswanya

Adapun ruang lingkup materi dalam penelitian ini yaitu berfokus pada kondisi eksisting program Pamsimas di Kabupaten Lampung Tengah yang dilihat berdasarkan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa manajemen pendidikan karakter berbasis kearifan lokal pada Sekolah Menengah Pertama Negeri Kota Banjarmasin memberikan

• Kemudian akan dibuat histogram dari variable random tersebut, dengan memilih menu graph &gt; histogram dan akan muncul kotak dialog sebagai berikut :. • Setelah itu kita

Yang dimaksud dengan gaya pasang surut adalah perbedaan gaya pada sebuah titik di permukaan planet dengan gaya yang bekerja pada titik pusat planet. Sebagai

Dari hasil visualisasi sistem ADSL yang dilakukan dengan teknik modulasi QPSK pada Kanal AWGN dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:. Pada transmitter,