• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANCANGAN INTERIOR PADA SEKOLAH LUAR BIASA TUNARUNGU DAN TUNAGRAHITA DI JAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERANCANGAN INTERIOR PADA SEKOLAH LUAR BIASA TUNARUNGU DAN TUNAGRAHITA DI JAKARTA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PERANCANGAN INTERIOR PADA

SEKOLAH LUAR BIASA TUNARUNGU

DAN TUNAGRAHITA DI JAKARTA

Cindy Natasha

Jurusan Desain Interior Universitas Bina Nusantara, Jl. Kh. Syahdan No.9, Palmerah, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11480, (021) 5345830,

Thecindynatasha@gmail.com

Yunida Sofiana, S.Sn., M.Ds

Jurusan Desain Interior Universitas Bina Nusantara, Jl. Kh. Syahdan No.9, Palmerah, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11480, (021) 5345830, syunida@gmail.com

Dra. Atridia Wilastrina, M.Des

Jurusan Desain Interior Universitas Bina Nusantara, Jl. Kh. Syahdan No.9, Palmerah, Kota Jakarta Barat, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11480, (021) 5345830, atridia@gmail.com

Abstract

Many Impaired and Handicapped in Indonesia specially Jakarta that have less facilities for impaired and handicapped children, that is why many of them not have many choice and studied in a normal school without a proper study subject that is suit for their disabilities. This research are focus to designing impaired and handicapped school that completing a maximal needs for impaired and handicapped children from functional and design view that focus for impaired and handicapped children so they have their needs also for this impaired and handicapped school to fulfilled their feasibility, with observation and literature studies that used for this concept design researcher expecting impaired and handicapped school facility can be maximally for optimize studies system for disabilities children.

Keyword : Impaired , Handicapped , School, Disabilities , Children, Interior, Design

Abstrak

Masih banyak sekolah luar biasa di Indonesia terutama di Jakarta yang kebutuhannya tidak memadai untuk anak-anak berkebutuhan khusus, sehingga sering sekali ditemukan anak-anak berkebutuhan khusus ysng terpaksa sekolah di sekolah formal tanpa ada pembelajaran khusus sesuai dengan kebutuhannya. Penelitian ini di khusus kan untuk meranang sekolah luar biasa yang dapat memenuhi kebutuhan secara maksimal untuk anak-anak Tunarungu dan Tunagrahita secara segi fungsional dan segi desain ysng

(2)

diperumtukan untuk anak-anak tunarungu dan tunagrahita dapat agar terpenuhi kebutuhannya sekaligus upaya agar sekolah luar biasa ini dapat terpenuhi kelayakannya, dengan adanya studi observasi dan literatur yang dipakai dalam konsep perancangan ini diharapkan dapat memaksimalkan fasilitas sekolah luar biasa untuk mengoptimalkan sistem pembelajarankebutuhan anak berkebutuhan khusus.

Kata kunci : Sekolah Luar biasa, Tunarungu, Tunagrahita, Anak, Interior, Design

Pendahuluan

Sekolah Luar Biasa (SLB) adalah sekolah untuk anak-anak berpendidikan khusus. Berbicara tentang SLB, tidak akan lepas dari keberadaan ABK (Anak Berkebutuhan Khusus), ABK ialah anak yang memiliki grafik perkembangan yang berbeda dengan anak normal. SLB biasanya memiliki fasilitas-fasilitas yang tidak biasa dimiliki oleh sekolah pada umumnya, dikarenakan fungsinya dari sekolah itu sendiri yang memang hanya akan memberikan pengajaran sesuai dengan kemampuan anak-anak berkebutuhan khusus. Misalnya, ruang bina komunikasi dan persepsi bunyi dan irama, ruang bina persepsi bunyi dan bicara, ruang keterampilan dan lain-lain. Ruangan-ruangan tersebut hampir mirip dengan ruangan kelas pada sekolah-sekolah pada umumnya tetapi didukung dengan alat-alat yang dapat membantu para anak berkebutuhan khusus (ABK) untuk menangkap pelajaran yang diberikan.

Berbeda dengan di negara lain Sekolah Luar Biasa (SLB) di Indonesia terutama di Jakarta tidak memiliki fasilitas yang cukup dan desain ruangan yang baik untuk mendukung dan meningkatkan keinginan belajar para anak berkebutuhan khusus.

Menurut data dari tim Nasional Percepatan Panggulangan Kemiskinan (TNP2K) tahun 2011, jumlah anak berkebutuhan khusus di Indonesia adalah sekitar 18.000 anak dengan jumlah seperti ini Sekolah Luar Biasa (SLB) harus memiliki fasilitas-fasilitas yang dapat membantu mereka dalam belajar agar dapat mengembangkan kemampuan mereka.

Selain itu kurangnya dukungan dari masyarakat tentang pentingnya sebuah pendidikan yang layak tidak hanya untuk anak normal saja menjadi sebuah pertimbangan besar mengenai keberadaan sekolah di Indonesia dan banyak pula masyarakat yang menyepelekan anak-anak berkebutuhan khusus ini dan kadang di pandang sebelah mata oleh masyarakat.

Dari kondisi tersebut, penulis ingin mengajak masyarakat lebih mengenal apa saja yang di hadapi anak berkebutuhan khusus (ABK) dalam pendidikannya dan ingin mengajak masyarakat juga lebih menengok bahwa di dunia ini banyak anak-anak berkebutuhan khusus yang membutuhkan fasilitas yang sama layaknya seperti anak normal lainnya untuk mendapatkan pendidikan yang layak.

(3)

Berdasarkan data yang didapat dari SLB golongan C dan B Frobel Montessori, Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) pun digolongkan menjadi beberapa kelompok yaitu:

NO. Golongan Jenis Kebutuhan Khusus

1. A Tunanetra 2. B Tunarungu - 27 dB – 40 dB : Sangat ringan - 41 dB – 55 dB : Ringan - 56 dB – 70 dB : Sedang - 71 dB – 90 dB : Berat - 91 dB – Keatas: Tuli

3. C Tunagrahita (a.1 Down Syndrome) - C : Ringan (IQ = 50-70) - C1 : Sedang (IQ = 25-50) - C2 : Berat (IQ < 25 ) 4. D Tunadaksa - D : Ringan - D1 : Sedang 5. E Tunalaras (Dyruptive) 6. F Tunawicara 7. G Tunaganda

8. H HIV & AIDS

9. I Gifted : Potensi Kecerdasan Istimewa ( IQ> 125) 10. J Talented : Potensi Bakat Istimewa (multiple

Intelligences Language, Logico-mathematic, Visuo-spatial, Bodily-kinesthetic, Musical, Interpersonal, Natural Spiritual)

11. K Kesulitan Belajar (a.1 Hyperactive, ADD/ADHD, Dyslexia/Baca, Dysgraphia/Tulis, Dyscalculia/Hitung,

(4)

Dysphasis/bicara, Dyspraxia/Motorik) 12. L Lambat Belajar (IQ = 70-90)

13. M Autis

14. N Korban Penyalahgunaan Narkoba

15. O Indigo

Tabel 1. Kategori Anak-Anak Berkebutuhan Khusus

Sekolah Luar Biasa golongan Tunagrahita dan Tunarungu sendiri dipilih oleh peneliti karena SLB golongan Tunagrahita dan Tunarungu ini memiliki fasilitas kebutuhan yang perlu lebih diperhatikan agar lebih memadai dan dapat meningkatkan potensi anak berkebutuhan khusus untuk belajar. tujuan peneliti mengangkat judul “ Perancangan Interior Sekolah Luar Biasa Tunagrahita dan Tunarungu di Jakarta” yaitu untuk mengusulkan ide perancangan untuk SLB Frobel Montessori dengan mengunakan perancangan yang berdasarkan eco-green sebagai dasarnya dan dilengkapi dengan fasilitas yang memadai dan dapat mengembangkan kemampuan anak-anak berkebutuhan khusus.

Keterbatasan fasilitas pada sekolah luar biasa (SLB) di Indonesia terutama di Jakarta menantang penulis sebagai desainer interior untuk merancang sebuah sekolah luar biasa (SLB) yang informatif, edukatif dan nyaman bagi para anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) juga orang tua dan penunggu siswa sesuai dengan kebutuhan dan mempertimbangkan rancangan interior secara kritis dengan aspek komersil, rekreatif, estetika, teknis, arsitektural dan dari berbagai segi lainnya. Selain itu, dapat memberikan kemudahan dan membantu berbagai pihak yang terkait didalam meningkatkan efisiensi dan efektifitas mengajar untuk para guru dan siswa.

Rumusan masalah yang dihasilkan adalah bagaimana merancang interior Sekolah Luar Biasa Tunarungu dan Tunagrahita yang sudah ada, bagaimana merancang interior Sekolah Luar Biasa Tunarungu dan Tunagrahita agar dapat terpenuhi fasilitasnya, bagaimana menerapkan konsep ruangan yang baik untuk agar para anak-anak berkebutuhan khusus merasa senang di sekolah.

Tujuan dan manfaat penelitian ini adalah Merancang interior yang dapat menunjang efektivitas dan efisiensi kerja didalamnya sesuai dengan aktifitas dan kebutuhan dan lingkungan serta menciptakan suasana yang positif dan inspiratif baik bagi pihak pengajar maupun pelajar sehingga interaksi yang baik dapat terjadi didalamnya.

(5)

Sehingga dengan latar belakang di atas menghasilkan perancangan interior Sekolah Luar Biasa Tunarungu dan Tunagrahita menjadi tempat edukasi yang akan lebih menarik minat para orang tua yang memiliki anak-anak berkebutuhan khusus untuk di sekolahkan di sekolah khusus, kemudian agar para anak-anak berkebutuhan khusus merasa senang belajar dan melakukan terapi di sekolah serta untuk pihak-pihak yang terkait di dalamnya di tunjang dari segi fungsional maupun estetik dalam perancangan desain interior.

Metode Penelitian

Metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif (suatu penelitian yang bermaksud memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah) yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: Observasi (Teknik observasi dengan melakukan pengamatan dan pencatatan hal terhadap kegiatan-kegiatan yang nyata (terinci, fakta). Peneliti akan langsung terjun ke lokasi yang menjadi tujuan penelitian (survey), dengan mendatangi tempat/ lokasi penelitian yang berbeda-beda akan menghasilkan studi perbandingan antara satu dan lainnya.), Wawancara (Teknik wawancara dengan melakukan tanya jawab secara langsung dan juga tidak langsung kepada orang yang mampu memberikan data akurat seputar tempat, kegiatan dan lainnya di dalam tempat penelitian (sekolah), Dokumentasi (Teknik dokumentasi dengan melakukan pengambilan gambar/ foto pada lokasi penelitian. Hasil dari dokumentasi ini akan menjadi tambahan acuan untuk studi perbandingan antara lokasi penelitian satu dan lainnya.), Studi literature (Teknik ini dilakukan dengan cara pengumpulan data atau referensi dari buku-buku yang berhubungan dengan penelitian ini dengan maksud untuk mempelajari hal yang berhubungan dengan penelitian/ perancangan ini.)

Hasil dan Bahasan

Pemilihan sekolah yang akan dirancang dari 3 tempat survey yaitu SLB-B Pangudi Luhur, SLBN 07dan SLB-C B Frobel Montessori adalah SLB Frobel Montessori, SLB ini dipilih penulis karena sekolah ini tergolong memprihatinkan, dimana anak berkebutuhan khusus di sana tidak mendapatkan pendidikan sesuai dengan kebutuhan mereka. Dasar dari segala ide dan perencanaan sebuah perancangan interior dikemukakan melalui pengamatan dan eksplorasi pikiran dalam menemukan solusi dalam permasalahan yang diangkat sebelumnya.

(6)

Konsep perancangan sekolah menggunakan penggabungan antara Contemporary dan Scandinavian. Gaya Contemporary adalah istilah yang bebas dipakai untuk sejumlah gaya yang berkembang antara tahun 1940-1980an. Gaya ini sangat dipengaruhi oleh arsitektur modern (Burden, 2002) sedangkan untuk gaya Scandinavian terkenal ditahun 1950 di kota Denmark, Norway, Sweden dan Finland, karakteristik dari desain ini sendiri adalah sederhana, fungsional dan minimalist, Scandinavian terkenal dengan temanya yang modern dan fungsional sehingga sangat cocok digunakan untuk desain pada sekolah yang sifatnya fungsional juga. Selain itu Scandinavian memiliki warna-warna yang cerah yang sangat cocok untuk kebutuhan anak berkebutuhan khusus. Penerapan konsep perancangan sekolah luar biasa terbagi menjadi sebagai berikut:

A. Citra ruang

Gambar 1. Tema Konsep

Pencitraan dari sebuah desain yang bertema “Happy Bubble” karena desain ini diharapkan dapat menciptakan suasana yang menyenangkan bagi anak-anak berkebutuhan khusus juga diharapkan dapat menciptakan suatu image yang baik terhadap masyarakat mengenai sekolah luar biasa.

B. Konsep warna

Warna memiliki pengaruh terbesar setelah bentuk untuk perkembangan anak, tidak hanya anak berkebutuhan khusus saja namun juga dialami anak-anak, remaja, dan dewasa. Tidak hanya di ambil dari segi psikologi warna namun di tambahkan juga dari segi terapi warna dimana warna mampu mempengaruhi kesehatan seseorang terhadap penyakit.

(7)

Gambar 2. Konsep Warna

C. Konsep bentuk

Gambar 3. Konsep Bentuk

Konsep bentuk yang digunakan pada Sekolah Luar Biasa Tunarungu dan Tunagrahita ini mengambil campuran bentuk geometris, Bentuk yang dapat menstimulus mereka adalah bentuk bujur sangkar, lingkaran dan oval. Sehingga bentuk-bentuk ruang dan estetik yang diterapkan pada sekolah mengunakan bentuk-bentuk geometris kecuali bentuk segitiga karena terlalu berbahaya untuk anak-anak berkebutuhan khusus.

D. Konsep material

Pemilihan material untuk sekolah anak-anak berkebutuhan khusus adalah keamanannya dan memenuhi standar penggunaan bahan kimia yang aman pada material yang dipilih. Untuk pengaplikasian lantai, Lantai merupakan salah satu elemen fisik yang

(8)

memiliki konstribusi paling penting dalam menunjang proses perkembangan anak, karena sebagaian besar aktifitas anak berlangsung dilantai, sedangkan untuk dinding dan ceiling Sebagian besar material menggunakan gypsum sebagai dasar sebelum diberikan pelapis lainnya. Bentuk dinding geometris namun dengan bentuk lingkaran sehingga membutuhkan material yang mudah pemasangan dan fleksibel supaya tampilan tetap rapi dan aman.

Gambar 4. Konsep Material dan Konsep Material Green Design

E. Konsep pencahayaan

Gambar 5. Konsep Pencahayaan

Karakter anak berkebutuhan khusus adalah peka dengan cahaya sehingga dalam mendesain ruangan dibutuhkan pencahayaan yang tidak langsung agar siswa merasa nyaman dan proses pembelajaran lebih maksimal. Cahaya termasuk salah satu bagian dari warna yang dapat memberikan efek psikologis serta dapat mempengaruhi persepsi seseorang terhadap suatu interior.

(9)

F. Konsep penghawaan

Gambar 6. Konsep Penghawaan

Pengaturan penghawaan buatan pada ruangan ideal biasanya sekitar 24 derajat Celcius. Selain itu untuk membantu anak berkebutuhan khusus untuk lebih berkonsentrasi dibutuhkan penghawaan alami yang dapat masuk melalui ventilasi. Ventilasi sangatlah penting karena dengan ventilasi akan menciptakan perputaran udara masuk dan keluar dibandingkan hanya mengunakan AC yang sifatnya menetap tidak ada pertukaran udara.

G. Konsep akustik ruang

Selain peka terhadap cahaya anak berkebutuhan khusus juga peka terhadap suara. Sehingga diperlukan pengedapan suara agar siswa tidak merasa terganggu mendengar suara bising dari luar kelas.suara yang gaduh dapat menganggu efisiensi proses pembelajaran karena anak berkebutuhan khusus susah berkonsentrasi.

H. Konsep keamanan

CCTV diperlukan untuk menjaga keamanan dan kenyamanan pengunjung guna untuk memantau dari hal-hal yang tidak diinginkan. Juga untuk kewaspadaan diperlukan firedetector dan smokedetector.

J. Furniture

Beberapa hal yang patut untuk diperhatikan dalam pemilihan perabotan untuk anak berkebutuhan khusus (ABK) yaitu secara fisik tidak melukai tubuh anak, Tidak memiliki sudut lancip, Cat tidak beracun, Tidak mudah mengelupas, Tidak menimbulkan

(10)

api. Sedangkan menurut ortopedagogik anak tunadaksa, kursi tidak boleh terseret bergerak sewaktu anak berpindah-pindah, hal ini sangat penting untuk diperhatikan karena anak berkebutuhan khusus cenderung suka bergerak (Ortopedagogik, 2001: 174)

Gambar 7. Konsep Furniture

K. Fasilitas Anak Berkebutuhan Khusus Tunarungu dan Tunagrahita

Fasilitas yang di butuhkan anak Tunarungu dan Tunagrahita saling berkekaitan karena fasilitas tunarungu maupun tunagrahita dapat sama-sama di gunakan. Berikut ruang khusus yang dibutuhkan Ruang Terapi BPBI (Bina Persepsi Bunyi dan Irama), Ruang Terapi Wicara, Pelatihan wicara, Ruang Terapi Bina Diri & Prilaku, Ruang Keterampilan, Ruang Psikolog dan Seksologis.

(11)

Simpulan dan Saran

Sekolah Luar Biasa dengan konsep percampuran antara kontemporer dan scandinavian di rancang sebagai wadah baru yang diharapkan dapan membuat terobosan baru untuk sekolah berbasik luar biasa agar dapat memenuhi persyaratan kelayakan pendidikan bagi anak-anak berkebutuhan khusus, dan mampu mengubah pandangan masyarakat mengenai sekolah luar biasa yang sempat tidak dilirik oleh masyarakat. Desain yang diangkat berbicara mengenai kebutuhan untuk setiap ruangan anak-anak berkebutuhan khusus yang layak dan menyenangkan, diharapkan perancangan ini mampu menambah nilai visual dan mendukung proses pengembangan pendidikan tidak hanya di Jakarta tapi juga di Indonesia

Melalui survei, analisa data secara umum dan khusus, serta perhitungan sesuai dengan teori-teori yang ada akan menjadi dasar yang kuat bagi sebuah perancangan pada suatu interior. Selain itu pula ditambah dengan teknik pencahayaan dan penghawaan serta pemilihan material yang tepat akan memegang peranan penting dalam menjaga kenyamanan, keamanan, dan fungsi dari setiap aktifitas kegiatan yang ada.

Ruang fasilitas utama yang disajikan bagi siswa adalah ruangan-ruangan terapi untuk tahapan mereka masuk ke sekolah formal. Dengan konsep desain bergaya kontemporer yang bercampur dengan scandinavian, pemilihan warna dipilih berdasarkan dari analisa arti dan makna tersendiri, hingga furnitur yang tepat secara ukuran dan keamanannya untuk anak berkebutuhan khusus.

Perancangan ini bermakna baik karena termasuk apresiasi terhadap permasalahan mengenai keberadaan sekolah luar biasa bagi masyarakat dan orang tua yang memiliki anak yang mengalami cacat fisik ataupun mental, sehingga dengan penampilan yang baru dan memenuhi persyaratan sesuai dengan kebutuhan khusus para anak-anak berkebutuhan khusus para orang tua mendapatkan ketenangan karena anaknya mendapatkan tempat yang sesuai dengan kebutuhan anaknya dan mengubah pandangan masyarakat mengenai anak berkebutuhan khusus yang kurang dilihat oleh masyarakat sekitar.

Referensi

Birren, Faber (2013). Colour Psychology and Color Theraphy. New York:

University Books Inc.

Butcher, James (2008),

Abnormal Psychology – Core Concepts. Pearson

Education International.

Ching (1996), Francis D.K.

Ilustrasi Desain Interior, Jakarta: Erlangga,

1996.

Darmaprawira, Sulasmi (2002). Warna Teori dan Kreatifitas Penggunanya,

Bandung: ITB.

Delphine, Bandi (2006).

Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus.

(12)

“Designing for Children with Special Education Needs”,

Building Buletin

77, HMSO, 2005.

Direktorat Pendidikan Luar Biasa (2004).

Alat Identifikasi Anak

Berkebutuhan Khusus. Departemen Pendidikan Nasional.

Jeanne Kopac (2003),

Color in Three- Dimensional Design, McGraw-Hill

Professional.

Montgomery, Diane (2003).

Gifted and Talented Children with Special

Educational Needs. David Fulton.

Nevid, Jeffrey (2008). Abnormal Psychology in a Changing World Seventh

Edition. Pearson Education InternationaL.

Pile, John F (1997). Color in Interior Design, New York: Prentice – Hall

Sachari, Agus (2002).

Pengantar Metodologi Penelitian Budaya Rupa,

Jakarta: Erlangga.

Sunardi, (2005)

Ortopedagogik Anak Tunadaksa. Jakarta: Departemen

Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.

Wauters, Ambika & Gerry Thompson (2001),

Terapi Warna, Jakarta:

Presrasi Pustaka.

Riwayat Penulis

Cindy Natasha lahir di kota Bandung pada tanggal 19 Maret 1993. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Desain Interior peminatan Desain Interior pada tahun 2015.

Gambar

Tabel 1. Kategori Anak-Anak Berkebutuhan Khusus
Gambar 1. Tema Konsep
Gambar 3. Konsep Bentuk
Gambar 4. Konsep Material dan Konsep Material Green Design
+2

Referensi

Dokumen terkait

Adapun instrument penelitian ini menggunakan alat tes EPI (Eysenck Personality Inventory) yang diadaptasi dari tokoh psikologi kepribadian Hans Eysenck dengan item sebanyak

Tämän tutkimuksen aineistossa varhaiskasvattajat puhuivat paljon vertaisryh- män merkityksestä lasten ruokakasvatukselle. Useat haastatteluun osallistu-

Berdasarkan pemaparan diatas, dilakukan penelitian ”Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Metanol Kulit Batang Jambu Bol ( Syzygium malaccense ) Terhadap Bakteri

Besaran pertumbuhan ini lebih besar dari pertumbuhan sektor pertanian sebesar 2,0 persen; (2) usaha sapi potong memberikan porsi terbesar dari rumah tangga yang terlibat langsung

Namun, untuk sebuah usaha kecil menengah dengan kebutuhan beberapa jasa jaringan seperti e-mail , web server dan sejenisnya untuk menggunakan beberapa alamat protokol (IP

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id.. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Pembelajaran sejarah menggunakan media berbasis nilai-nilai etika dan moral dalam Serat Wedhatama diharapkan akan: (1) lebih menarik perhatian siswa,

Jika dilihat hasil belajar siswa yang berkaitan dengan mata pelajaran agama islam terbukti bahwa ada perbedaan hasil belajar agama islam antara siswa yang sebelum