• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAMPAK SISTEM PENGELOLAAN LAHAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT RAKYAT TERHADAP SEKUESTRASI KARBON ARTIKEL ILMIAH MULIDAYA HAPSYARI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAMPAK SISTEM PENGELOLAAN LAHAN PERKEBUNAN KELAPA SAWIT RAKYAT TERHADAP SEKUESTRASI KARBON ARTIKEL ILMIAH MULIDAYA HAPSYARI"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK SISTEM PENGELOLAAN LAHAN PERKEBUNAN

KELAPA SAWIT RAKYAT TERHADAP

SEKUESTRASI KARBON

ARTIKEL ILMIAH

MULIDAYA HAPSYARI

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI

2020

(2)

DAMPAK SISTEM PENGELOLAAN LAHAN PERKEBUNAN

KELAPA SAWIT RAKYAT TERHADAP

SEKUESTRASI KARBON

Mulidaya Hapsyari

1)

, Endriani

2)

dan Arsyad AR

2)

ARTIKEL ILMIAH

Diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana

Pertanian pada Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Jambi

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JAMBI

2020

(3)
(4)

Hapsyari et al. (2020) Dampak Sistem Pengelolaan Lahan ...

1

DAMPAK SISTEM PENGELOLAAN LAHAN PERKEBUNAN KELAPA

SAWIT RAKYAT TERHADAP SEKUESTRASI KARBON

Mulidaya Hapsyari

1)

, Endriani

2)

dan Arsyad AR

2)

1) Mahasiswa Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Jambi 2) Dosen Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian, Universitas Jambi

Kampus Pinang Masak, Mendalo Darat, Jambi 36361 Email: mulidhp@gmail.com

ABSTRACT

Research on the impact of the management system of smallholder oil palm plantations on carbon sequestration was carried out to determine and study the impact of the management system of smallholder oil palm plantations on carbon sequestration, especially in carbon mitigation and sustainable smallholder planning. The research was carried out in Sungai Bertam Village, Jambi Luar Kota District, Muaro Jambi District from May to August 2019. The research was conducted using the Descriptive-Explorative Survey Method using a 1: 50,000 scale working map. The main data include the diameter and height of oil palm stems obtained through the Non-destructive Method with direct measurements in the field, weed biomass using the Destructive Method through weed sampling, as well as pH and C-organic soils through sampling composite soil depth of 0-30 cm in the field . The number of sample observation plots (PCP) is determined by stratified proportionated random sampling in accordance with the area of homogeneous land units (SLH) of 13 points. Supporting data, namely weed type data and a brief history of land use, data on soil type, slope, and land use were obtained from direct observations and from previous studies, as well as rainfall data obtained from BMKG. The data collected is then recapitulated and tabulated according to variables, then performed multiple regression tests, analyzed descriptively and presented in tables and graphs. The results showed the total value of oil palm plant biomass of all SLH was 368.66 tons with CO2 sequestration of 622 tons, total biomass of weeds of all SLH was 2.62 tons and CO2 sequestration of 4.42 tons, the equation of the results of multiple linear regression obtained for total tree biomass is Biomass (Ŷ) = -10.097 - 0.015 (U) + 0.073 (BO) + 4.2431 (DBH) + 0.801 (T) with R = 0.98 and R2 = 0.96. Variables that have a significant effect on diameter (DBH) and stem height, total biomass and sequestration of carbon in smallholder oil palm plantations are getting higher with better land management systems and the contribution of biomass from weeds also affects the amount of carbon sequestration if no pruning is done on the land.

Keywords: Management, Palm Oil, Carbon Sequestration.

ABSTRAK

Penelitian dampak sistem pengelolaan lahan perkebunan kelapa sawit rakyat terhadap sekuestrasi karbon dilakukan untuk mengetahui dan mempelajari dampak sistem pengelolaan lahan perkebunan kelapa sawit rakyat terhadap sekuestrasi karbon terutama dalam mitigasi karbon dan perencanaan perkebunan rakyat berkelanjutan. Penelitian

(5)

Hapsyari et al. (2020) Dampak Sistem Pengelolaan Lahan ...

2

dilaksanakan di Desa Sungai Bertam Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro Jambi pada bulan Mei sampai dengan Agustus 2019. Penelitian dilakukan dengan Metode Survei Deskriptif-eksploratif menggunakan peta kerja skala 1:50.000. Data utama meliputi diameter dan tinggi batang kelapa sawit didapat melalui Metode Non-destructive

dengan pengukuran langsung di lapangan, biomassa gulma menggunakan Metode

Destructive melalui pengambilan contoh gulma, serta pH dan C-organik tanah melalui pengambilan contoh tanah komposit kedalaman 0-30 cm di lapangan. Jumlah plot contoh pengamatan (PCP) ditetapkan secara stratified proportionated random sampling sesuai dengan luas satuan lahan homogen (SLH) sebanyak 13 titik. Data penunjang yaitu data jenis gulma dan sejarah singkat penggunaan lahan, data jenis tanah, kemiringan lereng, dan penggunaan lahan diperoleh dari pengamatan langsung dan dari penelitian terdahulu, serta data curah hujan yang diperoleh dari BMKG. Data yang dikumpulkan selanjutnya direkapitulasi dan ditabulasi sesuai variabel, kemudian dilakukan Uji regresi berganda, dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Hasil penelitian menunjukkan nilai total biomassa tanaman kelapa sawit dari seluruh SLH adalah sebesar 368,66 ton dengan sekuestrasi CO2 sebesar 622 ton, total biomassa gulma seluruh SLH

adalah sebesar 2,62 ton dan sekuestrasi CO2 sebesar 4,42 ton, persamaan hasil regresi

linier berganda yang didapat untuk total biomassa pohon adalah Biomassa (Ŷ) = -10,097 - 0,015 (U) + 0,073 (BO) + 4,2431 (DBH) + 0,801 (T) dengan nilai R = 0,98 dan R2 = 0,96. Variabel yang berpengaruh signifikan yaitu diameter (DBH) dan tinggi batang, total biomassa dan sekuestrasi karbon pada perkebunan kelapa sawit rakyat semakin tinggi dengan semakin baiknya sistem pengelolaan lahan dan sumbangan biomassa dari gulma juga mempengaruhi jumlah sekuestrasi karbon apabila tidak dilakukan pemangkasan pada lahan.

Kata kunci : Pengelolaan, Kelapa Sawit, Sekuestrasi Karbon.

PENDAHULUAN

Kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan utama di Indonesia dengan peningkatan luas areal sangat cepat. Kelapa sawit juga merupakan komoditas tanaman perkebunan unggulan Provinsi Jambi dan sebagian besar (> 60 %) merupakan perkebunan rakyat dan sisanya perkebunan besar swasta dan perkebunan besar negara dengan luas area meningkat setiap tahunnya. Perkebunan kelapa sawit di Provinsi Jambi tersebar hampir di semua kabupaten, namun sebagian besar di Kabupaten Muaro Jambi yaitu 97.749 ha (21,3 %) dari total luas lahan kelapa sawit di Provinsi Jambi tahun 2017 (Badan Pusat Statistik, 2018). Salah satu areal perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Muaro Jambi adalah Desa Sungai Bertam di Kecamatan Jambi Luar Kota yang merupakan areal sasaran pengembangan pertanian Kabupaten Muaro Jambi yang memiliki luas 680,36 ha dengan umur tanaman beragam (RKPD Muaro Jambi, 2015). Sebagian besar perkebunan kelapa sawit di Provinsi Jambi merupakan alih fungsi dari hutan dan perkebunan karet rakyat (Minsyah, Endrizal, Ananto, dan Kasryno, 2011). Alih fungsi lahan terutama dari hutan menjadi perkebunan monokultur seperti tanaman kelapa

(6)

Hapsyari et al. (2020) Dampak Sistem Pengelolaan Lahan ...

3

sawit merupakan penyumbang terbesar emisi gas rumah kaca (GRK) terutama CO2,

karena penebangan hutan (Widayati, Johana, Zulkarnain, dan Mulyoutami, 2012). Salah satu upaya mitigasi karbon adalah dengan meningkatkan kesuburan dan produktivitas tanah, melalui pengelolaan yang tepat dengan meningkatkan konsentrasi nutrisi pada batang dan tajuk utama (Stevanus dan Sahuri, 2014). Tinggi rendahnya cadangan karbon di dalam tanah dan tanaman merupakan cerminan kesuburan dan produktivitas tanah sehingga secara tidak langsung perbedaan sistem pengelolaan lahan akan mempengaruhi cadangan karbon tersimpan dan emisi karbon ke atmosfer (Agus, 2013). Jumlah biomassa tanaman menunjukkan jumlah CO2 atmosfer yang

terserap tanaman atau disebut juga sekuestrasi karbon dimana terjadinya proses penimbunan karbon (C) dalam tubuh tanaman hidup. Jumlah C yang disimpan dalam tubuh tanaman hidup (biomassa) pada suatu lahan menggambarkan banyaknya CO2 di

atmosfer yang diserap oleh tanaman (Hairiah, Ekadinata, Sari, dan Rahayu, 2011). Prinsip dari pertanian berkelanjutan adalah mengonservasi karbon dengan menekan jumlah emisi karbon sampai serendah mungkin dan memaksimalkan sekuestrasi tanpa mengorbankan produktivitas tanaman yang diusahakan (Agus, 2013). Menurut Batjes (1999) sekuestrasi karbon dapat ditentukan oleh lima faktor utama yang berkaitan dengan pengelolaan lahan yakni metode pengolahan dan pengelolaan residu (konservasi lahan, tanaman penutup dan mulsa), kesuburan tanah dan pengelolaan hara (unsur hara makro dan mikro, penguatan mekanisme siklus hara), pengendalian erosi (pengelolaan limpasan dengan sistem teras), pengelolaan air (irigasi tambahan, pengeringan permukaan dan subsoil, pengelolaan air tanah) serta seleksi tanaman dan rotasi.

METODE PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di Desa Sungai Bertam, Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro Jambi. Analisis tanah dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Jambi. Penelitian ini berlangsung selama 3 bulan dari bulan Juni hingga Agustus 2019. Penelitian dilakukan dengan Metode Survei Deskriptif-eksploratif menggunakan peta kerja skala 1:50.000. Data yang dikumpulkan terdiri atas data utama primer meliputi diameter dan tinggi batang kelapa sawit melalui pengukuran langsung di lapangan, biomassa gulma melalui pengambilan contoh gulma di lapangan, serta pH dan C-organik tanah melalui pengambilan contoh tanah komposit (0-30 cm) di lapangan. Jumlah plot contoh pengamatan (PCP) ditetapkan secara stratified proportionated random sampling sesuai dengan perbedaan sistem pengelolaan lahan yang berada pada SLH I, SLH II, dan SLH III dengan total luas

(7)

Hapsyari et al. (2020) Dampak Sistem Pengelolaan Lahan ...

4

680,36 ha yakni sebanyak 13 titik. Data penunjang primer yaitu data jenis gulma dan data sejarah singkat penggunaan lahan. Data penunjang sekunder mencakup data jenis tanah, kemiringan lereng, dan penggunaan lahan yang diperoleh dari penelitian terdahulu. Data curah hujan diperoleh dari website resmi BMKG. Data biomassa pohon dan gulma diperoleh melalui PCP berukuran 20 m x 100 m pada masing-masing SLH. Setiap PCP terdiri dari satu sub plot berukuran 5 m x 40 m untuk pengukuran diameter dan pengumpulan data biomassa pohon, dan sub-sub plot (kuadran) berukuran 0,5 m x 0,5 m untuk pengumpulan data gulma (Gambar 1). Lokasi penempatan PCP yang mencakup sub plot dan kuadran ditentukan tergantung kondisi (keseragaman) di lapangan.

Gambar 1. PCP, sub plot, dan kuadran untuk pengumpulan data biomassa tanaman kelapa sawit rakyat di Desa Sungai Bertam, Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muaro Jambi

Keterangan:

= Kuadran ukuran 0,5 m x 0,5 m; = Pohon kelapa sawit

Pengumpulan Data

Estimasi biomassa tanaman kelapa sawit dilakukan dengan mengukur diameter batang dengan pelepah setinggi dada, sehingga tidak perlu melakukan perusakan pada sisa pelepah yang masih menempel pada batang. Menurut Yulianti (2009) model Persamaan Allometrik yang digunakan adalah Y = 0,002382 .D2,3385. H0,9411 [Keterangan: Y = karbon biomassa kering (kg/pohon), D = diameter batang dengan pelepah setinggi dada yang diukur tegak lurus batang (m), H = tandan buah tertinggi tanaman kelapa sawit (m)]. Total biomassa pohon

kelapa sawit per PCP dihitung dengan menjumlahkan biomassa semua pohon yang ada pada sub plot dengan rumus TBPPCP =∑(TBP1, TBP2,... TBPn) x (

( ) ( ) )

[Keterangan: TBPPCP = total biomassa pohon per plot contoh pengukuran (ton/PCP), TBP1-n = total biomassa pohon ke-1 hingga pohon ke-n (ton/PCP)]. Total biomassa pohon dalam setiap SLH dihitung dengan cara luas setiap SLH (m2) dibagi dengan luas main plot (20 m x 100 m) dikalikan

(8)

Hapsyari et al. (2020) Dampak Sistem Pengelolaan Lahan ...

5

dengan total biomassa pohon setiap PCP di dalam SLH tersebut menggunakan rumus

TBPSLH = ( ) TBPPCP [Keterangan: TBPSLH = total biomassa pohon per SLH

(ton/SLH)]. Lalu seluruh total biomassa pohon setiap SLH dijumlahkan dengan rumus

TBP seluruh SLH= (TBP SLHI+ TBP SLHII + TBP SLHIII).

Data biomassa gulma diperoleh dengan Metode Destructive yaitu dengan memotong semua gulma (berdiameter < 5 cm) yang terdapat dalam kuadran dan memisahkan antara daun dan batang lalu menimbang berat basahnya dan mengambil sub contoh tanaman seberat 300 g, jika biomassa contoh yang didapatkan < 100 g maka semuanya dijadikan sebagai sub contoh (berat basah). Mengeringkan sub contoh dalam

oven dengan suhu 70 0C selama 2 x 24 jam setelah itu menimbang berat keringnya (BK sub contoh) dan menghitung total berat kering gulma per kuadran dengan rumus Total BK (g) = ( ( ) ( ) ( )) Total biomassa gulma per PCP sama

dengan total biomassa gulma dalam satu sub plot yang dihitung dari hasil rata-rata

biomassa gulma dalam semua kuadran pada sub plot dengan rumus sebagai berikut

TBGPCP = ∑(TBG1, TBG2, TBG3,... TBGn) (

( )

( )) selanjutnya total

biomassa gulma pada tiap SLH dihitung dengan mengalikan luas masing-masing SLH dengan total biomassa gulma masing-masing PCP dalam SLH tersebut dengan rumus sebagai berikut TBGSLH =

( )

TBGPCP. Lalu seluruh total biomassa gulma

setiap SLH dijumlahkan dengan rumus (TBG SLHI + TBG SLHII + TBG SLHIII).

Data sekuestrasi karbon dihitung dengan cara menjumlahkan karbon tersimpan pada biomassa pohon dan gulma. Hairiah dan Rahayu (2007) memaparkan bahwa bahan organik umumnya mengandung sekitar 46 % karbon, oleh karena itu estimasi sekuestrasi karbon diperoleh dengan rumus Sekuestrasi karbon (ton) = total biomassa (ton) x 0,46.

Hasil sekuestrasi karbon kemudian dikonversi untuk mengetahui total CO2 yang diserap

tanaman kelapa sawit, yakni dengan rumus Total CO2= Sekuestrasi karbon (ton) x 3,67*

[*3,67 merupakan angka ekivalen atau konversi unsur karbon (C) ke CO2 [massa atom C=12 dan O=16, CO (1x12)+(2x16)=44;konversinya = (44:12)=3,67].

Analisis Data

Data yang dikumpulkan direkapitulasi dan ditabulasi sesuai variabel, kemudian dilakukan Uji regresi berganda, dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik untuk mengetahui tingkat (keeratan) hubungan antara masing-masing variabel dengan total biomassa dan sekuestrasi karbon tanaman kelapa sawit.

(9)

Hapsyari et al. (2020) Dampak Sistem Pengelolaan Lahan ...

6

KESIMPULAN

Kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian yaitu nilai total biomassa tanaman kelapa sawit dari seluruh SLH adalah sebesar 368,66 ton dengan sekuestrasi CO2 sebesar

622 ton, total biomassa gulma seluruh SLH adalah sebesar 2,62 ton dan sekuestrasi CO2

sebesar 4,42 ton, persamaan hasil regresi linier berganda yang didapat untuk total biomassa pohon adalah Biomassa (Ŷ) = -10,097 - 0,015 (U) + 0,073 (BO) + 4,2431

(DBH) + 0,801 (T) dengan nilai R = 0,98 dan R2 = 0,96. Variabel yang berpengaruh signifikan yaitu diameter (DBH) dan tinggi batang, total biomassa dan sekuestrasi karbon pada perkebunan kelapa sawit rakyat semakin tinggi dengan semakin baiknya sistem pengelolaan lahan dan sumbangan biomassa dari gulma juga mempengaruhi jumlah sekuestrasi karbon apabila tidak dilakukan pemangkasan pada lahan.

DAFTAR PUSTAKA

Agus, F. 2013. Konservasi Tanah dan Karbon untuk Mitigasi Perubahan Iklim Mendukung Keberlanjutan Pembangunan Pertanian. Pengembangan Inovasi PertanianVol.6 No.1. Diunduh dari https://media.neliti.com/media/publications /30883-ID-soil-and-carbon-conservation-for-climate-change-mitigation- and-enhan cing-sustain.pdf (diakses tanggal 8 Februari 2019).

Badan Pusat Statistik. 2018. Provinsi Jambi dalam Angka 2018. BPS Provinsi Jambi. Jambi (diakses dari https://jambi.bps.go.id/subject/54/perkebunan. html tanggal 8 Februari 2019).

Batjes, N.H. (1999). Management option for reducing CO concentration atmosphere by 2 increasing carbon sequestration in soil. (Report 410-200-031). Dutch National Research Programme on Global Air Pollution and Climate Change and Technical Paper 30. Wagenigen: International Soil Reference and Information Centre. Diakses tanggal 24 Desember 2019.

Endriani dan Sunarti. 2019. Sekuestrasi Karbon Beberapa Jenis Vegetasi sebagai Basis Pengembangan Hutan Kotan Jambi. Jurnal Ilmiah Ilmu Terapan Universitas Jambi . Vol. 3 Nomor 2. Diakses tanggal 26 November 2019.

Hairiah, K., A. Ekadinata, R.R. Sari, dan S. Rahayu. 2011. Pengukuran Cadangan Karbon: dari Tingkat Lahan ke Bentang Lahan. Petunjuk Praktis. Edisi Kedua. World Agroforestry Centre, ICRAF Southeast Asia Regional Office. Bogor. Diunduh dari http://www.worldagroforestry.org/sea/Publications /files/manual /MN0049-11.pdf (diakses tanggal 10 Januari 2019).

Hairiah, K., dan S. Rahayu. 2007. Pengukuran Karbon Tersimpan di Berbagai Macam Penggunaan Lahan. World Agroforestry Centre, ICRAF Southeast Asia. Bogor. Diunduhdari http://www.worldagroforestry.org/sea/ Publications/files/manual/MN 0035-07/MN0035-07-1.pdf (diakses tanggal 10 Januari 2019).

(10)

Hapsyari et al. (2020) Dampak Sistem Pengelolaan Lahan ...

7

Hardjowigeno, S. 2010. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo. Jakarta.

Lubis, A. U. 2008. Kelapa sawit (Elaeis guineensis jacq.) di Indonesia. Pusat Penelitian Kelapa Sawit (diakses tanggal 14 Desember 2019).

Minsyah, N.I., Endrizal, E.E. Ananto, dan F. Kasryno. 2011. Konversi dan Fragmentasi Lahan Ancaman terhadap Kemandirian Pangan: Perubahan Luas Dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Serta Permasalahannya Di Provinsi Jambi. IPB Press. Kampus IPB

Taman Kencana Bogor.Diunduh dari http://www.litbang.pertanian.go.

id/buku/konversi-fragmentasi-lahan/ (diakses tanggal 9 Februari 2019).

[RKPD Muaro Jambi] Rencana Kerja Pembangunan Daerah Kabupaten Muaro Jambi. 2015. Pemerintah Kabupaten Muaro Jambi. Jambi (diakses melalui Website http://muarojambikab.go .id. pada tanggal 18 Februari 2019).

Stevanus, C. T. dan Sahuri. 2014. Potensi Peningkatan Penyerapan Karbon Di Perkebunan Karet Sembawa, Sumatra Selatan. Widyariset, Vol.17 No.3. diunduh dari http:// id .portalgaruda. org / ?ref=browse&mod=viewarticle&article=351282 (diakses tanggal 12 Februari 2019).

Widayati A, Johana F, Zulkarnain MT dan Mulyoutami E. 2012. Perubahan Penggunaan Lahan, Faktor Pemicu dan Pengaruhnya terhadap Emisi CO2 di Kabupaten Tanjung

Jabung Barat, Provinsi Jambi. Brief No 21. Bogor, Indonesia. World Agroforestry Centre - ICRAF, SEA Regional Office. 4p. Diunduh dari http://www.worldagro forestry.org/downloads/Publications /PDFS/BR12028.PDF (diakses tanggal 12 Februari 2019).

Yulianti, N. 2009. Cadangan Karbon Lahan Gambut dari Agroekosistem Kelapa Sawit PTPN IV Ajamu, Kabupaten Labuhan Batu Sumatera Utara. Tesis. Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor. Diunduh dari https://repository. ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/5147/1/2009nyu_abstract.pdf (diakses tanggal 24 Maret 2019).

Gambar

Gambar  1.    PCP,  sub  plot,  dan  kuadran  untuk  pengumpulan  data  biomassa  tanaman  kelapa  sawit  rakyat  di  Desa  Sungai  Bertam,  Kecamatan  Jambi  Luar  Kota,  Kabupaten Muaro Jambi

Referensi

Dokumen terkait

Dengan adanya pemutusan orang tua angkat dengan anak angkatnya karena anak angkat tersebut, sudah tidak lagi berkedudukan sebagai anak kandung sehingga segala

tertentu tanpa adanya keuntungan yang diperoleh, tetapi pada intinya bahwa perilaku tersebut telah melanggar kehormatan orang atau kelompok lain sebagai manusia

Pada penelitian ini uji statistik yang digunakan adalah rumus korelasi Chi Square yaitu untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dengan harga diri

yang mana rataan total biaya produksi tertinggi pada perlakuan P0 (Penggunaan ransum kontrol dengan tepung limbah ikan gabus pasir sebanyak 0% dan tepung ikan komersil

Selanjutnya pada tanggal 24 April 2013 pukul 11.45 WIB implementasi yang dilakukan oleh perawat adalah membina hubungan saling percaya, mengevaluasi kembali

Metode Forward Selection berbasis Naive Bayes terbukti akurat dalam klasifikasi status kelulusan mahasiswa dari dataset yang bersifat class imbalance dengan dimensi data

Reproduksi merupakan hal yang sangat penting dari suatu siklus hidup organisme, dengan mengetahui biologi reproduksi ikan dapat memberikan keterangan yang berarti mengenai

Tujuan penelitian ini untuk mendata kondisi pelanggaran dan kecelakaan lalulintas di ruas jalan arteri kota Bitung, mengidentifikasi penyebab pelanggaran yang paling banyak