• Tidak ada hasil yang ditemukan

Desain dan Implementasi Inverter DC-AC Satu Fasa dengan Metode Switching High Frequency dan Sinusoidal Pulse Width Modulation

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Desain dan Implementasi Inverter DC-AC Satu Fasa dengan Metode Switching High Frequency dan Sinusoidal Pulse Width Modulation"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Abstrak—Artikel ini mengusulkan sebuah rancangan inverter satu fasa yang akan di rancang untuk mengubah tegangan sumber 12 Vdc agar dapat menghasilkan tegangan keluaran sinusoidal 220Vac 50Hz. Inverter ini di desain untuk mengkonversikan tegangan Direct Current (DC) yang dihasilkan oleh baterai penyimpanan yang berasal dari produk K-POWERS menjadi tegangan Alternating Current (AC) yang akan diaplikasikan untuk menggantikan peran PLN sebagai emergency power pada saat terjadinya pemadaman atau gangguan dari PLN saat sedang tidak dapat mengaliri listrik. Dalam perancangannya, inverter didesain dengan menggunakan 2 stage atau 2 langkah, yaitu Switching High Frequency (SHF) sebagai sistem untuk menaikkan tegangan masukan dan Sinusoidal Pulse Width Modulation (SPWM) sebagai sistem penghasil sinyal keluaran berupa pure sine wave atau gelombang sinus murni. Selanjutnya, kedua langkah tersebut memiliki drivernya masing-masing. Pada stage 1 (SHF), driver sistem pensaklaran menggunakan Arduino Pro Mini kemudian pada stage 2 (SPWM) menggunakan modul EGS002 sebagai drivernya. Dalam pengujiannya inverter akan menghubungkan baterai dari produk K-POWERS terhadap beban, seperti charger handphone, lampu pijar, kipas angin, dan solder. Hasil dari implementasi inverter yang telah didesain bekerja dengan baik dan parameter nilai yang diukur mendekati hasil nilai set poin yang diinginkan pada bagian bagian yang telah dirancang.

Keywords—Inverter DC-DC-AC, SHF, SPWM, Arduino

I. PENDAHULUAN

Kebutuhan akan energi yang terus meningkat dengan seiring perkembangan zaman dan teknologi, serta

semakin menipisnya cadangan minyak bumi,

menyebabkan manusia untuk terus menciptakan dan mencari sumber energi terbarukan untuk memenuhi kebutuhan energi listrik. Konsumsi kebutuhan sumber energi listrik di dunia pada umumnya terus meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi, dan penggunaan pola konsumsi yang terus meningkat [1]. Energi terbarukan dapat diartikan sebagai energi yang secara cepat dapat diproduksi kembali melalui proses alam, diantaranya meliputi

energi angin, energi matahari, serta energi air. Dalam pemanfaatannya, dalam skala kecil energi tersebut dapat menghasilkan listrik yang dapat disimpan ke dalam suatu penyimpanan seperti baterai. Energi listrik yang tersimpan didalam baterai tersebut dapat digunakan sebagai sumber energi listrik alternatif untuk memenuhi kebutuhan perangkat elektronika manusia saat terjadinya pemadaman atau gangguan dari jaringan PLN yang menjadi sumber listrik utama saat ini.

Pada umumnya sumber energi listrik yang digunakan saat ini adalah sumber listrik tegangan arus bolak balik sedangkan baterai memiliki tegangan arus searah ,sehingga diperlukan suatu alat yang dapat mengkonversinya [2]. Inverter akan dimanfaatkan untuk mengkonversi tegangan penyimpanan yang terdapat pada baterai menjadi keluaran tegangan arus bolak balik yang dapat dimanfaatkan sebagai

emergency power pada saat terjadinya pemadaman atau gangguan dari PLN saat sedang tidak dapat mengaliri listrik . Inverter yang akan di rancang pada jurnal ini adalah inverter pure sine wave dengan dua langkah konversi yaitu konversi tegangan rendah 12VDC menjadi tegangan tinggi 380VDC (DC-DC) dengan metode Switching High Frequency (SHF) dan konversi tegangan tinggi 380VDC menjadi tegangan sinusoidal murni 220VAC 50Hz (DC-AC) dengan metode Sinusoidal Pulse Width Modulation (SPWM). Pada perancangan ini inverter pure sine wave yang akan diimplementasikan diharapkan dapat menyalakan beban linier dan beban non-linier.

II. LANDASAN TEORI A. Inverter

Rangkaian inverter terdiri dari tiga bagian, bagian pertama adalah sebuah rangkaian yang terbentuk dari rangkaian konverter yang mengubah sumber tegangan bolakbalik jala-jala menjadi tegangan searah dan menghilangkan riak pada keluaran tegangan searah ini. Bagian kedua adalah rangkaian inverter yang mengubah tegangan searah menjadi tegangan bolak-balik satu fasa dengan frekuensi beragam. Kedua rangkaian ini disebut rangkaian utama. Bagian yang ketiga adalah sebuah rangkaian kontrol berfungsi sebagai pengendali rangkaian utama. Gabungan keseluruhan rangkaian ini disebut unit inverter [3].

Inverter pada umumnya dapat mengkonversi tegangan arus searah menjadi tegangan arus bolak

Desain dan Implementasi Inverter DC-AC Satu Fasa dengan Metode

Switching High Frequency

dan

Sinusoidal Pulse Width Modulation

Muhammad Bhakti Prayoga1, Arief Syaichu Rohman2, Denny Hidayat Tri Nugroho3 1,2,3 Program Studi Teknik Elektro Institut Teknologi Sumatera, Lampung

(2)

balik dengan beberapa keluaran bentuk gelombang yaitu berupa gelombang kotak, gelombang kotak

modifikasi, dan gelombang sinusoidal murni.

Gelombang kotak atau bisa disebut square sine wave inverter yaitu pada jenis ini tegangan luarannya berbentuk kotak yang simeteri terhadap ground. Bentuk ini sangat tidak cocok untuk beban-beban yang bersifat induktif semisal mesin-mesin listrik. Kemudian gelombang kotak modifikasi modified sine wave inverter yaitu pada jenis ini tegangan luarannya berbentuk kotak yang telah dimodifikasi, dimana antara bagian tegangan kotak positip dan kotak negatip diberi jeda waktu tertentu. Bentuk luaran ini sudah bisa digunakan pada beban induktif/ kumparan tetapi dengan kerugian daya yang besar. Setelah itu yang terakhir adalah gelombang sinusoidal murni atau pure sine wave inverter yaitu pada jenis ini tegangan luarannya berbentuk Sinusoida murni seperti yang dihasilkan oleh tegangan jala-jala PLN. [4]

Gambar 1 Bentuk-bentuk gelombang keluaran inverter [4]

B. Metode Switching High Frequency

Metode Switching High Frequency (SHF) adalah sebuah metode pensaklaran pada suatu rangkaian elektronika dengan frekuensi tinggi yang dapat dikendalikan. Salah satu implentasi dari metode SHF diantaranya yaitu DC-DC konverter. DC-DC konverter terdiri dari beberapa macam, diantaranya adalah buck converter, boost converter, dan gabungan dari

keduanya yaitu buck boost converter. Pada

perancangan inventer pada jurnal ini, rangkaian yang digunakan adalah DC-DC boost converter untuk menaikkan tegangan rendah ke tegangan tinggi. Dalam perancangannya DC-DC ini menggunakan prinsip kerja push pull. Prinsip kerja dari rangkaian push pull

adalah melakukan pensaklaran dengan cara membuka dan menutup saklar yang akan mengaliri aliran arus listrik tegangan rendah menuju trafo secara bergantian

sehingga menghasilkan tegangan tinggi. DC-DC boost converter juga merupakan konverter yang digunakan untuk memberikan tegangan keluaran yang lebih tinggi dari tegangan masukkan yang lebih rendah dengan dikendalikan oleh sinyal kontrol berupa sinyal Pulse Width Modulation (PWM) [5]. Tegangan keluaran dari rangkaian SHF dapat bernilai tetap ataupun berubah-ubah tergantung variabel tegangan masukan DC [6]. Oleh karena itu, rangkaian ini menghasilkan tegangan AC yang besar amplitudanya tergantung pada masukan tegangan DC dan rasio belitan trafo dengan frekuensi tinggi [7].

Berdasarkan Gambar 2, dengan menutup S2 dan membiarkan S1 terbuka, maka arus yang mengalir ke trafo adalah I2. Sedangkan dengan menutup S1 dan membiarkan S2 terbuka, maka arus yang mengalir ke trafo adalah I1.

Gambar 2 Prinsip Kerja Rangkaian Push Pull

Dengan melakukan cara tersebut berulang ulang, maka akan terjadi pensaklaran secara bergantian yang akan menghasilkan tegangan tinggi bolak balik pada keluaran trafo step up. Untuk melakukan pensaklaran agar dapat mengubah tegangan 12VDC menjadi 380VDC, maka dibutuhkan komponen sebagai berikut.

1) Driver Switching

Untuk melakukan pensaklaran pada rangkaian,

maka dibutuhkan driver switching sebagai

pengendali pensaklaran untuk mengatur arus yang masuk ke trafo secara bergantian melalui S1 dan S2.

Driver Switching yang digunakan adalah Arduino Pro Mini. Arduino didefinisikan sebagai sebuah platform electronic open source, berbasis pada

software dan hardware yang fleksibel dan mudah digunakan. Nama Arduino juga tidak hanya dipakai untuk menamai board rangkaiannya saja, tetapi juga

untuk menamai bahasa dan software

pemrogramannya atau IDE [8]. Kemudian dalam

melakukan pensaklaran, driver membutuhkan

rangkaian gate driver sebagai jembatan penghubung terhadap saklar. Komponen yang digunakan adalah ICL293D. IC akan berfungsi sebagai jembatan

penghubung antara mikrokontroler terhadap

MOSFET yang akan di drive. IC tersebut akan mengubah tegangan keluaran switching yang berasal dari mikrokontroler supaya menjadi lebih besar untuk menaikan tegangan VGS pada MOSFET untuk dapat melakukan switching.

2) KomponenSwitching

Komponen yang digunakan untuk pensaklaran sebagai S1 dan S2 adalah MOSFET. MOSFET adalah kependekan dari Metal Oxide Semiconductor Field Effect Transistor yang merupakan jenis

(3)

transistor yang menjadi komponen inti dari sebuah IC (Integrated Circuit). MOSFET atau Metal Oxide Semiconductor Field Effect Transistor juga merupakan sebuah perangkat semikonduktor yang secara luas di gunakan sebagai switch dan sebagai penguat sinyal pada perangkat elektronik. MOSFET memiliki empat gerbang terminal atau elektroda antara lain yaitu terminal Source (S), Gate (G), Drain

(D) dan Body (B). Terminal atau Elektroda Gerbang

MOSFET adalah sepotong logam yang

permukaannya dioksidasi. Lapisan oksidasi ini berfungsi untuk menghambat aliran listrik antara Terminal Gerbang (Gate) dengan Salurannya (Source - Drain). Oleh karena itu, MOSFET sering juga disebut dengan nama Insulated-Gate FET

(IGFET).

Dengan menggunakan MOSFET sebagai saklar, maka rangkaian elektronik tersebut akan terhubung dengan semua jenis gerbang logika (Logic Gate). Selain itu, MOSFET mampu mengendalikan beban arus yang tinggi dan biayanya relatif lebih murah dibandingkan transistor bipolar. Jika ingin membuat MOSFET sebagai saklar, maka kita hanya harus mengkonfigurasinya dalam kondisi saturasi (ON) dan cut-off (OFF). [9]

3) Transformer

Transformator atau transformer merupakan satu-satunya alat yang dapat dipergunakan untuk menaikkan tegangan (step-up) dan menurunkan tegangan (step-down). Prinsip kerja dari alat ini sepenuhnya menggunakan peristiwa induksi. Gaya gerak listrik (ggl) dapat dibangkitkan di dalam sebuah kumparan, jika kumparan pembawa arus ditempatkan di dekatnya. Peristiwa ini dinamakan induksi timbal balik. Terjadinya induksi timbal balik disebabkan oleh adanya perubahan medan magnit.

Bila saklar dihubungkan, kumparan pembawa arus sebagai kumparan primer segera menginduksi diri lewat medan maknit yang terbentuk. Selanjutnya arus induksi tersebut diterima oleh kumparan penerima arus induksi sebagai kumparan sekunder. [10]

Transformator yang digunakan pada rangkaian SHF ini adalah transformator inti ferit yang bekerja pada frekuensi tinggi. Transformator ferit yang digunakan adalah transformator dengan tipe EE42 dengan spesifikasi input lilitan primer CT 12-0-12 ( 0-3 lilitan) dan output lilitan skunder dengan variasi 220V (0-55 lilit), 380V (0-95 lilit), dan 18V (0-5 lilitan). Transformator EE42 dipilih karena spesifikasi yang sesuai dengan rancangan rangkaian SHF yaitu menaikkan tegangan 12V ke 380V. Untuk mendapatkan tegangan output yang tepat digunakan rumus pada persamaan (1) [11]. Sedangkan untuk menentukan perioda switching yang digunakan adalah dengan menggunakan persamaan (2) dan 3[12].

𝑉

𝑜

= 2 × 𝑉

𝑆

×

𝑁𝑆 𝑁𝑝

× 𝐷

...(1)

𝑁

𝑝

=

𝑉𝑖𝑛 ×108 4×𝑓𝑠𝑤𝑖𝑡𝑐ℎ ×𝐵𝑚𝑎𝑥 ×𝐴𝐶

...(2)

4) Rectifier

Rectifier adalah rangkaian penyearah, rangkaian ini akan menyearahkan tegangan bolak balik AC menjadi teganan searah DC. Komponen utama didalam rangkaian ini adalah dioda jembatan penuh /

full bridge sebagai penyearah dan kapasitor sebagai filter. Dioda yang digunakan pada rangkaian rectifier

adalah fast recovery diode yaitu dioda yang digunakan untuk fast switching atau pensaklaran

frekuensi tinggi, sedangkan kapasitor yang

digunakan sebagai filter adalah kapasitor tegangan tinggi pada range 400V.

5) Rangkai an Feedback Output

Rangkaian ini adalah rangkaian yang terhubung ke output 380VDC pada rangkaian rectifier, rangkaian ini adalah rangkain pembagi tegangan untuk

memberikan umpan balik terhadap driver

pensaklaran supaya dapat mempertahankan tegangan output stabil pada 380VDC. Berikut adalah bentuk rangkaian dan persamaan yang digunakan.

𝑅𝑃= 𝑅15//𝑅16= 𝑅15 × 𝑅16 𝑅15 + 𝑅16

...(3)

𝑉

𝑓𝑏

=

𝑅𝑝 𝑅14 + 𝑅𝑝

× 380𝑉

...(4)

Gambar 3 Rangkaian Pembagi Tegangan

Berdasarkan Gambar 3 didapatkan persamaan (3) dan (4) untuk mendapatkan nilai tegangan umpan balik sebagai set point pada mikrokontroler supaya tegangan keluaran rectifier tetap pada set poin tegangan 380VDC.

C. Metode Sinusoidal Pulse Width Modulation

Sinusoidal Pulse-Width Modulation (SPWM) adalah salah satu teknik pensaklaran yang menghasilkan

bentuk gelombang keluaran inverter dengan

karakteristik mendekati sinusoidal. [13] Secara umum PWM adalah sebuah cara untuk memanipulasi lebar sinyal yang dinyatakan dengan pulsa dalam suatu perioda untuk mendapatkan tegangan rata rata yang

(4)

berbeda [14]. Prinsip yang digunakan adalah dengan menggunakan rangkaian full bridge, yaitu rangkaian dasar untuk mengubah tegangan DC menjadi tegangan AC. Tegangan keluaran AC dapat dikendalikan dengan mengatur urutan pengaktifan saklar dan pemutusan saklar yang mendapatkan sumber tegangan DC. Tegangan keluaran pada rangkaian tersebut dapat berupa +Vdc, -Vdc, atau 0V tergantung pada pengaktifan saklar.

Berdasarkan Gambar 4 untuk S1 dan S4 tidak diharuskantertutup secara bersamaan, demikian juga S2dan S3 karena akan berakibat hubungsingkat pada sumber DC. Pada kenyataanyasaklar yang sebenarnya tidak dapatdihidupkan dan dimatikan secara seketika. Oleh karenanya, waktu transisi pensaklaran harus diperhitungkan dalam pengendaliansaklarnya. Setiap kali terjadi overlap pada saklar konduksi akan

mengakibatkan hubung singkat pada rangkaian,

kadang-kadang disebut juga dengan gangguan

"shootthrough" pada tegangan sumber DC. Untuk membuat rangkaian H-bridge, komponen yang akan digunakan adalah sebagai berikut.

Gambar 4 Rangkaian H-bridge

1) Driver Switching

Pengendali pensaklaran yang digunakan untuk mengendalikan S1, S2, S3, dan S4 pada rangkaian

full bridge pada Gambar 8 yaitu menggunakan driver dengan modul EGS002. EGS002 adalah modul driver khusus untuk inverter sinusoidal satu fasa. Modul ini menggunakan IC EG8010 sebagai kontrol utama dan IC IR2113S sebagai jembatan kontrol utama terhadap saklar. Modul ini terintegrasi fungsi proteksi tegangan, arus, dan temperatur dengan indikator led dan kontrol kipas. Modul EGS002 juga mengintegrasikan logika pencegahan konduksi silang meningkatkan kemampuan anti-interferensi, dan antarmuka tampilan LCD untuk kenyamanan pengguna dalam menggunakan fungsi tampilan bawaan chip. EG8010 adalah inverter gelombang sinus murni digital ASIC (Application Specific Integrated Circuit) dengan fungsi lengkap dari kontrol waktu mati built-in. Ini berlaku untuk konverter daya dua tahap DC DC-AC sistem atau sistem transformator frekuensi daya rendah satu tahap DC-AC untuk meningkatkan. EG8010 bisa mencapai gelombang sinus murni 50 / 60Hz dengan akurasi tinggi, harmonik rendah dan distorsi oleh eksternal Osilator kristal 12MHz. EG8010 adalah IC CMOS yang mengintegrasikan generator sinusoid

SPWM, dead time kontrol, pembagi jarak, sirkuit mulai lunak, perlindungan sirkuit, komunikasi serial RS232, 12832 unit LCD serial, dan lain-lain [15].

2) Komponen Switching

Komponen pensaklaran yang digunakan pada S1, S2, S3, dan S4 adalah menggunakan MOSFET. MOSFET yang digunakan harus melebihi range

tegangan sumber DC yang diterima, agar

menghindari terjadinya kerusakan komponen akibat

overshoot saat melakukan switching [16]. Perlu

diketahui bahwa overshoot merupakan efek

sementara yang terjadi pada MOSFET karena bagian

gate (gerbang) yang terkena muatan secara instan. Biasanya hal ini terjadi pada saat reverse recovery

(pemulihan terbalik) pada dioda dalam bentuk kecepatan arus, dimana pada saat ini arus balik bersama arus beban menuju ke bagian bawah Field Effect Transistor (FET) sehingga terjadi overshoot

arus. Selanjutnya terjadinya induksi menyimpang pada sirkuit yang berujung pada overshoot tegangan yang besar. Akan tetapi, adanya overshoot ini perlu dihindari karena dapat menyebabkan berkurangnya efisiensi energy secara keseluruhan karena hilangnya daya pada switching, bahkan dapat berbahaya terhadap perangkat dan sirkuit elektronik [17].

3) Rangkaian LPF

Rangkian LPF yang akan digunakan bertujuan untuk membuat frekuensi cut off 50Hz, komponen LPF yang digunakan adalah induktor dan kapasitor yaitu LC dengan nilai 3.3mH dan 2,2uF. Selain itu filter LC digunakan sebagai sirkuit resonansi yaitu peredam (pereduksi) harmonisa pada suatu rangkaian sehingga didapatkan bentuk sinyal yang lebih smooth

(bagus atau halus) [13].

III. METODOLOGI

Dengan perancangannya, inverter akan dirancang dengan menggunakan persamaan yang telah didapat kemudian menentukan komponen dan implementasi alat, setelah itu dilakukan pengujian alat inverter terhadap beban. Berikut ini langkah yang dilakukan dalam melakukan perancangan inverter.

(5)

A. Diagram Blok

Diagram blok sistem pada inverter akan terbagi menjadi beberapa bagian yaitu sumber teganganDC, rangkaian SHF, rangkaian SPWM, dan rangkaian LPF. Diagram blok dapat dilihat pada Gambar 6.

Inverter akan menerima sumber tegangan DC yang berasal dari baterai kemudian tegangan tersebut akan menuju rangkaian SHF yang didalamnya terdapat mikrokontroler yang akan melakukan pensaklaran atau switching terhadap MOSFET yang terhubung ke transformator step up, kemudian hasil tegangan step up tersebut akan disearahkan oleh rangkaian rectifier.

Tegangan tinggi dari transformator yang telah disearahkan akan digunakan sebagai sumber tegangan DC, kemudian tegangan DC tersebut akan diubah menjadi keluaran tegangan AC oleh rangkaian SPWM dengan kontrol pensaklaran dari driver SPWM . Setelah itu keluaran tegangan AC tersebut akan dilewati ke rangkaian LPF untuk mendapatkan frekuensi cut off yang telah ditentukan.

BATERAI DRIVER KONVERTER DC-DC (SHF) KONVERTER DC-DC (SPWM) DC-AC CONVERTER

LOW PASS FILTER BEBAN

Tegangan 5VDC Sinyal Switching Sumber Tegangan DC 12V Tegangan 380VDC DRIVER KONVERTER DC-AC Tegangan 220VAC Tegangan 220VAC 50Hz Feedback Tegangan Keluaran Konverter DC-DC Feedback Tegangan Keluaran DC-AC Sinyal Switching Penstabil Tegangan Tegangan 12VDC Tegangan 18VDC

Gambar 6 Diagram Blok Sistem Inverter

B. Cara Kerja Alat

1) Prinsip Kerja Rangkaian

Prinsip kerja dari sistem inverter yang dirancang akan menggunakan dua langkah atau 2 stage converter. Stage 1 pada sistem inverter adalah rangkaian Switching High Frequency (SHF) dan

stage 2 pada sistem inverter adalah rangkaian

Sinusoidal Pulse Width Modulation (SPWM). Rangkaian SHF akan mengubah sumber tegangan 12VDC yang berasal dari baterai menjadi tegangan tinggi 380VDC. Kemudian tegangan tinggi 380VDC tersebut akan diolah rangkaian SPWM sehingga menjadi tegangan sinusoidal murni 220VAC 50Hz.

2) Stage 1 (Rangkaian SHF)

Rangkaian SHF yang dirancang melakukan

switching pada frekuensi 20KHz oleh Arduino Pro

Mini sebagai pembangkit PWM, kemudian sinyal PWM tersebut akan diarahkan ke IC L293D sebagai jembatan penghubung terhadap pin gate pada MOSFET, setelah pin gate pada MOSFET mendapatkan frekuensi switching, maka MOSFET akan menghubungkan pin drain to source sehingga tegangan dari baterai akan melewati lilitan transformator. Switching dilakukan terus menerus secara bergantian dengan metode push pull

terhadap kedua MOSFET sehingga menghasilkan tegangan 380VAC square wave pada keluaran transformator. Tegangan 380VAC square wave

tersebut kemudian diubah menjadi tegangan DC oleh rangkaian rectifier dengan menggunakan dioda frekuensi tinggi dan kapasitor filter. Setelah

rangkaian rectifier menghasilkan tegangan

380VDC, output tegangan tersebut akan

dihubungkan ke rangkaian pembagi tegangan dengan nilai set point 1,32VDC sebagai umpan balik terhadap Arduino Pro Mini agar tetap menjaga tegangan tetap stabil di 380VDC. Skematik rancangan pada bagian SHF dapat dilihat pada Gambar 7 dan 8.

.

Gambar 7 Skematik Driver SHF

Gambar 8 Skematik Rangkaian SHF

3) Stage 2 (Rangkaian SPWM)

Rangkaian SPWM yang dirancang menggunakan prinsip rangkaian dasar full bridge. Empat unit MOSFET yang diumpamakan menjadi 4 unit saklar berdasarkan Gambar 4 tersebut akan dikendalikan

oleh driver EGS002. Driver EGS002 akan

mendapatkan sumber tegangan dari Vaux atau output tegangan tambahan yang berasal dari transformator stage 1. Dalam pengoperasiannya,

EGS002 memiliki beberapa proteksi yaitu

overcurrent (lampu indikator berkedip 2 kali) akan terjadi apabila pin umpan balik arus pada rangkaian melebihi tegangan 0.5V , overvoltage (lampu

(6)

indikator berkedip 3 kali) akan terjadi apabila tegangan umpan balik pada rangkaian jauh melebihi 3V, undervoltage (lampu indikator berkedip 4 kali) akan terjadi apabila tegangan umpan balik pada rangkaian jauh dibawah 3V, dan overtemperature (lampu indikator berkedip 5 kali) apabila tegangan umpan balik dai sensor arus melebihi 4,3V. Skematik rancangan pada bagian SPWM dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9 Skematik Rangkaian SPWM

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Impelementasi Inverter

Rancangan inverter yang telah dibuat memiliki dimensi ukuran dengan panjang 16 cm, lebar 11 cm dan tinggi 5 cm. Pada tabel 4.1 dapat dilihat bentuk fisik inverter yang telah buat pada Tabel.1 dan Gambar 10.

Tabel 1. Bentuk fisik sistem inverter bagian luar

Tampak Depan Tampak Belakang

Gambar 10 Bentuk sistem inverter bagian dalam

Dari sisi bagian depan terdapat terminal tegangan

output VAC dan juga tampilan berupa lcd dengan

parameter nilai tegangan output, arus output, frekuensi

output dan nilai suhu pada bagian dalam inverter. Sedangkan dari sisi bagian belakang, terdapat lubang udara dari kipas internal didalam inveter, kemudian soket input dari baterai serta saklar on/off untuk mengatifkan dan mematikan inverter.

B. Pengujian dan Pembahasan

1) Pengujian Rangkaian Switching High Frequency

Pengujian rangkaian SHF dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu meninjau sinyal frekuensi

switching dan tegangan keluaran dari Arduino, pengukuran keluaran dari IC L293D, bentuk

gelombang pada switching MOSFET dan

pengukuran keluaran transformator. Berikut adalah gambar hasil pengujian pada rangkaian SHF.

Gambar 11 Gelombang keluaran 21,25 KHz hasil switching Arduino

Gambar 12 Gelombang keluaran 21,25 KHz ICL293D

Pada Gambar 7, terlihat bentuk gelombang kotak hasil switching oleh Arduino Pro Mini dengan frekuensi pensaklaran 21,25 KHz. Hasil tegangan puncak yang didapat pada sinyal adalah 8,80Vpp dan 8,40Vpp. Hasil tegangan vpp yang dididapat ternyata lebih dari 5V yang seharusnya

dikeluarkan oleh output maksimal dari

mikrokontroler, hal ini karena terjadinya leaking curent atau kebocoran arus yang diakibatkan oleh induktansi pada lilitan primer transformator [18]. Kemudian pada Gambar 8 gelombang keluaran yang terukur memiliki frekuensi 21,25 KHz dan tegangan yang dihasilkan menjadi dua kali lipat dari inputan yang berasal dari mikrokontroler, akan tetapi pada osiloskop terbaca teganganya

(7)

hampir tiga kali lipat yaitu sebesar 15,6 vpp pada kedua titik, hal ini disebabkan oleh leaking current atau kebocoran arus [18].

Gambar 13 Gelombang keluaran transformator

Gambar 9 adalah bentuk gelombang keluaran transformator sebelum masuk ke rangkaian

rectifier. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan rangkaian pembagi tegangan dengan nilai perbandingan 1:10 terhadap keluaran

380V menjadi 38V, karena pengukuran

spesifikasi oscilloscope RIGOL DS1102D

memiliki batas ukur maksimum 100V [19].

2) Pengujian Rangkaian Sinusoidal Pulse Width Modulation

Pengujian rangkaian SPWM yang dilakukan yaitu mengukur sumber tegangan DC masukan untuk modul EGS002 yang berasal dari tegangan Vaux atau tegangan keluaran tambahan pada

stage 1. Pada pengujian tegangan sumber untuk suplai driver EGS002 tegangan yang didapat pada Vaux adalah 17,4VDC kemudian tegangan keluaran IC LM7812 adalah 12,1VDC dan tegangan keluaran IC LM7805 adalah 5,0VDC.

Setelah melakukan pengujian pada driver

EGS002, pengujian lain yang dilakukan adalah

melakukan pengukuran terhadap keluaran

rangkaian SPWM yang telah melewati filter LC. Hasil pengukuran menunjukan bahwa keluaran inverter memiliki gelombang keluaran sinusoidal

murni 219,9VAC dengan menggunakan

multimeter Sanwa Digital CD800a [20] dan

keluaran frekuensi sebesar 50Hz dengan

menggunakan Oscilloscope RIGOL DS1102D . Bentuk gelombang dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 14 Bentuk gelombang keluaran Inverter

3) Pengujian Beban Inverter

Dalam pengujiannya, inverter ini akan diuji menggunakan beban lampu pijar, kipas angin, charger handphone, charger laptop dan charger baterai. Pengujian dilakukan menggunakan dengan input tegangan sumber 12V.

Tabel 2. Hasil Pengujian Beban Inverter

Beban

Input Output

Efisiensi Tegangan (V) Arus (A) Daya Input (W) Tegangan (V) Arus (A) Daya Output (W) Tanpa beban 11,9 1,48 17,612 209 0 0 0 Charger HP beban pengisian HP 10,9 5,47 59,623 219 0,15 32,85 55,09% Charger HP beban pengisian modul charger baterai 1A 11,5 2,67 30,705 219 0,06 13,14 42,79 % Charger HP beban pengisian modul charger baterai 2A 11,5 2,83 32,545 219 0,07 15,33 47,10% Charger laptop beban pengisian laptop 10,2 8,85 90,27 219 0,31 67,89 75,20 % Beban lampu pijar 11,5 9,8 112,7 219 0,34 74,46 66,06 % Beban kipas angin Kecepatan 1 10,2 8,26 84,252 207 0,24 49,68 58,96 % Beban kipas angin Kecepatan 2 10,2 8,43 85,986 196 0,25 49 56,98 % Beban kipas angin Kecepatan 3 10,1 8,92 90,092 184 0,27 49,68 55,14 %

Berdasarkan Tabel 2, Inverter diuji dengan

menggunakan beberapa variasi beban seperti lampu pijar, kipas angin, charger handphone, charger laptop dan charger baterai. Berdasarkan tabel hasil uji dari daya keluaran yang dikonsumsi oleh beban terhadap daya yang dikeluarkan oleh sumber tegangan masuk, efisiensi yang dihasilkan memiliki range 42,79% sampai 75% atau memiliki rugi rugi daya dengan range minimum17,612 W sampai maksimum 48,412 W. Pada pengujian beban seperti charger handphone,

charger laptop dan charger baterai rugi rugi daya yang dikonsumsi tidak terlalu jauh dari range 17,612 W, akan tetapi pada beban lampu pijar dan kipas angin, inverter mengalami kenaikan rugi rugi daya yang bertambah besar seiring bertambahnya daya beban. Pada beban lampu pijar 75 W inverter memiliki rugi rugi daya sebesar 38,24 W dengan efisiensi sebesar 66,06%, sedangkan pada beban kipas angin 55 W inverter memiliki range rugi rugi daya dari 34,57 W sampai 40,412 W pada level kecepatan 1 sampai 3. Rugi rugi daya yang semakin besar apabila daya beban yang digunakan semakin besar, hal ini disebabkan oleh rugi rugi daya yang diserap oleh sistem inverter, bertambahnya daya beban yang digunakan akan mengakibatkan naiknya arus dari masukan sisi primer transformator sehingga sebagian dayanya diubah menjadi panas. Selain rugi rugi daya juga disebabkan oleh MOSFET, jika MOSFET dibebani arus yang semakin besar, maka sebagian arus tersebut akan menjadi rugi rugi berupa panas pada MOSFET.

(8)

Berdasarkan hasil pengujian inverter terhadap beban yang telah diimplementasikan, inverter yang telah dirancang akan dibandingkan dengan inverter lainnya yang telah di uji pada jurnal [21]. Perbandingan inverter dilakukan menggunakan beban yang sama yaitu kipas angin 55 W pada kecepatan level 1. Pada pengujian berdasarkan inverter pure sine wave yang telah dibuat memiliki rugi rugi daya sebesar 34,57 W, sedangkan berdasarkan pengujian [21] kipas angin 55 W yang diuji dengan menggunakan sumber inverter

modified square wave yang ada di pasaran memiliki rugi rugi daya sebesar 36,72 Watt sedangkan pada pengujian inverter pure sine wave yang ada di pasaran memiliki rugi rugi daya sebesar 35,19 Watt. Dari perbandingan tersebut, inverter yang telah dirancang memiliki keunggulan rugi rugi daya yang lebih kecil dibandingkan dengan inverter yang ada dipasaran. Selain itu pada Tabel 2 saat pengujian kipas angin terjadi penurunan tegangan sumber yang masuk ke kipas. Hal ini disebabkan oleh rugi rugi daya yang diserap oleh kipas angin atau efisiensi dari motor induksi yang terdapat pada kipas angin tersebut.

V. KESIMPULAN

Inverter yang telah dirancang pada jurnal ini menggunakan dua langkah konversi yaitu DC-DC-AC. Pada langkah pertama atau stage 1 (DC-DC) inverter telah berhasil mengimplementasikan rancangan yang dibuat. Stage 1 dapat mengubah tegangan rendah menjadi tegangan tinggi, yaitu mengubah tegangan input 12VDC menjadi tegangan output stabil 382VDC, hasil output tersebut sudah mendekati set point pada perancangan yaitu 380VDC, hal ini disebabkan oleh nilai resistansi yang tidak ideal pada resistor di rangkaian pembagi tegangan untuk umpan balik terhadap mikrokontroler. Sedangkan pada langkah

kedua atau stage 2 inverter telah berhasil

mengimplentasikan rancangan yang telah dibuat 2.

Stage 2 dapat mengubah tegangan 380VDC yang berasal dari stage 1 menjadi keluaran tegangan mendekati 220VAC 50Hz. Dengan melakukan pengukuran dengan multimeter SANWA, didapatkan tegangan output pada stage 2 adalah sebesar 219,9 VAC, kemudian bentuk gelombang yang dihasilkan

oleh stage 2 setelah dilakukan pengukuran

menggunakan oscilloscope RIGOL, bentuk gelombang yang dihasilkan adalah sinusoidal murni dengan frekuensi 50Hz.

Selanjutnya dari percobaan inverter terhadap beban, inverter dapat menyalakan beban lampu pijar, kipas angin, charger handphone, charger laptop dan charger baterai. Sedangkan rugi rugi daya berdasarkan tabel perbandingan daya masuk dan daya keluar yang dikonsumsi beban, inverter memiliki konsumsi daya rata rata sebesar 17,61 W tanpa beban dan memiliki efisiensi sebesar 66,06% pada beban lampu pijar 75W, 58,96% pada beban kipas angin, 55,09% pada beban charger handpone, 75,20% pada beban charger laptop dan 42,79% pada beban charger baterai. Jika dilakukan

perbandingan terhadap inverter yang ada dipasaran dengan menggunakan beban yang sama yaitu kipas angin 55 W, maka inverter pure sine wave yang telah dibuat memiliki rugi rugi daya yang lebih sedikit dibandingkan dengan inverter modified square wave

dan inverter pure sine wave yang ada dipasaran seperti yang tertera pada junal [21]. Inverter pure sine wave

yang telah dirancang memiliki rugi rugi daya 34,57 Watt, sedangkan inverter modified square wave dan inverter pure sine wave yang ada dipasaran memiliki rugi rugi daya yang lebih besar yaitu 36,72 Watt dan 35,19 Watt.

REFERENSI

[1]

Y. Daryanto, Kajian Potensi angin Untuk

Pembangkit Listrik Tenaga Bayu, Yogyakarta: BALAI PPTAGG – UPT-LAGG , 2007.

[2]

G. Widayana, "Pemanfaatan Energi Surya,"

JPTK, UNDIKSHA, Vols. 9, No.1, pp. 37-46, 2012.

[3]

M. E. Corporation, "FATEC," Inverter School Text, Inverter Practical Source, p. 211, 2006.

[4]

E. M. S. N. Mohammad Luqman, "STUDI KOMPARASI UNJUK KERJA INVERTER 12V-DC KE 220V-AC YANG ADA DIPASARAN," ELTEK,

vol. 17, p. 98, 2019.

[5]

P. Gendroyono, Sistem Penggerak Motor Induksi dengan Beban Berubah Mengguakan

Inverter PWM Berbasis Mikrokontoler,

Pascasarjana Universitas Gajah Mada, 1999.

[6]

S. P. H. Fierdaus S, Pengaruh Bentuk Gelombang Sinus Termodifikasi (Modified Sine Wave) Terhadap Unjuk Kerja Motor Induksi Satu Fasa, Malang, Indonesia: Tugas Akhir Sarjana, Universitas Brawijaya, 2011.

[7]

M. Z. A. S. S Prasetya, Pemanfaatan Harmonisa pada Beban Non Linier Sebagai Sumber Energi Menggunakan Full Bridge Converter dan Inverter, Surabaya: Tugas Akhir Sarjana, Institut Teknologi Sepuluh November.

[8]

M. Y. Mustar, P. I. Santos and R. Hartanto, "PERANCANGAN MODEL INTERAKSI MANUSIA DAN ROBOT DALAM BENTUK TAMPILAN

VISUAL PADA KOMPUTER," in Seminar

Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia,

(9)

[9]

S. S. Hidayatullah, "belajar online," 2020.

[Online]. Available:

https://www.belajaronline.net/2020/10/pen gertian-mosfet-dan-fungsinya.html.

[Accessed 20 10 2020].

[10]

Z. Hermagasantos, "Teknik Tegangan Tinggi,"

Jakarta: PT Rosda Jayaputra, 1994.

[11]

B. A. Hizrian Alnubli, "Design dan Analisis Solar

Battery Charger Berbasis Push-Pull

Converter," Jom FTEKNIK, vol. 4, p. 5, 1 Februari 2017.

[12]

M. U. Markus Zehendner, "Push-Pull Converter," in Power Topologies Handbook, Texas Instruments, p. 133.

[13]

M. M. Chowdhury, "Design and Simulation of an Inverter with High Frequency Sinusoidal PWM Switching Technique for Harmonic Reduction in a Standalone/Utility Grid Synchronized Photovoltaic System," IEEE international Conference on Informatic, Electronics & Vision, vol. 12, pp. 1169-1173, 2012.

[14]

R. N. J. d. L. R. A. M A Muslim, "Desain Inverter Tiga Fasa dengan Minimum Total Harmonic Distortion Menggunakan Metode SPWM,"

Jurnal EECCIS, vol. 8, Juni 2014.

[15]

E. corp, EGS002 Sinusoid Inverter Driver Board User Manual, Datasheet.

[16]

T. Instruments, Ringing Reduction Techniques for NexFET High Perfomance MOSFETs, Application Report, SLPA010, November 2011.

[17]

F. Blaabjerg, Multiphysics Simulation by Design for Electrical Machines, Power Electronic and Drives, John Wiley & Sons, 2017.

[18]

K. B. T. M. Abraham Pressman, Switching Power Supply Design, Third Edition, New York Chicago: McGraw-Hill Companies, 2001.

[19]

R. UK, "Rigol DS1102D 100MHz 2-Channel Digital Oscilloscope," [Online]. Available: https://www.rigol-uk.co.uk/Rigol-DS4012-. [Accessed 20 10 2020].

[20]

Indoteknik, "Sanwa Multimeter Digital

CD800A," [Online]. Available:

http://indoteknik.co.id/v1/pi/multimeter-digital-cd-800a/. [Accessed 20 Oktober 2020].

[21] R.

Fierdaus,

“PENGARUH

BENTUK

GELOMBANG

SINUS

TERMODIFIKASI

(MODIFIED SINE WAVE) TERHADAP

UNJUK KERJA MOTOR INDUKSI SATU

FASA,”

Universitas Brawijaya,

pp. 4-6

.

Gambar

Gambar 3  Rangkaian Pembagi Tegangan  Berdasarkan  Gambar  3  didapatkan  persamaan  (3)  dan  (4)  untuk  mendapatkan  nilai  tegangan  umpan  balik  sebagai  set  point  pada  mikrokontroler  supaya  tegangan  keluaran  rectifier  tetap  pada  set  poin
Gambar 5  Metode Penelitian yang Digunakan
Diagram  blok  sistem  pada  inverter  akan  terbagi  menjadi beberapa bagian yaitu sumber tegangan DC,  rangkaian    SHF,  rangkaian  SPWM,  dan  rangkaian  LPF
Tabel 1.  Bentuk fisik sistem inverter bagian luar  Tampak Depan  Tampak Belakang
+2

Referensi

Dokumen terkait

Dalam tugas akhir ini, akan dibahas bagaimana topologi dasar dan prinsip kerja inverter yang menggunakan teknik pengontrolan sinyal modulasi lebar pulsa (PWM) untuk

Gelombang pemicuan UPWM unipolar untuk pemicuan voltage-source inverter (VSI) tiga fasa diperoleh dengan membandingkan sinyal segitiga (sinyal carrier) dengan tiga

Oleh karena itu, diperlukan penelitian untuk yang akan datang pada rangkaian driver EGS002 agar sistem dapat digunakan pada nilai tegangan DC kecil untuk mendapatkan

Experimental result of the proposed oscillator circuit for SPWM DC-AC converter applications (a) triangular wave as a carrier signal and sinusoidal wave as a reference signal at

Dengan sistem buckboost converter, nilai tegangan keluaran dapat diatur untuk lebih besar maupun lebih kecil dari nilai tegangan masukannya dengan mengatur lebar pulsa

Pengendalian kecepatan putar motor DC (direct curent) dengan metode pengaturan lebar pulsa atau PWM (Pulse Width Modulation) juga dapat dibangkitkan melalui perubahan nilai

Dalam hal ini, penguat umpan-balik kolektor berfungsi untuk menguatkan amplitudo sinyal sinusoidal yang dihasilkan oleh bagian pembangkit gelombang sinus, dan

Margonda Raya 100 Pondokcina Depok 16424 setiyono@staff.gunadarma.ac.id Intisari — Paper ini menyajikan algoritma pembangkit pulsa kendali untuk mengatur kinerja saklar inverter