• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSA PENYAKIT MATA PADA MANUSIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPLEMENTASI SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSA PENYAKIT MATA PADA MANUSIA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSA

PENYAKIT MATA PADA MANUSIA

Johni S Pasaribu1

1Manajemen Informatika, Politeknik Piksi Ganesha Bandung

Jl Jend Gatot Subroto no 301, Bandung 40296 Telp. (022) 87340030

E-mail: [email protected])

ABSTRAK

Mata merupakan suatu panca indra yang sangat penting dalam kehidupan manusia untuk melihat. Jika mata mengalami gangguan atau penyakit mata, maka akan berakibat sangat fatal bagi kehidupan manusia. Jadi sudah seharusnya mata merupakan anggota tubuh yang perlu dijaga dalam kesehatan sehari-hari. Sistem pakar merupakan suatu bagian metode ilmu artificial intelligence untuk dibuat suatu program aplikasi diagnosa penyakit mata pada manusia yang terkomputerisasi serta berusaha menggantikan dan menirukan proses penalaran dari seorang ahlinya atau pakar dalam memecahkan masalah spesifikasi, dapat dikatakan duplikat dari seorang pakar karena pengetahuan ilmu tersebut tersimpan di dalam suatu sistem database. Implementasi Sistem Pakar Untuk Diagnosa Penyakit Mata Pada Manusia menggunakan metode forward chaining bertujuan menelusuri gejala yang ditampilkan dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan agar dapat mendiagnosa jenis penyakit dengan perangkat lunak berbasis dekstop management sistem. Perangkat lunak sistem pakar dapat mengenali jenis penyakit mata setelah melakukan konsultasi dengan menjawab beberapa pertanyaan-pertanyaan yang ditampilkan oleh aplikasi sistem pakar serta dapat menyimpulkan beberapa jenis penyakit mata yang diderita oleh pasien. Data penyakit yang dikenali menyesuaikan rules (aturan-aturan) yang dibuat untuk dapat mencocokkan gejala-gejala penyakit mata dan memberi pengetahuan agar mengetahui nilai pendekatan jenis penyakit pasien.

Kata Kunci : Sistem Pakar, Forward Chaining, Diagnosa, Mata, Manusia.

1. PENDAHULUAN

(Daniel dan Virginia, 2010) menyebutkan bahwa salah satu masalah di dalam dunia medis atau

kedokteran adalah adanya ketidakseimbangan

antara pasien dan dokter. Selain itu, sebagian besar dari masyarakat tidak terlatih secara medis sehingga apabila mengalami gejala penyakit yang diderita

belum tentu dapat memahami cara-cara

penanggulangannya. Sangat disayangkan apabila gejala-gejala yang sebenarnya dapat ditangani lebih awal menjadi penyakit yang lebih serius akibat kurangnya pengetahuan. Pengetahuan sebenarnya dapat diperoleh dari buku-buku atau situs-situs internet yang membahas tentang kesehatan. Akan tetapi, untuk mempelajari hal tersebut tidaklah mudah karena selain memerlukan waktu yang cukup lama untuk memahaminya, sumber-sumber tersebut juga belum tentu dapat mendiagnosis jenis penyakit seperti yang dilakukan oleh seorang dokter.

Sistem pakar merupakan salah satu bagian dari kecerdasan buatan yang akhir – akhir ini mengalami perkembangan yang sangat pesat. Sistem ini dirancang untuk menirukan keahlian seorang pakar dalam menjawab pertanyaan dan menyelesaikan suatu permasalahan baik di bidang kesehatan atau kedokteran, bisnis, ekonomi dan sebagainya. Sistem pakar merupakan program komputer yang mampu menyimpan pengetahuan dan kaidah seorang pakar yang khusus. Sistem pakar sangat membantu untuk pengambilan keputusan, dimana sistem pakar ini

dapat mengumpulkan dan menyimpan pengetahuan dari seseorang atau beberapa orang pakar dalam

suatu basis pengetahuan (knowledge base) dan

menggunakan sistem penalaran yang menyerupai seorang pakar dalam memecahkan masalah. Jadi, sistem pakar ini dapat memecahkan suatu masalah tertentu karena sudah menyimpan pengetahuan secara keseluruhan (Naser dan Zaiter, 2008).

Oleh karena itu, di dunia kedokteran, sudah banyak bermunculan aplikasi sistem pakar. Sistem pakar ini mampu mendiagnosis berbagai jenis penyakit pada manusia, baik penyakit mata, THT (telinga, hidung, tenggorokan), mulut, organ dalam (jantung, hati, ginjal), maupun AIDS (Fatta, H. dan Wibowo, S. 2010). Dengan adanya sistem pakar ini, orang awam mampu mendeteksi adanya penyakit pada dirinya berdasarkan gejala-gejala yang dirasakan oleh orang tersebut dengan menjawab pertanyaan pada aplikasi seperti halnya konsultasi ke dokter. Dengan demikian, orang awam dapat mendeteksi penyakit beserta solusi pengobatannya sejak dini sehingga bisa dilakukan penanganan segera, bahkan dapat dilakukan upaya pencegahan terhadap penyakit tertentu (Kumar dan Prava, 2010).

Jadi, dengan pengembangan sistem pakar,

diharapkan bahwa orang awam pun dapat

menyelesaikan masalah yang cukup rumit yang sebenarnya hanya dapat diselesaikan dengan bantuan para ahli (Handayani dan Sutikno, 2008).

(2)

Untuk penelitian ini, jenis penyakit yang didiagnosis oleh sistem pakar adalah jenis penyakit mata. Organ mata dipilih karena mata merupakan panca indera yang sangat penting untuk penglihatan. Dengan mata yang dapat melihat secara normal, manusia dapat menikmati keindahan alam dan berinteraksi dengan lingkungan sekitar dengan baik. Dengan mata, manusia dapat belajar lebih banyak tentang pengetahuan di dunia daripada melalui panca indera yang lain (Naser dan Zaiter, 2008). Hampir setiap kegiatan, manusia menggunakan mata, misalnya membaca, bekerja, menonton televisi, menulis, berkendara, dan lain-lain sehingga banyak orang yang setuju bahwa mata merupakan panca indera yang paling penting. Jika mata mengalami gangguan atau penyakit mata, maka akan berakibat sangat fatal bagi kehidupan manusia. Proses pembelajaran dan interaksi manusia akan terganggu. Jadi, sudah mestinya mata merupakan anggota tubuh yang perlu dijaga dalam kesehatan sehari-hari dan sudah semestinya manusia tahu sejak dini apabila terkena gejala penyakit mata tertentu sehingga tidak semakin parah dan membahayakan mata apalagi hingga terjadi kebutaan. Pada kenyataannya, banyak kasus penyakit mata dapat menimbulkan kebutaan karena terlambat ditangani (Naser dan Zaiter, 2008).

Berdasarakan uraian tadi, maka perumusan

masalah pada penelitian dapat dirumuskan

“Bagaimana suatu sistem pakar dapat mendiagnosa jenis penyakit mata manusia menggunakan metode forward chaining”. Adapun tujuan penelitian ini adalah membuat suatu perangkat lunak untuk dapat diagnosa penyakit mata pada manusia menggunakan rekayasa sistem pakar (expert system). Agar setiap penderita penyakit mata dapat dengan mudah dan cepat mengetahui jenis penyakit mata tanpa harus ke dokter terlebih dahulu. Sistem nantinya untuk menggantikan ahlinya untuk mengenai jenis penyakit dan mencari solusi dalam pengobatannya.

Pembuatan perangkat lunak diagnosa penyakit mata pada manusia menggunakan sistem pakar ini memberikan manfaat untuk:

a. Untuk menghasilkan suatu prototype sistem

pakar untuk diagnosa penyakit mata dan

penerapannya dalam ilmu kedokteran mata.

b. Membantu dokter mengambil keputusan

dalam mendiagnosa penyakit mata, sehingga dapat digunakan oleh pengguna yang minimal mempunyai dasar tentang anatomi mata, seperti perawat dan dokter spesialis mata.

2. PEMBAHASAN

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Proses Diagnosis Penyakit

Proses diagnosis merupakan perpaduan dari aktifitas intelektual dan manipulatif. Menurut Handayani dan Sutikno (2008), diagnosis sendiri

didefinisikan sebagai suatu proses penting

pemberian nama dan pengklasifikasian

penyakit-penyakit pasien, yang menunjukkan kemungkinan

nasib pasien dan yang mengarahkan pada

pengobatan tertentu. Diagnosis sebagaimana halnya dengan penelitian-penelitian ilmiah, didasarkan atas metode hipotesis. Dengan metode hipotesis ini

menjadikan penyakit-penyakit begitu mudah

dikenali hanya dengan suatu kesimpulan diagnostik. Diagnosis dimulai sejak permulaan wawancara

medis dan berlangsung selama melakukan

pemeriksaan fisik.

Dari diagnosis tersebut akan diperoleh

pertanyaan-pertanyaan yang terarah, perincian pemeriksaan fisik yang dilakukan untuk menentukan pilihan tes-tes serta pemeriksaan khusus yang akan dikerjakan. Data yang berhasil dihimpun akan dipertimbangkan dan diklasifikasikan berdasarkan keluhan-keluhan dari pasien serta hubungannya terhadap penyakit tertentu. Berdasarkan gejala-gejala serta tanda-tanda yang dialami oleh penderita, maka pemusatan diagnosis akan lebih terpusat pada bagian-bagian tubuh tertentu. Dengan demikian penyebab dari gejala-gejala dan tanda-tanda tersebut dapat diketahui dengan mudah dan akhirnya diperoleh kesimpulan awal mengenai penyakit tertentu.

2.1.2 Sistem Pakar

Menurut Naser dan Zaiter (2008), sistem pakar

adalah suatu sistem yang memanfaatkan

pengetahuan manusia yang ditangkap di sebuah komputer untuk memecahkan masalah yang biasanya membutuhkan keahlian manusia. Durkin dalam Daniel dan Virginia (2010) juga menyebutkan hal yang senada bahwa sistem pakar adalah sistem yang berusaha mengadopsi pengetahuan manusia ke komputer yang dirancang untuk memodelkan

kemampuan menyelesaikan masalah seperti

layaknya seorang pakar. Sistem pakar mencari dan

memanfaatkan informasi yang relevan dari

pengguna dan dari basis pengetahuan yang tersedia untuk membuat rekomendasi. Sistem pakar juga

dapat didefinisikan sebagai sistem berbasis

komputer yang menggunakan pengetahuan, fakta, dan teknik penalaran dalam memecahkan masalah yang biasanya hanya dapat dipecahkan oleh seorang pakar dalam bidang tersebut. Sistem pakar memberikan nilai tambah pada teknologi untuk membantu dalam menangani era informasi yang semakin canggih (Daniel dan Virginia, 2010). Sistem pakar yang baik dirancang agar dapat menyelesaikan suatu permasalahan tertentu dengan meniru kerja dari para ahli (Prabowo dkk, 2008).

Sulistyohati dan Hidayat (2008) mengatakan bahwa konsep dasar suatu sistem pakar mengandung beberapa unsur, diantaranya adalah keahlian, ahli,

pengalihan keahlian, inferensi, aturan, dan

kemampuan menjelaskan. Keahlian adalah salah satu penguasaan pengetahuan di bidang tertentu dan mempunyai keinginan untuk belajar memperbaharui pengetahuan dalam bidangnya. Pengalihan keahlian

(3)

adalah mengalihkan keahlian dari seorang pakar dan kemudian dialihkan lagi ke orang yang bukan ahli atau orang awam yang membutuhkan. Pengalihan keahlian ini adalah tujuan utama dari sistem pakar. Inferensi merupakan suatu rangkaian proses untuk menghasilkan informasi dari fakta yang diketahui

atau diasumsikan. Kemampuan menjelaskan

merupakan salah satu fitur yang harus dimiliki oleh sistem pakar setelah tersedia program di dalam komputer.

Tujuan pengembangan sistem pakar sebenarnya tidak untuk menggantikan peran para pakar, namun untuk mengimplementasikan pengetahuan para pakar ke dalam bentuk perangkat lunak, sehingga dapat digunakan oleh banyak orang dan tanpa biaya yang besar (Sulistyohati dan Hidayat, 2008). Selain itu, bagi para ahli, sistem pakar ini justru akan membantu aktifitasnya sebagai asisten yang sangat berpengalaman (Handayani dan Sutikno, 2008). Untuk membangun sistem yang difungsikan untuk menirukan seorang pakar maka harus bisa melakukan hal-hal yang dapat dikerjakan oleh para pakar. Menurut Setiawan (2009), untuk membangun sistem yang seperti itu, dibutuhkan komponen-komponen sebagai berikut:

1. Basis pengetahuan (Knowledge base). Berisi pengetahuan-pengetahuan yang dibutuhkan untuk memahami, memformulasikan dan memecahkan persoalan. Bentuk basis pengetahuan yang umum digunakan ada 2, yaitu: penalaran berbasis aturan dan penalaran berbasis kasus.

2. Motor inferensi (inference engine). Ada 2 cara yang dapat dikerjakan dalam melakukan inferensi, yaitu:

a. Forward chaining merupakan grup dari

multiple inferensi yang melakukan pencarian dari

suatu masalah kepada solusinya. Forward chaining

adalah data-driven karena inferensi dimulai dengan informasi yang tersedia dan baru konklusi diperoleh. Pencocokan fakta atau pernyataan dimulai dari bagian sebelah kiri (IF dulu). Dengan kata lain, penalaran dimulai dari fakta terlebih dahulu untuk menguji kebenaran hipotesis. Gambar 1 berikut

menunjukkan diagram Forward chaining.

Gambar 1. Diagram Forward Chaining

b. Backward chaining menggunakan

pendekatan goal-driven, dimulai dari ekspektasi apa

yang diinginkan terjadi (hipotesis), kemudian mencari bukti yang mendukung (atau kontradiktif)

dari ekspektasi tersebut. Pencocokan fakta atau pernyataan dimulai dari bagian sebelah kanan (THEN dulu). Dengan kata lain, penalaran dimulai dari hipotesis terlebih dahulu, dan untuk menguji kebenaran hipotesis tersebut harus dicari fakta-fakta yang ada dalam basis pengetahuan. Gambar 2

berikut menunjukkan diagram Backward chaining.

Gambar 2. Diagram Backward Chaining

3. Blackboard. Merupakan area kerja memori yang disimpan sebagai database untuk deskripsi persoalan terbaru yang ditetapkan oleh data input dan digunakan juga untuk perekaman hipotesis dan keputusan sementara.

4. Subsistem akuisisi pengetahuan. Akuisisi pengetahuan adalah akumulasi, transfer, dan transformasi keahlian pemecahan masalah dari pakar atau sumber pengetahuan terdokumentasi ke

program komputer untuk membangun atau

memperluas basis pengetahuan.

5. Antarmuka pengguna (User Interface).

Digunakan untuk media komunikasi antara user dan

program.

6. Subsistem penjelasan. Digunakan untuk melacak respon dan memberikan penjelasan tentang kelakuan sistem pakar secara interaktif melalui pertanyaan.

7. Sistem penyaring pengetahuan.

Untuk lebih jelasnya, komponen sistem pakar dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Komponen Sistem Pakar 1 (Turban, 1995) Observasi 1 Observasi 2 Kaidah A Kaidah B Fakta 1 Fakta 2 Fakta 3 Kaidah D Kaidah E Kesimpulan 1 Kaidah C Kesimpulan 2 Kesimpulan 3 Kesimpulan 4 Observasi 1 Observasi 2 Observasi 3 Observasi 4 Kaidah A Kaidah B Kaidah C Fakta 1 Fakta 2 Fakta 3 Kaidah D Kaidah E Tujuan Pengguna Antarmuka Pengguna Aksi yang direkomendasikan Mesin Inferensi Menarik kesimpulan Fasilitas Penjelasan Fakta tentang kejadian tertentu

Blackboard (tempat kerja) Rencana Agenda Solusi Deskripsi masalah Perbaikan pengetahuan Basis Pengetahuan : Fakta dan Aturan

Knowledge Engineer Pengetahuan Pakar Pengetahuan terdokumentasi

Lingkungan Konsultasi Lingkungan Pengembangan

Akuisisi pengetahuan

(4)

Sementara itu, Naser dan Zaiter (2008) menyebutkan bahwa sistem pakar itu terdiri dari 6 komponen, yaitu:

- Rule-based systems - Knowledge-based systems - Intelligent agent (IA) - Database methodology - Inference engine

- System-user interaction (User Interface) Komponen sistem pakar seperti ini dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Komponen Sistem Pakar 2 (Turban, 1995)

Dari komponen-komponen sistem pakar di atas, secara garis besar ada 3 komponen utama, yaitu: basis pengetahuan, mesin inferensi, dan antarmuka pengguna (Daniel dan Virginia, 2010). Terkait dari salah satu komponen sistem pakar yaitu akuisisi

pengetahuan, Milton, N.R dalam bukunya

menegaskan terdapat tiga aspek dalam akuisisi pengetahuan (Daniel dan Virginia, 2010), yaitu :

1. Knowledge capture

Knowledge capture adalah teknik yang

digunakan ketika bertemu pakar. Teknik ini terdiri dari interview techniques, modelling techniques, dan

specialised techniques.

2. Knowledge analysis

Analisis pengetahuan ini merupakan proses mengidentifikasi elemen yang dibutuhkan dalam membangun basis pengetahuan. Terdapat 4 elemen penting dalam membangun basis pengetahuan, yaitu konsep, atribut, value/nilai dan relasi.

3. Knowledge modelling

Knowledge modelling yaitu menciptakan cara

yang berbeda dalam mengubah dan menampilkan basis pengetahuan. Terdiri dari bagian-bagian seperti pohon (trees), matriks, map, timeline, frame dan

knowledge page.

Terkait dengan komponen rule base, kaidah

produksi yang biasa dikenal rule base (basis aturan) ini menjadi acuan yang sangat sering digunakan oleh sistem inferensi. Kaidah produksi ini merupakan

salah satu model untuk merepresentasikan

pengetahuan (knowledge base). Kaidah produksi

merupakan kumpulan kaidah-kaidah yang saling berhubungan satu sama lain (Fattah dan Wibowo, 2010). Kaidah produksi dituliskan dalam bentuk

pernyataan IF-THEN (Jika-Maka). Pernyataan ini

menghubungkan bagian premis (IF) dan bagian

kesimpulan (THEN) yang dituliskan dalam bentuk :

IF [premis] THEN [konklusi]

Jadi, kaidah ini dapat dikatakan sebagai suatu implikasi yang terdiri dari dua bagian, yaitu premis dan bagian konklusi. Apabila bagian premis dipenuhi maka bagian konklusi akan bernilai benar. Bagian premis dalam aturan produksi dapat memiliki lebih dari satu proposisi.

Proposisi-proposisi tersebut dihubungkan dengan

menggunakan operator logika AND atau OR.

2.2 Metode

2.2.1 Alur Kerja Sistem

Pengetahuan medis dari dokter spesialis

diperlukan untuk pengembangan sistem pakar. Menurut Naser dan Zaiter (2008), pengetahuan ini dikumpulkan dalam dua tahap. Pada tahap pertama, latar belakang medis suatu penyakit dicatat melalui wawancara pribadi dengan dokter dan pasien. Pada tahap kedua, seperangkat aturan dibuat di mana masing-masing aturan yang terkandung dalam

bagian IF mempunyai gejala dan dalam bagian

THEN mempunyai penyakit yang dispesifikasikan.

Mesin inferensi (forward chaining) adalah algoritma

pencocokkan pola yang tujuan utamanya adalah untuk mengasosiasikan fakta (data input) dengan aturan yang berlaku dari basis aturan (rule base). Dengan demikian, kesimpulan mengenai jenis penyakit dan penanganannya nantinya dapat dihasilkan oleh mesin inferensi tersebut.

2.2.2 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam sistem pakar untuk mendiagnosis penyakit mata pada manusia meliputi data jenis penyakit mata dan data gejala yang menyerang penyakit mata tersebut (Hamdani, 2010).

2.2.3 Desain Proses

Untuk kasus diagnosis penyakit mata ini, desain proses dijelaskan menggunakan decision tree yang berhubungan dengan tabel dan sering digunakan dalam analisis sistem (sistem non AI). Sebuah

decision tree dapat dianggap sebagai suatu semantic

network hirarki yang diikat oleh serangkaian aturan

(rule). Tree ini mirip dengan pohon keputusan yang

digunakan pada teori keputusan. Tree dibentuk oleh

simpul (node) yang mempresentasikan tujuan (goal)

dan hubungan (link) yang dapat mempresentasikan keputusan (decision). Akar (root) dari pohon berada di sebelah kiri dan daun (leaves) berada di sebalah kanan. Keuntungan utama dari decision tree yaitu

tree dapat menyederhanakan proses akuisi

(5)

Tree yang digunakan pada masalah diagnosis

penyakit mata merupakan suatu forward chaining

tree. Pada forward chaining tree penelusuran

informasi dilakukan secara forward (ke depan)

seperti yang umumnya digunakan pada masalah-masalah diagnosis lainnya. Dari pernyakit mata yang

diketahui, kemudian mencoba melakukan

penelusuran ke depan untuk mencari fakta-fakta yang cocok berupa gejala-gejala penyebab penyakit mata yang bersangkutan. Pada tree tersebut dapat dilihat bagaimana suatu gejala penyakit atau kesimpulan gejala penyakit merujuk kepada suatu jenis penyakit tertentu, dan bagaimana beberapa gejala yang sama dapat merujuk kepada beberapa penyakit yang berbeda. Pada penelusuran dengan

metode forward chaining dapat dilihat bahwa

penelusuran ke depan untuk mengenali penyebab dan jenis penyakit yang dialami oleh pasien. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Decision Tree Dengan Forward

Chaining

2.2.4 Desain Diagram Konteks

Beberapa jurnal melakukan perancangan sistem pakar untuk mendiagnosis penyakit mata ini menggunakan diagram konteks. Diagram ini menjelaskan tentang hubungan input/output antara sistem dengan dunia luarnya. Suatu diagram konteks selalu mengandung satu proses saja yang mewakili proses seluruh sistem. Perancangan sistem dimulai dari hal yang paling global hingga menjadi model yang paling detail. Aliran data bersumber dari

pengetahuan yang didapatkan dari pakar,

dimasukkan ke dalam sistem, kemudian diproses. Dalam hal ini, pakar bertugas memasukkan data-data baru mengenai gejala dan jenis penyakit. Pasien memasukan gejala yang dirasakan untuk keperluan diagnosis, kemudian pasien mendapatkan hasil diagnosis penyakit. Secara umum, diagram konteks sistem pakar untuk diagnosis penyakit mata pada manusia dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Diagram Konteks Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Mata

Pada diagram konteks ini terdapat 3 sistem yang mempengaruhi pemprosesan untuk mendiagnosa penyakit mata pada manusia, diantaranya adalah:

1. Pakarnya (dokter/admin sistem) dapat berfungsi sebagai administrator untuk memasukkan data-data baru mengenai gejala dan jenis penyakit.

2. User (pemakai sistem pakar) adalah pasien

yang berkonsultasi dengan sistem perangkat lunak diagnosa penyakit mata.

3. System Engineer (mesin sistem pakar) untuk

mengelola dan mempresentasikan jenis penyakit dan mengelola rules (aturan-aturan) gejala menjadi jenis penyakit.

2.2.5 Data Flow Diagram

Merupakan suatu gambaran grafis dari suatu sistem yang menggunakan sejumlah bentuk-bentuk simbol untuk menggambarkan bagaimana data mengalir melalui suatu proses yang saling berkaitan. Walaupun nama diagram ini menekankan pada data, situasinya justru sebaliknya: penekanannya ada pada

Pakar / Administrator /

Dokter

Laporan penyakit

System Engineer Data gejala dan penyakit

Referensi penyakit

Hasil diagnosa penyakit mata Data pasien (user id dan password)

Data jenis penyakit Data gejala penyakit

Sistem Pakar Untuk Diagnosa Penyakit Mata

Pada Manusia Laporan gejala penyakit

Laporan data pasien

User Sistem Pakar Data konsultasi

Lekas capek kalau kerja dekat Peradangan Mata Glaukoma Alergi Gigitan Serangga Sistimik Sekret Konjungtiva Kemerahan Skwama Edema Krusta

Bulu mata jatuh dan tidak diganti dengan yang baru

Mata kering

Bulu mata jatuh dan diganti dengan yang baru

Tidak tampak krusta

Ada ketombe di kepala

Ada ketombe di mata atau telinga

Mata kalau pagi lengket

Panas

Gatal

Tidak tahan cahaya

Palpebra bengkak

Merah sakit

Terdapat tonjolan pada palpebra

Blefaritis

Konjungtivitis yang menahun

Anemia

Acne vulgaris

GI Meiboom

GI Zeis

Pembengkakan sebesar kacang

Ujung kelenjar Meiboom terdapat masa yang kuning dari sekresi

Jaringan granulasi menonjol keluar

Gangguan refleksi Edema palpebra inflamatoir Edema palpebra noninflamatoir Dermatitis palpebra Blefaritis Blefaritis ulserativa Blefaritis nonulserativa Hordeolum Konjungtivitis Keratitia Cuperficial Hordeolum internum Hordeolum eksternum Kalazion

(6)

proses. Dari analisis yang dilakukan, diperoleh data flow diagram seperti gambar 7 berikut:

Gambar 7. DFD Level 1 Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Mata

2.2.6 Hasil dan Pembahasan

Setelah dibuat decision tree dengan metode

forward chaining, hasil implementasinya dapat

dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Implementasi Rule

Berdasarkan aturan-aturan (rule) yang

diimplementasikan tersebut, dengan metode forward

chaining, sistem pakar akan dapat memberikan

kesimpulan hasil diagnosis penyakit mata sesuai dengan gejala yang dirasakan pasien sebagai pengguna aplikasi. Contoh penerapan aplikasi sistem pakar untuk diagnosis penyakit mata dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Contoh Aplikasi Sistem Pakar Untuk Diagnosis Penyakit Mata

Pada Gambar 9, merupakan tampilan jendela aplikasi untuk melakukan proses konsultasi, pasien

(user) dapat langsung menjawab option Ya atau

Tidak dari pertanyaan-pertanyaan yang ditampilkan

pada kolom tersebut. Selanjutnya sistem akan dapat menyimpulkan jenis penyakit yang diderita oleh pasien pada kolom Kesimpulan Penyakit Mata. Tombol OK untuk memproses pertanyaan untuk dijawab. Tombol OK, tidak dapat diklik apabila suatu pertanyaan belum dijawab oleh pasien. Sedangkan tombol Keluar adalah untuk keluar atau menutup jendela aplikasi konsultasi. Perhatikan pada

gambar hasil proses diagnosa di bawah,

menunjukkan hasil dan kesimpulan jenis penyakit yang diderita oleh pasien penyakit mata.

Adapun hasil penelusuran diagnosa dapat dilihat

pada kolom Kesimpulan Penyakit Mata. Pada

kolom tersebut, menunjukkan bahwa pasien

mengalami jenis penyakit mata Edema Palpepbra

Inflamatoir memiliki 100% kemungkinan

menunjukkan penyakit tersebut, tetapi dengan hal sama, pasien juga dimungkinkan mengalami penyakit mata lain berjenis Blefaritis, dengan bobot persentase 30%. Proses Pemasukkan Data Gejala/ Penyakit Admin Laporan Administrasi

Data gejala & penyakit System Engineer

Kirim hasil data gejala Representasi penyakit

dan gejala

Proses Penelusuran

Gejala akan ditelusuri

Data ditelusuri Pendiagnosaan jenis penyakit Proses Konsultasi Penyakit Data pertanyaan User/Pasien Data user : login user

Menjawab pertanyaan

Gagal konsultasi

Hasil gejala

Gagal login : data ditolak

Proses Diagnosa

Hasil diagnosa penyakit mata pasien

Hasil penelusuran

Rule_1: Edema_palpebra_inflamatoir

IF Gejala_A = Peradangan_mata And

Gejala_B = Glaukoma_akuta Then

Penyakit_1 = Edema_palpebra_inflamatoir Rule_2: Edema_palpebra_noninflamatoir

IF Gejala_A = Alergi And

Gejala_B = Gigitan_serangga Then

Penyakit_2 = Edema_palpebra_noninflamatoir Rule_3: Edema_palpebra_inflamatoir

IF Gejala_A = Peradangan_mata And

Gejala_B = Alergi Then

Penyakit_1 = Edema_palpebra_inflamatoir Rule_4: Edema_palpebra_noninflamatoir

IF Gejala_A = Alergi And

Gejala_C = Sistimik Then

Penyakit_2 = Edema_palpebra_noninflamatoir Rule_5: Edema_palpebra_inflamatoir

IF Gejala_B = Gigitan_serangga And

Gejala_C = Sistimik Then

Penyakit_1 = Edema_palpebra_inflamatoir Rule_6: Dermatitis_palpebra

IF Gejala_A = Sekret_konjungtiva And

Gejala_B = Alergi_kosmetik Then Penyakit_3 = Dermatitis_palpebra Rule_7: Dermatitis_palpebra

IF Gejala_A = Sekret_konjungtiva And

Gejala_B = Alergi_obat Then

Penyakit_3 = Dermatitis_palpebra Rule_8: Dermatitis_palpebra

IF Gejala_A = Alergi_kosmetik And

Gejala_B = Alergi_obat Then

Penyakit_3 = Dermatitis_palpebra Rule_9: Blefaritis

IF Gejala_A = Kemerahan And

Gejala_B = Edema Then

Penyakit_4 = Blefaritis Rule_10 . . . . . . . . . . . . Rule_42: Trikiasis IF Gejala_A = Rangsangan_mekanis_pada_kornea And

Gejala_B = Rasa_sakit And

Gejala_C = Lakrimasi And

Gejala_D = Fotofobi And

Gejala_E = Blefarospasme And

Gejala_F = Kekuruhan_kornea And

Gejala_G = Ulkus_kornea And

Gejala_H = Kemerahan_konjungtiva And Then

(7)

Pada aplikasi sistem pakar lainnya, tidak jarang juga sudah memberikan solusi atau cara penanganan terhadap jenis penyakit yang diderita tersebut. Untuk lebih jelas mengenai penerapan sistem pakar dalam hal mendiagnosis penyakit mata, berikut ini terdapat contoh aplikasi lainnya yang sejenis. Contoh aplikasi lainnya tersebut dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Contoh Aplikasi Sistem Pakar Lainnya Untuk Diagnosis Mata

Kedua contoh aplikasi sistem pakar untuk diagnosis penyakit mata di atas masih belum

berbasis web. Seiring dengan perkembangan

teknologi yang begitu cepat, saat ini sebenarnya sudah banyak sistem pakar yang dibuat berbasis web. Dengan adanya aplikasi sistem pakar berbasis

web, pengguna dapat mengakses aplikasi tersebut di

mana saja dengan lebih mudah dan praktis. Sistem pakar berbasis web ini dapat dipelajari lebih lanjut dengan mambaca artikel atau jurnal pada bagian referensi yang membahas hal tersebut.

3. KESIMPULAN

Aplikasi sistem pakar (expert system) dalam bidang kedokteran yang dibuat dengan proses

penelusuran maju (forward chaining) mampu

mengenali jenis penyakit pada manusia, terutama jenis penyakit mata. Aplikasi sistem pakar ini dapat menjadi sarana untuk menyimpan pengetahuan tentang penyakit terutama yang berkenaan dengan jenis penyakit mata dari para pakar atau ahlinya. Sistem pakar mampu membantu pasien maupun dokter dalam menyediakan sistem pendukung keputusan dan saran dari pakar.

Sistem Pakar Untuk Diagnosa Penyakit Mata pada Manusia ini berdasarkan fungsi dibagi menjadi

dua yaitu sistem pakar untuk user atau pengguna dan

sistem pakar untuk admin. Dari hasil uji coba dan evaluasi yang telah dilakukan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Untuk User

a. Pasien dapat langsung berkonsultasi

dengan sistem perangkat lunak tanpa harus berkonsultasi dengan seorang pakarnya (dokter mata) dengan syarat harus mendaftarakan diri sebagai pasien dan mendapatkan account login.

b. Metode Sistem Pakar (expert system)

yang dibuat dengan proses

penelusuran fordward chaining untuk

mengenali jenis penyakit mata pada manusia.

c. Hasil diagnosa dapat menampilkan

beberapa kemungkinan jenis penyakit mata pada manusia.

d. Cara pemilihan urutan data dengan

mengelompokkan jenis penyakit

sesuai dengan hasil kuisioner dengan beberapa dokter mata.

2. Untuk Admin

a. Sistem hanya dapat mengenali dan

mendiagnosa jenis penyakit mata yang ada dalam tabel kebenaran penyakit.

b. Sistem hanya dapat mendiagnosa satu

pasien dalam melakukan konsultasi,

dan dapat mengulangi kembali

konsultasi dengan login system.

c. Admin bisa mengedit data jenis

penyakit mata berdasarkan paparan dari ahli bidang mata.

Saran yang diajukan untuk pengembangan sistem pakar yang lebih baik adalah sistem pakar ini seharusnya juga bisa memberikan solusi atau rekomendasi pengobatan terhadap jenis penyakit tertentu jika dikembangkan lebih jauh lagi. Selain itu, sistem pakar juga perlu ditambah analisis

pemeriksaan laboratorium untuk memperkuat

diagnosis awal sehingga sistem semakin akurat dalam melakukan diagnosis penyakit.

PUSTAKA

Daniel dan Virginia, G. 2010. Implementasi Sistem Pakar Untuk Mendiagnosis Penyakit Dengan Gejala Demam Menggunakan Metode Certainty

Factor. Jurnal Informatika, Volume 6, Nomor 1.

Fatta, H. dan Wibowo, S. 2010. Sistem Pakar Untuk

Mendiagnosa Penyakit Telinga Hidung

Tenggorokan Pada Manusia. Yogyakarta:

AMIKOM.

Hamdani. 2010. Sistem Pakar Untuk Diagnosa

Penyakit Mata Pada Manusia. Jurnal

Informatika Mulawarman, Volume 5, Nomor 2.

Choose one of the problem areas listed below 1.) Discharge from the Eye. 2.) Bulging Eye. 3.) Double Vision. 4.) Drooping Eyelid. 5.) EXIT OF SYSTEM.

Enter no. of your choise: 1

Is your eyes red ? (yes | no) Your answer: yes

Is your eyes swollen eyelids ? (yes | no) Your answer: yes

Is your eyes pus like discharge and crusting of eyelids on awakening ? (yes | no) Your answer: yes

Your suffer from Bacterial Conjunctivitis OR blepharitits. Thank you for using my Program.

(8)

Handayani, L dan Sutikno, T. 2008. Sistem Pakar untuk Diagnosis Penyakit THT Berbasis Web

dengan “e2gLite Expert System Shell”. Jurnal

Teknologi Industri, Volume 12, Nomor 1.

Kumar, S dan Prava, D. 2010. An Expert System for

Diagnosis of Human Diseases. International

Journal of Computer Applications, Volume 1, Nomor 13.

Naser, A. dan Zaiter, A. 2008. An Expert System For

Diagnosing Eye Disease Using Clips. Journal of

Theoretical and Applied Information

Technology.

Prabowo, W. ,dkk. 2008. Sistem Pakar Berbasis

Web Untuk Diagnosa Awal Penyakit THT.

Proceeding of SNASTI.

Setiawan, Anton. 2009. Sistem Pakar Untuk

Mendiagnosa Penyakit Telinga Hidung

Tenggorokan Pada Manusia. Jurnal Telkomnika,

Volume 7, Nomor 3.

Sulistyohati, A. dan Hidayat, T. 2008. Aplikasi

Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Ginjal Dengan

Metode Dempster-Shafer. Proceeding of

SNASTI.

Turban., E dan Jay E.A. 2001. Decision Support

System and Intellegent System, sixth edition,

Gambar

Gambar 2. Diagram Backward Chaining  3.     Blackboard.  Merupakan  area  kerja  memori  yang  disimpan  sebagai  database  untuk  deskripsi  persoalan  terbaru  yang  ditetapkan  oleh  data  input  dan  digunakan  juga  untuk  perekaman  hipotesis  dan  k
Gambar 4. Komponen Sistem Pakar 2  (Turban, 1995)
Gambar 5. Decision Tree Dengan Forward  Chaining
Gambar 8. Implementasi Rule
+2

Referensi

Dokumen terkait

Sistem pakar diagnosa penyakit anjing dalam Tugas Akhir ini dibuat untuk membantu para pemelihara anjing dalam mendiagnosa penyakit anjing berdasarkan gejala yang

Pada Halaman Master Data merupakan bagian penting dalam Aplikasi Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Gigi dan Perawatan Gigi. Halaman Master Data adalah halaman khusus

SISTEM PAKAR DIAGNOSA AWAL PENYAKIT SARAF PADA MANUSIA MENGGUNAKAN METODE

Aplikasi sistem pakar diagnosa penyakit Paru-paru pada anak menggunakan metode forward chaining (runut maju) ini dibuat sebagai alat bantu untuk dapat mengetahui penyakit

Dengan menggunakan sistem pakar maka penyakit mata tersebut dapat didiagnosa dan diobati secara tepat dengan prinsip pembentukan basis aturan dan pembangunan komponen dilakukan

Pengembangan aplikasi sistem pakar berbasis web telah berhasil dibangun dan dapat digunakan untuk melakukan diagnosa terhadap gejala dan penyakit yang sering terjadi pada ayam

Pada bagian perancangan peneliti akan menjelaskan hal yang menyangkut perancangan aplikasi Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Buta Warna1. Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai

Dalam hal ini dilakukan pengembangan sistem pakar dengan menggunakan basis pengetahuan (knowledge base) penyakit pada pencernaan manusia untuk menghasilkan sebuah