• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pelaksanaan sistem kesehatan nasional (SKN) dan juga bagi penyelenggaraan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pelaksanaan sistem kesehatan nasional (SKN) dan juga bagi penyelenggaraan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

A. Latar Belakang

Sistem informasi kesehatan (SIK) merupakan topik yang penting dalam pelaksanaan sistem kesehatan nasional (SKN) dan juga bagi penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan adopsi SIK berbasis elektronik. Diantaranya adalah melakukan kerjasama dengan fasilitas kesehatan lain yang sudah menggunakan SIK, melakukan kerjasama dengan pihak ketiga (vendor) (Subramanian & Soh 2006), mengembangkan SIK secara mandiri baik dimulai dari awal maupun menggunakan konsep open source (OS) (Dinevski et al. 2007), dan dukungan dari pihak otoriter dalam menciptakan suatu sistem informasi yang dapat digunakan secara bersama-sama.

Seperti halnya upaya yang dilakukan oleh “Kementrian Kesehatan Republik Indonesia” yaitu dengan mengembangkan sistem informasi kesehatan yang diberi nama “SIKDA Generik” dan “SIMRS GOS”. Alasan utama penyelenggara pelayanan kesehatan yang ingin melakukan adopsi SIK berbasis elektronik karena beberapa hal, diantaranya meningkatkan proses pertukaran data yang akan semakin cepat secara digital, tidak membutuhkan space terlalu besar dalam menyimpan hasil rekam medis, meningkatkan keamanan data kesehatan sehingga kerahasian pasien lebih terjamin, serta memudahkan untuk menghubungkan data dari fasilitas pelayanan kesehatan ke pusat (Wilder 2010). Alasan tersebut menjadi masuk akal jika dilihat dari laporan Health Systems Financing: The path to universal coverage oleh Dr Margaret Chan sebagai

(2)

Director General dari “World Health Organization”, mengatakan bahwa kebijakan dalam mendorong penggunaan sistem kesehatan yang bersifat generik dapat menghemat sekitar 60% dari biaya kesehatan dibanyak negara (Chan 2010). Fakta menunjukkan bahwa sekitar 20% - 40% dana kesehatan menjadi sia-sia atau tidak terserap dengan baik, dikarenakan sistem pelayanan yang tidak efisien, salah satunya diakibatkan karena sistem manual yang masih terlalu lambat dan memerlukan banyak sumber daya.

Sistem informasi kesehatan (SIK) di Indonesia merupakan suatu sistem pengelolaan data dan informasi kesehatan disemua tingkat pemerintah secara sistematis dan terintegrasi untuk mendukung manajemen kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Menurut David S. Evans dan Bernard J. Reddy, permasalahan yang terdapat dalam adopsi SIK diantaranya, belum adanya standar secara umum dalam pengembangan SIK oleh regulator. Akibatnya terjadi fragmentasi sistem dengan framework yang berbeda-beda, baik dari aspek karakeristik, kapasitas fasilitas penyelenggara pelayanan kesehatan, maupun spesifikasi teknis (Evans & Reddy 2003).

Hal ini sangat beralasan karena berdasarkan peta sumberdaya jumlah fasilitas kesehatan di Indonesia oleh “Badan Nasional Penanggulangan Bencana” (BNPB) tahun 2011 menunjukkan bahwa di Indonesia terdapat lebih dari 8.471 puskesmas dan 1.523 rumah sakit dalam wilayah yang sangat terdistribusi (Badan Nasional Penanggulangan Bencana 2011). Pengembangan SIK di Indonesia telah sesuai dengan tujuan SIK baik secara nasional maupun daerah dan telah direspon oleh fasilitas pelayanan kesehatan. Di rumah sakit, sistem informasi elektronik

(3)

berfungsi dalam mendukung dan mempermudah tenaga kesehatan untuk meningkatkan kinerja dibidang pelayanan kesehatan terhadap pelanggan “pasien”, menunjang kelancaran proses pelayanan kesehatan, administrasi dan keuangan, mengelola siklus informasi agar dapat digunakan dalam pengambilan keputusan manajemen rumah sakit secara lebih baik, dan mengintegrasikan berbagai bidang pelayanan yang ada di rumah sakit dalam suatu sistem informasi yang menyeluruh. Dalam implementasinya berbbagai strategi dilakukan oleh rumah sakit seperti membeli jadi, bekerjasama dengan pihak ketiga atau “vendor” yang berupa kerjasama pengembangan, gabungan pengembangan sendiri dan bekerjasama dengan pihak ketiga, serta menggunakan sistem yang disediakan oleh pihak otoritas diantaranya kementrian kesehatan, dinas kesehatan atau yayasan. Beberapa rumah sakit yang telah mampu memutuskan untuk mengembangkan sendiri dari awal maupun dengan menggunakan konsep open source (OS). Solusi menggunakan OS bagi negara berkembang seperti Indonesia seolah menjadi solusi yang mujarab, yaitu dengan menyediakan software yang dapat dipakai dan

dikembangkan secara bersama-sama yang banyak dikenal dengan istilah open

source software (OSS).

Pengembangan open source software (OSS) di Indonesia sendiri telah sejalan dengan kebijakan strategis nasional iptek dan juga agenda riset nasional tahun 2006-2009, salah satu program pemerintah yang bertujuan untuk mengurangi kesenjangan digital adalah dengan menyediakan alternatif platform perangkat lunak yang bersifat free dan dapat memberikan peluang cukup besar

(4)

lokal buatan Indonesia, yaitu melalui OSS. Selain itu secara langsung pemerintah

Indonesia telah mendukung gerakan open source (OS), melalui program

“Indonesia Goes Open Source” (IGOS) yang telah dicanangkan dan dijalankan sejak tahun 2004. Gerakan IGOS didukung oleh beberapa kementrian yang ada di Indonesia, diantaranya kementrian “Negara Riset dan Teknologi”, kementrian “Hukum dan Hak Asasi Manusia”, kementrian “Negara Pendayagunaan Aparatur Negara”, departemen “Komunikasi dan Informatika”, dan departemen “Pendidikan Nasional”, bahkan sebagian daerah dan sektor pendidikan juga telah turut menggalangkan goes open source sebagai dukungan terhadap program IGOS (Indrayanto et al. 2007).

Open source software (OSS) secara kualitas tidak kalah dengan software yang berbayar atau proprietary software (PS). Hal ini cukup beralasan karena sampai saat ini sudah banyak tersedia software berbasis OSS khususnya dalam

bidang kesehatan. Untuk rumah sakit software berbasis OSS telah banyak

tersedia, baik untuk rekam medis elektronik seperti WorldVista, OpenHRE, OpenVista, FreeMed, sistem informasi rumah sakit seperti Care2X, OpenEMR, ClearHealth, SQLClinic, sistem informasi farmasi seperti SmartenRX, MediStore, Epostrx, sistem pendukung keputusan medis seperti EGADSS, Smartie, sistem informasi radiologi Raynux, AMIDE, BLOX, sistem informasi laboratorium

GnosisLims, LOINC, dan software telemedicine seperti iPath, Harp

(Muñoz-Cornejo 2007). Selain itu ada software berbasis OSS yang berkembang di

Indonesia atau software kesehatan lokal yang berbasis OSS diantaranya

(5)

departemen kesehatan turut berperan serta dalam upaya untuk menunjang penyelenggaraan SIK secara nasional, yaitu dengan mengembangkan suatu SIK yang menggunakan konsep open source (OS), dimana source code akan menjadi domain umum. Komunitas pengembang aplikasi di Indonesia dapat bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan kualitasnya untuk menampung semua kebutuhan data termasuk dari sektor swasta. Sehingga SIK dapat berjalan secara paralel, dapat diintegrasikan menjadi satu sistem pada masa depan, dan berkontribusi pada bank data kesehatan nasional. Selain itu untuk mengkomputerisasi proses kerja pada fasilitas pelayanan kesehatan meningkatkan efektifitas kerja, transparan, dan efisien pelayanan kesehatan. (Pusat Data dan Informasi 2011). Namun pengembangan OSS untuk kesehatan di Indonesia tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan para peminat OSS di tanah air masih sebatas menggunakan saja atau hanya melakukan instalasi tanpa melakukan modifikasi, menambahkan fitur, atau memperbaiki “bug” yang ada.

Adopsi open source software (OSS) saat ini sudah menjadi trend secara global baik di bidang bisnis dan tidak menutup kemungkinan dalam bidang kesehatan. Adopsi OSS di Indonesia harus kita lihat secara global, dalam artian belajar dari pengalaman sebelumnya yang telah menerapkan OSS. Adapun benang merah yang dapat diambil dari kebijakan-kebijakan negara lain terhadap adopsi OSS adalah, yang pertama pemerintah menjadi kunci utama untuk menentukan arah pembangunan dan pengembangan OSS. Sejumlah negara yang telah mengadopsi OSS memiliki peluang yang sangat besar untuk dapat mempercepat tingkat kemajuan teknologi beserta keuntungan finansial yang dibawany. Kedua

(6)

sejumlah negara mengakui bahwa penggunaan OSS merupakan salah satu jalan untuk menjadi salah satu kompetitor di pasar global, mendorong industri perangkat lunak lokal, berkomitmen untuk memasyarakatkan teknologi informasi serta menurunkan biaya pembelian teknologi informasi (TI). Ketiga biaya tidak selalu menjadi alasan utama bagi negara-negara tertentu yang memilih untuk menggunakan OSS. Aspek keamanan, interprobabilitas, menghilangkan

ketergantungan pada suatu “vendor”, dan turut memajukan industri

pengembangan SIK lokal menjadi alasan yang lebih diutamakan dari pada faktor biaya (Indrayanto et al. 2007).

Adopsi sistem informasi kesehatan (SIK) berbasis open source software (OSS) di Indonesia, masih terasa sangat sulit bagi fasilitas pelayanan kesehatan khususnya rumah sakit. Hal ini disebabkan karena beberapa faktor yang dirasakan

belum setara antara OSS dan proprietary software (PS) diantaranya, OSS

membutuhkan kemampuan teknis yang handal, sistem insentif pengembangan OSS tidak mengikuti pola insentif pengembangan PS yang ada, model bisnis OSS tidak mengikuti pola model bisnis PS, kepemilikan OSS yang tidak jelas, dan hegemoni produk PS. Selain itu kurangnya penelitian yang berkaitan dengan SIK berbasis OSS khususnya di rumah sakit yang belum terlalu banyak. Bahkan secara global hanya segelintir peneliti yang memilih untuk meneliti, tetapi hanya sebatas membahas faktor-faktor yang mempengaruhi adopsi OSS di rumah sakit atau sebagai fasilitator dalam adopsi OSS di rumah sakit (Muñoz-Cornejo 2007). Pemahaman mengenai model adopsi SIK berbasis OSS sangat penting dalam membantu rumah sakit untuk mengambil keputusan yang lebih baik, sehingga

(7)

dapat meminimalisasi masalah yang timbul dalam proses adopsi SIK berbasis OSS, dan secara umum dapat menguntungkan rumah sakit.

Masih sedikit bukti yang menunjukkan model adopsi SIK rumah sakit berbasis OSS di Indonesia. Padahal beberapa rumah sakit di Indonesia sudah menunjukkan pola adopsi SIK berbasis OSS untuk itu perlu dilakukan penelitian seperti ini, dapat menjadi tambahan literatur bagi manajemen rumah sakit dalam mempertimbangkan adopsi SIK berbasis OSS di ruamah sakit. Oleh karena itu, sangat penting melakukan penelitian ini yaitu menentukan suatu model adopsi SIK berbasis OSS di rumah sakit, terutama berdasarkan sample dari rumah sakit yang ada di Indonesia.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dengan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana strategi pola adopsi sistem informasi kesehatan (SIK) berbasis open source software (OSS) berdasarkan tipe-tipe dari rumah sakit yang ada di Indonesia.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian berdasarkan hasil dari penelitian ini, maka dikelompokkan menjadi tujuan umum dan tujuan khusus, yaitu sebagai berikut :

1. Tujuan Umum

Mendeskripsikan model adopsi sistem informasi kesehatan (SIK) yang berbasis open source software (OSS) pada rumah sakit yang ada di Indonesia.

(8)

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi karakteristik rumah sakit yang menggunakan sistem

informasi kesehatan (SIK) berbasis open source software (OSS).

b. Mengidentifikasi karakteristik sistem informasi kesehatan (SIK) berbasis open source software (OSS) yang digunakan di rumah sakit.

c. Mendeskripsikan strategi adopsi sistem informasi kesehatan (SIK) berbasis open source software (OSS) yang digunakan di rumah sakit.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian dalam penelitian ini telah dikelompokkan menjadi manfaat teoritis dan manfaat praktis, yaitu sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi program studi ilmu kesehatan masyarakat (IKM), yaitu dapat

membuka wawasan keilmuan mahasiswa, sekaligus mengembangkan

pengetahuan mahasiswa program studi IKM dalam memahami konsep open

source (OS), dan konsep adopsi SIK yang bersifat elektronik terutama pada software kesehatan yang berbasis OS pada fasilitas pelayanan kesehatan, khususnya rumah sakit.

b. Bagi komunitas sistem informasi kesehatan (SIK) berbasis open source software (OSS) yang didalamnya terdapat pengembang “vendors” yaitu untuk memahami mekanisme yang ideal dalam proses pengembangan maupun pendistribusian SIK yang berbasis OSS, dan pengguna “users” dalam hal ini fasilitas pelayanan kesehatan khususnya rumah sakit yaitu,

(9)

dalam menentukan keputusan berkaitan dengan proses adopsi SIK berbasis OSS yang sesuai dengan sumber daya yang dimiliki dan karakteristiknya. 2. Manfaat Praktis

a. Bagi rumah sakit yaitu, dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan

maupun tambahan literatur bagi manajemen rumah sakit untuk menentukan keputusan dalam proses adopsi sistem informasi kesehatan (SIK) berbasis open source software (OSS).

b. Bagi penelitian minat utama sistem informasi manajemen kesehatan

(SIMKES) yaitu, dapat dijadikan sebagai dasar literatur untuk penelitian yang berkaitan dengan masalah adopsi sistem informasi kesehatan (SIK) bersifat elektronik, terutama pada software yang berbasis OS. Selain itu memperoleh pengetahuan tentang apa itu konsep adopsi SIK berbasis OSS yang ideal di rumah sakit.

E. Keaslian Penelitian

Keaslian penelitian ini telah diuji perbedaannya dengan penelitian lain yang sejenis diantaranya :

1. Carl James Reynolds dan Jeremy C. Wyatt; 2011; Open Source, Open

Standards, and Health Care Information Systems; Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dimana hasilnya adalah untuk menjamin keselamatan pasien dalam pelayanan kesehatan yang akan menggunakan

sistem informasi pelayanan kesehatan berbasis open source software

berdasarkan open standards. Perbedaannya adalah penelitian dari Carl James Reynolds dan Jeremy C. Wyatt mendeskripsikan dan menilai perbedaan proses

(10)

impementasi antara software yang berbasis open source software dan proprietary software. Sedangkan persamaannya yaitu terdapat suatu model pengembangan sistem pelayanan kesehatan sehingga keselamatan pasien lebih terjamin dalam proses adopsi sistem informasi kesehatan (SIK) berbasis open source software (OSS).

2. Sandeep Krishnamurthy; 2003; An Analysis of Open Source Business Models; Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif analisis dimana hasilnya adalah untuk menjelaskan secara spesifik bagaimana membangun dan mengembangkan suatu bisnis dengan konsep open source, yang menggunakan tiga dasar model bisnis yaitu “Distributor”, “Software produser (GPL dan non

-GPL)”, dan “Service Provider (Pihak Ketiga)”. Perbedaannya adalah

penelitian dari Sandeep Krishnamurthy menjelaskan model dimana dapat memberikan aliran pendanaan yang cukup besar, berdasarkan empat kategori dari produk open source yaitu “Stars”, “High-profil nichers”, “Low-profile

nichers”, dan “Mainstream Utilitas”. Sedangkan persamaannya adalah

berdasarkan kenyataan bahwa produk open source software (OSS) secara

bebas telah banyak tersedia, dan secara bertahap produk OSS akan mengambil peran sentral dalam bidang perangkat lunak dan akan menempati tempat yang lebih luas dalam kehidupan kita.

3. Gilberto Muñoz-Cornejo; 2007; An Empirical Investigation into the Adoption of Open Source Software in Hospitals; Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dimana hasilnya adalah untuk memberikan praktisi rumah sakit dan manajer teknik informatika (TI) di rumah sakit, berkaitan dengan

(11)

pemahaman yang lebih baik tentang tingkat adopsi OSS di rumah sakit. Perbedaannya adalah penelitian dari Gilberto Muñoz-Cornejo mengungkapkan sebuah teori dalam hubungannya dengan faktor-faktor yang mendukung dan menghambat proses adopsi OSS di rumah sakit di Amerika Serikat khususnya di wilayah Baltimore, Washington dan Northern Virginia. Sedangkan persamaannya adalah sama-sama mendeskripsikan rumah sakit yang sedang mempertimbangkan adopsi SIK berbasis OSS dengan pemahaman bagaimana teknologi, organisasi dan lingkungan yang memepengaruhi proses adopsi SIK berbasis OSS di rumah sakit.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pengamatan sifat-sifat morfologi tanah di lapangan bahwa semua profil tanah abu vulkanik yang diteliti mempunyai solum tebal (> 100 cm), berwarna hitam sampai

Cara mengeliminasi kesalahan sistematis alat untuk titik-titik detail adalah dengan cara pengukuran sudut horisontal posisi teropong biasa dan luar biasa dan

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa outcome P2K2 yang telah dilaksanakan oleh pendamping memiliki pengaruh untuk meningkatkan Graduasi Sejahtera Mandiri (GSM)

Oleh karena itu, peristiwa turunnya Al Qur’an selalu terkait dengan kehidupan para sahabat baik peristiwa yang bersifat khusus atau untuk pertanyaan yang muncul.Pengetahuan

Sifat material yang dibuat manusia (misal batu bata, beton, baja) dapat bervariasi sesuai dengan kebutuhan, sedangkan lapisan tanah dan batuan asli yang terbentuk

Perencanaan Pajak yang nantinya akan dilakukan adalah mengembalikan koreksi fiskal agar dapat menjadi pengurang dalam penghasilan bruto , menggunakan peraturan pajak lain

Hubungan Antara Supervisi Kepala Ruangan Dengan Kepuasan Kerja Perawat Pelaksana Di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang.. Tesis Manajemen

'erlaksana dengan rlaksana dengan baik  baik  Peserta KKN Peserta KKN Reguler  Reguler  -enin 10 -enin 10 agustus agustus 2015 2015 Pembersihan halaman Pembersihan halaman kantr