• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DAMPAK EKONOMI NEMATODA SISTA KENTANG (Globodera rostochiensis (Woll) Behrens dan Globodera pallida (Stone) Behrens)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS DAMPAK EKONOMI NEMATODA SISTA KENTANG (Globodera rostochiensis (Woll) Behrens dan Globodera pallida (Stone) Behrens)"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS DAMPAK EKONOMI NEMATODA SISTA KENTANG (Globodera rostochiensis (Woll) Behrens dan

Globodera pallida (Stone) Behrens)

Oleh:

Ir. M. Achrom, M.Si Kresnamurti T.K., S.Si, M.Si

Nurul Dwi Handayani, SP

BALAI UJI TERAP TEKNIK DAN METODE KARANTINA PERTANIAN BADAN KARANTINA PERTANIAN

(2)

2011

ABSTRAK

Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan komoditas hortikultura yang sangat penting di Indonesia karena merupakan sumber karbohidrat alternative. Nematoda Sista Kentang (NSK), Globodera rostochiensis dan Globodera pallida merupakan penyakit utama pada kentang. Metode analisis yang digunakan adalah dengan studi pustaka dan pengolahan data sekunder. Parametr yang dikaji dalam menentukan dampak ekonomi NSK adalah potensi kerugian yang ditimbulkan, kehilangan pasar, biaya tambahan akibat pengendalian, mengganggu program pengendalian OPT, kerusakan lingkungan dan masalah sosial di masyarakat. Asumsi penurunan hasil karena NSK pada tingkat serangan rendah (20 telur/g tanah) secara nasional penurunan hasil sebesar 133.062 ton senilai Rp. 532.284.000.000. Saat populasi NSK di suatu daerah sangat tinggi penurunan hasil dapat mencapai 80% (848.644 ton) atau senilai Rp. 3.394.576.000.000.

(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat dan barokahnya kepada kami, sehingga penulisan Analisis Dampak Ekonomi Nematoda Sista Kentang (NSK) dapat kami selesaikan dengan baik.

Pembuatan karya tulis ilmiah ini berdasarkan tugas dari Kepala Balai Uji Terap Teknik dan Metode Karantina Pertanian untuk meningkatkan kemampuan fikir dan kemampuan analisis suatu masalah bagi para pejabat fungsional lingkup BUTTMKP.

Semoga hasil analisis ini dapat bermanfaat bagi kita semua khususnya bagi karantina sebagai acuan untuk penentuan status dan pengendalian NSK di Indonesia.

Bekasi, November 2011

(4)

DAFTAR ISI No Uraian Hal 1. PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan 3 2. PENDEKATAN PUSTAKA 4

Taksonomi dan Biologi 4

Daerah Sebar 6

Penyebaran di Indonesia 6

3. METODOLOGI 8

4. KAJIAN DAMPAK NEGATIF INTRODUKSI NSK 8

Kerugian Ekonomi 9

Kerugian Pasar 10

Biaya Tambahan Akibat Pengendalian Lingkungan 12

Menggangu Program Pengendalian OPT 13

Kerusakan Lingkungan Gangguan Rantai Industri

13 13

Menimbulkan Masalah Sosial 14

5. SIMPULAN DAN SARAN 16

6. DAFTAR PUSTAKA 17

(5)

DAFTAR LAMPIRAN

No Uraian Hal

1. Produksi Kentang di Indonesia 19

(6)

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kentang (Solanum tuberosum L.) merupakan komoditas hortikultura yang sangat penting di Indonesia karena merupakan sumber karbohidrat alternatif. Kebutuhan masyarakat akan kentang dari tahun ke tahun semakin meningkat. Perubahan pola konsumsi masyarakat Indonesia dewasa ini juga turut berperan dalam memicu peningkatan kebutuhan kentang.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2011) di Indonesia terjadi penurunan produksi kentang. Pada tahun 2010 terjadi penurunan sebesar 115.499 ton dari produksi 1.176.304 ton pada tahun 2009 menjadi 1.060.805 ton.

Rendahnya produksi kentang dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya gangguan hama dan penyakit, iklim, teknik budidaya, mutu bibit dan kesuburan tanah. Diantara faktor-faktor tersebut gangguan hama dan penyakit merupakan penyebab utama penurunan produksi kentang di Indonesia. Salah satu dari penyakit yang dapat menurunkan produksi kentang disebabkan oleh Nematoda Sista Kentang (NSK), Globodera rostochiensis dan Globodera pallida merupakan spesies utama penyebab kerugian pada kentang yang mempunyai inang spesifik pada family Solanaceae. NSK pertama kali ditemukan di Jerman pada tahun 1913 tetapi sekarang telah tersebar di berbagai daerah di Eropa. G. rostochiensis (termasuk kedua spesies) sampai Stone mendiskripsikan spesies nematoda sista yang kedua yaitu G. pallida yang sangat mirip dengan G. rostochiensis, tetapi terdapat perbedaan pada beberapa karakter morfologinya (Anonim 2011a).

Nematoda ini mempunyai kemampuan untuk merusak dan mematikan pertanaman kentang. NSK dapat menyebar melalui bibit/umbi kentang, tanah, alat pertanian, terbawa oleh aktifitas manusia dan air. Gejala yang nampak akibat serangan NSK adalah terjadinya kerusakan

(7)

sistem perakaran yang menyebabkan berkurangnya penyerapan air dan unsur hara. Pada perakaran tanaman yang terserang terdapat nematoda betina berwarna putih dan sista berwarna putih, kuning emas sampai coklat mengkilat. Sista muda G. rostochiensis berwarna coklat mengkilat, bulat dan mempunyai projecting neck, sista G. rostochiensis melalui fase berwarna kuning sebelum pecah pada kortek akar sedangkan G. pallida tetap berwarna krem sampai menjadi sista berwarna coklat. Permukaan umbi yang terserang pecah-pecah atau terdapat lekuk-lekuk kecil. Tanaman kerdil (pertumbuhan terhambat) dan daunnya menguning (klorosis) serta layu pada siang hari. Interaksi antara NSK dengan patogen lainnya menyababkan kerusakan tanaman lebih parah. Keparahan penyakit dalam hubungannya dengan berat umbi kentang yang dihasilkan adalah tergantung dari jumlah telur NSK per unit tanah (CABI 2007).

NSK diketahui sudah terdapat di 70 negara terutama di daerah dingin, pada wilayah tropis, subtropis dan daerah temperate di dunia (CABI 2007).

NSK (G. rostochiensis) merupakan organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK) A2 Golongan II sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 38/Kpts/HK.060/1/2006 Tgl. 27 Januari 2006 junto Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian No 28 Tahun 2009 tentang Jenis-Jenis Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina Golongan I Kategori A1 dan A2, Golongan II Kategori A1 dan A2, Tanaman Inang, Media Pembawa dan Daerah sebarnya. Sedangkan G. pallida merupakan OPTK A1 Golongan II.

Analisa dampak ekonomi dari NSK di Indonesia belum pernah dilakukan, oleh karena itu perlu kajian analisa dampak ekonomi dari NSK di Indonesia untuk dapat dijadikan sebagai acuan dalam penetapan bagi tindakan pengendalian OPT melalui sistem perkarantinaan dan sistem perlindungan tanaman lainnya.

(8)

1.2. Tujuan

Tujuan dari penulisan ini untuk menganalis dampak ekonomi yang disebabkan oleh NSK di Indonesia sebagai Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina yang sudah terdapat di Indonesia.

(9)

II. PENDEKATAN PUSTAKA

A.Taksonomi dan Biologi

G. rostochiensis dan G. pallida mempunyai klasifikasi sebagai berikut : Kingdom : Animalia

Filum : Nematoda Ordo : Tylenchida Famili : Heteroderidae Genus : Globodera

Dua spesies pada genus Globodera yang merupakan nematoda sista pada kentang adalah :

1. Globodera rostochiensis (Wollenweber, 1923) Behrens Sinonim:

Heterodera rostochiensis (Wollenweber 1923) Nama Umum :

Yellow potato cyst nematode, golden potato cyst nematode, golden nematode (English)

Nématode doré de la pomme de terre (French) Kartoffelnematode (German)

Nemátodo dorado (Spanish)

2. Globodera pallida (Stone, 1973) Behrens Sinonim:

Heterodera pallida Stone (Stone, 1973)

Heterodera rostochiensis Wollenweber in partim Nama Umum:

White potato cyst nematode, pale potato cyst nematode (English) Nématode blanc de la pomme de terre (French)

Pathotype pada NSK adalah kemampuan untuk melakukan multiplikasi pada beberapa klon dan hybrid kentang. Terdapat lima

(10)

pathotype pada G. rostochiensis (dengan notasi internasional: Ro1-Ro5) dan tiga pathotype pada G. pallida (Pa1-Pa3) (Kort, 1974). Berdasarkan pengujian pathotype dengan menggunakan klon diferensial diketahui bahwa NSK yang terdapat di daerah Jawa Timur kemungkinan pathotype baru yang spesifik Indonesia, sedangkan isolat Jawa tengah merupakan G. rostochciensis pathotype Ro1 (Lisnawita 2007).

Nematoda sista kentang melengkapi siklus hidupnya dalam 30-35 hari (Lisnawita 2007). Reproduksi seksual NSK, jantan menarik perhatian betina dengan feromon seks. Nematoda dapat kawin beberapa kali. Setelah kawin, nematoda betina dapat menghasilkan sekitar 500 telur, kemudian mati dan kutikula betina yang mati membentuk sista. Telur dorman pada sisa tubuh betina yang mati sampai ada stimulus yang tepat untuk menetas (misalnya stimulus kimia dari akar tanaman inang). Telur NSK dapat tetap dalam kondisi dorman dan viable hingga 30 tahun. Pada kondisi dorman, nematoda akan lebih tahan terhadap nematisida (Anonim 2011a).

Saat suhu tanah cukup hangat (sekitar 100C), dan terdapat sinyal yang tepat dari tanaman inang telur akan menetas menjadi juvenile (stadia kedua), keluar dari sista dan berpindah ke dalam akar tanaman inang. Telur menetas di akar tanaman inang (60 – 80%) dan hanya sekitar 5% menetas di air. Beberapa telur tidak menetas sampai tahun berikutnya.

Juvenile akan menembus akar dan mulai memakan akar tanaman. Kortek akar sel tanaman inang merangsang pembentukan sel khusus (sinsitia) yang memindahkan nutrisi ke nematoda. Setelah mulai memakan, juvenile tumbuh dan mengalami tiga kali atau lebih ganti kulit untuk menjadi dewasa. Betina tumbuh dan membulat, menembus akar dan mengeluarkan bagian tubuh posteriornya ke lingkungan eksternal.

Juvenile jantan tetap aktif, memakan tanaman inang sampai dewasa hingga mereka akan berhenti makan menjadi vermiform dan mencari betina. Jantan dewasa tidak makan. Jenis kelamin ditentukan oleh persediaan makanan, kebanyakan juvenile berkembang menjadi jantan pada kondisi merugikan dan serangan berat (Anonim 2011a).

(11)

Tanaman inang NSK meliputi tanaman dan gulma dari genus Solanum. Tiga tanaman inang yang merupakan tanaman komersial yaitu kentang, tomat dan terong. Akan tetapi kentang adalah tanaman inang yang paling penting.

B. Daerah Sebar

Berdasar informasi dari International Potato Center EPPO, daerah sebar NSK meliputi :

G. rostochiensis : Austria, Australia, Algeria, Belgium, Bolivia, Canada, Costa Rica, Chile, Czechoslovakia, Denmark, Estonia, Finland, Germany, Greece, Holland, Hungary, India, Iceland, Israel, Italy, Japan, Mexico, Morocco, New Zealand, Pakistan, Panama, Peru, Philippines, Poland, Portugal, Sri Lanka, Spain, ex-Soviet Union, South Africa, Sweden, United Kingdom, USA, Vancouver Island, Venezuela and Yugoslavia.

G. pallida : Austria, Belgium, Croatia, Czechia, Faroe Islands, France, Germany, Greece, Hungary, Iceland, Ireland, Italy, Luxembourg, Malta, Netherlands, Norway, Poland, Portugal, Romania, Spain, Sweden, Switzerland, United Kingdom, Denmark (tahun 2006 dilaporkan dieradikasi), Cyprus, India, Pakistan, Turkey, Algeria, Tunisia, USA, Canada, Panama, Argentina, Bolivia, Chile, Colombia, Ecuador, Falkland Islands, Peru, Venezuela.

C. Penyebaran di Indonesia

Di Indonesia NSK pertama kali dilaporkan tahun 2003 dari Desa Tulungrejo Bumiaji (Batu Malang) Jawa Timur oleh PT. Syngenta dan spesies yang teridentifikasi adalah G. rostochiensis (Dawson 2010). Luas areal serangan waktu itu telah mencapai 25% dari total lahan seluas 800 Ha. Karena itu diduga namatoda ini telah mulai berkembang dari benih yang diimpor dari Jerman pada tahun 1986 (Anonim 2011b).

NSK dijumpai juga di Batur (Banjarnegara) dan Kejajar (Wonosobo) Jawa Tengah, Kecamatan Simpang Empat, Tiga Panah dan Kecamatan Merek, Kabupaten Karo serta di Kecamatan Simalakuta, Kabupaten

(12)

Simalungun, Sumatera Utara (Dawson 2010). Di wilayah kerja/daerah pemantauan SKT Cilacap pada tahun 2004 (September) nematoda ini telah ditemukan menyerang pertanaman kentang di tiga desa di Kecamatan Batur desa Karang Tengah, Bakal dan Sumber Rejo) Kabupaten Banjarnegara Propinsi Jawa Tengah, berjarak lebih dari 600 km dari Kota Batu. Hasil pemantauan SKT Cilacap tahun 2006 serangan telah meluas di tiga kecamatan dengan sebaran 60% di Kec. Batur, 20% di Kec. Wanayasa dan secara sporadis telah ditemukan di Kec. Pejawaran (Anonim 2011).

Di Pengalengan Jawa Barat juga dilaporkan terserang NSK. Spesies NSK lainnya G. pallida juga ditemukan di Batur (Banjarnegara) Jawa Tengah (Dowson 2010). Menurut Nurjanah (2009) kedua spesies di atas sudah ditemukan di Wonosobo Jawa Tengah. Penyebaran dan peningkatan jumlah populasi NSK sangat cepat di Jawa Tengah di sekitar Banjarnegara dan Wonosobo dimana pertanaman kentang ada sepanjang tahun.

Menurut Hadisoeganda (2006) NSK sudah ditemukan di Sumatera Utara (Karo, Simalungun, Dairi, Tapanuli Utara), Jawa Barat (Bandung, Garut, Majalengka), Jawa Tengah (Temanggung, Wonosobo, Banjarnegara) dan Jawa Timur (Pasuruan, Probolinggo, Batu, Malang, Magetan).

Ada banyak cara penyebaran NSK, yang terpenting melalui benih kentang, tanaman, akar dan tanah baik secara/untuk komersial atau pribadi/privat. Peralatan dan kendaraan dapat menjadi sumber penyebaran NSK yang potensial dari ladang yang terserang. Sista dapat melekat pada bagian bawah kendaraan bersama lumpur yang sangat sulit ditemukan tetapi kemungkinan untuk masuk ke daerah baru sangat besar. Kemungkinan NSK bertahan pada pemasukan pertama sangat kurang, tetapi meskipun demikian sangat serius (Quader, 2011).

(13)

III. METODOLOGI

Analisa dilakukan dengan metode pengumpulan data dan informasi ilmiah melalui literatur dan data elektronik melalui internet. Penilaian potensi merugikan secara ekonomi dilakukan mengacu pada informasi dampak yang telah ditimbulkan oleh OPTK di negara asalnya atau di negara lain. Dari data sekunder dari internet kemudian dilakukan perhitungan untuk memperkirakan kerugian.

Faktor-faktor yang dinilai antara lain:

a. Potensi kerugian yang ditimbulkan. b. Potensi menimbulkan kehilangan pasar.

c. Potensi menimbulkan biaya tambahan akibat pengendalian.

d. Potensi mengganggu program pengendalian OPT yang sedang berjalan.

e. Potensi menimbulkan kerusakan lingkungan. f. Potensi gangguan rantai industri

(14)

IV. KAJIAN DAMPAK NEGATIF INTRODUKSI NSK

1. Kerugian Ekonomi

NSK merupakan penyakit utama pada tanaman kentang di daerah beriklim dingin. Situasi menjadi lebih serius dengan adanya G. pallida yang menyebabkan tidak ada kultivar yang tahan terhadap spesies ini. Perkiraan kerugian sekitar 2 ton/hektar pada kentang tiap 20 telur/g tanah. Kerugian tanaman dapat meningkat hingga 80% saat populasi nematoda menjadi sangat tinggi dengan pengulangan penanaman kentang (Rahmawati dan Nurjanah, 2009).

Dawson (2011) menyebutkan bahwa biaya yang dikeluarkan untuk produksi kentang antara Rp. 18.904.130 – Rp. 40.683.610 (dengan rata-rata Rp. 27.490.772). Biaya yang dikeluarkan tersebut termasuk untuk pembelian bibit, pupuk, tenaga kerja dan pengendalian hama dan penyakit. Biaya untuk pengendalian hama dan penyakit menempati urutan kedua yaitu sekitar 20 – 30% dari total biaya produksi.

Secara nasional produksi kentang tahun 2009 sebesar 1.176.304 ton dengan luas area tanam 71.238 ha sedangkan tahun 2010 sebesar 1.060.805 ton dengan luas area tanam 66.531 ha (BPS, 2011). Dengan demikian terjadi penurunan luas area sebanyak 9.8% pertahun dan penurunan luas area 6.6% pertahun. Pengurangan luas area pertanaman kentang di daerah-daerah yang bukan merupakan sentra penghasil kentang. Daerah-daerah tersebut diantaranya Sulawesi Barat, Aceh dan Papua. Persentase pengurangan luas pertanaman kentang di daerah-daerah tersebut sekitar 40% – 50%. Hal ini dimungkinkan karena daerah-daerah tersebut memang kurang cocok untuk pertanian kentang, mengingat di daerah tersebut belum ditemukan NSK. Sedangkan di daerah yang sudah terkena serangan NSK yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sumatera Utara penurunan luas area kentang mencapai 1.791 ha (12%), 1.156 ha (6%), 968 ha (10%) dan 41 ha (1%). Data selengkapnya tersaji pada Lampiran 1 Tabel 2. Meskipun persentase penurunan luas area

(15)

relatif kecil akan tetapi karena keempat daerah tersebut merupakan sentra produksi kentang maka penurunan luas area kentang cukup besar.

Pengurangan luas area pertanaman kentang akan mempengaruhi produksi kentang di daerah tersebut. Di Jawa Barat terjadi penurunan produksi mencapai 45.441 ton (14%), Jawa Tengah 23.531 ton (8%), Jawa Timur 10.463 ton (8%) dan Sumatera Utara 3.384 ton (3%) (BPS, 2011).

Dapat diasumsikan salah satu penyebab penurunan produksi kentang adalah karena serangan NSK (terutama di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sumatera Utara). Asumsi penurunan hasil karena NSK pada tingkat serangan rendah (20 telur/g tanah) selengkapnya tersaji pada Lampiran 2. Secara nasional penurunan hasil tahun 2010 akibat serangan NSK pada tingkat serangan rendah sebesar 133.062 ton. Apabila harga kentang di tingkat petani Rp. 4.000 maka kehilangan hasil mencapai adalah Rp. 532.284.000.000. Nilai ini akan meningkat dari tahun ke tahun sejalan dengan meningkatnya serangan NSK. Bila tidak dikendalikan dengan serius, tingkat serangan NSK akan terus meningkat dan didukung oleh penanaman kentang yang terus-menerus pada area yang sudah terkena NSK.

Saat populasi NSK di suatu daerah sangat tinggi penurunan hasil dapat mencapai 80% (848.644 ton) atau senilai Rp. 3.394.576.000.000. Apabila hal ini terjadi maka petani tidak akan mendapatkan keuntungan bahkan secara nasional petani menderita kerugian sebesar Rp. 980.344.551.932.

2. Kerugian Pasar

Lokasi geografis memungkinkan kentang dari beberapa sentra produksi di Indonesia dapat dipasarkan tidak hanya untuk kebutuhan lokal dan regional, tetapi juga untuk pasar ekspor Singapura dan Malaysia (Adiyoga, et al., 2001). Pada dasarnya, pemasaran kentang di Indonesia merupakan pelayanan terinstitusionalisasi yang menjembatani pergerakan kentang dari produsen ke konsumen. Intervensi pemerintah relatif minimal,

(16)

terbatas pada penyediaan infrastruktur penunjang, misalnya jalan dan pasar (Setiadi, 1995; Siregar, 1989). Kentang di pasar pada umumnya berasal dari varietas Granola dan dijual sesuai dengan pengkelasan (grading) ukuran umbi. Dengan demikian, produk yang diperjual-belikan bersifat homogen dan pasar cenderung beroperasi berdasarkan kekuatan penawaran dan permintaan. Produksi kentang di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup besar yaitu rata-rata sebesar 13% selama setahun 1991-1996. Sementara itu impor kentang Indonesia juga meningkat sangat tajam. Impor kentang segar ini masih dilakukan untuk memenuhi permintaan beberapa restoran franchise (waralaba) yang membutuhkan kentang dengan karakteristik tertentu. Karena produsen dalam negeri belum bisa memenuhi karakteristik yang diminta, seperti varietas tertentu yang belum di tanam di sisi, ataupun karena faktor kontrak dalam bisnis waralaba, maka pertumbuhan restoran fastfood yang menjamur di Indonesia tersebut masih belum bisa dipenuhi bahan bakunya dari dalam negeri. Namun demikian dengan semakin berkembangnya usaha tani kentang, berbagai varietas unggul telah diintroduksi dan petani Indonesia mulai mampu mengisi pasar tersebut. Kentang memang merupakan produk impor yang tidak memiliki peraturan khusus seperti beras. Harga kentang anjlok di tingkat petani karena gencarnya impor kentang dari China. Kentang impor tersebut harganya hanya Rp. 2300 – Rp. 2500 per kilogram, sedangkan harga kentang lokal di tingkat petani mencapai Rp. 4.000-Rp.4.500 Padahal selama ini kentang menjadi komoditas hortikultura yang banyak menyumbang devisa negara. Dengan produksi kentang lokal yang normal intervensi kentang impor di pasar lokal sangat tinggi, maka apabila adanya penurunan produksi akibat adanya serangan NSK maka akan terjadi kehilangan pasar lokal maupun internasional. Untuk memperoleh pasar lokal akibat bersaing dengan produk impor petani harus mengalami kerugian Rp. 2.000 x 1.060.805.000 kg = Rp. 2.121.610.000.000,-

(17)

3. Biaya Tambahan Akibat Pengendalian

Pengedalian NSK dapat dilakukan ketika pemilihan bibit. Bibit kentang yang digunakan hendaknya berasal dari daerah yang bebas NSK. Apabila bibit diambil dari daerah NSK dapat dilakukan perlakuan untuk mengurangi kehadiran NSK di daerah tersebut. Perlakuan tersebut diantaranya perendaman dengan air panas 500C selama 120 menit, penjemuran (antara jam 11.00 – 13.00 WIB suhu berkisar 39 – 410C) selama 2 jam, perendaman dengan NaOCl 2% selama 10 menit, perendaman dengan air, kulit mahoni, kulit pinus dan triazofos selama 24 jam (Natasasmita & Sunarto, 2004a). Dari penelitian tersebut pengendalian NSK pada bibit kentang relatif tidak memakan biaya yang besar.

Hal ini berbeda apabila pengendalian yang dilakukan dalam skala lapangan (di area pertanaman). Apabila pengendalian di lakukan di area pertanaman perlakuan yang bisa digunakan dengan menggunakan bahan kimia (nematisida atau fumigasi tanah). Perlakuan ini akan memakan biaya yang cukup besar.

Sebagai contoh penggunaan nematisida furadan pada tanaman kentang di lapangan dengan dosis 100kg/ha (Pitojo, 2004). Apabila harga furadan Rp. 21.500/kg maka pengendalian dengan furadan (luas area kentang tahun 2010 66.531 ha) akan memakan biaya sebesar Rp. 143.041.650.000.

Di Canada G. rostochiensis ditemukan sejak tahun 1962, diikuti G. pallida 15 tahun kemudian. Biaya pengendalian dan penelitian mengenai NSK sebanyak $ Can 800.000 /tahun atau sekitar 7 milyar rupiah (1 $ Can ≈ Rp. 8.800). Di Eropa biaya yang di keluarkan untuk pengendalian NSK dengan nematisida sekitar £ 9 juta pertahun (£ 210 – 250 /Ha) untuk 40.000 ha atau sekitar 108 milyar rupiah pertahun (Rp. 2.520.000 – Rp. 2.500.000/Ha) untuk 40.000 ha. Di Jerman penggunaan nematisida untuk pengendalian NSK sudah mengarah pada kultivar nematoda rentan. Perlakuan dengan kombinasi nematisida memakan biaya sebesar DM 1.000/ha atau Rp. 6.222.000/ha (DM 1 ≈ Rp. 6.222) (CABI, 2007).

(18)

4. Mengganggu Program Pengendalian OPT

Program pengendalian OPT pada pertanaman kentang oleh pemerintah berdasarkan Pengendalian Hama Terpadu (PHT), pendekatan PHT lebih kepada upaya pengelolaan lingkungan yang tidak disukai oleh OPT, tetapi tetap menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman kentang. Pelaksanaan PHT perlu tindakan bijaksana sejak perencanaan sampai hasil panen, termasuk didalamnya pemilihan lahan, bibit, pemeliharaan, pemantauan, tindak lanjut yang harus diambil,dan lain-lain. PHT mengupayakan agar penggunaan pestisida kimiawi sangat dibatasi, dalam pengendalian NSK yang merupakan OPT yang eksotik maka penggunaan pestisida menjadi alternatif awal karena diperlukan pengendalian yang segera.

5. Kerusakan Lingkungan

Nematisida yang diaplikasikan secara terus-menerus akan merusak tanah karena sisa bahan kimia akan bertahan dalam tanah atau terbawa aliran air (CABI, 2007). Sehingga pencemaran lingkungan tidak hanya terjadi pada area pertanaman akan tetapi dapat mencemari daerah sekitarnya. Selain itu bahan kimia tersebut dapat membunuh mikroorganisme yang berguna bagi tanaman.

6. Gangguan Rantai Industri

Ketersediaan kentang di Indonesia dipenuhi melalui produksi lokal oleh petani dan impor. Petani kita sebagian sebagai pemasok kentang untuk kebutuhan industri pangan olahan dan dilakukan melalui kemitraan dengan industry seperti dengan Indofood. Apabila pusat produksi kentang di Indonesia (Lampiran 1, Tabel 1) terserang NSK, maka produksi akan menurun sehingga biaya produksi meningkat dan bahkan mempengaruhi pendapatan petani (Lampiran 2, Tabel 4). Pasar akan kekurangan ketersediaan kentang sehingga menyebabkan pasokan bahan baku ke industri menurun dan meningkatkan peluang impor. Hal ini berdampak pada pengurangan devisa dan gairah petani untuk menanam kentang menurun.

(19)

7. Menimbulkan Masalah Sosial

Dengan adanya serangan NSK maka biaya produksi kentang akan meningkat akibat penggunaan nematisida yang intensif, sedangkan produksi kentang yang dihasilkan menjadi menurun, oleh karena itu diperlukan peningkatan harga jual untuk menutupi biaya produksi dan memberikan keuntungan kepada petani, namun disisi lain dengan adanya pasar global yang bebas tidak bisa membendung impor umbi kentang dari negara-negara produsen kentang yang memberikan harga yang sangat rendah, sehingga akan menjadikan petani kita lebih menderita akibat produknya tidak laku di negerinya sendiri. Hal ini akan memicu gelombang protes dari para keluarga petani kentang dan juga akan mematikan usaha para petani kentang yang jumlahnya lebih dari 100.000 keluarga dan buruh tani serta sektor lain yang terkait yang akhirnya beralih ke usaha budidaya tanaman yang lainnya yang memerlukan pengetahuan, modal, kebiasaan, sarana produksi yang baru yang belum mereka miliki dan bahkan menyebabkan pengangguran akibat ketiadaan modal kerja disebabkan kerugian yang sangat tinggi.

Dengan adanya introduksi NSK dari luar negeri yang disinyalir dari Eropa, akan menyebabkan dampak ekonomi yang sangat besar bagi petani dan negara karena dapat menyebabkan kerugian langsung berupa penurunan produksi dan bahkan gagal panen sehingga petani menderita kerugian berupa inventasi yang mereka tanam, selain itu petani juga harus mengeluarkan biaya produksi ekstra untuk pengendaliannya.

Kebijakan pasar bebas akan memacu negara-negara produsen kentang seperti China, Belanda, Australia bahkan Bangladesh berlomba – lomba memasarkan produknya di negara-negara yang tidak memproduksi kentang bahkan di negara penghasil kentang dengan memberikan harga yang lebih rendah dari produk lokal. Indonesia dengan jumlah penduduk yang sangat tinggi di dunia merupakan pasar yang strategis yang diincar oleh negara-negara produsen.

Serangan NSK dan sarana produksi kentang yang masih mahal akan membuat biaya produksi kentang di Indonesia tinggi. Untuk

(20)

menutupi biaya produksi yang dikeluarkan petani menjual produknya dengan harga di atas biaya produksi, namun dengan adanya pasar bebas harga di pasaran lebih diatur oleh pasar tidak ditentukan oleh biaya produksi. Membanjirnya produk impor dengan harga yang lebih murah akan mengurangi daya saing produk lokal sehingga harus menyesuaikan dengan harga produk impor. Disinilah petani harus merugi dan pemerintah menanggung biaya dengan hilangnya devisa negara. Dengan demikian NSK merupakan salah satu masalah yang menyebabkan dampak bagi perekonomian petani dan negara Indonesia.

(21)

V. SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan :

1. Dengan adanya introduksi Nematoda Sista Kuning akan mengancam perekonomian Indonesia pertahun dengan kehilangan hasil mencapai Rp. 3.394.576.000.000,- biaya pengendalian Rp. 143.041.650.000,-, kehilangan pasar lokal Rp. 2.121.610.000.000,- 2. Penggunaan nematisida yang tidak bijaksana akan menyebabkan

kerusakan lingkungan akibat serta mengganggu program pengendalian hama terpadu.

3. Memicu masalah sosial berupa gelombang protes terhadap kebijakan pasar bebas, menambah pengangguran dan meningkatkan jumlah masyarakat miskin.

Saran :

1. Perlu diperketat pencegahan penyebaran NSK antar area sentra produksi kentang dan sayuran lainnya melalui sertifikasi bibit kentang bebas NSK, pencegahan penyebaran umbi kentang bibit maupun konsumsi dari area tertular ke area penanaman kentang yang masih bebas NSK melalui tindakan karantina tumbuhan dan mengikutsertakan peran masyarakat dan instansi terkait.

2. Perlu kebijakan pemerintah terhadap pengaturan impor kentang untuk melindungi petani dan produksi dalam negeri. Sebaiknya impor kentang tidak terjadi saat panen raya kentang.

3. Penggunaan kultivar kentang yang tahan terhadap serangan NSK, diantaranya Solanum stolonifer, varietas Hertha.

4. Peggunaan tanaman perangkap NSK di pertanaman kentang yaitu tomat varietas Dona, Money Maker dan Maestro.

(22)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1999. Kajian Pasar Kentang. Jurusan Teknologi Industri Pertanian (TIN) Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor bekerja sama dengan Canadian Cooperative Association. Anonim. 2011a, Diagnostic Methods for Potato Cyst Nematodes

Globodera spp. , http://www.padil.gov.au/pbt

Anonim. 2011b. Awas Ancaman Nematoda Sista Kuning, Warta SKT Cilacap.

Badan Pusat Statistik. 2011a. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Kentang, 2009 (Indonesian potato area, production and yield 2009 by province)

http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar=1&id_subyek =55&notab=15 Accessed 11 Oktober 2011.

BPTP NTB. 2009. Laporan. Sosial Ekonomi Kentang Sembalun. (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB Narmada)

CAB International, 2007, Crop Protection Compedium [CD-ROM], Wallingford, UK: CAB International, 2 CD-ROM dengan penuntun di dalamnya.

Dawson, P. 2010, Potato seed system development - potato cyst nematode, ACIAR

Dawson, P. 2011. Optimising the productivity of the potato/brassica cropping system in Central and West Java and potato/brassica/allium system in South Sulawesi and West Nusa Tenggara, ACIAR

EPPO. 2006. Data Sheets on Quarantine Pest : Globodera rostochiensis and Globodera pallid

Hadisoeganda, W.W. 2006. Distribusi, Identifikasi, dan Prevalensi Nematoda Sista Emas, Globodera rostochiensis Wollenweber di Daerah Sentra Produksi Kentang di Indonesia, Jurnal Hortikultura 16(3) : 219 – 228

Lisnawita. 2007. Identifikasi, Kajian Biologi dan Ketahanan Tanaman terhadap Nematoda Sista Kentang (Globodera spp.) Indonesia [disertasi]. Sekolah Passca sarjana Institut Pertanian Bogor.

Mustika, I. 2005, Konsepsi dan Strategi Pengendalian Nematoda Parasit Tanaman Perkebunan di Indonesia, Perspektif 4 (1): 20

(23)

Natasasmita, S. dan Sunarto, T. , 2004a, Teknologi Pengendalian Nematoda Sista Kuning (Golden Cyst Nematode) pada Tanaman Kentang, Universitas Padjadjaran

Natasasmita, S. dan Sunarto, T. , 2004b, Pengendalian Nematoda Sista Kuning (Nematoda Sista Kuning) dengan Bahan Alami Berkhitin, Universitas Padjadjaran

Nurjanah. 2009. Sebaran Spesies Nematoda Sista Kentang (Globodera pallida (Stone) Behrens dan Globodera rostochiensis (Woll.) Behrens) Berdasarkan Ketinggian Tempat di Dataran Tinggi Dieng Jawa Tengah [tesis]. Sekolah Passca sarjana Institut Pertanian Bogor.

Pitojo S. 2004. Penangkaran Benih Kentang. Penerbit Kanisius.

Quader M. 2011. Diagnostic Methods for Potato Cyst Nematodes Globodera spp., WA State Agricultural Biotechnology Centre, Murdoch University

Rahmawati dan Nurjanah. 2009. Mengenal Nematoda Sista Kentang ( Globodera Spp. ) pada Tanaman Kentang dan Identifikasinya, BBUSKP

Referensi

Dokumen terkait

Desain terowongan head-race di- perlukan alternatif desain konstruksi yang berdasar pada mekanika teknik terowong-an yang kuat dari sisi besar momen, lintang dan normal yang

4) Ulasan terhadap dokumen-dokumen yang relevan, termasuk namun tidak terbatas kepada, Forest Conservation Agreement (FCA), the Debt for Nature Swap and the Fee

Fleksibilitas yang mungkin disediakan oleh sambungan ataupun sendi di sistem struktural seperti sendi di dalam lengan yang memungkinkan gerakan atau lantai pertama dapat

Hasil penelitian di beberapa lokasi menunjukkan bahwa modifikasi pertanaman melalui pengaturan jarak tanam dan panen brangkasan secara bertahap melalui penjarangan,

Hardjana => Metode adalah cara yang sudah dipikirkan masak- masak dan dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah tertentu guna mencapai tujuan yang hendak dicapai, (8) Hebert

Motivasi penelitian ini yaitu karena adanya perbedaan dari hasil penelitian terdahulu tentang pembentukan portofolio dengan menggunakan metode indeks tunggal dan metode CAPM

SDM (komisioner) selalu ingin akuntabel. Pada saat pelaksanaan Pilkada 2010 Kabupaten Situbondo, yang ditandai bahwa komisioner sudah melaksanakan tugas berdasarkan pada