• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kematian Perinatal di Indonesia (Analisis Lanjut SDKI 2012)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kematian Perinatal di Indonesia (Analisis Lanjut SDKI 2012)"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kematian Perinatal di Indonesia

(Analisis Lanjut SDKI 2012)

Gita Rinjani dan Meiwita P. Budiharsana

1. Biostatistic and Demography Department, Faculty of Public Health, University of Indonesia, Kampus Baru Universitas Indoensia, Depok, 16424, Indonesia

2. Biostatistic and Demography Department, Faculty of Public Health, University of Indonesia, Kampus Baru Universitas Indonesia, Depok, 16424, Indonesia

Email: gita.rinjani@yahoo.com

Abstrak

Angka Kematian Perinatal (AKP) merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan dalam menilai derajat kesehatan suatu bangsa. Hal ini dikarenakan kematian perinatal menyumbang angka yang cukup tinggi terhadap Angka Kematian Bayi (AKB). Di Indonesia, tidak terjadi penurunan AKP dalam sepuluh tahun terakhir (2002-2012). Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah studi potong lintang. Penelitian menggunakan data sekunder SDKI 2012 dengan teknik penarikan sampel cluster sampling tiga tahap. Sampel yang diambil berjumlah 15.430 responden dengan 1.420 responden mengalami kematian perinatal dan 14.010 responden lahir hidup dan tidak mengalami kematian neonatal dini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pendidikan, umur, paritas, komplikasi kehamilan, komplikasi persalinan, prematur, berat bayi, IMD, dan kunjungan antenatal ibu dengan kematian perinatal. Komplikasi persalinan merupakan faktor risiko yang paling tinggi dalam menyebabkan kematian perinatal.

Kata kunci: Antenatal; Komplikasi; Lahir mati; Perinatal

Factors Associated with Perinatal Mortality in Indonesia (Further Analysis of IDHS 2012)

Abstract

Perinatal Mortality Rate (PMR) is one of the indicators that can be used in assessing health status of a nation. This is because perinatal mortality is quite high contributed to Infant Mortality Rate (IMR). In Indonesia, there is no deriving of PMR in last ten years (2002-2012). The design used in this research was cross sectional study. This research used secondary data of IDHS 2012 with three stage cluster sampling technique. Samples taken were 15.340 respondents with 1.420 respondents experiencing perinatal death and 14.010 respondents were born alive and did not experience early neonatal death. The results showed that there is association between maternal education, age, parity, pregnancy complication, delivery complication, premature, birth weight, early initiation of breastfeeding, and frequency of antenatal visits with perinatal mortality. Delivery complication is the highest risk factor in affecting perinatal mortality.

(2)

Pendahuluan

Setiap hari terdapat delapan ratus wanita meninggal selama kehamilan atau persalinan dan delapan ribu bayi baru lahir meninggal dalam bulan pertama kehidupannya. Kematian bayi baru lahir menyumbang 43 persen dari semua kematian bayi di bawah lima tahun (Save the Children, 2013).

Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan indikator penting dalam menilai derajat kesehatan suatu bangsa (Reidpath & Allotey, 2002). Angka ini menjadi refleksi dari tingkat pembangunan kesehatan suatu negara dan kualitas hidup masyarakatnya (BPS et al., 2013). Salah satu indikator yang berpengaruh terhadap tinggi rendahnya AKB di suatu negara adalah kematian perinatal (WHO, 2006a).

Gambar

Berdasarkan gambar berikut, dapat dilihat bahwa Perinatal Mortality Rates (PMR) atau Angka Kematian Perinatal (AKP) di negara berkembang seperti Afrika dan Asia masih cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara maju seperti Eropa atau Amerika Utara.

Gambar 1. Angka Kematian Perinatal di Dunia Tahun 2000

Di Indonesia, AKP cenderung meningkat dalam sepuluh tahun terakhir. Pada tahun 2002-2003 sebesar 24 per seribu kelahiran hidup, tahun 2007 sebesar 25 per seribu kelahiran hidup,

62   50   47   42   21   13   7   0   10   20   30   40   50   60   70  

Afrika   Asia   Dunia   Oseania   Amerika   La8n  dan  

Karibia  

Eropa   Amerika   Utara  

(3)

dan tahun 2012 sebesar 26 per seribu kelahiran hidup. Hal ini berbanding terbalik dengan angka kematian bayi dan anak yang mengalami penurunan walaupun tidak signifikan.

WHO berupaya menekan angka kematian anak melalui Millenium Development Goals

(MDGs) tujuan ke-4. Target yang harus dicapai pada tahun 2015 yaitu menurunkan 2/3 kematian anak di bawah usia lima tahun. Hal ini menjadi tantangan besar bagi pemerintah Indonesia mengingat angka kematian anak di negeri ini masih tinggi (Bappenas, 2010). WHO (2006a) mengemukakan bahwa kematian bayi dikenal dengan fenomena 2/3 yaitu 2/3 kematian bayi usia 0 sampai 1 tahun terjadi pada masa neonatal (0 sampai 28 hari), 2/3 kematian neonatal terjadi pada masa perinatal (0 sampai 7 hari), dan 2/3 kematian perinatal terjadi pada hari pertama kelahiran.AKP paling banyak terjadi di negara-negara berkembang. Di antara negara ASEAN, Indonesia (30 per 1.000 kelahiran hidup) menempati urutan ke-4 pada tahun 2000 setelah Kamboja, Laos, dan Vietnam (WHO, 2013).

Kematian neonatal dan lahir mati berakar dari kesehatan ibu yang buruk, pelayanan kesehatan yang tidak adekuat selama kehamilan, penanganan komplikasi kehamilan dan persalinan yang tidak sesuai, proses melahirkan dan waktu kirits pertama setelah melahirkan yang kurang higienis, serta buruknya pelayanan bayi baru lahir (WHO, 2006a).

Penurunan AKP akan berdampak secara signifikan terhadap penurunan AKB. Hal ini bergantung pada manajemen kesehatan ibu saat masa kehamilan, persalinan, dan nifas. Penelitian menunjukkan bahwa kelangsungan hidup pada periode perinatal dipengaruhi oleh sejumlah karakteristik demografi dan sosial ibu, riwayat kesehatan reproduksi ibu, kondisi kesehatan bayi, dan kondisi lingkungan tempat tinggal (CARE, 1998).

Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kematian perinatal di Indonesia melalui faktor sosio-ekonomi, faktor ibu, faktor bayi, dan faktor pelayanan kesehatan.

(4)

Tinjauan Teoritis

Dalam SDKI 2012, didefinisikan kematian perinatal sebagai jumlah bayi lahir mati yang terjadi setelah kehamilan tujuh bulan dan bayi yang meninggal sebelum berumur tepat satu minggu (neonatal dini). Lahir mati adalah kelahiran seorang bayi dari kandungan yang berumur paling sedikit 28 minggu tanpa menunjukkan tanda-tanda kehidupan (Depkes, 2006).

Kematian perinatal tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja, tetapi oleh berbagai faktor yang saling berhubungan (multiple factors) yang berasal dari lingkungan ibu seperti umur, paritas, tinggi badan, status sosial-ekonomi, kelompok etnis, riwayat kelahiran, kebiasaan merokok, dan kunjungan antenatal (WHO, 1970). WHO memperkirakan sebanyak 85 persen bayi baru lahir yang meninggal disebabkan oleh infeksi, termasuk sepsis, pneumonia dan tetanus, asfiksia, dan luka melahirkan (CARE, 1998).

Kematian perinatal di Asia disebabkan oleh tiga faktor utama berikut (CARE, 1998): a. Rendahnya kesehatan dan nutrisi ibu (37 persen)

b. Rendahnya penanganan komplikasi (21 persen) c. Penyebab tidak diketahui (22 persen)

Menurut Save the Children (2013), tiga faktor utama yang menyebabkan kematian bayi baru lahir yaitu prematuritas, infeksi yang hebat, dan komplikasi selama persalinan. Tiga faktor ini menyumbang delapan puluh persen dari semua kematian bayi baru lahir.

Setiap tahun terdapat lima belas juta bayi yang terlahir prematur dan angkanya terus meningkat pada hampir semua negara. Setengah dari bayi prematur dilahirkan di rumah, dan walaupun dilahirkan di fasilitas kesehatan, pelayanan yang diberikan kepada ibu bersalin dan bayinya kurang sesuai (Save the Children, 2013).

Faktor utama kedua yang menyebabkan kematian bayi baru lahir adalah infeksi, seperti sepsis (infeksi perdarahan) pneumonia (infeksi paru-paru), dan meningitis (infeksi saraf otak). Bayi yang lahir di negara berkembang memiliki risiko tinggi untuk terkena komplikasi selama persalinan dan lahir mati. Sayangnya, progres dalam mengurangi kejadian lahir mati lebih rendah dari progres untuk penanganan lahir hidup (Save the Children, 2013).

(5)

Selain perawatan bayi baru lahir yang tidak adekuat, penyebab utama lainnya pada bayi baru lahir adalah buruknya kesehatan ibu selama kehamilan, persalinan, dan masa nifas (Save the Children, 2013).

Mosley & Chen (1984) mengungkapkan teori mengenai determinan kelangsungan hidup anak. Kerangka teori yang dibuatnya berdasarkan pemikiran bahwa semua determinan sosial-ekonomi yang menyebabkan kematian anak berlangsung melalui mekanisme biologis atau determinan yang paling dekat (proximate determinants). Sebagai contoh, pendapatan dan pendidikan ibu merupakan dua faktor terukur yang berhubungan yang dapat menyebabkan kematian anak.

Gambar

Kerangka ini menjelaskan bahwa faktor sosial-ekonomi harus melalui faktor maternal, lingkungan, nutrisi, kecelakaan, dan pengendalian penyakit perorangan dalam mempengaruhi kelangsungan hidup anak.

Gambar 2. Teori Mosley & Chen (1984)

Faktor  Ibu   Pencemaran  Lingkungan   Kekurangan  Gizi   Kecelakaan  

Pengendalian   Penyakit   Perorangan   Sakit   Gangguan   Pertumbuhan   Mortalitas   Determinan  Sosio-­‐Ekonomi   Sehat   Pencegahan   Pengobatan  

(6)

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan data sekunder Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012. Metode yang digunakan adalah metode kuantitatif dengan desain studi cross sectional atau studi potong lintang. Teknik pengambilan sampel yaitu cluster sampling tiga tahap dengan analisis univariat dan bivariat. Populasi pada penelitian ini yaitu semua bayi yang dilahirkan dari WUS (15 sampai 49 tahun) yang pernah melahirkan dalam kurun waktu lima tahun sebelum survei di seluruh wilayah Indonesia. Sampelnya yaitu semua sampel pada SDKI 2012 yang memenuhi kriteria inklusi antara lain Wanita Usia Subur (15 sampai 49 tahun), melahirkan pada tahun 2007 sampai 2012, anak yang dilahirkan adalah anak terakhir, dan usia kandungan anak yang dilahirkan lebih dari tujuh bulan.

Gambar

 

Gambar 3. Alur Pemilihan Sampel WUS  yang  melahirkan  tahun  2007-­‐2012  

19.640  responden  

Anak  yang  dilahirkan  adalah  anak  terakhir   16.320  responden  

Usia  kandungan  anak  yang  dilahirkan  lebih  dari  tujuh  bulan   15.340  responden                     Kematian  Perinatal   Lahir  hidup   14.462  responden   Meninggal  pada   periode  neonatal  dini  

542  responden   Tidak  meninggal  pada  

periode  neonatal  dini   13.920  responden  

Lahir  mati   878  responden   WUS  yang  berhasil  diwawancarai  

(7)

Variabel yang akan diteliti yaitu variabel kematian perinatal dengan melihat hubungannya terhadap faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya kematian perinatal antara lain faktor sosio-ekonomi (pendidikan, pekerjaan, status ekonomi), faktor ibu (umur, paritas, komplikasi kehamilan, komplikasi persalinan), faktor bayi (prematur, berat bayi, IMD), dan faktor pelayanan kesehatan (kunjungan antenatal, lokasi persalinan, penolong persalinan).

Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa proporsi kematian perinatal di Indonesia tahun 2012 yaitu sebesar 1.420 kasus (9,3 persen) dari total 15.340 responden yang melahirkan anak terakhir pada tahun 2007 sampai 2012. Kematian perinatal terdiri dari 878 bayi lahir mati dan 542 bayi mengalami kematian neonatal dini (0 sampai 6 hari).

Tabel

Dari faktor sosio-ekonomi, dapat dilihat bahwa sebagian ibu berpendidikan SMA atau lebih (38,4 persen). Hampir semua ibu tidak bekerja dalam dua belas bulan terakhir (94,3 persen). Pada status ekonomi, jumlah terbanyak ibu berada pada status ekonomi menengah atas (20,7 persen).

Tabel 1. Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Faktor Sosio-Ekonomi Variabel Jumlah Persentase

Pendidikan Tidak sekolah SD SMP ≥ SMA 300 5063 4082 5895 2,0 33,0 26,6 38,4 Pekerjaan Tidak bekerja Bekerja 14464 869 94,3 5,7 Status Ekonomi Terendah Menengah bawah Menengah Menengah atas Teratas 3142 3019 3089 3168 2922 20,5 19,7 20,1 20,7 19,0

Dari faktor ibu, dapat dilihat bahwa sebagian ibu berumur 20 sampai 35 tahun (82,2 persen) dan telah melahirkan satu anak (36,7 persen). Sebagian besar ibu tidak memiliki komplikasi selama masa kehamilan (87,5 persen). Bila dilihat jenis komplikasi tertinggi yang dialami

(8)

oleh ibu selama masa kehamilan, perdarahan (3,1 persen) merupakan jenis komplikasi kehamilan yang paling banyak dialami, sedangkan kejang-kejang dan pingsan (0,2 persen) paling rendah. Hal yang sama ditemukan pada komplikasi ibu pada saat persalinan dimana perdarahan (22,4 persen) merupakan jenis komplikasi persalinan yang banyak dialami.

Tabel 2. Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Faktor Ibu Variabel Jumlah Persentase Umur 15 – 19 tahun 20 – 35 tahun 36 – 39 tahun 40 – 44 tahun 45 – 49 tahun 613 11428 1231 567 72 4,4 82,2 8,9 4,1 0,4 Paritas 1 2 3 4 ≥ 5 5633 4898 2526 1165 1118 36,7 31,9 16,5 7,6 7,3 Komplikasi Kehamilan

Mulas sebelum 9 bulan Perdarahan

Demam tinggi

Kejang-kejang dan pingsan Komplikasi lainnya Tidak ada komplikasi

338 483 71 28 999 13421 2,2 3,1 0,5 0,2 6,5 87,5 Komplikasi Persalinan Ketuban pecah Perdarahan Demam tinggi Persalinan lama

Kejang-kejang dan pingsan Plasenta tidak keluar Komplikasi lainnya Tidak ada komplikasi

2981 3441 155 275 159 325 1936 6055 19,4 22,4 1,0 1,8 1,0 2,1 12,6 39,5

Sebagian besar bayi lahir normal (99,3 persen). Untuk status BBLR, sebagian besar bayi tidak mengalami BBLR (74,8 persen) dan terdapat sebagian kecil responden yang tidak ingat apakah bayinya ditimbang atau tidak ingat berapa berat bayinya saat dilahirkan (14,8 persen). Sebagian besar ibu telah melakukan IMD dalam waktu satu jam setelah melahirkan bayi (50,7 persen), namun masih terdapat ibu yang tidak melakukan IMD (4,4 persen).

(9)

Tabel 3. Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Faktor Bayi Variabel Jumlah Persentase Prematur Ya Tidak 107 15233 0,7 99,3 Berat Bayi BBLR Tidak BBLR

Tidak ditimbang/tidak tahu

1593 11468 2279 10,4 74,8 14,8 IMD Tidak IMD > 1 jam Dalam 1 jam 683 6825 7708 4,4 44,9 50,7

Sebagian besar ibu telah melakukan kunjungan antenatal sesuai dengan standar minimal yang ditetapkan (lebih dari tiga kali) (87,8 persen), namun masih terdapat ibu yang tidak melakukan kunjungan antenatal (3,1 persen). Lokasi persalinan ibu paling banyak terjadi di rumah (36,2 persen), baik rumah responden maupun rumah orang lain. Setelah rumah, ibu banyak melahirkan di bidan (29,9 persen) dan rumah sakit/klinik (26,7 persen). Untuk tenaga kesehatan saat persalinan, sebagian besar ibu dibantu oleh bidan (55,8 persen), namun jumlah ibu yang melahirkan dibantu oleh dukun bayi atau paraji masih cukup besar (21,3 persen).

Tabel 4. Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Faktor Pelayanan Kesehatan Variabel Jumlah Persentase

Kunjungan Antenatal Tidak pernah 1 – 3 kali ≥ 4 kali Tidak tahu 467 1296 13462 113 3,1 8,5 87,8 0,6 Lokasi Persalinan Rumah Rumah Sakit/Klinik Puskesmas Dokter Umum/Kandungan Perawat Bidan Faskes lainnya 5537 4077 926 91 17 4567 66 36,2 26,7 6,1 0,6 0,1 29,9 0,4 Penolong Persalinan Tidak ada Teman/Keluarga Non nakes lainnya Dukun bayi/Paraji Dokter Umum/Kandungan Perawat Bidan 42 284 35 2040 3148 994 8258 0,3 1,9 0,2 13,8 21,3 6,7 55,8

(10)

Dari faktor sosio-ekonomi, variabel yang berhubungan dengan kematian perinatal hanya variabel pendidikan. Semua faktor ibu (umur, paritas, komplikasi kehamilan, komplikasi

Tabel 5. Hubungan antara Kematian Perinatal dengan Faktor Sosio-Ekonomi, Faktor Ibu, Faktor Bayi, dan Faktor Pelayanan Kesehatan

Variabel Kematian Perinatal OR 95% CI P-value

Ya % Pendidikan Tidak sekolah SD SMP ≥ SMA 26 513 324 557 8,6 10,1 7,9 9,4 0,906 1,082 0,825 1 0,751 – 1,094 0,999 – 1,172 0,767 – 0,888 0,0001 Pekerjaan Tidak bekerja Bekerja 1341 78 9,3 9,0 1,034 1 0,916 – 1,168 0,583 Status Ekonomi Rendah Tinggi 565 855 9,2 9,3 0,984 1 0,925 – 1,047 0,611 Umur ≤ 35 tahun > 35 tahun 979 211 8,4 12,1 1 1,496 1,378 – 1,623 0,0001 Paritas 1 2 3 4 ≥ 5 380 416 248 162 214 6,7 8,5 9,8 13,9 19,1 1 1,286 1,508 2,242 3,268 1 1,144 – 1,445 1,354 – 1,679 2,002 – 2,511 2,876 – 3,712 0,0001 Komplikasi Kehamilan Ya Tidak 197 1223 10,3 9,1 1,140 1 1,046 – 1,244 0,003 Komplikasi Persalinan Ya Tidak 1186 234 12,8 3,9 3,657 1 3,372 – 3,966 0,0001 Prematur Ya Tidak 21 1399 19,5 9,2 2,395 1 2,017 – 2,843 0,0001 Berat Bayi BBLR Tidak BBLR 156 1007 9,8 8,8 1,129 1 1,027 – 1,242 0,013 IMD Tidak IMD > 1 jam Dalam 1 jam 142 595 668 20,8 8,7 8,7 2,761 1,007 1 2,434 – 3,132 0,942 – 1,076 0,0001 Kunjungan Antenatal Tidak pernah 1 – 3 kali ≥ 4 kali 65 112 1243 13,9 14,0 9,2 1,585 0,843 1 1,281 – 1,960 0,745 – 0,953 0,0001 Lokasi Persalinan

Fasilitas non kesehatan Fasilitas kesehatan 505 898 9,1 9,2 0,990 1 0,926 – 1,058 0,766 Penolong Persalinan

Tenaga non kesehatan Tenaga kesehatan 227 1176 9,5 9,1 1,039 1 0,934 – 1,155 0,481

(11)

persalinan) dan semua faktor bayi (prematur, berat bayi, IMD) memiliki hubungan dengan kematian perinatal. Sedangkan dari faktor pelayanan kesehatan hanya variabel kunjungan antenatal yang memiliki hubungan dengan kematian perinatal.

Proporsi kematian perinatal lebih besar terjadi pada ibu yang berpendidikan SD, ibu yang berusia lebih dari 35 tahun, ibu yang telah memiliki lima anak atau lebih, ibu yang memiliki komplikasi persalinan, ibu yang melahirkan bayi prematur, ibu yang tidak melakukan IMD, dan ibu yang melakukan kunjungan antenatal satu sampai tiga kali. Sedangkan, pada variabel status pekerjaan, status ekonomi, komplikasi kehamilan, berat bayi, lokasi persalinan, dan penolong persalinan, tidak terlihat adanya perbedaan proporsi kematian perinatal pada setiap kategori.

Pembahasan

Kematian perinatal merupakan gabungan dari bayi lahir mati dan bayi yang meninggal pada periode neonatal dini. Berdasarkan hasil analisis, jumlah kematian perinatal di Indonesia yaitu sebesar 9,3 persen. Faktor yang berhubungan dengan kematian perinatal antara lain pendidikan, umur, paritas, komplikasi kehamilan, komplikasi persalinan, prematur, berat bayi, IMD, dan kunjungan antenatal.

Ibu yang berusia terlalu muda atau terlalu tua dapat meningkatkan risiko untuk mengalami kematian perinatal. Hasil analisis menunjukkan bahwa kematian perinatal lebih banyak terjadi pada ibu yang berusia lebih dari 35 tahun. Selain itu, ibu berusia lebih dari 35 tahun berisiko 1,5 kali lebih tinggi untuk mengalami kematian perinatal dibandingkan dengan ibu berusia 35 tahun atau kurang. Usia melahirkan ibu berhubungan dengan kondisi kematangan fisik dan psikis ibu dalam menghadapi kehamilan dan persalinan. Ibu yang terlalu muda berhubungan dengan kondisi fisik yang belum matang untuk melahirkan dan keadaan mental yang belum siap untuk menjadi seorang ibu, sedangkan usia yang terlalu tua dinilai telah mengalami penurunan kemampuan dalam menerima kehamilan (Arimah, 2013).

Jumlah kematian perinatal semakin tinggi seiring dengan meningkatnya jumlah anak yang telah dilahirkan. Selain itu, risiko yang dialami ibu untuk mengalami kematian perinatal juga semakin meningkat. Ibu yang telah melahirkan lima anak atau lebih berisiko 3,3 kali lebih tinggi untuk mengalami kematian perinatal dibandingkan dengan ibu yang baru melahirkan

(12)

satu anak. Jumlah persalinan yang dialami oleh ibu memiliki peranan penting dalam mempengaruhi kesehatan ibu dan bayi. Hal ini memberikan pengalaman kepada ibu untuk kehamilan dan persalinan berikutnya sehingga ibu cenderung menggali informasi mengenai persalinan dan pelayanan yang tepat (Wibowo dalam Arimah, 2013).

Komplikasi persalinan merupakan faktor risiko tertinggi terhadap kejadian kematian perinatal dibandingkan dengan variabel independen lainnya. Jenis komplikasi persalinan yang terdapat pada data sekunder antara lain ketuban pecah, perdarahan, demam tinggi, persalinan lama, kejang-kejang dan pingsan, plasenta tidak keluar, serta komplikasi lainnya. Ibu yang memiliki komplikasi persalinan berisiko 3,7 kali lebih tinggi untuk mengalami kematian perinatal dibandingkan dengan ibu yang tidak memiliki komplikasi persalinan. Kejadian komplikasi persalinan sendiri dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Hal ini berhubungan erat dengan paritas, komplikasi kehamilan, jumlah kunjungan antenatal, dan pemilihan penolong persalinan (Armagustini, 2010).

Bayi yang memiliki masa gestasi kurang dari 37 minggu dianggap bayi prematur. Hasil analisis menunjukkan bahwa kematian perinatal lebih banyak terjadi pada bayi yang lahir prematur. Selain itu, ibu yang melahirkan bayi prematur berisiko 2,4 kali lebih tinggi untuk mengalami kematian perinatal dibandingkan dengan ibu yang melahirkan bayi normal. Prematuritas merupakan salah satu faktor utama dalam menyebabkan kematian perinatal. Bayi yang terlahir prematur mudah terserang berbagai komplikasi antara lain penyakit paru-paru kronis, luka pada usus, gangguan sistem imun, pernapasan, pendengaran, penglihatan, syaraf, hingga kematian (Behrman & Butler, 2007).

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan tindakan yang sangat penting untuk dilakukan segera setelah proses persalinan, baik bagi ibu maupun bayi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang tidak melakukan IMD berisiko 2,8 kali lebih tinggi untuk mengalami kematian perinatal dibandingkan dengan ibu yang melakukan IMD. Pemberian ASI merupakan komponen kunci dalam strategi kelangsungan hidup anak. Selama satu hari setelah melahirkan, ibu menghasilkan kolostrum yang berguna bagi perlindungan bayi (Edmond et al., 2006). Pemberian ASI akan melindungi bayi dari berbagai macam penyakit dan infeksi, termasuk diare, pneumonia, meningitis, dan sepsis neonatal (Debes et al., 2013).

(13)

Pelayanan kesehatan pada ibu hamil berkaitan erat dengan pelayanan persalinan, pelayanan nifas, dan pelayanan kesehatan bayi baru lahir. Kualitas pelayanan antenatal yang diberikan akan mempengaruhi kesehatan ibu hamil dan janinnya, ibu bersalin dan bayi baru lahir, serta ibu nifas. Ibu yang tidak pernah melakukan kunjungan antenatal berisiko 1,6 kali lebih tinggi untuk mengalami kematian perinatal dibandingkan dengan ibu yang melakukan kunjungan antenatal empat kali atau lebih. Dalam pelayanan antenatal, tenaga kesehatan harus dapat memastikan bahwa kehamilan berlangsung normal, mampu mendeteksi dini masalah dan penyakit yang dialami ibu hamil, melakukan intervensi secara adekuat sehingga ibu hamil siap untuk menjalani persalinan normal (Kemenkes, 2012).

Dalam penelitian ini, tidak terdapat hubungan antara lokasi persalinan dan penolong persalinan dengan kematian perinatal. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa kedua variabel tersebut merupakan faktor yang sangat mempengaruhi outcome persalinan, baik bagi ibu maupun bayi. Persalinan di fasilitas kesehatan lebih menjamin ibu dan bayi dalam menerima pertolongan bila sewaktu-waktu ibu mengalami komplikasi yang dapat membahayakan keselamatan baik ibu maupun bayi. Persalinan yang terjadi di rumah sangat berisiko dalam menyebabkan terjadinya kematian ibu ataupun bayi. Hal ini dikarenakan tidak adanya tenaga kesehatan yang membantu persalinan. Persalinan di rumah yang dibantu oleh tenaga kesehatan juga tetap memiliki risiko tersendiri karena peralatan medis yang tidak memadai (Prameswari, 2006).

Banyak persalinan yang dibantu oleh tenaga kesehatan merupakan kasus yang sebelumnya telah ditangani oleh penolong persalinan tradisional, namun kemudian melakukan rujukan karena kondisi kesehatan ibu atau bayi semakin memburuk. Akibatnya, kejadian kematian perinatal menjadi lebih tinggi pada persalinan yang dibantu oleh tenaga kesehatan karena tenaga kesehatan merupakan pihak yang dicatat sebagai penolong persalinan ibu karena memiliki kualifikasi lebih tinggi dibandingkan dengan penolong persalinan tradisional (Prameswari, 2006).

Kesimpulan

Kejadian kematian perinatal di Indonesia yaitu sebesar 1.420 kasus. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kematian perinatal antara lain pendidikan, umur, paritas, komplikasi kehamilan, komplikasi persalinan, prematur, berat bayi, IMD, dan kunjungan antenatal.

(14)

Faktor risiko yang paling tinggi terhadap kematian perinatal yaitu komplikasi persalinan. Hal ini berhubungan erat dengan kualitas dan kuantitas ibu dalam memeriksakan kandungannya secara rutin ke petugas kesehatan. Setiap ibu berhak mendapatkan informasi mengenai kesehatan mulai dari masa kehamilan, persalinan, hingga nifas. Ibu juga diberikan pengetahuan dalam mengenali tanda-tanda komplikasi sehingga ibu mengetahui tindakan yang harus dilakukan bila terjadi komplikasi serta mendapatkan pelayanan dan penanganan secara cepat dan tepat.

Saran

Saran yang dapat diberikan antara lain: Bagi Pemerintah:

• Meningkatkan cakupan KIE mengenai pentingnya kunjungan antenatal kepada ibu hamil

serta pengaturan jumlah anak melalui pelayanan KB.

• Meningkatkan keterampilan tenaga kesehatan seperti bidan dalam menangani persalinan

ibu agar persalinan dapat berjalan lancar dan tidak terjadi komplikasi yang dapat berdampak pada ibu maupun bayi.

Bagi Tenaga Kesehatan

• Memberikan pelayanan kesehatan bagi ibu hamil sesuai dengan standar pelayanan yang

telah ditetapkan agar kehamilan ibu termonitori dengan baik.

• Meningkatkan kesadaran ibu terhadap pentingnya melakukan kontak fisik (skin to skin)

antara ibu dan bayinya serta memberikan ASI segera setelah bayi lahir. Bagi Ibu Hamil

• Melakukan perawatan sejak hamil hingga melahirkan dengan memperhatikan asupan

nutrisi yang cukup, melakukan aktivitas fisik yang tidak berlebihan, dan rutin memeriksakan kehamilan minimal empat kali sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

Bagi Peneliti Lain

• Dapat memperluas ruang lingkup penelitian dengan melihat faktor-faktor dari aspek lain

yang diduga berpengaruh terhadap kematian perinatal, contohnya peran atau dukungan suami.

(15)

Daftar Referensi

Arimah, Tanti. (2013). Hubungan Pemanfaatan Antenatal Care (ANC) pada Ibu Hamil dengan Kematian Perinatal di Kabupaten Tulang Bawang Provinsi Lampung Tahun 2011-2012. Depok: Universitas Indonesia.

Armagustini, Yetti. (2010). Determinan Kejadian Komplikasi Persalinan di Indonesia (Analisis Data Sekunder Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia Tahun 2007). Depok: Universitas Indonesia.

Bappenas. (2010). Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Milenium Indonesia 2010. Jakarta: Author.

Behrman, Richard E. & Adrienne Stith Butler. (2007). Preterm Birth: Causes, Consequences, and Prevention. Washington, DC: National Academies Press.

BPS et al. (2013). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta: Author.

CARE. (1998). Promoting Quality Maternal and Newborn Care: A Reference Manual for Program Managers. UK: Author.

Debes, Amanda K. et al. (2013). Time to initiation of breastfeeding and neonatal mortality and morbidity: a systematic review. BMC Public Health, Suppl3, S19.

Depkes. (2006). Glosarium Data & Informasi Kesehatan. Jakarta: Author.

Edmond, Karen M. et al. (2006). Delayed Breastfeeding Initiation Increases Risk of Neonatal Mortality. Pediatrics, 117, e380.

Kemenkes. (2012). Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu. Jakarta: Author.

Mosley, W. Henry & Lincoln C. Chen. (1984). An Analytical Framework for the Study of Child Survival in Developing Countries. Bulletin of the World Health Organization, 2003, 81.

Prameswari, Meidy Farenti. (2006). Kematian Perinatal di Indonesia dan Faktor-faktor yang Berhubungan Tahun 1997-2003. Depok: Universitas Indonesia.

Reidpath, DD & Allotey P. (2002). Infant Mortality Rate as an Indicator of Population Health. Journal of Epidemiology and Community Health.

Save The Children. (2013). Surviving the First Day: State’s of the World’s Mother 2013. London: Author.

WHO. (2013). World Health Statistics 2013. Switzerland: Author.

. (2006a). Neonatal and Perinatal Mortality: Country, Regional and Global Estimates. Switzerland: Author.

Gambar

Gambar 1. Angka Kematian Perinatal di Dunia Tahun 2000
Tabel 2. Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Faktor Ibu
Tabel 3. Gambaran Karakteristik Responden Berdasarkan Faktor Bayi
Tabel 5. Hubungan antara Kematian Perinatal dengan Faktor Sosio-Ekonomi, Faktor Ibu, Faktor Bayi,  dan Faktor Pelayanan Kesehatan

Referensi

Dokumen terkait

Di daerah bukan DTPK-T, status kesehatan rumah tangga dapat diukur melalui beberapa hal yaitu akses rumah tangga terhadap air bersih, akses rumah tangga terhadap jamban, kepadatan

Biaya operasional berdasarkan aktifitas bidan desa dalam melaksanakan pertolongan persalinan sesuai dengan pedoman Asuhan Persalinan Normal (APN). Biaya pertolongan persalinan

Cergam modern untuk remaja/dewasa yang mengangkat genre cerita Cina-Indonesia dengan tampilan yang menarik dan kualitas ilustrasi yang baik. Pendekatan

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan. Departemen

Dari beberapa kendala telah terjadi maka Proyek Pembangunan Underpass di simpang Dewa Ruci Kuta Bali merupakan proyek yang memiliki risiko cukup tinggi.. Proyek

rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Interpretasi Bawah Permukaan Daerah Manifestasi Emas dengan Menggunakan

Berdasarkan penelitian sebelumnya [13], mengenai pembakaran menyeluruh pada ruang bakar dan reaktor pirolisis ( sebelum optimasi) menggunakan bahan biomassa kayu,

Penelitian ini menunjukkan bahwa variabel persepsi terhadap ancaman penyakit akibat rokok dan variabel persepsi manfaat berhenti merokok tidak mempunyai hubungan yang