• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KEKAMBUHAN MEROKOK DI KECAMATAN TAMALATE KOTA MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KEKAMBUHAN MEROKOK DI KECAMATAN TAMALATE KOTA MAKASSAR"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KEKAMBUHAN

MEROKOK DI KECAMATAN TAMALATE KOTA MAKASSAR

FACTORS ASSOCIATED WITH SMOKING RELAPSE IN DISTRICT

TAMALATE MAKASSAR

Rosdiana1, Mappeaty Nyorong2, Ida Leida M. Thaha3

1

Alumni Program Magister Promosi Kesehatan FKM Universitas Hasanuddin. 2

Bagian Promosi Kesehatan, FKM, Universitas Hasanuddin. 3

Bagian Epidemiology, FKM, Universitas Hasnuddin.

Alamat Korespondensi : Rosdiana, SKM

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin

Makassar,

HP ; 085299856836

(2)

Abstrak

Kekambuhan merokok adalah kembali keperilaku awal dimana seorang individu kembali merokok secara berkelanjutan setelah melewati masa absen dari merokok, karena berhenti merokok merupakan perubahan perilaku yang tidak mudah bagi seorang perokok. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian kekambuhan merokok di Kecamatan Tamalate. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang menggunakan desain Cross Sectional, dengan menggunakan uji statistik Chi-square dan regresi logistik dan di analisis dengan menggunakan program SPSS versi 21. Pemilihan sampel dilakukan dengan cara Purposive Random Sampling sebesar 384 sampel. Variabel dari penelitian ini adalah persepsi terhadap ancaman penyakit akibat rokok, persepsi manfaat berhenti merokok, persepsi hambatan berhenti merokok, kepercayaan diri, motivasi dan tingkat ketergantungan nikotin. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel ancaman (p=0,060) dan variabel manfaat (p=0,114) tidak memberikan pengaruh terhadap kejadian kekambuhan merokok, dan variabel kepercayaan diri (p=0,034) merupakan variabel yang paling besar pengaruhnya terhadap kejadian kekambuhan merokok, sehingga untuk meningkatkan kepercayaan diri untuk berhenti merokok diperlukan suatu kondisi yang mendukung agar seseorang tidak merokok yakni kawasan bebas rokok.

Kata Kunci : Kekambuhan merokok, Berhenti merokok

Abstract

Smoking relapse is a return to the earlier behavior in which an individual is smoking again after a period of continuous absence of smoking, because smoking cessation is a change in behavior that is not easy for a smoker. This research aims to analyze the factors associated with the incidence of smoking relapse in District Tamalate. This research is quantitative research that uses cross-sectional design, using statistical test and Chi-square and logistic regression analysis using SPSS version 21. Samples are selected by using purposive sampling, then obtained samples were 384 people. The variables in this research were perceived of threat to diseases caused by smoking, perceived benefits to quit smoking, perceived barrier to quit smoking, self efficacy, motivation, and levels of nikotin dependence. The results of this research indicate that the threat to diseases variables (p = 0.060) and a variable benefit to quit smoking (p = 0.114) did not have influence on the incidence of smoking relapse, and self efficacy variable (p = 0.034) were the variables that most influence on the incidence of smoking relapse, so as to increase the confidence needed to quit a condition that a person is not permitted to support the non-smoking area.

(3)

PENDAHULUAN

Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat pada setiap penduduk, agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Salah satu perilaku hidup sehat adalah dengan tidak merokok, namun berhenti merokok bukanlah hal yang mudah dilakukan oleh seorang perokok.

Data dari Global Adult Tobacco Survey (GATS) Indonesia tahun 2011 menunjukkan bahwa 5 dari 10 perokok saat ini berpikir atau merencanakan ingin berhenti merokok. Kebanyakan dari mereka menyadari bahwa rokok berbahaya bagi kesehatan dan oleh sebab itu mereka berniat berhenti merokok, namun tidak semua perokok berhasil melewati masa rehabilitasi dan seringkali mengalami kekambuhan merokok (relapse).

Laporan dari American Lung Association tahun 2011, menunjukkan bahwa angka kekambuhan merokok (relapse) dikalangan perokok adalah sebesar 90 % dalam satu tahun sejak berhenti merokok. Artinya hanya 10% yang dapat tetap tidak merokok sampai masa evaluasi satu tahun, sekitar 90% lainya kambuh lagi akan kebiasaan lamanya dan merokok kembali dalam waktu kurang dari satu tahun sejak berhenti merokok.

Menurut data dari layanan berhenti merokok di Inggris melaporkan, sekitar 50% perokok ingin berhenti merokok dalam 4 minggu, tetapi hanya 25 % yang berhasil, selebihnya sekitar 75 % kembali lagi merokok secara reguler dalam 4 – 52 minggu sejak tanggal berhenti. ( Song F. et.al.2012 )

Hasil survey yang juga dilakukan di Belanda juga menunjukkan angka kekambuhan merokok (relapse) yang sangat tinggi yaitu 90% dalam 3 bulan pertama, dan hanya 3%-5% dari perokok yang berhenti merokok dapat mempertahankan usahanya untuk berhenti merokok selama 6 bulan atau lebih (Hughes, et.al 2004 dalam Iman, et.al 2012).

Penelitian lainnya di Brazil, dimana mengevaluasi 465 pasien pengobatan berhenti merokok di klinik berhenti merokok hasilnya adalah 34% berhasil berhenti merokok dalam 1 tahun, 48% relapse/kambuh, 11% gagal pengobatan dan 7% berhenti dari pengobatan (Zavattieri et,al 2006). Sedangkan data dari report IU smoking survey yang memilih individu usia 18-24 tahun (yang telah berhenti merokok selama 1 tahun dan diprediksi tetap pantang selama 5 tahun untuk tetap tidak merokok) mendapatkan bahwa dari 67% peserta dapat mempertahankan jangka panjang pantang (tidak merokok) dan 33% lainnya relapse merokok (Macy et.al. 2007). Hal tersebut menandakan walaupun perokok tersebut sudah mendapatkan

(4)

pengobatan/usaha untuk berhenti merokok tapi angka yang mengalami kekambuhan merokok masih cukup tinggi.

Berdasarkan Fakta Beban Tembakau Indonesia tahun 2011, terdapat sekitar 61 juta perokok di Indonesia. Menurut survey Sosial Ekonomi Nasional dari tahun 1995 sampai tahun 2010 menunjukkan peningkatan prevalensi perokok laki-laki 15 tahun keatas dari 53,4 % (1995) menjadi 65, 9 % (2010), sedang prevalensi perokok wanita 1,7 % (1995) menjadi 4,2 % (2010) (Akhsan. A et.al dalam Thabrani, 2012).

Menghentikan perilaku merokok bukanlah hal yang mudah, terlebih lagi bagi perokok di Indonesia. Hasil survey yang dilakukan oleh LM3 (Lembaga Menanggulangi Masalah Merokok) pada tahun 2005 menunjukkan dari 375 responden yang dinyatakan 66,2% perokok pernah mencoba berhenti merokok, tetapi mereka gagal. Kegagalan ini ada berbagai macam ; 42,9% tidak tahu caranya; 25,7% sulit berkonsentrasi dan 2,9% terikat oleh sponsor rokok Sementara itu ada yang berhasil berhenti merokok disebabkan kesadaran sendiri (76%), sakit (16%) dan tuntutan profesi (8%) (Fawzani, 2005).

Angka-angka diatas menggambarkan bahwa meskipun terdapat banyak perokok yang berkeinginan untuk mengakhiri perilaku merokoknya, namun hanya sedikit yang berhasil terbebas dan mempertahankan masa bebas rokoknya.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian kekambuhan merokok di kecamatan Tamalate kota Makassar.

BAHAN DAN METODE

Lokasi Penelitian dan Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kecamatan Tamalate Kota Makassar, dengan pertimbangan bahwa kecamatan ini merupakan kecamatan di kota Makassar yang mempunyai populasi penduduk paling besar. Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional.

Populasi dan sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penduduk kecamatan tamalate kota Makassar, sedang sampel penelitian dilakukan dengan purposive sampling.

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian perokok laki-laki yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili populasi. Dengan menggunakan rumus lemeshow besar sampel dalam penelitian ini adalah 384 sampel.

(5)

Pengumpulan Data

Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh berdasarkan wawancara langsung dengan responden yang terpilih dengan menggunakan kuesioner.

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui penelusuran literatur dan data-data yang berasal dari instansi terkait serta hasil-hasil penelitian sebelumnya.

Analisis Data

Analisa data yang dilakukan adalah analisis univariat, analisis bivariat (uji chi square) dan analisis multivariat (uji regresi logistik). dan hasilnya disajikan dalam bentuk tabel dan narasi.

HASIL

Analisis Univariat

Tabel 1 memperlihatkan bahwa responden yang mengalami kekambuhan merokok (relapse) adalah sebanyak 299 responden (77.9%) sedangkan yang berhasil berhenti merokok adalah sebesar 85 responden (22.1%), dan untuk variabel-variabel yang lain dapat dilihat pada tabel 1.

Analisis Bivariat

Tabel 2 memperlihatkan hasil uji statistic dengan menggunakan Chi-square, hasil analisis menunjukkan tidak ada hubungan antara persepsi ancaman penyakit akibat rokok dengan kejadian kekambuhan merokok dengan nilai p=0,060 (p<0,05), tidak ada hubungan persepsi manfaat berhenti merokok dengan kejadian kekambuhan merokok dengan nilai p=0,114 (p<0,05), ada hubungan persepsi hambatan berhenti merokok dengan kejadian kekambuhan merokok dengan nilai p=0,023 (p<0,05), ada hubungan kepercayaan diri dengan kejadian kekambuhan merokok dengan nilai p=0,034 (p<0,05), ada hubungan motivasi dengan kejadian kekambuhan merokok dengan nilai p=0,037 (p<0,05), dan ada hubungan tingkat ketergantungan nikotin dengan kejadian kekambuhan merokok dengan nilai p=0,008 (p<0,05).

Analisis Multivariat

Tabel 3 memperlihatkan hasil uji statistik dengan menggunakan uji regresi logistic, memperlihatkan bahwa variabel yang sangat berpengaruh dalam kejadian kekambuhan merokok adalah variabel kepercayaan diri dengan nilai Exp(B)=2,793 kali lebih besar dari variabel yang lain.

(6)

PEMBAHASAN

Penelitian ini menunjukkan bahwa variabel persepsi terhadap ancaman penyakit akibat rokok dan variabel persepsi manfaat berhenti merokok tidak mempunyai hubungan yang signifikan terhadap kejadian kekambuhan merokok, Padahal menurut teori Health Belief model, persepsi terhadap ancaman penyakit merupakan salah satu komponen dari teori ini yang berhubungan secara langsung dengan kecenderungan seseorang untuk melakukan perilaku kesehatan dimana dalam hal ini yaitu perilaku untuk berhenti merokok. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Son et,al (2009) yang menyatakan tidak adanya hubungan antara persepsi terhadap ancaman penyakit dengan terjadinya kekambuhan merokok (relapse) pada perokok yang tengah menjalani masa rehabilitasi berhenti merokok. Manfaat berhenti merokok berupa manfaat fisiologis,ekonomi, dan sosial. Akan tetapi tidak semua orang yang merasakan manfaat berhenti merokok akan memiliki motivasi yang tinggi untuk berhenti merokok Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kim dan Bae (2011), yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan persepsi manfaat berhenti merokok dengan terjadinya relapse pada perokok aktif. Hal ini berarti bahwa persepsi manfaat berhenti merokok bukan merupakan prediktor terjadinya kekambuhan merokok (relapse).

Penelitian ini juga menemukan bahwa variabel kepercayaan diri merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap kejadian kekambuhan merokok. hasil analisis multivariat dengan uji regresi logistik mendapatkan nilai Exp(B)=2,793 kali lebih besar dari variabel yang lain. kepercayaan diri adalah keyakinan seseorang terhadap kemampuannya untuk mengatur dan melaksanakan tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, dan berusaha untuk menilai tingkatan dan kekuatan di seluruh kegiatan dan konteks (Bandura,1997 dalam Scheiding, 2009). Semakin tinggi tingkat kepercayaan diri, semakin sukses seseorang dalam membuat dan memelihara perubahan perilaku. Ketika seseorang merasa memiliki sedikit atau tidak memiliki kemampuan untuk melakukan kontrol atas perilaku tertentu, ia cenderung untuk tidak mau mencoba mengubah perilaku itu. Jika ia memutuskan untuk mencoba, dia lebih cenderung untuk menyerah ketika hasilnya tidak langsung atau terjadi kemunduran (Scheiding, 2009). Begitu pun dalam hal usaha berhenti merokok, hal ini ditunjukkan bila melanggar komitmen mereka untuk berhenti merokok (walaupun hanya dengan satu batang rokok), maka dapat menghancurkan kepercayaan dirinya untuk mengubah perilaku merokoknya. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Scheiding (2009), menyatakan bahwa seseorang yang mempunyai kepercayaan diri yang tinggi, maka kemungkinan untuk berhenti merokok akan lebih besar. Penelitian

(7)

Borland(2009) juga mendapatkan bahwa kekambuhan merokok (relapse) berhubungan dengan rendahnya kepercayaan diri seseorang untuk berhenti merokok.

Persepsi hambatan berhenti merokok adalah pikiran,perasaan atau pengalaman seseorang tentang hambatan yang dirasakan apabila berhenti merokok. Dalam penelitian ini hambatan yang dirasakan paling banyak adalah rasa stress dan frustasi yang dirasakan selama masa pantang, dan terjadinya peningkatan berat badan juga ditemukan sebagai hambatan yang besar dalam usaha berhenti merokok dari responden. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Kumboyono (2011), yang menyatakan adanya hubungan yang signifikan antara persepsi terhadap penghambat berhenti merokok dengan motivasi untuk berhenti merokok.Hasil penelitian ini telah sesuai dengan teori Health Belief Model dalam Pender et,al.2002 (kumboyono, 2011), yang menyebutkan tingginya persepsi terhadap penghambat berhenti merokok secara signifikan dapat berpengaruh pada rendahnya kemauan atau motivasi seseorang untuk berhenti merokok.

Motivasi adalah alasan yang mendasari sebuah perbuatan yang dilakukan oleh seorang individu. Berdasarkan teori diatas, maka dapat dikatakan bahwa motivasi seorang perokok dalam usahanya untuk berhenti merokok adalah suatu dorongan yang terdapat dalam diri individu sehingga menimbulkan, mengarahkan, dan mengorganisasikan tingkah lakunya untuk segera berhenti merokok (Maslow 1950, dalam Pradana 2008). Dari penelitian ini didapatkan sebagian besar motivasi seorang perokok untuk berhenti merokok adalah karena ingin hidup sehat dan karena ingin menghemat uang. Hasil penelitian ini sesuai dengan studi yang dilakukan oleh Winurini (2011) yang menyatakan bahwa motivasi kesehatan merupakan inti dari keberhasilan seorang perokok yang mencoba untuk berhenti merokok. Pada dasarnya seorang perokok berhasil atau tidak untuk berhenti merokok adalah tergantung pada keseimbangan antara motivasinya untuk berhenti merokok dan tingkat ketergantungannya terhadap nikotin (Robert West. 2004), seperti yang didapatkan pada penelitian ini seorang perokok yang mempunyai motivasi yang tinggi untuk berhenti, didapatkan hanya 25,8 % yang berhasil berhenti merokok dan 74, 2 % kembali lagi merokok (relapse).

Tingkat ketergantungan nikotin pada penelitian ini didapatkan bahwa responden yang mengalami relapse lebih banyak terjadi pada responden yang mempunyai tingkat ketergantungan nikotin tinggi yakni sebanyak 207 responden dan 92 responden yang mempunyai tingkat ketergantungan nikotin rendah, berdasarkan uji Chi square menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan tingkat ketergantungan nikotin terhadap kejadian kekambuhan merokok. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Fagan (2007), menyatakan bahwa tingkat ketergantungan nikotin mempunyai hubungan yang signifikan

(8)

dengan niat untuk berhenti merokok seorang perokok. Demikian juga hasil penelitian Girma (2010), menyatakan bahwa mereka yang memiliki tingkat ketergantungan nikotin tinggi tidak mempunyai niat untuk berhenti merokok.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa variabel persepsi terhadap ancaman penyakit akibat rokok dan variabel persepsi manfaat berhenti merokok tidak memberikan kontribusi terhadap kejadian kekambuhan merokok, sedangkan variabel persepsi hambatan berhenti merokok, variabel kepercayaan diri, variabel motivasi dan tingkat ketergantungan nikotin memberikan kontribusi terhadap kejadian kekambuhan merokok. Dari hasil analisis multivariat dengan uji regresi logistik mendapatkan bahwa variabel yang sangat berpengaruh terhadap kejadian kekambuhan merokok adalah variabel kepercayaan diri dengan nilai Exp(B)=2,793 kali lebih besar dari variabel yang lain, sehingga untuk meningkatkan kepercayaan diri untuk berhenti merokok diperlukan suatu kondisi yang mendukung agar seseorang tidak merokok misalnya dengan kawasan bebas rokok. Untuk itu berharap kepada pemerintah segera memberlakukan undang-undang larangan merokok ditempat-tempat umum dengan sanksi yang tegas bagi yang melanggarnya.

DAFTAR PUSTAKA

American Lung Association. (2011). Trens in Tobacco Use. Research and Program Service Epidemiologi and Statistic Unit.

Borland, Hyland. et.al. (2009). Predictors of smoking relapse by duration of abstinence: findings from the International Tobacco Control (ITC) Four Country Survey.

Department of Psychology. The University of Melbourne. Melbourne. VIC. Australia

Fagan, Augustson, E., Backinger, C.L., O’ Connel,M.E.,Robert E. Vollinger Jr., Kaufman, A., & Gibson J.T. (2007). Quit Attempts and Intention to Quit Cigatette Smoking Among Young Adults in The United States. American Journal of Public Healh.

Fawzani dan Atik. (2004). Terapi Berhenti Merokok ( Studi Kasus 3 Perokok Berat). Makara Kesehatan 2005.

Girma, Assefa. et.al . (2010). Cigarette smoker’s intention to quit smoking in Dire Dawa town Ethiopia: an assessment using the Transtheoretical Model. BMC Public Health 2010.

Iman, Bolman C,.Candel. Wiers R. (2012). Preventing Smoking Relapse via Web-Based Computer-Tailored Feedback: A Randomized Controlled Trial. Department of Health Promotion, University, Maastricht, Netherlands

Kumboyono. (2011). Analisis Faktor Penghambat Berdasarkan Berhenti Merokok Berdasarkan Health Belief Model pada Mahasiswa F.T. UNIBRAW Malang. Jurnal Keperawatan Soedirman 2011.

(9)

Kim, H.S. dan Bae S.S. (2011). Factors Associated with Relapse to Smoking Behavior Using Health Belief Model. Graduate School of Public Health, Hallym Health Services Research Center, Hallym University, Korea

Macy, Seo. et.al. (2007). Prospective Predictors of Long-Term Abstinence Versus Relapse Among Smokers Who Quit as Young Adults. American Journal of Public Health. Agustus 2007, Vol 97, No. 8.

Pradana, Kemal A. (2008). Dinamika Motivasi Mengakhiri Perilaku Merokok Mantan Perokok yang Pernah Mengalami Fase Relapse. Tesis (online). (http://

lontar.ui.ac.id/file ) diakses 1 januari 2013.

Robert west. (2004). ABC of smoking cessation. Assessment of dependence and motivation to stop smoking. BMJ Vol. 328.

Scheiding, Rachel, A. (2009). The Relationship Between smoking Cessation and self efficacy.

Thesis. Department of Psychology Marietta Collegge.

Son, HK, et.al. (2009). The factors implicated when an individual starts to smoke again after a 6 month cessation. Department of Preventive Medicine, School of Medicine, Kyungpook National University.

Song, F. et.al. (2012). Self-help materials for the prevention of smoking relapse: study protocol for a randomized controlled trial. Biomed Central

Thabrany dan Sarnantio. (2012). Indonesia The Heaven for Cigarette Companies and The Hell For The People. Faculty of Public Health. Indonesia University

Winurini, Sulis. (2011). Penyebab Relapse (kembali merokok)pada Perokok Berat di tinjau dari Health Belief Model. Pusat Pengkajian Pengolahan Data dan Informasi Sekretaris Jenderal DPR RI.

Zavattieri, A.G,. et.al. (2006). Which The Reason to Relapse in The First 12 week, Between The 13 and 24 and after 24 Weeks of Smoking Cessation Treatment?. Smoking cessation, Heart Institute - University of São Paulo – Brazil

(10)

Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan Variabel Penelitian Di Masyarakat Kecamatan Tamalate Kota Makassar.

No Variabel Penelitian n %

1. Kambuh Merokok (Relapse) a. Ya

b. Tidak (berhenti merokok)

229 85

77,9 22,1 2. Persepsi terhadap ancaman penyakit

a. Terancam b. Tidak Terancam 189 196 49,2 50,8 3. Persepsi manfaat berhenti merokok

a. Bermanfaat b. Tidak bermanfaat 236 148 61,5 38,5 4. Persepsi hambatan Berhenti merokok

a. Terhambat b. Tidak terhambat 202 182 52,6 47,4 5. Kepercayaan diri

a. Kepercayaan diri tinggi b. Kepercayaan diri rendah

226 158 58,9 41,1 6. Motivasi a. Motivasi tinggi b. Motivasi rendah 236 148 61,5 38,5 7. Tingkat ketergantungan nikotin

a. Tingkat ketergantungan nikotin tinggi b. Tingkat ketergantungan nikotin rendah

252 132

65,6 34,4

(11)

Tabel 2 Hubungan Masing-Masing Variabel Terhadap Kejadian Kekambuhan Merokok di Kecamatan Tamalate Kota Makassar.

No Variabel Berhenti Merokok Kambuh Merokok Jumlah n % n % n % 1. Persepsi ancaman Terancam Tidak terancam 50 35 26,5 17,9 139 160 73,5 82,1 189 195 100 100 P= 0,060 2. Persepsi manfaat Bermanfaat Tidak bermanfaat 59 26 25,0 17,6 177 122 75,0 82,4 236 148 100 100 P= 0,114 3. Persepsi hambatan Terhambat Tidak terhambat 35 50 17,3 27,3 167 132 82,7 72,5 202 182 100 100 P= 0,023 4. Persepsi ancaman Terancam Tidak terancam 50 35 26,5 17,9 139 160 73,5 82,1 189 195 100 100 P= 0,060 5. Persepsi manfaat Bermanfaat Tidak bermanfaat 59 26 25,0 17,6 177 122 75,0 82,4 236 148 100 100 P= 0,114 6. Persepsi hambatan Terhambat Tidak terhambat 35 50 17,3 27,3 167 132 82,7 72,5 202 182 100 100 P= 0,023

Sumber : Data Primer 2013.

Tabel 3 Hasil Analisis Uji Regresi Logistik Faktor Kejadian Kekambuhan Rokok pada Perokok Aktif pada Masyarakat Kec. Tamalate Kota Makassar.

Variabel B Nilai p Exp(B)

Step 1 Step 2 Ancaman Manfaat Penghambat Kepercayaan diri Motivasi Nikotin Constant Ancaman Hambatan kepercayaan diri Motivasi Nikotin Constant Overall Percentage 0.402 0.417 0.732 0.978 0.441 0.634 -0.344 0.434 0.657 1.027 0.456 0.664 -0.216 79.7 0.125 0.139 0.010 0.001 0.117 0.020 0.268 0.095 0.019 0.000 0.104 0.014 1.494 1.517 2.080 2.658 1.554 1.886 0.709 1.543 1.929 2.793 1.578 1.942

Gambar

Tabel  1  Distribusi  Responden  Berdasarkan  Variabel  Penelitian  Di  Masyarakat  Kecamatan Tamalate Kota Makassar
Tabel  2  Hubungan  Masing-Masing  Variabel  Terhadap  Kejadian  Kekambuhan  Merokok di Kecamatan Tamalate Kota Makassar

Referensi

Dokumen terkait

Penulis membuat perancangan buku panduan untuk membantu wisatawan memberikan informasi mengenai objek wisata di Bogor... Kurangnya informasi mengenai objek wisata Bogor

diberikan kepada peserta dan panitia kegiatan rapat/pertemuan yang diselenggarakan di luar kantor sebagaimana dimaksud dalam satuan biaya paket kegiatan

Anggota Komisi Polisi Nasional -Kompolnas- -Novel Ali- dan Ketua Presidium Indonesia Police Watch -Neta S Pane- seracara terpisah/ menilai polisi yang memfitnah dan

Hasil kajian menunjukkan bahawa keempat-empat pusat pendidikan awal kanak-kanak tersebut melaksanakan pendidikan awal kanak-kanak yang bersesuaian dengan asas-asas pendidikan

The embedding watermark image on loopholes based on JPEG quantization tables has been investi- gated.. The watermark image is embedded along the edge based on psychovisual

konteks perjanjian waralaba, apabila ada klausul yang mengatur secara mutlak bahwa penerima waralaba harus membeli produk lain (barang atau jasa) dari perusahaan yang

Dokumen Pengadaan Standar Jasa Konsultansi Badan Usahai.

teknologi informasi dengan menggunakan sebuah indeks yaitu Indeks Keamanan Informasi (KAMI) yang terdiri dari tata kelola keamanan informasi, pengelolaan resiko,