• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh: Ni Komang Arsani 1 ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Oleh: Ni Komang Arsani 1 ABSTRAK"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MEMBACA BAHASA INGGRIS PESERTA DIDIK KELAS VIIIA SMP NEGERI 2 TEMBUKU

PADA SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2018/2019

Oleh: Ni Komang Arsani1

ABSTRAK

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan model inkuiri terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar membaca siswa kelas VIIIA pada semester Genap tahun pelajaran 2018/2019 di SMP Negeri 2 Tembuku. Penelitian yang dilakukan sesuai tujuan di atas menggunakan tes hasil belajar sebagai alat pengumpul datanya dan menggunakan analisis deskriptif sebagai alat untuk menganalisis data hasil penelitian. Setelah dilakukan analisis diperoleh peningkatan hasil dari data awal yang rata-ratanya 57,18 dengan ketuntasan belajar hanya sebesar 35,71% meningkat pada siklus I menjadi 63,71 untuk nilai rata-ratanya dengan ketuntasan belajar mencapai 57,14% dan pada siklus II meningkat lagi rata-rata kelasnya menjadi 70,86 dengan ketuntasan belajar mencapai 82,14%. Hasil tersebut telah membuktikan keberhasilan penelitian yang dilakukan sehingga dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing mampu meningkatkan hasil belajar membaca siswa. Hasil itu telah membuktikan bahwa hipotesis yang disampaikan dapat diterima.

Kata kunci : Model Pembelajaran inkuiri terbimbing, hasil belajar, membaca (reading), Mata pelajaran Bahasa Inggris

Abstract

This research is a classroom action research that aimed at finding out whether the application of guided inquiry model can improve student learning outcomes in class VIIIA in the second semester of the academic year 2018/2019 at SMP Negeri 2 Tembuku. Research conducted according to the objectives above used a learning achievement test as a data collection tool and descriptive analysis as a tool to analyze the research data. After analyzing the data, it was obtained an increase in the results from which the average initial score reached 57.18 with mastery learning only 35.71% has increased in the first cycle to 63.71 for the average score with mastery learning reached 57.14% and in the second cycle, the average score increased to 70.86 with mastery learning reaching 82.14%. These results have proven the success of the research conducted thus that it can be concluded that the guided inquiry learning model was able to improve student reading learning outcomes. The results have proven that the hypothesis presented was accepted.

(2)

Keywords: Guided inquiry learning model, learning outcomes, reading, English subjects

PENDAHULUAN

Dalam dunia pembelajaran dikenal adanya beberapa hal penting seperti media, metode, model, strategi pendekatan dan teknik. Hal-hal tersebut mempunyai tujuan akhir yakni guna mencapai peningkatan dalam proses belajar mengajar. Dengan guru mampu melakukan pemilihan dan penggunaan hal-hal tersebut akan dapat mencapai hasil-hasil yang maksimal dari kegiatan belajar mengajar.

1Ni Komang Arsani adalah guru Bahasa Inggris di SMP Negeri 2 Tembuku

Setiap mata pelajaran yang diajarkan di sekolah memiliki karakteristiknya masing-masing begitupula pada mata pelajaran bahasa. Pembelajaran bahasa secara garis besar bertujuan untuk membuat peserta didik tidak hanya mampu memahami kaidah-kaidah bahasa yang baik dan benar tetapi juga mampu menggunakan kaidah-kaidah tersebut dalam percakapan sehari-hari. Disamping itu, pembelajaran bahasa juga bertujuan untuk membuat peserta didik mampu menggunakan bahasa baik secara verbal maupun non verbal dalam situasi formal dan in-formal.

Pembelajaran bahasa mencakup empat ketrampilan utama yakni mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Untuk itu, peserta didik juga diharapkan menguasai keempat ketrampilan tersebut sehingga peserta didik memiliki penguasaan ketrampilan yang menyeluruh yang kelak dapat menjadi bekal yang baik bagi mereka untuk berkomunikasi dengan baik dan benar di masyarakat. Akan tetapi, tidak jarang terjadi para peserta didik masih mengalami kesulitan dalam menguasai keempat ketrampilan yang dituntut. Misalnya ada siswa yang mampu menguasai ketrampilan reseptif seperti mendengar dan membaca dengan baik namun ketika diminta untuk berbicara atau menulis, siswa tersebut mengalami kendala yang luar biasa. Atau sebaliknya, ketrampilan produktif (berbicara dan menulis) sangat baik namun siswa tersebut kesulitan

(3)

memahami maksud lawan bicaranya atau maksud yang terdapat dalam sebuah teks bacaan. Untuk itu, guru diwajibkan untuk memberikan porsi yang tepat bagi pembelajaran keempat ketrampilan ini sehingga siswa memperoleh kesempatan yang luas serta sama untuk dapat menguasai keempat ketrampilan berbahasa tersebut.

Permasalahan dalam penguasaan ketrampilan berbahasa juga ditemukan di beberapa sekolah dan salah satunya adalah di SMP Negeri 2 Tembuku khususnya siswa kelas VIIIA. Masalah yang sedang dihadapi saat ini di kelas VIIIA di SMP Negeri 2 Tembuku betul-betul merupakan masalah pembelajaran Bahasa Inggris khususnya ketrampilan membaca (reading) dimana hasil belajar membaca siswa di kelas ini masih tergolong rendah. Data yang diperoleh dari observasi awal menunjukkan rata-rata nilai membaca siswa baru mencapai 57,18 dengan ketuntasan belajar sebesar 35,71%. Selain secara kuantitatif, secara kualitatif ditemukan bahwa siswa masih sulit membaca teks bahasa Inggris karena beberapa kata tidak bisa dilafalkan dengan baik dan siswa tidak memperhatikan tanda baca. Rendahnya hasil belajar membaca siswa ini disebabkan oleh karena kebiasaan membaca jarang dilakukan; disamping itu guru juga jarang memberikan stimulasi berupa pertanyaan atau pemberian kosakata untuk membekali siswa dalam memahami teks bacaan; kurangnya kosakata yang dimiliki siswa sehingga mereka selalu merasa kesulitan untuk memahami teks bacaan; dan guru jarang memberikan pemahaman tentang teknik membaca serta tentang beberapa jenis membaca. Hal-hal inilah yang menjadi masalah sehingga peningkatan mutu pendidikan belum dapat diupayakan lebih maksimal. Peserta didik sering merasa kesulitan memahami kata, kemudian mereka sulit memahami kalimat dan akhirnya mereka tidak mampu memahami isi teks secara keseluruhan

Guna mencapai hasil belajar membaca yang maksimal, maka guru dituntut agar lebih tepat dalam menggunakan dan menentukan media, metode, model, strategi, pendekatan dan teknik yang digunakan dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Ketersediaan waktu di sekolah untuk memperbaiki proses belajar mengajar menyebabkan peneliti melakukan penelitian tentang penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing untuk meningkatkan hasil belajar membaca bahasa Inggris siswa kelas VIIIA semester genap tahun

(4)

Pelajaran 2018/2019 SMP Negeri 2 Tembuku dalam upaya memecahkan permasalahan yang penting dan mendesak di kelas ini mengingat inti keilmuan dari model pembelajaran inimampu mengarahkan siswa mampu melakukan penyelidikan lebih dalam terhadap materi sehingga mampu meningkatkan hasil belajar mereka. Selain ketersediaan waktu, peneliti juga memiliki dana untuk menyelesaikan karya ini akibat dengan adanya dukungan yang memadai yang tersedia di sekolah ini

Inkuiri berasal dari bahasa Inggris inquiry yang dapat diartikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukannya. Pertanyaan ilmiah adalah pertanyaan yang dapat mengarahkan pada kegiatan penyelidikan terhadap objek pertanyaan. Dengan kata lain, inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap pertanyaan atau rumusan masalah.

Secara umum, inkuiri merupakan proses yang bervariasi dan meliputi kegiatan-kegiatan mengobservasi, merumuskan pertanyaan yang relevan, meng-evaluasi buku dan sumber-sumber informasi lain secara kritis, merencanakan penyelidikan atau investigasi, mereview apa yang telah diketahui, melaksanakan percobaan atau eksperimen dengan menggunakan alat untuk memperoleh data, menganalisis dan menginterpretasi data, serta membuat prediksi danmengkomunikasikan hasilnya (Depdikbud, 1997; NRC, 2000).

Menurut Sanjaya (2008), penggunaan inkuiri harus memperhatikan beberapa prinsip, yaitu berorientasi pada pengembangan intelektual (pengembangan kemampuan berfikir), prinsipinteraksi (interaksi antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru bahkan antara siswa denganlingkungan), prinsip bertanya (guru sebagai penanya), prinsip belajar untuk berfikir (learninghow to think), prinsip keterbukaan (menyediakan ruang untuk memberikan kesempatan kepadasiswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka membuktikan kebenaran hipotesis yangdiajukan).

Ada beberapa hal yang menjadi ciri utama Strategi Pembelajaran Inkuiri: 1. Strategi inkuiri menekankan pada aktivitas siswa secara maksimal untuk

(5)

2. Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawabansendiri dari suatu yang dipertanyakan. Strategi inkuiri ini menempatkan guru sebagaifasilitator dan motivator, bukan sebagai sumber belajar yang menjelaskan saja.

3. Tujuan dari penggunaan strategi inkuiri adalah mengembangkan kemampuan berpikir secarasistematis, logis dan kritis atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagianproses mental. Strategi Pembelajaran Inkuri efektif apabila:

1. Guru mengharapkan siswa dapat menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang ingin dipecahkan.

2. Jika bahan pelajaran yang akan diajarkan tidak berbentuk fakta atau konsep yang sudah jadi,akan tetapi sebuah kesimpulan yang perlu pembuktian.

3. Jika proses pembelajaran berangkat dari ingin tahu siswa terhadap sesuatu.

4. Jika akan mengajar pada sekelompok siswa yang rata-rata memiliki kemampuan dankemampuan berpikir.

5. Jika siswa yang belajar tak terlalu banyak sehingga bisa dikendalikan oleh guru.

6. Jika guru memiliki waktu yang cukup untuk menggunakan pendekatan yang berpusat padasiswa.

Seperti yang telah diteliti oleh Haury (1993), salah satu manfaat yang dapat diperoleh dari model inquiry adalah munculnya sikap keilmiahan siswa, misalnya sikap objektif, rasa ingin tahu yang tinggi, dan berpikir kritis, Jika metode inquiry dapat mempengaruhi sikap keilmiahan siswa, maka muncul pertanyaan apakah metode ini juga dapat mempengaruhi motivasi belajar dalam diri siswa? Sesuai dengan teori curiosity Berlyne, rasa ingin tahu yang dimiliki siswa akan memberikan motivasi bagi siswa tersebut untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang dihadapinya; yang tidak lain adalah motivasi untuk belajar. Dengan sikap keilmiahan yang baik, konsep-konsep dalam Sains lebih mudah dipahami oleh siswa.Begitu juga, dengan motivasi belajar yang tinggi, kegiatan pembelajaran Sains juga menjadi lebih mudah mencapai tujuannya, yaitu

(6)

pemahaman konsep-konsep Sains. Jadi, tampaknya ada hubungan yang kuat antara motivasi belajar dengan sikap keilmiahan yang terbentuk sebagai akibat dari penerapan metode inquiry.

Model inkuiri terbimbing ini diterapkan dalam penelitian ini untuk meningkatkan hasil belajar membaca bahasa Inggris siswa. Adapun pengertian hasil belajar meneurut Ashan (1981) adalah perubahan tingkah laku, baik pikiran, sikap maupun keterampilan yang berguna dalam melakukan suatu kegiatan tertentu di masyarakat selama kehidupan yang dialami peserta didik. Selain itu, Chaplin (1992), juga menjelaskan bahwa “Hasil belajar merupakan suatu tingkatan khusus yang diperoleh sebagai hasil dari kecakapan kepandaian, keahlian dan kemampuan di dalam karya akademik yang dinilai oleh guru atau melalui tes prestasi”.

Pendapat Chaplin di atas mengandung pengertian bahwa prestasi itu hakikatnya berupa perubahan perilaku pada individu di sekolah, perubahan itu terjadi setelah individu yang bersangkutan mengalami proses belajar mengajar tertentu. Sejalan dengan dua pendapat sebelumnya, Poerwadarminta (1993) menjelaskan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia ingin menerima pengalaman belajar atau yang optimal yang dapat dicapai dari kegiatan belajar di sekolah untuk pelajaran.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah model inkuiri terbimbing mampu meningkatkan hasil belajar membaca bahasa Inggris siswa sehingga penelitian ini diklasifikasikan sebagai penelitian tindakan kelas. Penelitian ini menggunakan siswa kelas VIIIA SMPN 2 Tembuku yang berjumlah 28 orang yang belajar pada semester genap tahun pelajaran 2018/2019 sebagai subjek penelitian. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model PTK Model Kemmis dan Mc. Taggart (dalam Uno dkk, 2011) yang menggunakan model siklus dimana masing-masing siklus dalam penelitian ini terdiri dari empat tahapan yang dimulai dari perencanaan, kemudian pelaksanaan, observasi dan refleksi. Selanjutnya bentuk spiral yang dibuat Kemmis berulang kembai mulai perencanaan, lanjut dengan pelaksanaan, observasi dan refleksi

(7)

Menurut Uno, dkk (2011: 87) dijelaskan bahwa model Kemmis dan Taggart merupakan pengembangan dari konsep dasar yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin, hanya saja komponen acting (tindakan) dengan observing

(pengamatan) dijadikan satu kesatuan. Pada penelitian ini, setelah tahap perencanaan, dilanjutkan dengan tahap pelaksanaan yaitu tahapan dimana model inkuiri terbimbing diberikan kepada subjek penelitian. Setelah pelaksanaan, hasil belajar siswa kemudian diobservasi dan terakhir dilakukan refleksi untuk mengetahui apakah model yang digunakan telah berhasil mencapai peningkatan sesuai indikator keberhasilan penelitian atau tidak. Jika belum maka penelitian dilanjutkan ke siklus selanjutnya, kalau sudah maka penelitian tidak dilanjutkan ke siklus selanjutnya

Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan tes hasil belajar untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam ketrampilan membaca bahasa Inggris. Oleh karena data yang diperoleh berupa angka maka analisis deskriptif yang peneliti gunakan adalah analisis data kuantitatif yakni dengan mencari mean, median, modus, membuat interval kelas dan melakukan penyajian dalam bentuk tabel dan grafik. Instrumen yang dipergunakan untuk menilai hasil belajar siswa kelas VIIIA SMPN 2 Tembuku berupa tes. Penelitian ini dinyatakan berhasil apabila pencapaian nilai rata-rata minimal 70 dengan ketuntasan belajar 80%

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Deskripsi yang dapat disampaikan untuk perolehan data awal menunjukkan bahwa dari 28 orang siswa, hanya 10 orang siswa yang mampu memperoleh nilai diatas atau sama dengan nilai KKM dengan persentase ketuntasan sebesar 35,71%, sedangakn sisanya sebanyak 18 orang siswa belum mampu memenuhi kriteria ketuntasan minimal. Rata-rata kelas yang diperoleh juga masih sangat rendah yakni sebesar 57,18. Data tersebut menunjukkan rendahnya hasil belajar membaca Bahasa Inggris siswa kelas VIIIA.

Setelah memperoleh hasil belajar membaca siswa di pra-siklus, peneliti menerapkan model inkuiri terbimbing sebagai langkah memperbaiki hasil belajar siswa yang rendah tersebut. Penerapan ini dimulai dengan perencanaan yakni dengan

(8)

membaca referensi dan diskusi dengan teman sejawat terkait sintaks pelaksanaan model inkuiri terbimbing dalam mata pelajaran Bahasa Inggris khususnya ketrampilan membaca. Setelah itu, dilaksanakan penyusunan RPP dan media pembelajaran guna mendukung kelancaran proses pelaksanaan di kelas. Setelah tahap perencanaan selesai, dilanjutkan dengan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri terbimbing. Adapun beberapa langkah pembelajaran yang dilakukan peneliti dalam pembelajaran membaca Bahasa Inggris menggunakan model inkuiri terbimbing, diantaranya: 1) memberikan masalah dan menerangkan langkah-langkah penemuan solusi terhadap masalah/pertanyaan-pertanyaan yang diberikan; 2) menyajikan fenomena yang memerlukan beberapa penjelasan/jawaban yang harus dicari oleh siswa; 3) meminta siswa mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan fenomena yang terjadi di dalam teks bacaan yang diberikan oleh guru; 4) meminta siswa menghubungkan data-data tersebut dengan apa yang terdapat di dalam teks bacaan; 5) meminta siswa mencari dan menentukan variabel-variabel yang berhubungan dengan fenomena yang disajikan melalui berbagai macam tehnik membaca; 6) menugaskan siswa untuk berusaha membuktikan jawabannya; 7) meminta siswa mengolah dan menganalisa data yang diperolehnya dan membentuk suatu penjelasan tentang fenomena/masalah yang diberikan guru di awal pembelajaran; 8) meminta siswa mengemukakan kesulitan- kesulitan yang dialaminya selama mencari jalan keluar agar dapat melakukan kegiatan yang serupa lebih baik lagi

Selama proses pembelajaran baik di siklus I maupun di siklus II, peneliti mengundang kepala sekolah dan teman sejawat guna mengamati serta memberikan masukan terhadap proses pelaksanaan penggunaan model inkuiri terbimbing di dalam kelas. Dengan demikian peneliti memperoleh masukan berupa kelebihan dan kekurangan dalam pelaksanaan model inkuri terbimbing untuk selanjutnya dapat dikoreksi. Disamping itu, teman sejawat juga diminta untuk memvalidasi instrumen penelitian yang digunakan sehingga instrumen penelitian layak digunakan.

Setelah tahap pelaksanaan, dilanjutkan dengan tahap observasi. Hasil observasi baik siklus I dan siklus II dijabarkan pada Tabel 01 berikut

(9)

Nomor Subjek Penelitian Nilai Awal Siklus I Siklus II 1 65 70 78 2 65 70 77 3 55 70 74 4 50 65 72 5 50 65 78 6 67 70 75 7 45 50 60 8 45 50 60 9 75 78 78 10 56 60 70 11 56 60 70 12 50 60 80 13 60 63 65 14 65 70 70 15 55 60 63 16 60 70 75 17 50 55 60 18 70 73 75 19 70 72 75 20 45 55 65 21 40 50 60 22 70 73 76 23 70 72 80 24 40 50 65 25 50 55 70 26 60 65 70 27 67 68 75 28 50 65 68 Jumlah Nilai 1601 1784 1984 Rata-rata (Mean) 57,18 63,71 70,86

KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) 65 65 65

Jumlah Siswa yang Mesti Diremidi 18 12 5

Jumlah Siswa yang Perlu Diberi Pengayaan 10 16 23

Prosentase Ketuntasan Belajar 35,71% 57,14% 82,14

Siklus I

Analisis kuantitatif data siklus I dapat disampaikan sebagai berikut. 1. Rata-rata (mean)

Memudahkan perhitungan dalam pencarian rata-rata maka rumus yang digunakan adalah

= = 63,71

(10)

Menghitung median adalah hal yang tidak terpisahkan dari analisis kuantitatif. Untuk memperoleh nilai dari median juga dilakukan perhitungan. Cara perhitungan tersebut adalah dengan mengurut data/nilai siswa dari yang terkecil sampai terbesar. Setelah diurut apabila jumlah data ganjil maka mediannya adalah data yang ditengah. Kalau jumlahnya genap maka dua data yang di tengah dijumlahkan dibagi 2 (dua). Oleh karena data pada penelitian ini berjumlah 28 (genap) maka nilai tengahnya adalah: 65

3. Modus (angka yang paling banyak/paling sering muncul)

Hasil penelitian dalam bentuk kuantitatif adalah angka. Angka yang diperoleh merupakan kemampuan peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran. Angka-angka tersebut setelah diurut dari yang terkecil sampai yang terbesar terbilang adalah 70 sebagai nilai terbanyak. Nilai yang terbanyak muncul tersebutlah modus dari data hasil penelitian ini.

Untuk persiapan penyajian dalam bentuk grafik maka, banyak kelas, rentang kelas, panjang dan interval kelas perlu dihitung terlebih dahulu menggunakan rumus yang biasa digunakan dalam PTK seperti berikut ini

a. Banyak kelas (K) = 1 + 3.3 x Log (N) = 1 + 3.3 x Log 28

= 1 + (3.3 x 1.45)

= 1 + 4.78 = 5.78 → 6

b. Rentangkelas (r) = skor maksimum – skor minimum = 78 – 50

= 28

c. Panjangkelas interval (i) = = = 4,66 → 5

d. Tabel 02. Interval Kelas Siklus I No Urut Interval Nilai Tengah Frekuensi Absolut Frekuensi Relatif 1 50 – 54 52 4 14,29 2 55 – 59 57 3 10,71 3 60 – 64 62 5 17,86 4 65 – 69 67 5 17,86 5 70 – 74 72 10 35,71 6 75 - 79 77 1 3,57 Total 28 100

(11)

e. Penyajian dalam bentuk histogram

Gambar 01 Histogram Hasil Belajar membaca Bahasa Inggris siswa VIIIA

Dari histogram di atas terlihat bahwa nilai tertinggi lebih banyak diperoleh pada rentang nilai 70-74. Kekurangan-kekurangan/kelemahan-kelemahan yang masih tersisa dari pelaksanaan tindakan siklus I adalah:

- Guru belum mampu memotivasi siswa untuk giat membaca

- Pembelajaran masih konvensional, materi disajikan cepat, akibat siswa jumlahnya terlalu banyak

- Guru belum memberikan banyak kegiatan pre-reading agar siswa siap dalam kegiatan inti membaca

- Kemampuan siswa dalam membaca teks bahasa Inggris masih harus diupayakan lebih giat

- Guru belum mampu membuat interaksi belajar

Sedangkan kelebihan yang ditemukan pada pelaksanaan tindakan siklus I adalah pembelajaran lebih menyenangkan karena setiap usaha siswa dihargai sehingga siswa semakin termotivasi untuk meningkatkan prestasinya

Siklus II

Analisis deskriptif pada data siklus II ini dapat disampaikan sebagai berikut 0 2 4 6 8 10 50 – 54 55 – 59 60 – 64 65 – 69 70 – 74 75 - 79 4 3 5 5 10 1

Nilai

Nilai

(12)

1. Memudahkan perhitungan dalam pencarian rata-rata maka rumus yang digunakan adalah

= = 70,86

1. Median (titik tengah)

Sama halnya dengan di siklus I, pencarian median di siklus II ini juga dengan cara mengurutkan data yang diperoleh. Dari 28 data yang ada, median untuk siklus II adalah 71.

2. Modus (angka yang paling banyak/paling sering muncul)

Kemunculan paling banyak diperlihatkan oleh nilai 70 dan 75 yang sama-sama menunjukkan 5 kali kemunculan dari 28 jumlah data yang diperoleh di siklus II ini.

Sebelum membuat grafik, K, r dan i berikut perlu dihitung lagi menggunakan rumus yang biasa digunakan dalam PTK seperti berikut.

1. Banyak kelas (K) = 1 + 3.3 x Log (N) = 1 + 3.3 x Log 28

= 1 + (3.3 x 1.45)

= 1 + 4.78 = 5.78 → 6

2. Rentang kelas (r) = skor maksimum – skor minimum

= 80 –60

= 20

3. Panjangkelas interval (i) = = = 3.33 → 3

4. Tabel 03 Interval Kelas Siklus II

No Urut Interval Nilai Tengah Frekuensi Absolut Frekuensi Relatif 1 60 – 62 61 4 14,29 2 63 – 65 64 4 14,29 3 66 – 68 67 1 3,57 4 69 – 71 70 5 17,86 5 72 – 74 73 2 7,14 6 75 - 77 76 7 25,00 7 78 - 80 79 5 17,86 Total 28 100

(13)

Gambar 02 Histogram Hasil Belajar Membaca Bahasa Inggris siswa VIIIA Siklus II

Dari histogram di atas terlihat bahwa nilai terbanyak berada pada rentang nilai 66 – 71 yakni sebanyak 10 perolehan. Sudah hampir tidak ditemukan kekurangan pada siklus II ini akibat peneliti sudah menerapkan metode yang bervariasi. Selain itu, penguatan-penguatan baik verbal maupun non-verbal sudah mampu diupayakan dengan baik. Sedangkan kelebihan yang ditemukan pada pelaksanaan tindakan Siklus II adalah i) Guru sudah mampu memotivasi siswa untuk giat membaca; ii) Pembelajaran sudah dilaksanakan dengan ritme yang baik (tidak terlalu cepat maupun lambat) sehingga seluruh siswa bisa mengikuti dengan baik; iii) Guru sudah memberikan kegiatan pre-reading yang cukup untuk memudahkan siswa mengerjakan tugas-tugas dalam kegiatan inti; iv) Guru sudah menggunakan tanya jawab multiarah; dan v) Guru sudah mampu membuat interaksi belajar yang baik

Pembahasan

Dari hasil penelitian yang dipaparkan di atas dapat disampaikan bahwa dari data awal yang diperoleh dengan rata-rata 57,18 menunjukkan bahwa kemampuan anak/siswa dalam membaca Bahasa Inggris masih sangat rendah mengingat kriteria ketuntasan belajar siswa untuk mata pelajaran ini di SMP Negeri 2 Tembuku adalah 65. Dengan nilai yang sangat rendah seperti itu maka peneliti mengupayakan untuk dapat meningkatkan prestasi belajar membaca siswa menggunakan model inkuiri terbimbing yang benar sesuai teori yang ada.

0 2 4 6 8 10 60 – 65 66 – 71 72 – 77 78 – 83 84 – 89 90 - 95 1 10 0 9 0 4

Nilai

Nilai

(14)

Sehingga peningkatan rata-rata prestasi belajar anak/siswa pada siklus I dapat diupayakan dan mencapai rata-rata 63,71. Namun rata-rata tersebut belum maksimal karena dari 28 siswa hanya 16 orang siswa memperoleh nilai di atas KKM sedangkan yang lainnya belum mencapai KKM. Sedangkan prosentase ketuntasan belajar di siklus I baru mencapai 57,14%. Hal tersebut terjadi akibat penggunaan model inkuiri terbimbing belum maksimal dapat dilakukan sesuai alur teori yang benar.

Pada siklus ke II perbaikan prestasi belajar siswa diupayakan lebih maksimal dengan membuat perencanaan yang lebih baik, menggunakan alur dan teori dari model inkuiri terbimbingdengan benar dan lebih maksimal. Peneliti giat memotivasi siswa agar giat belajar, memberi arahan-arahan, menuntun mereka untuk mampu meningkatkan ketrampilan membaca Bahasa Inggris lebih optimal. Akhirnya dengan semua upaya tersebut peneliti mampu meningkatkan prestasi belajar siswa pada siklus II menjadi rata-rata 70,86 dengan persentase ketuntasan belajar mencapai 82,14%. Upaya-upaya yang maksimal tersebut menuntun pada suatu keberhasilan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing mampu meningkatkan prestasi belajar membaca siswa. Oleh karena nilai rata-rata dan persentase ketuntasan belajar telah memenuhi indikator keberhasilan yakni nilai rata-rata minimal 70 dengan persentase ketuntasan belajar sebesar 80%, maka penelitian ini tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya.

Berdasarkan data yang sudah diperoleh dari pra-siklus, siklus I dan siklus II diperoleh peningkatan prestasi belajar. Peningkatan tersebut dirangkum dalam diagram berikut agar pembaca lebih gampang melihat kemajuan yang ada

Gambar 03 Diagram Lingkaran peningkatan hasil belajar membaca Bahasa Inggris siswa VIIIA SMPN 2 Tembuku dari

35.71%

57.14% 82.14%

Persentase Ketuntasan Belajar

Pra-siklus

Siklus I

(15)

pra-siklus, Siklus I dan Siklus II

SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah disampaikan, dapat dipaparkan kesimpulan dari hasil pelaksanaan penelitian tindakan ini adalah bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing mampu meningkatkan hasil belajar membaca peserta didik dalam mata pelajaran bahasa Inggris kelas VIIIA SMP Negeri 2 Tembuku yang belajar pada semester genap Tahun Pelajaran 2018/2019. Hal ini terbukti dari peningktan hasil yang diperoleh seperti rata-rata dari awal baru 57,18, pada siklus I mencapai 63,71 dan pada siklus II mencapai 70,86. Begitupula dengan ketuntasan belajar meningkat dari awal 36%, di siklus I meningkat menjadi 57% dan di siklus II meningkat lagi menjadi 82%. Bukti-bukti tersebut telah mampu menjawab rumusan masalah dan tujuan penelitian serta mampu membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan

DAFTAR PUSTAKA

Ashan,M.W. 1981. Competency Based Education and Behavioral Objective. New Jersey: Engelwood Cliffs, Education Technologycal Publication inc. Chaplin. 1992. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Pustaka Jaya

Depdikbud. 1997. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Haury, L. David. 1993. Teaching Science Through Inquiry. Columbus, OH: ERIC Clearinghouse for Science, Mathematics, and Environment Education Poerwadarminta. 1993. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Sanjaya, Wina. 2008. Perencanaan dan desain sistem pembelajaran. Jakarta:

Kencana Prenada Media Group

Uno. B. Hamzah. 2011. Menjadi Peneliti PTK yang Profesional. Jakarta: PT Bumi Aksara

Gambar

Gambar 01 Histogram Hasil Belajar membaca Bahasa Inggris siswa VIIIA   Dari  histogram  di  atas  terlihat  bahwa  nilai  tertinggi  lebih  banyak  diperoleh  pada  rentang  nilai  70-74
Gambar 02 Histogram Hasil Belajar Membaca Bahasa Inggris siswa  VIIIA Siklus II
Gambar  03  Diagram  Lingkaran  peningkatan  hasil  belajar  membaca  Bahasa  Inggris  siswa  VIIIA  SMPN  2  Tembuku  dari

Referensi

Dokumen terkait

5) Islam, anak kecil muslim tidak boleh diasuh oleh pengasuh yang bukan muslim sebab hak asuh anak merupakan masalah perwalian, sedangkan Allah tidak membolehkan

(2) Penyalahguna narkotika bagi diri sendiri, yang dimaksud dengan “penyalahguna narkotika” adalah orang yang menggunakan narkotika tanpa hak atau melawan hukum, menurut Pasal

Karena hal tersebut, peneliti bermaksud untuk mengadakan suatu penelitian dalam skala kecil guna mengetahui kemauan masyarakat peserta JKBM dalam menghadapi rencana

Metode yang dilakukan oleh Tim IbM dalam melaksanakan solusi dari permasalahan Mitra asosiasi peternak kelinci ”Mandiri” untuk meningkatkan produksi dan memperbaiki

Dalam banyak kasus, sebuah perusahaan e-commerce bisa bertahan tidak hanya mengandalkan kekuatan produk saja, tapi dengan adanya tim manajemen yang handal, pengiriman yang tepat

Dengan jelas pula engkau katakan tentang salah satu dari klausul yang ditanda tangani oleh Muhammad al-Imam adalah “Musuh Kita Satu”, yang merupakan kalimat mujmal?. Jika engkau

Sikap ilmiah adalah sikap mencintai kebenaran yang objektif dan bersifat adil, menyadari bahwa kebenaran ilmu tidak absolut, tidak percaya pada takhayul,

Perubahan mekanisme yang mendasar adalah adanya pemisahan peran pembayar dengan verifikator melalui penyaluran dana langsung ke Pemberi Pelayanan Kesehatan (PPK) dari Kas